Oleh :
NUR ISTINGANAH
NIM 2220110036
Kelas A
PETUNJUK:
Bacalah soal secara teliti dan cermat. Jawablah dengan jelas menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar;
Utamakan jawaban menggunakan pemikiran sendiri yang logis dan dapat
dipertanggungjawabkan, serta jawablah sesuai kenyataan yang Ada di tempat Anda
bekerja. Sebutkan di mana Anda bekerja, termasuk jika menjadi Kepala Sekolah;
Boleh membuka buku teks dan internet. Tapi cantumkan sumbernya, sebagaimana cara
penulisan ilmiah.
Selamat melaksanakan tugas dengan baik.
SOAL
1. Pembelajaran berbasis karakter harus dilaksanakan dari persiapan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran, sampai dengan evaluasi pembelajaran. Jelaskan tentang
persiapan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang
berlaku saat ini (Bobot 25%).
2. Mendidik anak berkarakter tidak cukup dilaksanakan di sekolah, tapi harus diawali dari
keluarga. Jelaskan pandangan Anda tentang membangun keluarga yang berkarakter
tersebut (Bobot 25%).
3. Pandemi Covid-19 selain menimbulkan korban jiwa, juga menimbulkan dampak buruk
bagi sekolah, termasuk dalam membangun karakter peserta didik. Dampak buruk pada
proses belajar-mengajar disebut loss learning (kehilangan kesempatan belajar).
Misalnya, anak Kelas III ternyata banyak yang belum mampu membaca dan menulis,
sebab selama kelas I dan II, mereka belajar secara daring, sehingga ketidakmampuan
mereka dalam membaca dan menulis tidak terdeteksi. Dari uraian di atas jawablah
beberapa pertanyaan berikut:
Sebutkan nama, dan tempat Anda bekerja (guru, kepala sekolah, penilik sekolah,
dsb)
Apakah sekolah dan peserta didik mengalami gejala loss learning seperti diuraikan
di atas? Jelaskan.
Bentuk loss learning seperti apakah yang terjadi di sekolah di mana Anda bekerja?
Jelaskan secara detail.
Bagaimana solusi yang diberikan dalam mengatasi loss learning yang menimpa
sekolah Anda?
Bagaimana mengatasi pendidikan karakter yang juga mengalami loss learning.
Jelaskah secara rinci? (Bobot 50%)
JAWABAN
2) Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pendidikan karakter dalam pembelajaran dilakukan dengan
pengenalan nilai-nilai, pengintegrasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta
didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam
maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran.Sehingga kegiatan pembelajaran
selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang
ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik
mengenal, menyadari/peduli, dan mengintegrasikan nilai-nilai dan menjadikannya
perilaku kebisaaan dalam sehari-hari.
Di sekolah kami, guru berperan besar dalam pelaksanaan pendidikan
karakter dalam pembelajaran karena guru merupakan role model yang senantiasa
berada di sekeliling peserta didik. Sehingga bukanlah hal yang tidak mungkin
peserta didik menjadikan gurunya panutan dalam berperilaku. Dalam kegiatan
pembelajaran terdapat kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup
dimana didalamnya terdapat kegiatan yang dipilih dan dilaksanakan agar peserta
didik mempraktikkan nilai-nilai karakter yang ditargetkan.
a. Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan antara lain orientasi, apersepsi, motivasi,
penjelasan tujuan pembelajaran, pemberian acuan dan pembagian kelompok.
Pada tahap ini guru perlu mengenalkan nilai, membangun kepedulian akan
nilai, dan membantu internalisasi nilai atau karakter pada tahap
pembelajaran.Contoh nilai-nilai yang ditanamkan dalam proses pembelajaran
pada kegiatan pendahuluan di SDN 1 Purbasari diantaranya yaitu:
Nilai disiplin: guru datang tepat waktu, guru mengecek kehadiran siswa,
baris berbaris di depan kelas sebelum masuk ruangan
Nilai kepemimpinan: setiap peserta didik bergiliran menjadi pemimpin
untuk menyiapkan kelas
Nilai religius: berdoa sebelum membuka pelajaran, pembacaan Asmaul
Husna
Nilai nasionalisme: menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan lain
sebagainya.
b. Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti, pembelajaran berpusat pada peserta didik sehingga
guru mendorong setiap peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran sehingga
guru telah menanmkan nilai rasa percaya diri dan mandiri pada diri peserta
didik.
Guru juga mendorong peserta didik mengeksplorasi pengetahuan tentang
materi yang dipelajari secara mandiri, berfikir logis, kreatif dan kerjasama
dengan seluruh peserta didik lain sehingga ditanamkan nilai saling menghargai
dan menghormati serta peduli terhadap ingkungan.
