Anda di halaman 1dari 10

The Implementation Of Extracurricular Scouting In

The Development Of Disciplinary Character In Terms


Of The Civic Dimension Of Elementary School
Students

Suratman1, Suyitno2
{suratmanbudiatmaja09@gmail.com 1, suyitno.y@gmail.com 2}

SD Negeri Sidayu 011, Universitas Muhammadiyah Purwokerto2

Abstract. Character education in scouting is believed to be able to change current


problems, especially disciplinary problems. This study aims to develop the disciplinary
character of students in terms of the PKN dimension through the implementation of
scouting extracurricular activities. The research method used is a qualitative research
approach, with a descriptive qualitative design while the research subjects chosen are
principals, scout coaches, learners. This study uses data collection techniques in the form
of observation, interviews, documentation studies, data analysis carried out, namely data
reduction, data presentation (data display), and conclusion drawing / verification to test
the validity of data using credibility tests. The implementation of extracurricular
scouting can develop the disciplinary character of learners. Increased
implementation of extracurricular scouting to be carried out optimally so that
the disciplinary character of students will increase.

Keywords: Extracurricular Scouting, Disciplinary Character, Civic Dimension.

1. Introduction

Masa pandemi covid-19 yang hampir 2 tahun yang mengharuskan para guru dan para
peserta didik diwajibkan melakukan pembelajaran jarak jauh atau disebut juga
pembelajaran online. Disatu sisi pembelajaran online memiliki banyak dampak positif
dan juga tidak terlepas dari dampak negatif, dampak negatif dari pembelajaran online ini
salah satunya mengenai perubahan kebiasaan dan perilaku para peserta didik. Sejak
bulan September tahun 2021 pemerintah mengumumkan sekolah jenjang SD, SMP,
SMA boleh dibuka untuk melakukan pembelajaran tatap muka karena kasus pandemi
yang semakin menurun, tetapi para peserta didik yang bisa memasuki kelas untuk
melakukan pembelajaran hanya 50%, peserta didik yang lainnya bisa bergilir di hari yang
lain. Akibat dari pembelajaran tatap muka ini membuat para pihak sekolah terutama guru
dan kepala sekolah memiliki tugas yang begitu penting dalam membentuk kembali
karakter dan kebiasaan baik para peserta didik.
Nurkholisah, dkk, (2022) menyatakan bahwa Penguatan pendidikan karakter pada saa
t ini adalah hal yang sangat penting untuk dilaksanakan. Mengingat banyak peristiwa yan
g menjadikan penurunan hingga krisis moral pada anak-anak, remaja, hingga orang dewa
sa. Pasca pandemi, terlihat jelas menurunnya disiplin peserta didik dalam hal waktu.
Sebab, banyak peserta didik yang terlambat dengan alasan bangun kesiangan ini
disebabkan mereka terbiasa bangun siang. Penurunan kedisiplinan peserta didik
merupakan hal yang sangat jelas terlihat, rasa percaya diri mereka juga berkurang. Ini
terlihat jelas pada saat pembelajaran di kelas. Mereka cenderung terlihat diam dan tidak
memberikan respons ketika guru bertanya atau meminta pendapat.
Pengembangan potensi peserta didik yang terkandung di dalam tujuan
pendidikan nasional dilakukan melalui kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan
ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler diselenggarakan melalui kegiatan terstruktur dan
terjadwal sesuai dengan cakupan dan tingkat kompetensi muatan atau mata pelajaran.
Kegiatan kokurikuler dilaksanakan melalui penugasan terstruktur terkait satu atau lebih
dari muatan atau mata pelajaran. Kegiatan ekstrakurikuler yang merupakan kegiatan
terorganisasi/terstruktur di luar struktur kurikulum setiap tingkat pendidikan yang secara
konseptual dan praktis mampu menunjang upaya pencapaian tujuan pendidikan.
Ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik di
luar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, di bawah bimbingan
dan pengawasan satuan pendidikan. Kegiatan ekstrakurikuler dibagi menjadi dua jenis
yaitu ekstrakurikuler wajib dan ekstrakurikuler pilihan. (Permendikbud Nomor 62
