Anda di halaman 1dari 10

JurnalManajemen Pendidikan Al Multazam PISSN :2656-3258

JMPA, Vol 4, No 2, Agustus 2022

JMPA, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2022; pp.50-59; PISSN 2656-3258 EISSN 2775-9067
STRATEGI PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA
DI SMA NEGERI 2 GADINGREJO

Noca Yolanda Sari1, Ida Ayu Putu Anggie Sinthiya2


1
Prodi Sistem Informasi, STMIK Pringsewu, Lampung
2
Prodi Manajeman Informatika, STMIK Pringsewu, Lampung
1,2
Jl. Wisma Rini, No.09 Pringsewu, Lampung, Indonesia
E-mail: nocayolandasaristmikpsw@gmail.com, idaayuanggie@gmail.com

Abstrak
Pendidikan merupakan sesuatu hal yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan
pembangunan yang terus menerus disemua aspek kehidupan manusia. Selain itu pendidikan
juga merupakan proses merubah sikap dan prilaku seseorang atau kelompok orang dengan
maksud mendewasakan manusia melalui proses pengajaran dan pelatihan. Proses dari
pembelajaran dalam sistem pendidikan bukan sekedar meningkatkan kemampuan dari peserta
didik tetapi juga bertujuan untuk membuat peserta didik menjadi pribadi yang tidak hanya
cerdas secara intelektual namun juga memiliki karakter yang baik yang berlandaskan pada
Pancasila sebagai dasar negara dan falsafah hidup bangsa Indonesia sebagaimana sesuai
dengan penguatan profil pelajar pancasila. Salah satu sekolah yang telah menerapkan profil
pelajar pancasila serta telah mengimplementasikan program tersebut kepada peserta didik
adalah SMAN 2 Gadingrejo. Metode penelitian pada penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif serta dengan menggunakan metode deskriptif. Subjek pada penelitian ini terdapat 2
subjek yakni: Guru dan siswa serta analisis data dan pengumpulan data dalam penelitian ini
melalui observasi dan wawancara. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini bahwa Pelajar
Pancasila merupakan perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang
memiliki kompetensi global, karakter dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila,
dengan enam elemen atau dimensi yaitu (a) beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan
berakhlak mulia, (b) berkebinekaan global, (c) bergotong royong, (d) mandiri, (e) bernalar
kritis, dan (f) kreatif. Pada SMAN 2 Gading rejo melakukan strategi pencapaian penguatan
profil pelajar Pancasila melalui budaya sekolah atau pembiasaan di sekolah, kegiatan
intrakulikuler, kegiatan ekstrakulikuler, dan projek pengutan profil pelajar Pancasila.

Kata kunci: Profil Pelajar Pancasila, SMA Negeri 2 Gadingrejo, Strategi Penguatan.

Abstract
Education is something that is done to improve the quality and continuous development in all
aspects of human life. In addition, education is also a process of changing the attitudes and
behavior of a person or group of people with the intention of maturing humans through the
process of teaching and training. The process of learning in the education system is not only
to increase the ability of students but also aims to make students become individuals who are
not only intellectually intelligent but also have good character based on Pancasila as the basis
of the state and the philosophy of life of the Indonesian nation as in accordance with
strengthening Pancasila student profile. One of the schools that has implemented the
Pancasila student profile and has implemented the program for students is SMAN 2
Gadingrejo. The research method in this study uses a qualitative approach and by using a
descriptive method. The subjects in this study were 2 subjects, namely: teachers and students
as well as data analysis and data collection in this study through observation and interviews.

50
JurnalManajemen Pendidikan Al Multazam PISSN :2656-3258
JMPA, Vol 4, No 2, Agustus 2022

The results obtained from this study that Pancasila Students are the embodiment of
Indonesian students as lifelong students who have global competence, character and behave in
accordance with Pancasila values, with six elements or dimensions, namely (a) faith, fear of
God Almighty, and good character. noble, (b) global diversity, (c) mutual cooperation, (d)
independent, (e) critical reasoning, and (f) creative. At SMAN 2 Gading Rejo, he carried out a
strategy to achieve strengthening the profile of Pancasila students through school culture or
habituation in schools, intracurricular activities, extracurricular activities, and a project to
strengthen the profile of Pancasila students.