Peserta didik juga dibisaakan menyampaikan ide dan pendapatnya baik
secara verbal dan non verbal melalui tulisan. Maka secara tidak langsung
peserta didik dilatih untuk kreatif, kritis, percaya diri, mandiri, santun,
menghargai, dan kerja sama.
c. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup bisaanya guru dan peserta didik melakukan
penyimpulan terhadap materi yang telah dipelajari. Kemudian guru melakukan
refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut terhadap kegiatan pembelajaran
berikutnya. Maka nilai-nilai yang telah ditanamkan kepada peserta didik
berupa mandiri, kerjasama, kritis, logis, jujur, santun, dan percaya diri.
3) Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku
dan pembentukan kompetensi peserta didik, baik dilakukan secara tertulis maupun
lisan, observasi, penilaian diri, maupun penilaian dari teman. Penilaian hasil belajar
dilakukan dengan menilai dalam aspek kognitif, psikomotor dan afektif yang
dilakukan secara berkesinambungan.
Di SDN 1 Purbasari, penilaian dilakukan dengan memperhatikan
karaktersitik perkembangan peserta didik sehingga tidak disamaratakan dalam hal
penilaiannya. Hasil penilaian tersebut dapat digunaka guru sebagai acuan
pelaksanaan pembelajaran berikutnya agar peserta didik terus berkembang.
1) Pengajaran
Pengajaran merupakan upaya yang dilakukan oleh orang tua untuk
memberikan pengetahuan kepada anak tentang nilai-nilai karakter tertentu dan
membimbingnya serta mendorongnya untuk mengaplikasikan nilai-nilai tersebut
dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran ini dapat dilakukan dengan perencanaan
ataupun tanpa didahalui perencanaan karena berjalan secara alamiah dalam
kehidupan berkeluarga. Namun orang tua perlu mengajarkan beberapa hal berikut:
a. Mengenalkan Allah SWT sejak dini yaitu sejak dalam kandungan melalui
diperdengarkan lantunan ayat suci Al Quran, kalimat thayibbah, dan lantunan
dzikir sehingga dapat mempengaruhi penanaman dasar aqidah, tauhid dan iman
bagi anak (Hyoscyamina, 2011).
b. Mengajarkan bahwa ilmu dapat diambil darimanapun, kapanpun, dan dari
siapapun sehingga mengajarkan anak untuk menghargai semua orang. Orang
tua dapat menyediakan banyak buku di rumah agar anak tertarik dan suka
membaca buku (Hyoscyamina, 2011).
c. Ayah sebagai pendidik terutama menyangkut pendidikan yang bersifat rasional
yaitu dengan mengembangkan ego anak agar dapat menhadapi realitas hidup
yang terdiri dari segala jenis persoalan yang harus dipecahkan. Sedangkan ibu
membekali anak dengan keterampilan sosial, kekuatan rohani dan jasmani
dalam menghadapi segala tantangan zaman dan menjadi manusia yang berguna
bagi nusa dan bangsa (Susanti, 2016).
2) Pemotivasian
Pemotivasian adalah proses mendorong dan menggerakkan seseorang agar
mau melakukan perbuatan-perbuatan dalam pengaplikasian nilai-nilai karakter
sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Orang tua harus memberikan motivasi
yang positif atau bersifat membangun pada anak agar anak tetap yakin dan
berpegang teguh pada apa yang menjadi tujuannya. Pemberian motivasi oleh orang
tua dapat berupa penguatan atau penghargaan terhadap sikap perilaku atau usaha
belajar anak yang baik. Pemberian motivasi juga dilakukan pada saat anak
mengalami kesulitan dalam bersikap/ berperilaku atau disaat anak mengalami
kegagalan. Bentuk motivasi lainya yaitu orang tua harus memperbanyak waktu
untuk berkumpul dengan anak agar anak merasa selalu diperhatikan oleh orang tua,
sehingga dapat menjadi sumber kekuatan bagi anak dalam mempelajari dan
membentuk karakter sebagai identitas diri (Setiardi, 2017).
3) Peneladanan
Menurut Syarbini (2016) keteladanan merupakan syarat utama dalam
proses pendidikan karakter. Anak-anak mudah meniru apapun yang dilihatnya.