Tahun 2014). Ekstrakurikuler wajib yang harus diselenggarakan oleh satuan pendidikan
dan wajib diikuti peserta didik adalah kepramukaan. Apalagi di dalam kurikulum yang
sekarang, pramuka menjadi sesuatu yang amat vital bahkan terintegrasi di dalam semua
mata pelajaran yang ada. Pendidikan karakter pada kepramukaan diyakini dapat
mengubah permasalahan yang terjadi saat ini terutama masalah kedisiplinan.
Di sekolah Pramuka sudah menjadi ekstrakurikuler wajib. Hal ini tertuang
dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 63 Tahun 2014 tentang
Kependidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler wajib pada Pendidikan dasar dan
menengah. Dan implementasi Kurikulum merdeka memberikan ruang penguatan
karakter pada kegiatan Pramuka tersebut. Sehingga krisis belajar yang telah lama
dihadapi, dan menjadi semakin parah karena pandemi dapat diatasi dan adanya
peningkatan kemampuan kualitas belajar, penguatan karakter peserta didik.
Di dalam pelaksanaaan kegiatan ekstrakurikuler Kepramukaan ini peneliti akan
meneliti ditinjau dari dimensi Pkn. Andriani (2020: 45) menjelaskan, pendidikan
kewarganegaraan termasuk kedalam kategori “Sosial Studi” tradisi “Citizenship
Transmission” dengan menjabarkan nilai Pancasila dan moral yang bersumber dari
budaya Indonesia sebagai muatannya yang nantinya diharapkan dapat diwujudkan dalam
perilaku sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat. Budimansyah dan Suryadi (2008:
68), Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu bidang kajian yang
mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan Kewarganegaraan adalah cara yang tepat untuk
menginternalisasikan nilai-nilai karakter bangsa. Winataputra dan Budimansyah (2007),
Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) merupakan subjek pembelajaran yang
mengemban misi untuk membentuk kepribadian bangsa, yakni sebagai upaya sadar
dalam “nation and character building”. Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peran
yang sangat strategis dalam keberlangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Suatu
negara demokratis pada akhirnya harus bersandar pada pengetahuan, keterampilan dan
kebajikan dari warga negaranya dan orang-orang yang mereka pilih untuk menduduki
jabatan publik. Pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk mempersiapkan peserta
didik menjadi warga negara yang baik (to be good and smart citizens) yang memiliki
komitmen kuat dalam mempertahankan kebhinekaan di Indonesia dan mempertahankan
integritas nasional.
Hasil observasi awal yang peneliti lakukan terhadap peserta didik Sekolah
Dasar di Gugus Budi Utomo kecamatan Binangun pada bulan Agustus 2022, karakter
disiplin peserta didik masih kurang. Peneliti melakukan observasi di kelas V dan VI.
Peneliti menemukan adanya sikap peserta didik yang tidak disiplin. Peserta didik kurang
mengindahkan waktu berangkat ke sekolah, sering tidak mengerjakan tugas, terlambat
mengumpulkan tugas dengan presentasi yang cukup besar. Menurut penuturan wali kelas
V, guru sudah sering memberikan teguran pada peserta didik yang demikian, namun
mereka masih mengulanginya lagi dikemudian hari. Dari catatan hasil observasi banyak
peserta didik kurang disiplin waktu masuk kelas, tidak mengerjakan tugas dan terlambat
mengumpulkan tugas.
Peneliti juga melakukan wawancara terhadap guru kelas V dan VI SD Negeri di
Gugus Budi Utomo Kecamatan Binangun pada tanggal 25 Agustus 2022 menyebutkan
bahwa nikai karakter yang paling terlihat menurun pasca pandemic covid-19 adalah
kedisiplinan. Peserta didik sering lupa tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru.
Peserta didik juga sering kurang memperhatikan waktu pengumpulan tugas .
Beberapa program sekolah yang berkaitan dengan dimensi Pendidikan
Kewarganegaraan khususya kedisiplinan SD Negeri di Gugus Budi Utomo sudah
dilaksakan namun hasilnya belum maksimal, antara lain program latihan TUB-BB,
program membuang sampah pada tempatnya serta program-program lainnya . Sekolah
juga menanamkan nilai karakter pada pembelajaran serta dalam kurun waktu satu tahun
belakang ini akan tetapi belum Nampak hasil yang signifikan.