Keywords: Pancasila Student Profile, SMA Negeri 2 Gadingrejo, Strengthening Strategy.

PENDAHULUAN
Pendidikan dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas dan pembangunan secara terus
menerus dari semua aspek kehidupan manusia. Menurut Pusat Bahasa Kementerian
Pendidikan Nasional (2002:263) Pendidikan adalah proses mengubah sikap dan perilaku
individu atau kelompok menjadi orang dewasa melalui prakarsa, proses, metode, dan perilaku
pendidikan dan pelatihan. Pengetahuan yang diperoleh siswa menjadi modal mereka di
kemudian hari, baik di lingkungan rumah sebagai bidang pendidikan pertama, di lingkungan
masyarakat, dan dalam pengaturan yang lebih besar: pengaturan nasional dan negara.
Pendidikan adalah suatu upaya agar peserta didik dapat secara aktif menggunakan
keterampilannya dengan keterampilan yang diperlukan seperti spiritualitas keagamaan,
individualitas, kemandirian, gotong royong, akhlak mulia, dan kreativitas.
Masalah-masalah yang dihadapi dunia pendidikan di era pasca-corona yang umum
terjadi di lingkungan sekolah saat ini: pendidikan karakter, pendidikan moral dan etika, dan
memudarnya kepribadian. Hal ini terjadi karena mereka tidak memahami nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Oleh karena itu, banyak dari mereka melakukan perilaku
menyimpang seperti perkelahian, bullying, pelanggaran aturan yang ditetapkan di sekolah,
tidak menghormati guru, dll. Apalagi jika menyangkut pendidikan, kita perlu memperhatikan
masalah ini dan mengambil solusi yang tepat.
Pendidikan pada dasarnya merupakan sebuah proses pembelajaran baik pembelajaran
keterampilan, pengetahuan ataupun moral dan adab yang diturunkan dari satu generasi
kegenarasi berikutnya. Selain itu pendidikan juga merupakan proses merubah sikap dan
prilaku seseorang atau kelompok orang dengan maksud mendewasakan manusia melalui
proses pengajaran dan pelatihan. Proses dari pembelajaran dalam sistem pendidikan bukan
sekedar meningkatkan kemampuan dari peserta didik tetapi juga bertujuan untuk membuat
peserta didik menjadi pribadi yang tidak hanya cerdas secara intelektual namun juga memiliki
karakter yang baik yang berlandaskan pada Pancasila sebagai dasar negara dan falsafah hidup
bangsa Indonesia. Sehingga pendidikan yang berbasis pada pendidikan karakter dapat
menciptakan manusia yang memiliki tingkat intelektual yang baik diiringi dengan
karakteristik yang baik pula sesuai dengan Pancasila. Hal tersebut dilakukan dengan
memasukan nilai utama yaitu Pancasila yang terintegrasi dengan berbagai mata pelajaran.
Pelajar Pancasila adalah pelajar yang mempunyai kompetensi karakter dengan
berlandaskan kepada nilai-nilai Pancasila secara utuh serta komprehensif. Nilai-nilai yang
tertuang di dalam pancasila yang meliputi nilai religius, nilai peduli sosial, nilai kemandirian,
nilai bertanggungjawab, nilai toleransi, nilai demokratis serta nilai patriotisme dan
nasionalisme kepada bangsa. Sebaiknya pendidikan yang berbasis pada pendidikan karakter
idealnya di ajarkan sejak dini di mulai dari sekolah dasar hingga ke perguruan tinggi.
Profil Pelajar Pancasila sesuai Visi dan Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
sebagaimana tertuang dalam dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor

51
JurnalManajemen Pendidikan Al Multazam PISSN :2656-3258
JMPA, Vol 4, No 2, Agustus 2022

22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun
2020-2024.
Pelajar Pancasila merupakan perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang
hayat yang memiliki kompetensi global, karakter dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila, dengan enam elemen atau dimensi yaitu (a) beriman, bertakwa kepada Tuhan
YME, dan berakhlak mulia, (b) berkebinekaan global, (c) bergotong royong, (d) mandiri, (e)
bernalar kritis, dan (f) kreatif. Keenam elemen atau dimensi profil tersebut dapat di
ilustrasikan pada gambar berikut.

