Anda di halaman 1dari 18

TUGAS

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) GASAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Karakter


Dosen Pengampu : Dr. H. Wakhudin, M.Pd.

Oleh :
NUR ISTINGANAH
NIM 2220110036
Kelas A

PRODI MAGISTER PENDIDIKAN DASAR


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PUWOKERTO
2022
UJIAN AKHIR SEMSETER (UAS)

Mata kuliah : Pendidikan Karakter Ke-SD/MI-an


Semester/Kelas : I A/B/ dan C
Prodi : Magister Pendidikan Dasar
Hari / Tanggal : Jumat/30 Desember 2022
Waktu : 15.15-17.15
Sifat soal : Open Book/Internet
Pengampu : Dr. H. Wakhudin, M.Pd.

PETUNJUK:
 Bacalah soal secara teliti dan cermat. Jawablah dengan jelas menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar;
 Utamakan jawaban menggunakan pemikiran sendiri yang logis dan dapat
dipertanggungjawabkan, serta jawablah sesuai kenyataan yang Ada di tempat Anda
bekerja. Sebutkan di mana Anda bekerja, termasuk jika menjadi Kepala Sekolah;
 Boleh membuka buku teks dan internet. Tapi cantumkan sumbernya, sebagaimana cara
penulisan ilmiah.
 Selamat melaksanakan tugas dengan baik.

SOAL
1. Pembelajaran berbasis karakter harus dilaksanakan dari persiapan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran, sampai dengan evaluasi pembelajaran. Jelaskan tentang
persiapan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang
berlaku saat ini (Bobot 25%).
2. Mendidik anak berkarakter tidak cukup dilaksanakan di sekolah, tapi harus diawali dari
keluarga. Jelaskan pandangan Anda tentang membangun keluarga yang berkarakter
tersebut (Bobot 25%).
3. Pandemi Covid-19 selain menimbulkan korban jiwa, juga menimbulkan dampak buruk
bagi sekolah, termasuk dalam membangun karakter peserta didik. Dampak buruk pada
proses belajar-mengajar disebut loss learning (kehilangan kesempatan belajar).
Misalnya, anak Kelas III ternyata banyak yang belum mampu membaca dan menulis,
sebab selama kelas I dan II, mereka belajar secara daring, sehingga ketidakmampuan
mereka dalam membaca dan menulis tidak terdeteksi. Dari uraian di atas jawablah
beberapa pertanyaan berikut:
 Sebutkan nama, dan tempat Anda bekerja (guru, kepala sekolah, penilik sekolah,
dsb)
 Apakah sekolah dan peserta didik mengalami gejala loss learning seperti diuraikan
di atas? Jelaskan.
 Bentuk loss learning seperti apakah yang terjadi di sekolah di mana Anda bekerja?
Jelaskan secara detail.
 Bagaimana solusi yang diberikan dalam mengatasi loss learning yang menimpa
sekolah Anda?
 Bagaimana mengatasi pendidikan karakter yang juga mengalami loss learning.
Jelaskah secara rinci? (Bobot 50%)
JAWABAN

