JMPA, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2022; pp.50-59; PISSN 2656-3258 EISSN 2775-9067
STRATEGI PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA
DI SMA NEGERI 2 GADINGREJO
Abstrak
Pendidikan merupakan sesuatu hal yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan
pembangunan yang terus menerus disemua aspek kehidupan manusia. Selain itu pendidikan
juga merupakan proses merubah sikap dan prilaku seseorang atau kelompok orang dengan
maksud mendewasakan manusia melalui proses pengajaran dan pelatihan. Proses dari
pembelajaran dalam sistem pendidikan bukan sekedar meningkatkan kemampuan dari peserta
didik tetapi juga bertujuan untuk membuat peserta didik menjadi pribadi yang tidak hanya
cerdas secara intelektual namun juga memiliki karakter yang baik yang berlandaskan pada
Pancasila sebagai dasar negara dan falsafah hidup bangsa Indonesia sebagaimana sesuai
dengan penguatan profil pelajar pancasila. Salah satu sekolah yang telah menerapkan profil
pelajar pancasila serta telah mengimplementasikan program tersebut kepada peserta didik
adalah SMAN 2 Gadingrejo. Metode penelitian pada penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif serta dengan menggunakan metode deskriptif. Subjek pada penelitian ini terdapat 2
subjek yakni: Guru dan siswa serta analisis data dan pengumpulan data dalam penelitian ini
melalui observasi dan wawancara. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini bahwa Pelajar
Pancasila merupakan perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang
memiliki kompetensi global, karakter dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila,
dengan enam elemen atau dimensi yaitu (a) beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan
berakhlak mulia, (b) berkebinekaan global, (c) bergotong royong, (d) mandiri, (e) bernalar
kritis, dan (f) kreatif. Pada SMAN 2 Gading rejo melakukan strategi pencapaian penguatan
profil pelajar Pancasila melalui budaya sekolah atau pembiasaan di sekolah, kegiatan
intrakulikuler, kegiatan ekstrakulikuler, dan projek pengutan profil pelajar Pancasila.
Kata kunci: Profil Pelajar Pancasila, SMA Negeri 2 Gadingrejo, Strategi Penguatan.
Abstract
Education is something that is done to improve the quality and continuous development in all
aspects of human life. In addition, education is also a process of changing the attitudes and
behavior of a person or group of people with the intention of maturing humans through the
process of teaching and training. The process of learning in the education system is not only
to increase the ability of students but also aims to make students become individuals who are
not only intellectually intelligent but also have good character based on Pancasila as the basis
of the state and the philosophy of life of the Indonesian nation as in accordance with
strengthening Pancasila student profile. One of the schools that has implemented the
Pancasila student profile and has implemented the program for students is SMAN 2
Gadingrejo. The research method in this study uses a qualitative approach and by using a
descriptive method. The subjects in this study were 2 subjects, namely: teachers and students
as well as data analysis and data collection in this study through observation and interviews.
50
JurnalManajemen Pendidikan Al Multazam PISSN :2656-3258
JMPA, Vol 4, No 2, Agustus 2022
The results obtained from this study that Pancasila Students are the embodiment of
Indonesian students as lifelong students who have global competence, character and behave in
accordance with Pancasila values, with six elements or dimensions, namely (a) faith, fear of
God Almighty, and good character. noble, (b) global diversity, (c) mutual cooperation, (d)
independent, (e) critical reasoning, and (f) creative. At SMAN 2 Gading Rejo, he carried out a
strategy to achieve strengthening the profile of Pancasila students through school culture or
habituation in schools, intracurricular activities, extracurricular activities, and a project to
strengthen the profile of Pancasila students.
PENDAHULUAN
Pendidikan dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas dan pembangunan secara terus
menerus dari semua aspek kehidupan manusia. Menurut Pusat Bahasa Kementerian
Pendidikan Nasional (2002:263) Pendidikan adalah proses mengubah sikap dan perilaku
individu atau kelompok menjadi orang dewasa melalui prakarsa, proses, metode, dan perilaku
pendidikan dan pelatihan. Pengetahuan yang diperoleh siswa menjadi modal mereka di
kemudian hari, baik di lingkungan rumah sebagai bidang pendidikan pertama, di lingkungan
masyarakat, dan dalam pengaturan yang lebih besar: pengaturan nasional dan negara.
Pendidikan adalah suatu upaya agar peserta didik dapat secara aktif menggunakan
keterampilannya dengan keterampilan yang diperlukan seperti spiritualitas keagamaan,
individualitas, kemandirian, gotong royong, akhlak mulia, dan kreativitas.