Gambar 1. Dimensi Profil Pelajar Pancasila

Salah satu sekolah yang telah menerapkan profil pelajar pancasila serta telah
mengimplementasikan program tersebut kepada peserta didik adalah SMAN 2 Gadingrejo.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di SMAN 2 Gadingrejo.
Penelitian ini berfokus kepada tentang bagaimana upaya serta strategi sekolah dalam
mengimplementasikan penguatann dari profil pelajar Pancasila.

TINJAUAN PUSTAKA
Profil Pelajar Pancasila
a. Pengertian Profil Pelajar Pancasila
Profil Pelajar Pancasila sesuai Visi dan Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
sebagaimana tertuang dalam dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Tahun 2020-2024.
Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat
yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila,
dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia,
berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif

b. Kegunaan Profil Pelajar Pancasila


1. Mengubah tujuan dan visi pendidikan ke dalam format yang lebih mudah dipahami
oleh semua pendidik
2. Menjadi kompas bagi pendidik dan siswa Indonesia
3. Tujuan semua program studi, program dan kegiatan pada satuan Pendidikan

52
JurnalManajemen Pendidikan Al Multazam PISSN :2656-3258
JMPA, Vol 4, No 2, Agustus 2022

c. Dimensi Profil Pelajar Pancasila

1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia


Siswa Indonesia yang beriman dan bertakwa YME dan siswa berakhlak mulia adalah
siswa yang berkarakter dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Siswa
memahami dan memahami ajaran dan keyakinan agamanya dan menerapkan pemahaman
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Ada lima elemen kunci: iman, pengabdian kepada
Tuhan YME, dan akhlak mulia. (b) Moralitas Pribadi. (c) moralitas kepada orang-orang;
(d) moralitas terhadap alam; (e) Moralitas Nasional. Pelajar pancasila meyakini dan
mengamalkan nilai dan ajaran agama/keyakinannya. Pelaksanaannya melalui akhlak yang
baik (nasionalisme) terhadap diri sendiri, sesama manusia, alam dan bangsa Indonesia.

2. Berkebinekaan global
Pelajar Indonesia akan mengembangkan budaya luhur, lokalitas dan jati diri, selalu
terbuka untuk berinteraksi dengan budaya lain, kesempatan untuk membentuk sikap saling
menghormati dan budaya luhur yang positif yang tidak bertentangan dengan budaya luhur
negara. Dimensi dan kunci keragaman global meliputi kesadaran dan apresiasi budaya,
keterampilan komunikasi antarbudaya dalam berinteraksi dengan orang lain, serta refleksi
dan tanggung jawab untuk mengalami keragaman. Pelajar Pancasila mengenal dan
mencintai budaya dan negara sendiri (nasionalisme), menghargai budaya lain, serta
mampu berkomunikasi dan berinteraksi antar budaya. Ini juga menilai pengalaman
keragaman sehingga perbedaan budaya dapat diselaraskan untuk menciptakan masyarakat
yang inklusif, adil dan berkelanjutan.

3. Bergotong royong
Pelajar Indonesia memiliki kemampuan bekerjasama. Ini adalah kemampuan untuk
bekerja sama secara sukarela sehingga kegiatan yang dilakukan lancar, sederhana dan
mudah. Unsur gotong royong adalah gotong royong, peduli dan berbagi. Pelajar Pancasila
akan dapat berbagi dengan orang lain sebuah kolaborasi yang dibangun di atas
kemanusiaan dan kepedulian terhadap negara dan bangsa.

4. Mandiri
Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar yang bertanggung jawab atas
proses dan hasil belajarnya. Elemen kunci dari mandiri terdiri dari kesadaran akan diri dan
situasi yang dihadapi serta regulasi diri. Pelajar Pancasila memiliki pemahaman terhadap
diri dan situasi yang dihadapi, serta regulasi diri untuk mencapai tujuan dan meningkatkan
kualitas hidupnya.