Melihat kondisi saat ini, pelaku pendidikan, khususnya guru harus mempunyai
strategi guna menanamkan karakter dalam diri peserta didik. Sekolah merupakan salah
satu tempat peserta didik untuk memperoleh nilai-nilai pendidikan karakter. Nilai
karakter merupakan dimensi terdalam pendidikan yang membudayakan dan
memberadabkan para pelaku pendidikan. Kenyataannya masih ada beberapa nilai
pendidikan karakter dari peserta didik yang masih kurang terutama nilai-nilai yang
terkandung dalam watak kewarganegaraan (civic desposition) seperti : kesopanan, jujur,
belas kasih, dan toleransi. Sekolah dasar merupakan salah satu lembaga pendidikan yang
bertugas menanamkan nilai-nilai karakter kepada peserta didiknya. Krisis karakter
kewarganegaraan sudah waktunya untuk diatasi secara struktural oleh bangsa Indonesia.
Lembaga pendidikan maupun para stakeholder di bidang pendidikan diharapkan lebih
proaktif, kreatif dan inovatif dalam merancang proses pembelajaran yang benar-benar
mampu memberikan kontribusi bagi pembangunan pendidikan karakter terutama
karakter kewarganegaraan.
Branson (dalam Kardiman, 2008:47) yang menyatakan bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan pendidikan yang mengandung tiga komponen utama yang
cocok untuk dikembangkan pada masyarakat yang demokratis yaitu pengetahuan
kewarganegaraan (civic knowledge), kecakapan kewarganegaraan (civic skill), dan
watak-watak kewarganegaraan (civic disposition). Civic knowledge adalah pengetahuan
kewarganegaraan yang berkaitan dengan kandungan atau apa yang seharusnya diketahui
oleh warga negara meliputi politik dan pemerintahan, konstitusi, tujuan, nilai-nilai dan
prinsip demokrasi, hubungan negara dengan negara lain serta peran warga negara. Civic
skill yaitu kemampuan warga Negara untuk mempraktekkan hak-haknya dan menunaikan
tanggung jawabnya sebagai anggota masyarakat yang berdaulat berdasarkan pengetahuan
kewarganegaraan yang telah dimiliki. civic disposition yaitu mengisaratkan kepada
karakter masyarakat maupun perseorangan dari warga negara yang penting bagi
pemeliharaan dan pengembangan demokrasi konstitusional. watak-watak
kewarganegaraan sebagaimana kecakapan kewarganegaraan, berkembang secara
perlahan sebagai akibat dari apa yang telah dipelajari dan dialami oleh seseorang di
rumah, sekolah, komunitas, dan organisasi-organisasi civil society. Ketiga domain,
merupakan acuan dalam melakukan transfer of value, transfer knowledge, transfer of
skill, transfer of culture dari nilai-nilai kebangsaan Indonesia, yakni nilai-nilai Pancasila.
Nilai-nilai Pancasila seharusnya menjadi karakter yang dibangun dalam Pendidikan
Kewarganegaraan, bahkan dalam pendidikan pada umumnya. Tidak mudah untuk
mengubah keadaan, tetapi paling tidak posisi pendidikan sebagai tonggak
pembentuk karakter bangsa merupakan upaya yang tepat. Salah satunya dengan
pendidikan kepramukaan. Dilihat dari asas dan tujuan dari gerakan pramuka sudah
terlihat bahwa Gerakan Pramuka memiliki andil dalam pengembangan karakter bangsa
saat ini yang salah satunya adalah karakter disiplin. Pramuka merupakan bagian
penguatan model aktualisasi, yaitu berupa bentuk penerapan sikap dan keterampilan yang
dipelajari didalam kelas yang dilaksanakan secara rutin, terjadwal, dan diberikan
penilaian formal. Proses awalnya adalah guru-guru mata pelajaran, guru kelas,
melakukan identifikasi muatan pembelajaran apa yang akan diaktualisasikan ke dalam
kegiatan kepramukaan. Sebagai contoh model aktualisasi dalam kepramukaan adalah
kegiatan orienteering. Orienteering adalah olahraga menemukan sejumlah lokasi di
medan sebenarnya dengan menggunakan peta dan kompas.