Masalah-masalah yang dihadapi dunia pendidikan di era pasca-corona yang umum
terjadi di lingkungan sekolah saat ini: pendidikan karakter, pendidikan moral dan etika, dan
memudarnya kepribadian. Hal ini terjadi karena mereka tidak memahami nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Oleh karena itu, banyak dari mereka melakukan perilaku
menyimpang seperti perkelahian, bullying, pelanggaran aturan yang ditetapkan di sekolah,
tidak menghormati guru, dll. Apalagi jika menyangkut pendidikan, kita perlu memperhatikan
masalah ini dan mengambil solusi yang tepat.
Pendidikan pada dasarnya merupakan sebuah proses pembelajaran baik pembelajaran
keterampilan, pengetahuan ataupun moral dan adab yang diturunkan dari satu generasi
kegenarasi berikutnya. Selain itu pendidikan juga merupakan proses merubah sikap dan
prilaku seseorang atau kelompok orang dengan maksud mendewasakan manusia melalui
proses pengajaran dan pelatihan. Proses dari pembelajaran dalam sistem pendidikan bukan
sekedar meningkatkan kemampuan dari peserta didik tetapi juga bertujuan untuk membuat
peserta didik menjadi pribadi yang tidak hanya cerdas secara intelektual namun juga memiliki
karakter yang baik yang berlandaskan pada Pancasila sebagai dasar negara dan falsafah hidup
bangsa Indonesia. Sehingga pendidikan yang berbasis pada pendidikan karakter dapat
menciptakan manusia yang memiliki tingkat intelektual yang baik diiringi dengan
karakteristik yang baik pula sesuai dengan Pancasila. Hal tersebut dilakukan dengan
memasukan nilai utama yaitu Pancasila yang terintegrasi dengan berbagai mata pelajaran.
Pelajar Pancasila adalah pelajar yang mempunyai kompetensi karakter dengan
berlandaskan kepada nilai-nilai Pancasila secara utuh serta komprehensif. Nilai-nilai yang
tertuang di dalam pancasila yang meliputi nilai religius, nilai peduli sosial, nilai kemandirian,
nilai bertanggungjawab, nilai toleransi, nilai demokratis serta nilai patriotisme dan
nasionalisme kepada bangsa. Sebaiknya pendidikan yang berbasis pada pendidikan karakter
idealnya di ajarkan sejak dini di mulai dari sekolah dasar hingga ke perguruan tinggi.
Profil Pelajar Pancasila sesuai Visi dan Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
sebagaimana tertuang dalam dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
51
JurnalManajemen Pendidikan Al Multazam PISSN :2656-3258
JMPA, Vol 4, No 2, Agustus 2022
22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun
2020-2024.
Pelajar Pancasila merupakan perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang
hayat yang memiliki kompetensi global, karakter dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila, dengan enam elemen atau dimensi yaitu (a) beriman, bertakwa kepada Tuhan
YME, dan berakhlak mulia, (b) berkebinekaan global, (c) bergotong royong, (d) mandiri, (e)
bernalar kritis, dan (f) kreatif. Keenam elemen atau dimensi profil tersebut dapat di
ilustrasikan pada gambar berikut.
Salah satu sekolah yang telah menerapkan profil pelajar pancasila serta telah
mengimplementasikan program tersebut kepada peserta didik adalah SMAN 2 Gadingrejo.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di SMAN 2 Gadingrejo.
Penelitian ini berfokus kepada tentang bagaimana upaya serta strategi sekolah dalam
mengimplementasikan penguatann dari profil pelajar Pancasila.
TINJAUAN PUSTAKA
Profil Pelajar Pancasila
a. Pengertian Profil Pelajar Pancasila
Profil Pelajar Pancasila sesuai Visi dan Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
sebagaimana tertuang dalam dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Tahun 2020-2024.
Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat
yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila,
dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia,
berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif
52
JurnalManajemen Pendidikan Al Multazam PISSN :2656-3258
JMPA, Vol 4, No 2, Agustus 2022
2. Berkebinekaan global
Pelajar Indonesia akan mengembangkan budaya luhur, lokalitas dan jati diri, selalu
terbuka untuk berinteraksi dengan budaya lain, kesempatan untuk membentuk sikap saling
menghormati dan budaya luhur yang positif yang tidak bertentangan dengan budaya luhur
negara. Dimensi dan kunci keragaman global meliputi kesadaran dan apresiasi budaya,
keterampilan komunikasi antarbudaya dalam berinteraksi dengan orang lain, serta refleksi
dan tanggung jawab untuk mengalami keragaman. Pelajar Pancasila mengenal dan
mencintai budaya dan negara sendiri (nasionalisme), menghargai budaya lain, serta
mampu berkomunikasi dan berinteraksi antar budaya. Ini juga menilai pengalaman
keragaman sehingga perbedaan budaya dapat diselaraskan untuk menciptakan masyarakat
yang inklusif, adil dan berkelanjutan.
3. Bergotong royong
Pelajar Indonesia memiliki kemampuan bekerjasama. Ini adalah kemampuan untuk
bekerja sama secara sukarela sehingga kegiatan yang dilakukan lancar, sederhana dan
mudah. Unsur gotong royong adalah gotong royong, peduli dan berbagi. Pelajar Pancasila
akan dapat berbagi dengan orang lain sebuah kolaborasi yang dibangun di atas
kemanusiaan dan kepedulian terhadap negara dan bangsa.
4. Mandiri
Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar yang bertanggung jawab atas
proses dan hasil belajarnya. Elemen kunci dari mandiri terdiri dari kesadaran akan diri dan
situasi yang dihadapi serta regulasi diri. Pelajar Pancasila memiliki pemahaman terhadap
diri dan situasi yang dihadapi, serta regulasi diri untuk mencapai tujuan dan meningkatkan
kualitas hidupnya.
5. Bernalar kritis
Pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif memproses informasi baik kualitatif
maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis
informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya. Elemen-elemen dari bernalar kritis
adalah memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan
mengevaluasi penalaran, merefleksi pemikiran dan proses berpikir, dan mengambil
Keputusan. Pelajar Pancasila yang bernalar kritis menganalisa dan mengevaluasi semua
informasi maupun gagasan yang diperoleh dengan baik. Mereka juga mampu
mengevaluasi dan merefleksi penalaran dan pemikirannya sendiri.
53
JurnalManajemen Pendidikan Al Multazam PISSN :2656-3258
JMPA, Vol 4, No 2, Agustus 2022
6. Kreatif
Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal,
bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Elemen kunci dari kreatif terdiri dari
menghasilkan gagasan yang orisinal serta menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal.
Pelajar Pancasila yang kreatif adalah pelajar yang bisa menghasilkan gagasan, karya, dan
tindakan yang orisinal. Mereka juga memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif
solusi permasalahan.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif serta dengan
menggunakan metode deskriptif. Menurut Sugiyono (2019:18) metode penelitian kualitatif
adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana
peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna dari generalisasi. Sedangkan menurut Nazir (2014:43) metode
deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu
kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan
dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena
yang terselidiki.
Pada metode deskriptif ini penelitian mendeskripsikan berbagai situasi secara real.
Sedangkan penelitian kualitatif adalah penelitian yang mendeskripsikan hasil dari pengamatan
yang telah dilakukan oleh peneliti. Subjek pada penelitian ini terdapat 2 subjek yakni: Guru
dan siswa serta analisis data dan pengumpulan data dalam penelitian ini melalui observasi
dan wawancara. Teknik dalam penelitian ini adalah terdiri dari : proses reduksi data, proses
penyajian data dan proses penarikan kesimpulan.
Pancasila merupakan perwujudan dari segenap elemen bangsa dibawah naungan Negara
Republik Indonesia, sudah seharusnya nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila menjadi
dasar dan roh dalam segala aspek kehidupan tidak kecuali di dalam sistem pendidikan
nasional. Kini pendidikan nasional harus berdasarkan Pancasila dan menjadi perwujudan dari
anak didik bangsa Indonesia sehingga peserta didik memiliki kemampuan kompetensi secara
global serta memiliki kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 yang isi peraturan tersebut
mengenai Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang di dalamnya
54
JurnalManajemen Pendidikan Al Multazam PISSN :2656-3258
JMPA, Vol 4, No 2, Agustus 2022
tertuang mengenai peraturan profil pelajar Pancasila. Profil pelajar Pancasila adalah
perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi
global, karakter dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Selain itu, profil pelajar
Pancasila harus pula memuat tentang kemampuan pelajar untuk memiliki cara berfikir yang
terbuka mengenai keberagaman. Pelajar Pancasila perlu mempunyai kepedulian terhadap
lingkungannya dan membuat keberagaman yang ada menjadi kekuatan untuk hidup berhotong
royong.