5. Bernalar kritis
Pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif memproses informasi baik kualitatif
maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis
informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya. Elemen-elemen dari bernalar kritis
adalah memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan
mengevaluasi penalaran, merefleksi pemikiran dan proses berpikir, dan mengambil
Keputusan. Pelajar Pancasila yang bernalar kritis menganalisa dan mengevaluasi semua
informasi maupun gagasan yang diperoleh dengan baik. Mereka juga mampu
mengevaluasi dan merefleksi penalaran dan pemikirannya sendiri.

53
JurnalManajemen Pendidikan Al Multazam PISSN :2656-3258
JMPA, Vol 4, No 2, Agustus 2022

6. Kreatif
Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal,
bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Elemen kunci dari kreatif terdiri dari
menghasilkan gagasan yang orisinal serta menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal.
Pelajar Pancasila yang kreatif adalah pelajar yang bisa menghasilkan gagasan, karya, dan
tindakan yang orisinal. Mereka juga memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif
solusi permasalahan.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif serta dengan
menggunakan metode deskriptif. Menurut Sugiyono (2019:18) metode penelitian kualitatif
adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana
peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna dari generalisasi. Sedangkan menurut Nazir (2014:43) metode
deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu
kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan
dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena
yang terselidiki.
Pada metode deskriptif ini penelitian mendeskripsikan berbagai situasi secara real.
Sedangkan penelitian kualitatif adalah penelitian yang mendeskripsikan hasil dari pengamatan
yang telah dilakukan oleh peneliti. Subjek pada penelitian ini terdapat 2 subjek yakni: Guru
dan siswa serta analisis data dan pengumpulan data dalam penelitian ini melalui observasi
dan wawancara. Teknik dalam penelitian ini adalah terdiri dari : proses reduksi data, proses
penyajian data dan proses penarikan kesimpulan.

Gambar 2. Teknik Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pancasila merupakan perwujudan dari segenap elemen bangsa dibawah naungan Negara
Republik Indonesia, sudah seharusnya nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila menjadi
dasar dan roh dalam segala aspek kehidupan tidak kecuali di dalam sistem pendidikan
nasional. Kini pendidikan nasional harus berdasarkan Pancasila dan menjadi perwujudan dari
anak didik bangsa Indonesia sehingga peserta didik memiliki kemampuan kompetensi secara
global serta memiliki kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 yang isi peraturan tersebut
mengenai Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang di dalamnya