2. Research Methods
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif
dengan pendekatan deskriptif. Menurut Sugiyono (2013: 9) Penelitian kualitatif yaitu
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada saat kondisi obyek masih alami
[3].
Penelitian ini bertempat di SD Negeri Gugus Budi Utomo Kecamatan
Binangun.Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif yang berupa
penelitian dengan metode pendekatan studi kasus. Penelitian ini memusatkan secara
intensif pada satu obyek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus. Data studi
kasus diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, dengan kata lain dalam studi ini
dikumpulkan berbagai sumber. Pada penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif
dikarenakan data yang diperoleh berupa informasi-informasi dan pendapat yang
dikumpulkan oleh peneliti dengan mengkaji perspektif partisipan dengan bentuk strategi
interaktif yaitu dengan observasi langsung, observasi partisipatif, wawancara mendalam,
peninjauan dokumentasi tentang bagaimana implementasi ekstrakurikuler kepramukaan
dalam pembentukan karakter untuk peserta didik di sekolah dasar. Subjek penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, pembina pramuka dan
peserta didik.
Instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Teknik analisis data yang peneliti gunakan
adalah teknik analisis data model Miles dan Huberman Aktivitas yang terdapat dalam
analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
.
3. Results And Discussion
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahap yang pertama adalah penelitian
tentang kedisiplinan pada peserta didik. Awalnya dilakukan observasi terlebih dahulu untuk
menentukan subjek secara purposive sampling sekolah yang secara rutin melaksanakan
kegiatan ekstrakurikuler Kepramukaan pada awal tahun ajaran. Selanjutnya menggali
informasi awal mengenai tingkat kedisiplinan siswa pada kegiatan-kegiatan di sekolah pasca
pembelajaran daring akibat pandemi covid-19. Melalui observasi awal didapatkan informasi
bahwa perilaku kedisiplinan siswa pasca pandemi mengalami penurunan.
Dimensi pendidikan kewarganegaraan berupa kedisiplinan yang terkandung
ekstrakurikuler kepramukaan menjadi pertimbangan utama pada diimplementasi
ekstrakurikuler ini di SD Negeri se Gugus Budi Utomo Kecamatan Binangun Kabupaten
Cilacap. Analisis yang dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi telah
mengasilkan terkumpulnya data penelitian. Berdasarkan hasil peneltian, masing-masing
sumber data akan diuraikan sebagai berikut:
Observasi yang telah dilaksanakan selama 2 (dua) bulan terakhir menunjukkan adanya
peningkatan kedisiplinan peserta didik. Data hasil observasi menunjukkan dari 4 (empat)
Sekolah Dasar di Gugus Budi Utomo setelah mengimplementasikan ekstrakurikuler
Kepramukaan tingkat kedisiplinan peserta didiknya mengalami peningkatan. Hak ini didapat
dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap peserta didik yang mengikuti
ekstrakurikuler Kepramukaan. Mereka menunjukkan peningkatan kedisiplinan seperti hadir
tepat waktu, memakai seragam sesuai ketentuan, mematuhi peraturan sekolah dan tepat waktu
dalam mengumpulkan tugas.
Melalaui wawancara dengan kepala sekolah dan, peneliti mencoba menggali iformasi terkait