Hasil adari observasi serta wawancara yang dilakukan kepada guru di SMAN 2
Gadingrejo yang menjadi fokus utama dalam penguatan dari profil pelajar Pancasila di
dalam kelas melalui 2 (dua) strategi pembelajaran. Menurut Etin Solihatin (2012 : 4) Strategi
Pembelajaran adalah pendekatan secara menyeluruh dalam suatu sistem pembelajaran, yang
berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran,
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam membantu usaha belajar siswa,
mengorganisasikan pengalaman belajar, mengatur dan merencanakan bahan ajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Strategi pembelajaran yang dijalankan yakni:
pembelajaran yang berbasis berdiferensiasi dan pembelajaran berbasis kompetensi sosial
emosional (KSE). Menurut Tomlinson (2001: 45) Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha
untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar
individu setiap murid. Pembelajaran yang berbasis berdiferensiasi ini dapat mengantarkan
peserta didik untuk dapat menjadi apa yang telah diharapkan yang tertuang di dalam cita-cita
pendidikan nasional dan ini juga disesuaikan dengan terpenuhinya kebutuhan belajar peserta
didik yang selaras dengan psikologisnya dan sosiologinya. Di dalam kelas guru SMAN 2
Gadingrejo mengimplementasikan pembelajaran sesuai psikologis dan sosiologisnya dengan
mengembangkan dan memperbaruhi pembelajaran kekinian yang menarik serta kreatif dan
juga interaktif, tautan video-video pembelajaran sangat relevan digunakan untuk memenuhi
tuntutan literasi digitalisasi. Pembelajaran berbasis berdiferensiasi ini guru harus mengetahui
dan memahami kondisi peserta didik yang berbeda latar belakangnya, peran guru disini
dituntut untuk senantiasa kreatif dalam merancang pembelajaran di dalam kelas. Strategi
kedua yakni pembelajaran yang berbasis pembelajaran sosial dan emosional, dalam hal ini
diterapkan 5 (lima) poiny penting yaitu: 1) kesadaran diri; 2) keterampilan berelasi; 3)
pengelolaan diri; 4) pengambilan keputusan yang bertanggungjawab; 5) kesadaran sosial. 5
(lima) indikator tersebut diharapkan peserta didik mampu memahami bagaimana mengenal
dirinya, mampu memanajemen emosinya untuk tidak terburu-buru dalam setiap pengambilan
keputusan-keputusan dalam hidupnya, memiliki sikap simpati serta empati terhadap sesama
dan lingkungan sekitarnya, memiliki sikap tanggungjawab dalam hidupnya serta dapat
mengembangkan pemikiran kritis setiap persoalan yang ada. Dari 2 (dua) strategi
pembelajaran tersubut dirasa mampu mencapai profil pelajar Pancasila yang memiliki sikap
dan perilaku yang beriman serta bertaqwa kepada Tuhan serta memiliki akhlak yang mulia,
memiliki sikap mandiri, kreatif, berpikir kritis, memiliki jiwa dan semangat gotong royong
serta berkebinekaan yang global.
Selain dari dua strategi tersebut, strategi penguatan profil pelajar Pancasila di SMAN 2
Gadingrejo dicapai melalui:
1. Budaya sekolah atau pembiasaan di sekolah. Salah satu penguatan profil pelajar Pancasila
dilakukan dengan cara penerapan sopan santun dimana setiap warga sekolah harus
menjaga iklim sekolah, melakukan pola interaksi dan komunikasi serta norma yang
berlaku disekolah. Hal lain yang menjadi pembiasaan di SMAN 2 Gadingrejo adalah
memulai kegiatan pembelajaran dengan terlebih dahulu melakukan program Lampung
mengaji.
55
JurnalManajemen Pendidikan Al Multazam PISSN :2656-3258
JMPA, Vol 4, No 2, Agustus 2022
Peserta didik diharapkan memiliki kompetensi dari nilai-nilai Karakter yang terdapat
dalam Pancasila sehingga cerminan profil pelajar Pancasila bisa tercapai. Upaya yang
dapat dilakukan untuk membentuk profil pelajar Pancasila di dalam proses pembelajaran
yaitu bisa dilakukan dengan:
a. Menumbuhkan Profil Pelajar Pancasila yang Beriman dan Bertaqwa Kepada Tuhan Yang
Maha Esa
Dalam upaya menumbuhkan profil pelajar Pancasila yang beriman dan bertakwa
kepada sang Pencipta dilakukan dengan cara melakukan bimbingan, arahan,
pemahaman serta pembiasaan kepada peserta didik baik dilingkungan sekolah, rumah
dan masyarakat. Ada beberapa cara yang telah diterapkan di SMAN 2 Gadingrejo.