54
JurnalManajemen Pendidikan Al Multazam PISSN :2656-3258
JMPA, Vol 4, No 2, Agustus 2022

tertuang mengenai peraturan profil pelajar Pancasila. Profil pelajar Pancasila adalah
perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi
global, karakter dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Selain itu, profil pelajar
Pancasila harus pula memuat tentang kemampuan pelajar untuk memiliki cara berfikir yang
terbuka mengenai keberagaman. Pelajar Pancasila perlu mempunyai kepedulian terhadap
lingkungannya dan membuat keberagaman yang ada menjadi kekuatan untuk hidup berhotong
royong.
Hasil adari observasi serta wawancara yang dilakukan kepada guru di SMAN 2
Gadingrejo yang menjadi fokus utama dalam penguatan dari profil pelajar Pancasila di
dalam kelas melalui 2 (dua) strategi pembelajaran. Menurut Etin Solihatin (2012 : 4) Strategi
Pembelajaran adalah pendekatan secara menyeluruh dalam suatu sistem pembelajaran, yang
berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran,
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam membantu usaha belajar siswa,
mengorganisasikan pengalaman belajar, mengatur dan merencanakan bahan ajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Strategi pembelajaran yang dijalankan yakni:
pembelajaran yang berbasis berdiferensiasi dan pembelajaran berbasis kompetensi sosial
emosional (KSE). Menurut Tomlinson (2001: 45) Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha
untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar
individu setiap murid. Pembelajaran yang berbasis berdiferensiasi ini dapat mengantarkan
peserta didik untuk dapat menjadi apa yang telah diharapkan yang tertuang di dalam cita-cita
pendidikan nasional dan ini juga disesuaikan dengan terpenuhinya kebutuhan belajar peserta
didik yang selaras dengan psikologisnya dan sosiologinya. Di dalam kelas guru SMAN 2
Gadingrejo mengimplementasikan pembelajaran sesuai psikologis dan sosiologisnya dengan
mengembangkan dan memperbaruhi pembelajaran kekinian yang menarik serta kreatif dan
juga interaktif, tautan video-video pembelajaran sangat relevan digunakan untuk memenuhi
tuntutan literasi digitalisasi. Pembelajaran berbasis berdiferensiasi ini guru harus mengetahui
dan memahami kondisi peserta didik yang berbeda latar belakangnya, peran guru disini
dituntut untuk senantiasa kreatif dalam merancang pembelajaran di dalam kelas. Strategi
kedua yakni pembelajaran yang berbasis pembelajaran sosial dan emosional, dalam hal ini
diterapkan 5 (lima) poiny penting yaitu: 1) kesadaran diri; 2) keterampilan berelasi; 3)
pengelolaan diri; 4) pengambilan keputusan yang bertanggungjawab; 5) kesadaran sosial. 5
(lima) indikator tersebut diharapkan peserta didik mampu memahami bagaimana mengenal
dirinya, mampu memanajemen emosinya untuk tidak terburu-buru dalam setiap pengambilan
keputusan-keputusan dalam hidupnya, memiliki sikap simpati serta empati terhadap sesama
dan lingkungan sekitarnya, memiliki sikap tanggungjawab dalam hidupnya serta dapat
mengembangkan pemikiran kritis setiap persoalan yang ada. Dari 2 (dua) strategi
pembelajaran tersubut dirasa mampu mencapai profil pelajar Pancasila yang memiliki sikap
dan perilaku yang beriman serta bertaqwa kepada Tuhan serta memiliki akhlak yang mulia,
memiliki sikap mandiri, kreatif, berpikir kritis, memiliki jiwa dan semangat gotong royong
serta berkebinekaan yang global.
Selain dari dua strategi tersebut, strategi penguatan profil pelajar Pancasila di SMAN 2
Gadingrejo dicapai melalui:
1. Budaya sekolah atau pembiasaan di sekolah. Salah satu penguatan profil pelajar Pancasila
dilakukan dengan cara penerapan sopan santun dimana setiap warga sekolah harus
menjaga iklim sekolah, melakukan pola interaksi dan komunikasi serta norma yang
berlaku disekolah. Hal lain yang menjadi pembiasaan di SMAN 2 Gadingrejo adalah
memulai kegiatan pembelajaran dengan terlebih dahulu melakukan program Lampung
mengaji.

55
JurnalManajemen Pendidikan Al Multazam PISSN :2656-3258
JMPA, Vol 4, No 2, Agustus 2022

2. Kegiatan intrakulikuler. Penguatan profil pelajar Pancasila dilakukan dengan cara


mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam setiap mata pelajaran dan memunculkan
tentang dimensi profil pelajar Pancasila pada modul.
3. Kegiatan ekstrakulikuler. Sama halnya dengan kegiatan intrakulikular yang biasa
dilakukan di kelas. Kegiatan ekstrakulikuler juga dilakukan dengan cara mengintegrasikan
nilai Pancasila serta memunculkan dimensi profil pelajar Pancasila dalam setiap kegiatan
ekstrakulikuler.
4. Projek penguatan profil pelajar Pancasila. Dalam jenjang sekolah menengah atas terdapat
7 tema projek. Projek tersebut dibagi yaitu tiga tema di kelas X, dua tema di kelas XI, dan
dua tema di kelas XII.