pengembangan karakter disiplin peserta didik ditinjau dari dimensi Pkn, faktor pendukung dan
penghambat pengembangan karakter disiplin peserta didik serta solusi yang ditempuh untuk
mengatasi hambatan yang dialami dalam pengembangan karakter disiplin peserta didik
melalui implementasi kegiatan ekstrakurikuler kepramukaan di SD Negeri se-Gugus Budi
Utomo Kecamatan Binangun. Dari hasil wawancara diketahui berbagai hal yang dilakukan
untuk pengembangan karakter disiplin antara lain:
a. Dukungan guru mata pelajaran dalam penanaman karakter disiplin pada siswa Sekolah
Dasar se Gugus Budi Utomo
Pendidikan karakter merupakan bagian yang sangat penting dari pendidikan di Indonesia.
Artinya, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu pendidikan nilai, pendidikan moral,
pendidikan budi pekerti, pendidikan watak yang bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan siswa agar dapat mengambil keputusan yang baik dan yang buruk. Penanaman
karakter menjadi salah satu tugas dari semua guru, sehingga guru mata pelajaran berperan
sebagai pendidik dalam penanaman karakter disiplin dan kejujuran siswa. Pramuka sangat
baik bagi perkembangan karakter siswa. Melalui banyak kegiatan dan materi, siswa merasa
sangat tertarik dalam mengikuti Pramuka.Penerapan Pendidikan karakter yang terdapat
pada SD Negeri se Gugus Budi Utomo dapat dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler
Pramuka. Di dalam kegiatan ektrakulikuler pramuka, siswa dapat mempelajari kedisiplinan
salah satunya dengan melakukan PBB. PBB adalah Peraturan Baris Berbaris yang dapat
dilakukan dengan cara kelompok. Sehingga setiap siswa dituntut untuk disiplin dalam
melakukan PBB. Pembina Pramuka memiliki peran yang sangat penting dalam proses
berjalannya kegiatan Pramuka. Maka dari itu, Pembina Pramuka harus dapat mengarahkan
dan memberi petunjuk pelaksanaan yang tepat. Senada dengan, penelitian yang dilakukan
oleh Lecey J. Hilliad (2014)yang berjudul Program Innovations and Character in Cub
Scouts: Findings from Year 1 of a Mixed-Methods, Longitudinal Study menyatakan bahwa
kegiatan pramuka yang dilakukan pada sebuah Negara bertujuan untuk menanamkan,
membina, dan memberikan kontribusi positif terhadap kemajuan bangsa. Jadi,
kesimpulannya bahwa kegiatan ekstrakurikuler pramuka merupakan kegiatan yang sangat
penting dalam pendidikan karakter siswa, karena dalam kegiatan pramuka terdapat
berbagai macam kegiatan yang dapat membuat siswa untuk memiliki karakter, terutama
karakter disiplin. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya dilakukan di Amerika Serikat
difokuskan pada program kualitas, terkait dengan pengembangan karakter dan lainnya. Hal
ini bermakna bahwa kegiatan ekstrakurrikuler yang dilakukan pada sebuah Negara
bertujuan untuk menanamkan, membina, dan memberikan kontribusi positif terhadap
kemajuan bangsa. Jadi, kesimpulannya bahwa kegiatan ekstrakurikuler pramuka
merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pendidikan karakter siswa, karena dalam
kegiatan pramuka terdapat berbagai macam kegiatan yang dapat membuat siswa untuk
memiliki karakter, terutama karakter disiplin. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya
kegiatan ekstrakurikuler pramuka perlu ditingkatkan lagi, agar Pendidikan karakter siswa
dapat menjadi lebih baik.

