Anda di halaman 1dari 5

TOPIK 4 - AKSI NYATA

FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA


PANCASILA BAGI SAYA

Oleh: Nur Lengkap Pandiangan, S.Pd

Mahasiswa membuat sebuah tulisan reflektif dalam bentuk artikel atau jurnal untuk
menguatkan pemahaman tentang Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan
perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam
Pendidikan Abad ke-21 dengan mengacu pada panduan berikut:
1. Mahasiswa mengobservasi secara kritis apa tantangan menghayati Pancasila
sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar
Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan
Abad ke-21.
Penguatan Pendidikan Karakter merupakan upaya untuk menumbuhkan dan membekali generasi
penerus agar memiliki bekal karakter baik, keterampilan literasi yang tinggi, dan memiliki
kompetensi unggul abad 21 yaitu mampu berpikir kritis dan analitis, kreatif, komunikatif, dan
kolaboratif. Nilai utama karakter yang menjadi fokus dari kebijakan adalah religiusitas,
nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas. Nilai-nilai utama tersebut berdasarkan
nilai-nilai Pancasila, 3 pilar Gerakan Nasional Revolusi Revolusi Mental, kekayaan budaya
bangsa (kearifan lokal) dan kekuatan moralitas yang dibutuhkan bangsa Indonesia menghadapi
tantangan di masa depan. Sesuai dengan amanat Perpres Nomor 87 Tahun 2017 tentang
Penguatan Pendidikan Karakter, satuan pendidikan bertanggung jawab untuk memperkuat
karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan
pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari
Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). Oleh karena itu, diperlukan strategi khusus yang
dilakukan satuan pendidikan agar dapat menanamkan nilai-nilai karakter pancasila dalam diri
peserta didik, salah satunya dengan cara mengimplementasikan pendidikan karakter berbasis
budaya sekolah. Terdapat beberapa strategi yang bisa diterapkan untuk menanamkan pendidikan
karakter pancasila berbasis budaya sekolah, antara lain sebagai berikut:
a. Penerapan dalam Intrakurikuler
Dalam proses pembelajaran tematik, guru diharapkan tidak hanya menyampaikan ilmu
pengetahuan sesuai dengan mata pelajaran, namun memasukkan unsur nilai Pancasila/budi
pekerti/karakter di dalamnya. Guru harus mampu memberikan informasi tentang manfaat,
dampak, dan bagaimana memanfaatkan pengetahuan dengan bijak. Ilmu pengetahuan yang
dibarengi dengan nilai-nilai Pancasila/budi pekerti/karakter, seharusnya juga dapat menumbuhkan
kepedulian pada lingkungan.
b. Penerapan dalam Bidang Kokurikuler
Dalam rangka menanamkan karakter pancasila pada bidang Kokurikuler, siswa dapat diminta
melakukan kegiatan studi lapangan. Dari kegiatan tersebut, siswa dapat mempraktikkan teori-teori
yang didapatkan dalam kelas. Selain itu, siswa dapat menghayati bagaimana kerja keras dalam
menghasilkan suatu produk, peduli terhadap kerja keras, menghargai sesama, dan juga dapat
mensyukuri berkah sehingga membentuk karakter siswa.
c. Penerapan dalam Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler seperti olahraga, seni budaya dan keterampilan lainnya
menumbuhkan karakter, kreativitas, dan kemandirian bagi siswa. Siswa tentunya dapat mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan bakat dan minat masing-masing, sehingga terasa lebih
menyenangkan.
d. Penerapan dalam Bidang Non-Kokurikuler
Kegiatan bidang non-kokurikuler seperti kerja bakti, melakukan ibadah bersama misalnya
shalat berjamaah, bersalaman, dan pendalaman alkitab bagi peserta didik yang kristiani serta
pembiasaan-pembiasaan baik dapat diterapkan untuk menumbuhkan nilai Pancasila/budi
pekerti/karakter yang baik bagi siswa. Selain itu, strategi lain seperti menggelar kegiatan upacara
bendera hari Senin, apel, dan menyanyikan lagu Indonesia Raya, lagu-lagu nasional, dan berdoa
bersama yang dilanjutkan dengan membaca kitab suci dan/atau buku-buku non-pelajaran selama
15 menit sebelum memulai pembelajaran juga bisa dilakukan di lingkungan sekolah.
Belajar Pancasila merupakan wujud pelajar Indonesia sebagai belajar sepanjang hayat
yang mempunyai kompetensi global serta berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dasar negara.
Mewujudkan pelajar Pancasila, maka diperlukan pendidikan karakter pada siswa sejak dini.
Mendikbud,Nadiem Anwar Makarim sendiri mengatakan jika pendidikan karakter ini harus
ditanamkan dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Terdapat enam karakteristik
pelajar Pancasila yang harus ditanamkan yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa
dan berakhlak mulia, kreatif, bernalar kritis, Mandiri, bergotong-royong dan kebhinekaan global.
Keenam karakteristik pelajar Pancasila tersebut dikembangkan melalui nilai-nilai budaya
Indonesia dan Pancasila yang menjadi dasar negara serta fondasi bagi arah pembangunan
nasional. Agar karakteristik pelajar Pancasila tersebut bisa diterima dan ditanamkan, maka