Upaya Menumbuhkan Profil Pelajar Pancasila dalam Kegiatan Pembelajaran

Guru dalam kegiatan pembelajaran memiliki peran penting dalam proses


pembelajaran yang baik dan efektif kepada peserta didiknya. Kini peran guru tidak hanya
mengajar materi pelajaran kepada peserta didik dan mencapai kompetensi pembelajaran
dengan mengedepankan metode kognitif semata namun kini peran guru di tuntut untuk
lebih menggali lebih dalam lagi potensi dalam diri siswa untuk memiliki karakter yang
baik. Karena sejatinya pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mampu menjadikan
negara menjadi negara yang berbudaya serta memiliki peradaban yang baik. Kini
pendidikan dituntut untuk menanamkan budi pekerti yang baik kepada peserta didik dan
juga meningkatkan kemampuan daya nalar yang kritis sehingga peserta didik menjadi
seseorang yang pintar secara akademik tapi juga memiliki karakter yang baik. Oleh
karena itu, diperlukan penguatan dari profil pelajar Pancasila untuk mewujudkan generasi
muda yang smart dan good.

Peserta didik diharapkan memiliki kompetensi dari nilai-nilai Karakter yang terdapat
dalam Pancasila sehingga cerminan profil pelajar Pancasila bisa tercapai. Upaya yang
dapat dilakukan untuk membentuk profil pelajar Pancasila di dalam proses pembelajaran
yaitu bisa dilakukan dengan:
a. Menumbuhkan Profil Pelajar Pancasila yang Beriman dan Bertaqwa Kepada Tuhan Yang
Maha Esa
Dalam upaya menumbuhkan profil pelajar Pancasila yang beriman dan bertakwa
kepada sang Pencipta dilakukan dengan cara melakukan bimbingan, arahan,
pemahaman serta pembiasaan kepada peserta didik baik dilingkungan sekolah, rumah
dan masyarakat. Ada beberapa cara yang telah diterapkan di SMAN 2 Gadingrejo.
Dalam kegiatan belajar dan mengajar dalam upaya menumbuhkan profil pelajar
Pancasila yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yaitu dengan memberikan materi
agama di setiap kelasnya, membiasakan diri untuk beribadah tepat waktu dengan cara
mengajak beribadah bersama di masjid sekolah dan ruangan khusus bagi siswa yang
non muslim untuk beribadah, memberi edukasi dan pembiasaan untuk memiliki sikap
ikhlas dalam membantu orang lain, rutin melakukan donasi di setiap hari jumat serta
memberikan edukasi untuk membiasakan diri untuk senantiasa berperilaku 5S yakni
senyum, salam, sapa serta sopan santun.

b. Menumbuhkan Profil Pelajar Pancasila yang Memiliki Sikap Berkebinekaan Global


Melalui profil pelajar Pancasila yang berkebinekaan global, siswa diharapkan dapat
menjaga warisan luhur budaya bangsanya, identitas dan lokalitas budaya bangsa serta
memiliki pola pikir yang terbuka dan tidak berpikir sempit ketika peserta didik berinteraksi
dengan orang lain yang memiliki budaya yang berbeda. Dalam hal ini peserta didik
56
JurnalManajemen Pendidikan Al Multazam PISSN :2656-3258
JMPA, Vol 4, No 2, Agustus 2022

diharapkan dapat mempertahankan budaya bangsanya agar tidar tergerus oleh


perkembangan zaman namun juga berpikir terbuka serta tidak menolak atau tidak
menghargai budaya lainnya. Upaya yang dilakukan oleh SMAN 2 Gadingrejo. Dalam
menumbuhkan profil Pancasila adalah dengan mata pelajaran antropologi serta kegiatan
yang dimana kegiatan tersebut mengenalkan budaya asli daerah contonya estrakurikuler
tarian daerah. Disamping itu pula, memberikan pemahaman jika budaya bangsa Indonesia
serta dunia memiliki corak budaya yang beranekaragam sehingga patut untuk dihargai dan
dilestarikan sehingga wawasan peserta didik bertambah dan tidak kaget jika berhadapan
dengan budaya lain di lingkungan yang berbeda.