b. Penerapan kedisiplinan dalam ekstrakurikuler Pramuka disajikan dalam kegiatan outdoor


yan menyenangkan. Sehingga siswa tidak serta-merta merasakan belajar disiplin yang
mengekang. Setelah diadakannyya kegiatan Pramuka, siswa menjadi lebih disiplin dan
tanggung jawab. Kegiatan Pramuka memiliki efek yang sangat baik. Bahkan ketika di luar
kegiatan Pramuka, siswa menjadi terbiasa untuk melakukan kegiatan dengan disiplin. Hal
ini senada dengan penelitian Mary Faye Nelson (2002) yang berjudul A Qualitative Study
of Effective School Discipline Practices: Perceptions of Administrators, Tenured
Teachers, and Parents in Twenty Schools yaitu praktik disiplin sekolah yang efektif
melibatkan semua pemangku kepentingan di dalamnya. Kepala sekolah dan guru
bertanggung jawab untuk melaksanakan disiplin sekolah, praktik untuk menumbuhkan
perilaku yang sesuai dari siswa. Namun, orang tua, siswa, dan anggota masyarakat harus
sama-sama diwakili dalam perancangan prosedur disiplin. Administratordan guru harus
memiliki peluang pengembangan professional yang berkualitas untuk mendapatkan
strategi praktik disiplin kelas dan sekolah. Menghargai siswa untuk selamanya. Perilaku
dan kontribusi positif bagi komunitas sekolah adalah penting. Evaluasi praktik disiplin
sekolah harus terus berjalan, dan strategi untuk mengurangi gangguan sekolah harus terus
dilakukandinilai untuk perbaikan. Maka kesimpulannya, sebagian besar siswa memiliki
respon yang positif terhadap pengadaann ekstrakurikuler sebagai salah satu kegiatan yang
mendukung pembentukan karakter mereka. Siswa dapat menilai manfaat dari mengikuti
Pramuka sehingga mereka selalu tertarik dengan materi-materi kepramukaan sebagai
pembentukan karakter disiplin.
c. Usaha guru dalam penanaman karakter disiplin siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler Guru
selalu memiliki usaha dalam membentuk karakter siswa untuk menjadi pribadi yang lebih
baik. Usaha-usaha tersebut terlihat dengan metode ataupun dengan media yang digunakan.
Dalam usahanya menanamkan kedisiplinan siswanya, guru memerlukan alat dan cara.
Salah satu cara guru menumbuhkan karakter disiplin dengan mengadakan kegiatan
pramuka. Senada dengan itu Siti Bariyah (2011) menyatakan dalam penelitiannya yang
berjudul Kemampuan Guru dalam Meningkatkan Disiplin Siswa di Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Negeri 3 Mepanga bahwa siswa yang melakukan pelanggaran disiplin
masih ada tetapi relatif kecil. Dengan adanya sanksi dan hukuman yang diberikan
disekolah serta upaya para guru dalam menanamkan disiplin kepada siswa. Adapun faktor
yang menyebabkan siswa tidak disiplin adalah bawaan dari siswa itu sendiri, teman-teman
sebayanya baik yang ada dilingkungan sekolah maupun yang ada diluar sekolah dan
penggaruh dari orang tua. Dimana guru juga dapat mempengaruhi untuk siswa menjadi
tidak disiplin, dikarenakan kurangnya penguasaan kelas dan cara mengajar yang yang baik.
Pemberian sanksi dianggap efektif dalam hal mendisiplinkan selama masih dalam batas
kewajaran. Bentuk penilaian dari kedisiplinan yang ditunjukkan siswa melalui perubahan
karakter yang dapat dilihat langsung dari perilaku yang mereka. Perubahan karakter dapat
diamati dengan pencatatan absensi siswa setiap kegiatan Pramuka. Salah satu bentuk
kedisiplinan dapat dilihat dari absensi siswa. Selain itu, ketika kegiatan Pramuka
berlangsung, apakah siswa dapat menyelesaikan tugas hari itu dengan tuntas dan benar
atau tidak. Kegiatan Pramuka sangat baik bagi pembentukan karakter siswa terutama
kedisiplinan. Berawal dari disiplin mengikuti kegiatan Pramuka, siswa akan terbiasa untuk
disiplin di setiap kegiatan di luar Pramuka.