Dalam kegiatan belajar dan mengajar dalam upaya menumbuhkan profil pelajar
Pancasila yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yaitu dengan memberikan materi
agama di setiap kelasnya, membiasakan diri untuk beribadah tepat waktu dengan cara
mengajak beribadah bersama di masjid sekolah dan ruangan khusus bagi siswa yang
non muslim untuk beribadah, memberi edukasi dan pembiasaan untuk memiliki sikap
ikhlas dalam membantu orang lain, rutin melakukan donasi di setiap hari jumat serta
memberikan edukasi untuk membiasakan diri untuk senantiasa berperilaku 5S yakni
senyum, salam, sapa serta sopan santun.
Profil pelajar Pancasila di buat dan digaungkan bertujuan sebagai pedoman dalam
pendidikan Indonesia, profil pelajar Pancasila tidak semata hanya sebuah kebijakan
pendidikan dalam lingkup nasional semata namun diharapkan menjadi pedoman bagi para
pendidik dalam upaya membangun karakter peserta didik di dalam ruang-ruang belajar dalam
skala terkecil. Pelajar Pancasila dapat diartikan sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki
kompetensi yang unggul serta memiliki nilai-nilai luhur Pancasila.
KESIMPULAN
Pelajar Pancasila merupakan perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang
hayat yang memiliki kompetensi global, karakter dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila, dengan enam elemen atau dimensi yaitu (a) beriman, bertakwa kepada Tuhan
YME, dan berakhlak mulia, (b) berkebinekaan global, (c) bergotong royong, (d) mandiri, (e)
bernalar kritis, dan (f) kreatif. Pada SMAN 2 Gading rejo melakukan strategi pencapaian
penguatan profil pelajar Pancasila melalui budaya sekolah atau pembiasaan di sekolah,
kegiatan intrakulikuler, kegiatan ekstrakulikuler, dan projek pengutan profil pelajar Pancasila.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka
Faiz, A., Hakam, K. A., Nurihsan, J., & Komalasari, K. (2022). Pembelajaran Kognitif Moral
melalui Cerita Dilema Berbentuk Animasi. Jurnal Basicedu, 6(4), 6463–6470.
Hakam, K. A., & Nurdin, E. S. (2016). Metode Internalisasi Nilai-nilai untuk Memodifikasi
Perilaku Berkarakter. CV Maulana Media Grafika.
Imas Kurniawaty, Aiman Faiz, Purwati DOI: https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i4.3139
Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 4 No 4 Tahun 2022 p-ISSN 2656-8063 e-ISSN
2656-8071 Praktisi Pendidikan. Bumi Aksara.
Kemendikbud. (2021). Salinan Permendikbud. https://roren.kemdikbud.go.id/wp-
content/uploads/2021/03/SALINAN-PERMENDIKBUD-22-TAHUN-2020.pdf
Kemendikbud. Kurikulum Perkenalan Profil Pelajar Pancasila.
https://guru.kemdikbud.go.id/kurikulum/perkenalan/profil-pelajar-pancasila/pengertian/
58
JurnalManajemen Pendidikan Al Multazam PISSN :2656-3258
JMPA, Vol 4, No 2, Agustus 2022
Kusumah, W., & Alawiyah, T. (2021). Guru Penggerak: Mendorong Gerak Maju Pendidikan
Nasional. Penerbit Andi.
Miles & Hubberman. (1992). Analisis data kualitatif: Buku sumber tentang metode-metode
baru (Tjetjep Rohendi Rohidi (ed.)). UI Press.
Nazir. (2014). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Rachmawati, N., Marini, A., Nafiah, M., & Nurasiah, I. (2022). Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila dalam Implementasi Kurikulum Prototipe di Sekolah Penggerak
Jenjang Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 6(3), 3614–3625.
Rukiyati, & Purwastuti, L. A. (2015). Mengenal Filsafat Pendidikan. Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
Solihatin, Etin. 2012. Strategi Pembelajaran PPKN. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyiono. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.Bandung:Alfabeta.
Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D.Bandung:Alfabeta., April 2015,
31–46. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alphabet.
Tomlinson, C. A. 2001. How to differentiated Instruction in Mixed-Ability Classrooms.
Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development.
59