c. Menumbuhkan Profil Pelajar Pancasila yang Memiliki Sikap Gotong Royong


Budaya Indonesia sejak turun temurun sudah mewarisi sikap gotong royong dalam
kehidupan sosial masyarakatnya oleh karena itu, gotong royong sudah menjadi corak
kebudayaan bangsa Indonesia yang sudah selayaknya sebagai generasi penerus bangsa
untuk melestarikan dan menjunjung tinggi sikap tersebut. Sebagai makluk sosial sikap
gotong royong sangat dipelukan untuk mencapai tujuan bersama terlebih di era yang
semakin kompetitif ini dibutuhkan gotong royong, kerja sama dan relasi bersama dalam
mencapai kesuksesan hidup kedepannya. Untuk menerapkan dan membudayakan sikap
gotong royong ke peserta didik SMAN 2 Gadingrejo membiasakan metode pembelajaran
berbentuk diskusi dalam ruang kelas. Disamping diskusi juga dilakukan kegiatan berupa
bersih-bersih/ kompetensi kelas terbersih dan terindah kegiatan ini dimaksudkan agar para
peserta didik bergotong royong dan memiliki tujuan bersama agar kelasnya menjadi bersih
dan indah serta menjuarai kompetensi tersebut. Dalam hal ini peran guru sangat krusial
dalam memberikan pemahaman betapa pentingnya gotong royong dalam kehidupan
manusia.

d. Menumbuhkan Profil Pelajar Pancasila yang Memiliki Sikap Mandiri


Sikap mandiri sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia karena sikap mandiri
menjadikan peserta didik mampu mengatur dirinya sendiri dan tidak bergantung kepada
orang lain. Sikap mandiri menjadikan peserta didik mampu mengatur tingkah laku yang
sesuai dengan norma dan kesusilaan yang ada, memiliki kontrol diri yang baik, memiliki
ketegasan diri, serta mampu bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri maupun orang
lain. Dalam melatih kemandirin peserta didik SMAN 2 Gadingrejo. Membentuk berbagai
kegiatan berbentuk estrakurikuler seperti pramuka, paskibraka, rohis, PMR dll yang
diharuskan para peserta didik untuk mengambil salah satunya, tujuan dari estrakurikuler
tersebut melatih kemandirian dari peserta didik. Untuk melatih sikap mandiri dalam
pembelajaran di dalam kelas yaitu guru melatih peserta didik untuk selalu tepat waktu
dalam setiap pengumpulan tugas yang sudah diberikan, masuk kelas tepat waktu sesuai
dengan aturan sekolah selalu membiasakan berdoa sebelum memulai kegiatan

e. Menumbuhkan Profil Pelajar Pancasila yang Memilki Sikap Kreatif


Menjadi manusia yang memiliki sikap kreatifitas tinggi dalam dirinya mampu
mengantarkan kehidupan yang cermelang serta membuat dirinya menjadi pribadi yang
mampu memecahkan masalah dan mencari jalan keluar dengan cara kreatif. Untuk
menumbuhkan sikap kreatif SMAN 2 Gadingrejo. Dengan cara memberi kebebasan dalam
hal penugasan tugas yang diberikan yang mengasah kreatifitas para peserta didik dan
dapat menentukan/menemukan minat dan bakatnya masing-masing. Dan SMAN 2
Gadingrejo juga memberikan materi dalam kurikulum pembelajaran yang memasukan
pelajaran seni budaya serta pratek lainnya. sedangkan dalam mengembangkan sikap
berpikir menggunakan nalar kristis
57
JurnalManajemen Pendidikan Al Multazam PISSN :2656-3258
JMPA, Vol 4, No 2, Agustus 2022

f. Menumbuhkan Profil Pelajar Pancasila yang Memiliki Sikap Nalar Kritis


Era kemajuan teknologi dan arus globalisasi membuat dunia semakin kompetitif, focus
pendidikan kini harus mengarah kepada bagaimana kualitas hasil dari pendidikan mampu
membuat peserta didik mampu bersaing baik secara lokal, regional maupun internasional.
Kini pendidikan tidak semata hanya bertumpu kepada pemahaman kosep semata secara
ilmiah namun juga diharuskan mampu meningkatkan keterampilan dalam hal berpikir
secara tinngi atau sering disebut dengan kemampuan dalam hal bernalar yang kritis.
Bernalar yang kritis dapat diartikan sebagai proses berpikir yang bertujuan untuk
mendapatkan serta mengubah sebuah informasi menjadi sebuah kesimpulan dan sebuah
keputusan. Kemampuan berpikir nalar yang kritis sangat penting untuk dimiliki oleh
peserta didik dikarenakan dengan kemampuan tersebut dapat membantu peserta didik
untuk dapat memecahkan masalahnya dengan baik. Proses dalam bernalar kritis tidak
instan terbentuk dalam diri peserta didik karena ini membutuhkan proses panjang dan
diperlukan diedukasikan berulang-ulang kali serta perlu senantiasa di latih. Guru
diharapkan dapat mengembang kemampuan bernalar kritis dengan lebih mengasah
kemampuan menganalisis berbagai materi pelajaran bukan bertunpu pada penghapalan
secara teks book.