Menurut pandangan kepala sekolah dan wakil kepala sekolah, berdasarkan hasil
observasi dan wawancara faktor penghambat pengembangan karakter disiplin peserta didik
melalui implementasi kegiatan ekstrakurikuler kepramukaan di SD Negeri se-Gugus Budi
Utomo Kecamatan Binangun antara lain: a) sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah
untuk saat ini masih dikatakan kurang memadai. Masih diperlukan penambahan alat-alat
kegiatan ekstrakurikuler kepramukaan agar kegiatan latihan dapat berjalan dengan lancar,
b) Belum semua Pembina memiliki ijazah Kursus Mahir Dasar (KMD) sebagai salah satu
syarat menjadi Pembina Pramuka dan c) Dalam pengelolaan kegiatan cenderung kurang
terkoordinir. Sedangkan faktor pendukung diantaranya yaitu : a) minat siswa yang
antusias terhadap semangat berkegiatan ekstrakurikuler, b) Izin orang tua yang diberikan
kepada siswa. Menurut orang tua yang putra-putrinya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
Kepramukaan, dan c) dukungan pendanaan ekstrakurikuler dari dana BOS.

Berbagai upaya yang telah dilakukan sekolah untuk mengatasi faktor penghambat
antara lain: a) menganggarkan penambahan sarana prasarana pendukung ekstrakurikuler
kepramukaan melalui anggaran BOS, b) Mengikutsertakan pembina untuk mengikuti
Kursus Mahir Dasar (KMD) dan Kursus Mahir Lanjutan (KML) yang diselenggarakan
Kwartir Cabang, c) Meningkatkan kordinasi antara pembina di Gugus Depan dengan
merancang program ektrakurikuler Kepramukaan yang lebih terarah lagi.

4. Conclusion
Berdasarkan data hasil dari penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan
berbagai upaya dilaksanakan untuk menanamkan karakter disiplin anak yang di laksanakan
dalam kegiatan ekstrakurikuler Kepramukaan. Dalam pelaksanaan kegiatan Pramuka,
pembina selalu menggunakan mater-materi yang secara tidak langsung menuntut siswa
untuk dapat belajar disiplin. Peserta Pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler yang dilakukan
oleh sekolah sudah cukup baik. Ini dibuktikan dengan beberapa prestasi yang sudah
dihasilkan. Karakter disiplin dapat dibentuk dengan penerapan ekstrakurikuler di setiap
sekolah. Peserta didik yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler lebih mempunyai karakter
disiplin lebih baik daripada peserta didik yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler membuat siswa lebih percaya diri, lebih rajin, lebih bertanggung
jawab, dan lebih merasa disiplin. faktor penghambat pengembangan karakter disiplin
peserta didik melalui implementasi kegiatan ekstrakurikuler kepramukaan di SD Negeri
se-Gugus Budi Utomo Kecamatan Binangun antara lain: a) sarana dan prasarana yang
dimiliki sekolah untuk saat ini masih dikatakan kurang memadai. Masih diperlukan
penambahan alat-alat kegiatan ekstrakurikuler kepramukaan agar kegiatan latihan dapat
berjalan dengan lancar, b) Belum semua Pembina memiliki ijazah Kursus Mahir Dasar
(KMD) sebagai salah satu syarat menjadi Pembina Pramuka dan c) Dalam
pengelolaan kegiatan cenderung kurang terkoordinir. Sedangkan faktor pendukung
diantaranya yaitu : a) minat siswa yang antusias terhadap semangat berkegiatan
ekstrakurikuler, b) Izin orang tua yang diberikan kepada siswa. Menurut orang tua yang
putra-putrinya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Kepramukaan, dan c) dukungan
pendanaan ekstrakurikuler dari dana BOS.
Upaya yang telah dilakukan sekolah untuk mengatasi faktor penghambat antara
lain: a) menganggarkan penambahan sarana prasarana pendukung ekstrakurikuler
kepramukaan melalui anggaran BOS, b) Mengikutsertakan pembina untuk mengikuti
Kursus Mahir Dasar (KMD) dan Kursus Mahir Lanjutan (KML) yang diselenggarakan
Kwartir Cabang, c) Meningkatkan kordinasi antara pembina di Gugus Depan dengan
merancang program ektrakurikuler Kepramukaan yang lebih terarah lagi.