dibutuhkan suatu mekanisme atau gerakan penumbuhan karakter. Ada tiga cara yang dilakukan
yaitu melalui sosialisasi, penyempurnaan pembelajaran serta aneka kompetisi.
2. Mahasiswa menuliskan secara kritis bagaimana Pancasila sebagai Entitas dan
Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada
Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21 di
ekosistem sekolah (kelas).
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (Mendikbud) mempunyai konsep yaitu
„Merdeka Belajar‟ hal ini yang menjadi pemecah masalah untuk sistem pendidikan di Indonesia.
Merdeka Belajar mempunyai tujuan menanamkan pelajar yang berani, mandiri, berpikir kritis,
sopan, beradap dan berakhlak mulia. Konsep Merdeka Belajar memiliki beberapa perbedaan
dengan konsep pendidikan yang sebelumnya, misalnya pendidik dalam konsep sebelumnya
cenderung pasif sedangkan dalam konsep Merdeka Belajar pendidik cenderung aktif yang
dinamakan Guru Penggerak. Sistem dari konsep ini merombak Kegiatan Belajar Mengajjar yang
biasanya terpaku di dalam kenas, kini dapat merasakan hal baru yakni di luar kelas sebagai
sebuah strategi pembelajaran. Siswa lebih aktif dalam menggali informasi baru yaang dapat
meningkatkan kualitas hasil pembelajaranya sediri. Peningkatan kualitas peserta didik
didampingi oleh pendidik sesuai dengan konsep Merdeka Belajar, guru di tuntut harus inisiatif
sebagai pemberi materi dan contoh bagi siswa.
Kemampuan seseorang dalam memahami masalah-masalah agama atau ajaran-ajaran
agama, hal ini sangat dipengaruhi oleh intelejensi pada orang itu sendiri dalam memahami
ajaran-jaran islam. Kepribadian dengan faktor pendukung contohnya sopan, tekun, disiplin dan
rajin. 3) Keluarga (eksternal) contoh keluarga sebagai faktor pendorong yaitu: memperhatikan
anak tentang pendidikanya, selalu mendukung keputusan anak jika baik untuk dirinya. 4)
Guru/pendidik (eksternal). Guru harus mampu menunjukkan akhlakul karimah dalam kehidupan
sehari-hari, karena peran dan pengaruh seorang pendidik terhadap peserta didik sangat kuat. 5)
Lingkungan (eksternal) faktor pendukung dalam lingkungan, jika lingkungan yang di tempati
positif, mengarahkan anak untuk mempunyai sifat seperti nilai-nilai Pancasila. Guru mampu
meningkatkan prestasi muridnya, mengajar dengan kreatif dan inovatif, serta mengembangkan
kompetensi dirinya. Peran Guru Penggerak tak hanya sebatas sukses dalam mengurus kelas yang
diampunya. Selain menjadi guru yang baik, Guru Penggerak juga harus memiliki kemauan untuk
memimpin, berinovasi, melakukan perubahan.
Profil Pelajar Pancasila sesuai Visi dan Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi) sebagaimana tertuang dalam
dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana
Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020- 2024, bahwa “Pelajar Pancasila
adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi
global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman,
bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong,
mandiri, bernalar kritis, dan kreatif”.
Implementasi dalam penerapan Profil Pelajar Pancasila kurang optimal sebab terdapat
bermacam hambatan yang menimbulkan minimnya sesuatu uraian yang di informasikan oleh
pendidik, antara lain terbatasnya waktu yang di informasikan oleh pendidik, terbatasnya waktu
Aktivitas Belajar Mengajar, substansi pelajaran yang sedikit, terbatasnya Ilmu Teknologi yang
dicoba oleh pendidik, atensi pelajar yang sangat kurang terhadap mata pelajaran serta
sebagainya. Pemecahan alternatif terhadap hambatan yang dialami dalam pembuatan Pelajar
Pancasila selaku berikut 1) mengikutsertakan guru mapel penggerak; 2) dilaksanakan program
pembiasaan, keteladanan, tutorial serta pendampingan oleh guru BK ataupun mapel; 3) dicoba
program kerjasama serta koordinasi dengan guru mapel lain; 4) tidak sangat mengosongkan
waktu buat pergaulan kenakalan anak muda, lebih mendisiplinkan aktivitas yang efisien. Profil
Pelajar Pancasila berimplikasi pada pembuatan ketahanan individu partisipan didik ataupun
siswa. Profil Pelajar Pancasila mempunyai tujuan utama ialah terjaganya nilai luhur serta moral
bangsa, kesiapan buat jadi masyarakat dunia, perwujudan keadilan sosial, dan tercapaianya
kompetensi Abad 21. Di jiwa serta sikap tiap hari di dalam komunitas ataupun profesi, kita wajib
mempunyai profil pelajar Pancasila. Pelajar yang diartikan di mari merupakan SDM unggul yang
ialah pelajar selama hayat yang mempunyai kompetensi global serta berperilaku cocok nilai-
nilai Pancasila. Nilai- nilai Pancasila tidak semata- mata buat dimengerti, namun yang sangat
berarti serta berguna yakni gimana mempraktekkan dalam kehidupan tiap hari baik di keluarga,
warga, satuan pembelajaran, ataupun tempat kita bekerja serta berupaya. Perihal ini diawali
dengan diwujudkannya ketahanan individu yang setelah itu hendak membentuk ketahanan
keluarga, ketahanan warga, ketahanan daerah, serta ketahanan nasional.

Anda mungkin juga menyukai