Profil pelajar Pancasila di buat dan digaungkan bertujuan sebagai pedoman dalam
pendidikan Indonesia, profil pelajar Pancasila tidak semata hanya sebuah kebijakan
pendidikan dalam lingkup nasional semata namun diharapkan menjadi pedoman bagi para
pendidik dalam upaya membangun karakter peserta didik di dalam ruang-ruang belajar dalam
skala terkecil. Pelajar Pancasila dapat diartikan sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki
kompetensi yang unggul serta memiliki nilai-nilai luhur Pancasila.

KESIMPULAN
Pelajar Pancasila merupakan perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang
hayat yang memiliki kompetensi global, karakter dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila, dengan enam elemen atau dimensi yaitu (a) beriman, bertakwa kepada Tuhan
YME, dan berakhlak mulia, (b) berkebinekaan global, (c) bergotong royong, (d) mandiri, (e)
bernalar kritis, dan (f) kreatif. Pada SMAN 2 Gading rejo melakukan strategi pencapaian
penguatan profil pelajar Pancasila melalui budaya sekolah atau pembiasaan di sekolah,
kegiatan intrakulikuler, kegiatan ekstrakulikuler, dan projek pengutan profil pelajar Pancasila.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka
Faiz, A., Hakam, K. A., Nurihsan, J., & Komalasari, K. (2022). Pembelajaran Kognitif Moral
melalui Cerita Dilema Berbentuk Animasi. Jurnal Basicedu, 6(4), 6463–6470.
Hakam, K. A., & Nurdin, E. S. (2016). Metode Internalisasi Nilai-nilai untuk Memodifikasi
Perilaku Berkarakter. CV Maulana Media Grafika.
Imas Kurniawaty, Aiman Faiz, Purwati DOI: https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i4.3139
Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 4 No 4 Tahun 2022 p-ISSN 2656-8063 e-ISSN
2656-8071 Praktisi Pendidikan. Bumi Aksara.
Kemendikbud. (2021). Salinan Permendikbud. https://roren.kemdikbud.go.id/wp-
content/uploads/2021/03/SALINAN-PERMENDIKBUD-22-TAHUN-2020.pdf
Kemendikbud. Kurikulum Perkenalan Profil Pelajar Pancasila.
https://guru.kemdikbud.go.id/kurikulum/perkenalan/profil-pelajar-pancasila/pengertian/
58
JurnalManajemen Pendidikan Al Multazam PISSN :2656-3258
JMPA, Vol 4, No 2, Agustus 2022

Kusumah, W., & Alawiyah, T. (2021). Guru Penggerak: Mendorong Gerak Maju Pendidikan
Nasional. Penerbit Andi.
Miles & Hubberman. (1992). Analisis data kualitatif: Buku sumber tentang metode-metode
baru (Tjetjep Rohendi Rohidi (ed.)). UI Press.
Nazir. (2014). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Rachmawati, N., Marini, A., Nafiah, M., & Nurasiah, I. (2022). Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila dalam Implementasi Kurikulum Prototipe di Sekolah Penggerak
Jenjang Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 6(3), 3614–3625.
Rukiyati, & Purwastuti, L. A. (2015). Mengenal Filsafat Pendidikan. Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
Solihatin, Etin. 2012. Strategi Pembelajaran PPKN. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyiono. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.Bandung:Alfabeta.
Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D.Bandung:Alfabeta., April 2015,
31–46. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alphabet.
Tomlinson, C. A. 2001. How to differentiated Instruction in Mixed-Ability Classrooms.
Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development.

59

Anda mungkin juga menyukai