Maka orang tua hendaknya dalam mendidik anak tidak hanya mengisi sisi
intelektualnya saja namun juga perlu menekankan sisi emosional dan etika pada
anak-anaknya. Orang tua dapa memberikan beberapa teladan pada anak-anak
mengenai beberapa hal berikut, yaitu
a. Kejujuran, berhati-hatilah terhadap kata-kata yang diajarkan dan ucapkan,
jangan sampai di dalamnya terdapat benih-benih kebohongan.
b. Menjaga amanah, ajak anak sholat tepat waktu dan apabila waktunya belajar
namun anak msih menonton TV maka orang tua perlu menegur. Hal ini
dilakukan untuk mengajari anak dalam menjaga amanah atau belajar
bertanggung jawab.
c. Berbicara sopan santun, orang tua perlu mencontohkan kata-kata yang baik dan
benar. Bila anak mengeluarkan kata-kata yangt tidak pantas maka mereka perlu
diberi tahu bahwa hal tersebut tidak baik dan disertai alasannya (Hyoscyamina,
2011).
4) Pembisaaan
Pembisaaan-pembisaaan perilaku seperti melaksanakan nilai-niai ajaran
agama (beribadah), membina hubungan atau interaksi yang harmonis dalam
keluarga, memberikan bimbingan, arahan, pengawasan, dan nasihat merupakan hal
yang senantiasa harus dilakukan oleh orang tua agar perilaku anak yang
menyimpang dapat dikendalikan (Syarbini, 2016). Hal tersebut dilakukan juga
dengan tujuan untuk menjaga keseimbangan jasmani dan rohani anak.
Pembisaaan karakter pada anak tidak akan muncul secara tiba-tiba
melainkan perlahan-lahan, lambat laun karakter tersebut akan tumbuh dan melekat
pada diri anak sehingga menjadi sebuah bagian dari diri pribadi anak. Contoh
pembisaaan sesuai nilai karakter yang dapat diajarkan kepada anak seperti
membisaakan mengucapkan salam tatkala memasuki rumah, membisaakan hidup
bersih, membisaakan hidup disiplin, membisaakan berpamitan dan mencium
tangan orang tua tatkala hendak bepergian (Setiardi, 2017).
5) Penegakan Aturan
Langkah awal untuk mewujudkan penegakan aturan dalam keluarga adalah
dengan membuat peraturan keluarga yang disepakati bersama dan dapat mengikat
semua pihak di rumah, tak terkecuali orang tua. Peraturan dibuat untuk ditaati,
bukan untuk dilanggar. Peraturan ini berfungsi untuk mengatur kelancaran dan
kenyamanan hidup berumah tangga dan membantu membentuk karakter anak.
Kewajiban penghuni rumah untuk menciptakan peraturan yang jelas dan
menegakkan aturan tersebut terhadap setiap individu tanpa pandang bulu.
Penegakan aturan juga tidak terlepas dari nasihat dan hukuman. Nasihat dan
hukuman berperan untuk memberi gambaran pada anak tentang segala sikap dan
perilaku yang kita terapkan serta akibat dari penerapan sikap dan perilaku tersebut.
serta menghiasinya dengan akhlak mulia (Setiardi, 2017). Nasehat dan hukuman
dapat membimbing anak untuk meningkatkan kualitas hidup
b. Apakah sekolah dan peserta didik mengalami gejala loss learning seperti
diuraikan di atas? Jelaskan.
Sekolah dan peserta didik kami sebagian besar mengalami gelaja leraning
loss. Saya mengajar kelas VI, dimana peserta didik saya telah mengalami
pembelajaran daring selama 2 tahun dimulai dari kelas IV sampai kelas V karena
pandemi Covid-19. Dampaknya sangat besar bagi peserta didik saya, hampir semua
peserta didik mengalami learning loss yaitu berkurangnya pengetahuan dan
keterampilan akademis. Mereka cenderung kehilangan minat dan semangat belajar.
Rentang fokus belajar mereka menurun. Bahkan terjadi kemerosotan moral yang
cukup memperihatinkan. Pengenalan akan adanya media gedget ternyata bukan
membantu mereka belajar justru membuat mereka terlena dan melupakan belajar
karena sebagian besar dari mereka lebih senang menggunakan gedget untuk
bermain game.
c. Bentuk loss learning seperti apakah yang terjadi di sekolah di mana Anda
bekerja? Jelaskan secara detail.
Learning loss adalah hilangnya ketertarikan belajar pada anak karena
kurangnya interaksi dengan guru saat proses pembelajaran. Selanjutnya learning
loss diartikan sebagai menurunnya keterampilan ataupun pengetahuan secara
akademis pada anak (Andriani et al., 2021). Tanda-tanda yang dapat dilihat ketika
anak mengalami learning loss yaitu menurunnya intelektual dan keterampilan,
mundurnya prestasi belajar, tumbuh kembang anak yang terganggu, anak
mengalami tekanan psikologis dan psikososial dan kesenjangan akses belajar
(Budi, S., 2021).