References
[1]
[2] Budimansyah & Suryadi. PKn dan Masyarakat Multikulturan. Bandung: PSPKn SPS.
Universitas Pendidikan Indonesia: 2008
[3] Winaputra, U. S. dan Budimansyah, D. (2007). Civic Education: Konteks, Landasan,
Bahan Ajar dan Kultur Kelas. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah
Pascasarjan UPI Bandung.
[4] Mashuri, H., & Pratama, B. A. (2019). Peran permainan tradisional dalam pendidikan
jasmani untuk penguatan karakter peserta didik. Proceedings of the National Seminar on
Women's Gait in sports towards a healthy lifestyle pp. 1-10.
[5] Mulyono, B. (2017). Reorientasi civic disposition dalam kurikulum Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai upaya membentuk warga negara yang ideal. Jurnal Civics: Media
Kajian Kewarganegaraan, 14(2) pp. 218.
[6] Mulyono, B. (2017). Reorientasi civic disposition dalam kurikulum Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai upaya membentuk warga negara yang ideal. Jurnal Civics: Media
Kajian Kewarganegaraan, 14(2) pp. 218.
[7] Yudiwinata, H. P. (2014). Permainan tradisional dalam budaya dan perkembangan
anak. Paradigma, 2(3) pp. 2.
[8] SIAGAWATI, Moniqa, et al. Mengungkap Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam
Permainan Tradisional Gobag Sodor. 2007.
[9] Ngatiningsih, Ngatiningsih, and Hasto Daryanto. Meningkatkan Kerjasama Anak Melalui
Pemainan Tradisional Gobak Sodor Di Kelompok B TK Pertiwi 3 Kalimati, Juwangi, Boyolali
Tahun Pelajaran 2013/2014. Diss. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014.
[10] Khoiriyah, I., Ismaya, E. A., & Setiawan, D. S. PEMBENTUKAN KARAKTER
PEDULI SOSIAL PADA ANAK MELALUI PERMAINAN GOBAK SODOR. Primary:
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 10(4) pp. 942-948.
[11] Anisah, A. S., & Holis, A. (2020). Enkulturasi Nilai Karakter Melalui Permainan
Tradisional Pada Pembelajaran Tematik Di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan UNIGA, 14(2)
pp. 318-327.
[12] Rochmadi, N. Menjadikan nilai budaya gotong-royong sebagai common identity dalam
kehidupan bertetangga negara-negara ASEAN. Universitas Negeri Malang. 2012.
[13] Creswell, John W. 2012. Research Design : Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif
dan Campuran. Edisi Keempat (Cetakan Kesatu). Yogyakarta : Pustaka pelajar
[14] Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif), Kualitatif,
dan R&D). Bandung: Alfabeta.
[15] Branson, Margaret Stimmann. 1999. The Role Of Civic Education A Forthcoming
Education Policy Task Force Position Paper from the Communitarian Network. Washington,
DC: The George Washington University.
[16] SIAGAWATI, Moniqa, et al. Mengungkap Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam
Permainan Tradisional Gobag Sodor. 2007.
References
[1] Somov, A.: Wildfire safety with wireless sensor networks. EAI Endorsed Transactions
on Ambient Systems. pp. 1-11 (2011)
[2] Motaz, A.: Start programming using Object Pascal. Vol. 2, pp. 10-11. Legally Free
Computer Books, US (2013)

Anda mungkin juga menyukai