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa fenomena
learning loss yang terjadi di sekolah kami adalah sebagai berikut:
1) Hilangnya minat belajar peserta didik, anak lebih suka main dan tidak suka
belajar karena fokus belajar mereka menurun. Hal ini terjadi karena selama
pandemi sebagian waktu digunakan untuk bermain dan melupakan belajar.
2) Menurunnya intelektual dan keterampilan peserta didik, hal ini disebabkan
karena turunnya minat belajar peserta didik sehingga mengakibatkan penurunan
pula terhadap intelektual dan keterampilan peserta didik. Dan selama
pembelajaran daring peserta didik dimanjakan oleh orang tua dengan
pengerjaan tugas sebagian besar dilakukan oleh orang tua. Peserta didik
kesulitan dalam melakukan kegiatan literasi dan numerasi sehingga ini pun
berdampak dalam prestasi mereka.
3) Prestasi peserta didik menurun, prestasi rata-rata peserta didik menurun karena
menurunnya kemampuan literasi dan numerasi. Kemampuan mereka dalam
kedua hal tersebut cenderung rendah. Misalnya, mereka bisa membaca namun
tidak bisa memahami apa yang telah dibaca.
4) Tumbuh kembang anak terganggu, maksudnya di sini adalah adanya
kemrosotan moral dan perilaku peserta didik. Selama pandemi peserta didik
bebas bermain dengan siapapun termasuk dengan teman yang bukan sebaya
sehingga mereka meniru hal-hal yang tidak pantas untuk dilakukan. Seperti
kata-kata dan perilaku yang tidak sopan, bahkan ada peserta didik yang enggan
datang ke sekolah lagi.
5) Peserta didik mengalami tekanan psikologis dan psikososial, peserta didik
mengalami kelelahan dan kejenuhan dengan tugas yang diberi guru. Peserta
didik menginginkan sekolah agar bisa bertemu dan bermain dengan teman-
temannya.
Andriani, W., dkk. 2021. Learning Loss dalam Pembelajaran Daring di Masa Pandemi
Corona. Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran, 1(1), 484–501.
https://www.researchgate.net/profile/Wawan-Gunawan-
6/publication/353899477_Learning_Loss_dalam_Pembelajaran_Daring_di_masa
_Pandemi_Corona/links/611724f50c2bfa282a4214e2/Learning-Loss-dalam-
Pembelajaran-Daring-di-masa-Pandemi-Corona.pdf
Budi, S., dkk. 2021. Deteksi Potensi Learning Loss pada Siswa Berkebutuhan Khusus
Selama Pembelajaran Daring Masa Pandemi Covid-19 di Sekolah Inklusif. Jurnal
Basicedu, 5(5), 3607–3613.
https://jbasic.org/index.php/basicedu/article/view/1342/pdf
Mutmainah & Rohmah. 2022. Learning Loss: Analisis Pembelajaran Jarak Jauh. Jurnal
Kewarganegaraan. Vol. 6 No. 1 Juni 2022. P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-
2328. https://journal.upy.ac.id/index.php/pkn/article/view/2662/pdf
Praptono. 2020. Penguatan Pendidikan Karakter Pada Era Merdeka Belajar Prosiding
Seminar Nasional Lembaga Pengembangan Pembelajaran Dan Penjaminan Mutu
2020. Vol. 2 (2020).
http://proceeding.semnaslp3m.unesa.ac.id/index.php/Artikel/article/view/60
Srigati, Dewi. 2021. Membentuk KArakter Siswa Di Masa Pandemi Covid-19. OSF
Preprints. January 19. https://osf.io/vxc3q
Susanti , 2016. Peranan Keluarga Dalam Pembentukan Karakter Anak. Al-Munawwarah:
Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 8 No. 2 (2016): September.
http://ejournal.kopertais4.or.id/sasambo/index.php/munawwarah/article/view/325
2/2397
Syarbini, Amirulloh. 2016. Pendidikan Karakter Berbasisi Keluarga: Studi tentang Model
Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam. Jogjakarta: AR-RUZZ Media.
Wicaksono, Kurniawan Pandu. 2022. Hubungan antara Learning Loss dan Motivasi
Belajar Mahasiswa pada Proses Pembelajaran Jarak Jauh. BIOMA: Jurnal Biologi
dan Pembelajaran Biologi, 7 (1). hal 43-57.
http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/BIOMA/article/view/7405/3849