1. Pembelajaran berbasis karakter dalam kurikulum merdeka


Pembelajaran berbasis karakter dalam Kurikulum 2013, dikenal singkatan PPK
(Penguatan Pendidikan Karakter). Dalam Kurikulum Merdeka, istilah PPK diganti
dengan istilah Profil Pelajar Pancasila. Pelajar Pancasila merupakan perwujudan
pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman,
bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong
royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Dimensi-dimensi tersebut menunjukkan
bahwa profil pelajar Pancasila tidak hanya fokus pada kemampuan kognitif, tetapi juga
sikap dan perilaku sesuai jati diri sebagai bangsa Indonesia sekaligus warga dunia
(BSKAP, 2022).
Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa implementasi pendidikan karakter
dalam kurikulum kerdeka bersifat holistik (terpadu) dan saling terkait antara komponen
satu dengan komponen yang lainnya dengan berpusat pada peserta didik. Pada
pelaksanaannya Penguatan Pendidikan Karakter dilakukan dengan pendekatan guru
dan siswa secara langsung melalui kegiatan intra-kurikuler, ko-kurikuler, ekstra-
kurikuler pada setiap jenjang pendidikan, budaya satuan pendidikan, dan Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila (Praptono, 2020).
Yang perlu digaris bawahi adalah Profil Pelajar Pancasila dengan Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila merupakan suatu hal yang berbeda. Jika Profil
Pelajar Pancasila terintegrasi dalam seluruh kegiatan pebelajaran di sekolah.
Sedangkan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pelaksaaannya hanya terdapat
pada kegiatan ko-korikuler berbasis projek yang dirancang untuk menguatkan upaya
pencapaian kompetensi dan karakter sesuai dengan profil pelajar Pancasila. Projek
penguatan profil pelajar Pancasila dirancang terpisah dari intrakurikuler. Tujuan
muatan, dan kegiatan pembelajaran projek tidak harus dikaitkan dengan tujuan dan
materi pelajaran intrakurikuler (BSKAP, 2022).
Menurut Al Kahar (2021) penerapan Profil Pelajar Pancasila pada kegiatan
pembelajaran dilakukan dengan pengintegrasian nilai-nilai karakter pada semua mata
pelajaran. Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran merespon
sejumlah kelemahan dalam pelaksanaan pendidikan akhlak dan budi pekerti
(pendidikan karakter). Berikut ini adalah upaya inovasi pendidikan karakter di sekolah
adalah:
1) Pendidikan karakter dilakukan secara terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran.
Integrasi yang dimaksud meliputi pemuatan nilai-nilai ke dalam substansi pada
semua mata pelajaran dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang memfasilitasi
dipraktikkannya nilai-nilai dalam setiap aktivitas di dalam dan di luar kelas untuk
semua mata pelajaran.
2) Pendidikan karakter juga diintegrasikan ke dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan
peserta didik.
3) Selain itu, pendidikan karakter dilaksanakan melalui kegiatan pengelolaan semua
urusan di sekolah yang melibatkan semua warga sekolah.
Integrasi pendidikan karakter di dalam proses pembelajaran di sekolah
dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi pembelajaran
pada semua mata pelajaran (Julaiha, 2014). Tahap-tahap tersebut diuraikan lebih detail
berikut ini, yaitu:
1) Perencanaan Pembelajaran
Pada tahap perencanaan guru menganalisis Capaian Pembelajaran (CP)
yang disederhanakan lagi menjadi Tujuan Pembelajaran (TP). Kemudian guru
mengembangkan Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) berkarakter, dan penyiapan
bahan ajar berkarakter. Komponen-komponen tersebut harus dirancang agar
muatan maupun kegiatan pembelajarannya berwawasan pendidikan karakter. Perlu
adanya beberapa perubahan pada ketiga komponen tersebut, yaitu:
a. Penambahan dan/atau modifikasi kegiatan pembelajaran sehingga ada
kegiatan pembelajaran yang mengembangkan karakter
b. Penambahan dan/atau modifikasi indikator pencapaian sehingga ada
indikator yang terkait dengan pencapaian peserta didik dalam hal karakter
c. Penambahan dan/atau modifikasi teknik penilaian sehingga ada teknik
penialain yang dapat mengembangkan dan/atau mengukur perkembangan
karakter.
Dalam pelaksanaannya di SDN 1 Purbasari perencanaan pembelajaran
berkarakter juga memperhatikan perbedaan peserta didik (jenis kelamin,
kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi, latar belakang dan lainnya),
lebih mendorong partisipasi aktif peserta didik, memberikan umpan balik, adanya
keterkaitan dan keterpaduan serta menerapkan teknologi informasi dan komunikasi.

2) Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pendidikan karakter dalam pembelajaran dilakukan dengan
pengenalan nilai-nilai, pengintegrasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta
didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam
maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran.Sehingga kegiatan pembelajaran
selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang
ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik
mengenal, menyadari/peduli, dan mengintegrasikan nilai-nilai dan menjadikannya
perilaku kebisaaan dalam sehari-hari.
Di sekolah kami, guru berperan besar dalam pelaksanaan pendidikan
karakter dalam pembelajaran karena guru merupakan role model yang senantiasa
berada di sekeliling peserta didik. Sehingga bukanlah hal yang tidak mungkin
peserta didik menjadikan gurunya panutan dalam berperilaku. Dalam kegiatan
pembelajaran terdapat kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup
dimana didalamnya terdapat kegiatan yang dipilih dan dilaksanakan agar peserta
didik mempraktikkan nilai-nilai karakter yang ditargetkan.
a. Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan antara lain orientasi, apersepsi, motivasi,
penjelasan tujuan pembelajaran, pemberian acuan dan pembagian kelompok.
Pada tahap ini guru perlu mengenalkan nilai, membangun kepedulian akan
nilai, dan membantu internalisasi nilai atau karakter pada tahap
pembelajaran.Contoh nilai-nilai yang ditanamkan dalam proses pembelajaran
pada kegiatan pendahuluan di SDN 1 Purbasari diantaranya yaitu:
 Nilai disiplin: guru datang tepat waktu, guru mengecek kehadiran siswa,
baris berbaris di depan kelas sebelum masuk ruangan
 Nilai kepemimpinan: setiap peserta didik bergiliran menjadi pemimpin
untuk menyiapkan kelas
 Nilai religius: berdoa sebelum membuka pelajaran, pembacaan Asmaul
Husna
 Nilai nasionalisme: menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan lain
sebagainya.
b. Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti, pembelajaran berpusat pada peserta didik sehingga
guru mendorong setiap peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran sehingga
guru telah menanmkan nilai rasa percaya diri dan mandiri pada diri peserta
didik.
Guru juga mendorong peserta didik mengeksplorasi pengetahuan tentang
materi yang dipelajari secara mandiri, berfikir logis, kreatif dan kerjasama
dengan seluruh peserta didik lain sehingga ditanamkan nilai saling menghargai
dan menghormati serta peduli terhadap ingkungan.
Peserta didik juga dibisaakan menyampaikan ide dan pendapatnya baik
secara verbal dan non verbal melalui tulisan. Maka secara tidak langsung
peserta didik dilatih untuk kreatif, kritis, percaya diri, mandiri, santun,
menghargai, dan kerja sama.
c. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup bisaanya guru dan peserta didik melakukan
penyimpulan terhadap materi yang telah dipelajari. Kemudian guru melakukan
refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut terhadap kegiatan pembelajaran
berikutnya. Maka nilai-nilai yang telah ditanamkan kepada peserta didik
berupa mandiri, kerjasama, kritis, logis, jujur, santun, dan percaya diri.

3) Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku
dan pembentukan kompetensi peserta didik, baik dilakukan secara tertulis maupun
lisan, observasi, penilaian diri, maupun penilaian dari teman. Penilaian hasil belajar
dilakukan dengan menilai dalam aspek kognitif, psikomotor dan afektif yang
dilakukan secara berkesinambungan.
Di SDN 1 Purbasari, penilaian dilakukan dengan memperhatikan
karaktersitik perkembangan peserta didik sehingga tidak disamaratakan dalam hal
penilaiannya. Hasil penilaian tersebut dapat digunaka guru sebagai acuan
pelaksanaan pembelajaran berikutnya agar peserta didik terus berkembang.

2. Membangun keluarga berkarakter


Terdapat tiga lingkungan yang membentuk karakter anak, yaitu lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Namun lingkungan keluarga memiliki tanggung
jawab utama dan pertama dalam membangun karakter anak. Hal ini dapat diketahui
bahwa keluarga merupakan tempat pendidikan pertama dan utama bagi seseorang. Dan
anak lebih mempunyai banyak waktu berinteraksi dengan orang tua dibanding dengan
guru di sekolah (Setiardi, 2017). Di dalam keluarga, pendidikan berjalan atas dasar
kesadaran moral sejati antar orang tua dan anak. Sifat mengayomi orang tua membuat
karakter yang diajarkan lebih mudah diterima oleh anak. Maka pendidikan dalam
keluarga ini sangat berperan dalam mengembangkan watak, karakter, dan kepribadian
seseorang (Syarbini, 2016).
Alasan pendidikan karakter harus dilakukan di lingkungan keluarga diantaranya
yaitu:
1) Keluarga adalah tempat dimana anak tersebut bergaul untuk pertama kali. Interaksi
awal anak adalah dengan lingkungan keluarga. Apa yang dilakukan dan diberikan
oleh pihak keluarga menjadikan sumber perlakuan pertama yang akan
mempengaruhi pembentukan karakteristik pribadi dan perilaku anak
2) Keluarga merupakan komunitas yang selalu bersama anak yang berarti anak
mempunyai lebih banyak waktu berkumpul dengan keluarga. Besarnya peluang
dan kesempatan interaksi dalam keluarga akan sangat mempengaruhi
perkembangan anak. Maka peluang ini harus diisi dengan hal-hal yang positif.
3) Keluarga dan anak saling terkait oleh ikatan emosional. Ikatan keluarga dan anak
dibangun sejak kandungan sehingga semua yang ditampilkan apa adanya tanpa
dibuat-buat (Susanti, 2016).
Pendidikan anak dimulai saat bayi masih ada dalam kandungan ibu, dengan cara
memberikan makanan yang halal, komunikasi, mendengarkan ayat-ayat suci Al-Quran,
musik klasik, yang dapat membantu perkembangan otak anak (Hyoscyamina, 2011).
Ayah maupun ibu memiliki peran yang sama dalam mendidik anak. Ibu dapat membina
anak dengan kelembutan namun untuk mendidik anak mengenai kebijaksanaan,
kedisiplinan, dan tanggung jawab lebih dominan dimiliki oleh seorang ayah dari pada
ibu.
Usaha yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam membentuk karakter anak
yaitu melalui berbagai bentuk antara lain, pengajaran, pemotivasian, peneladanan,
pembisaaan, dan penegakan aturan (Syarbini, 2016).

1) Pengajaran
Pengajaran merupakan upaya yang dilakukan oleh orang tua untuk
memberikan pengetahuan kepada anak tentang nilai-nilai karakter tertentu dan
membimbingnya serta mendorongnya untuk mengaplikasikan nilai-nilai tersebut
dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran ini dapat dilakukan dengan perencanaan
ataupun tanpa didahalui perencanaan karena berjalan secara alamiah dalam
kehidupan berkeluarga. Namun orang tua perlu mengajarkan beberapa hal berikut:
a. Mengenalkan Allah SWT sejak dini yaitu sejak dalam kandungan melalui
diperdengarkan lantunan ayat suci Al Quran, kalimat thayibbah, dan lantunan
dzikir sehingga dapat mempengaruhi penanaman dasar aqidah, tauhid dan iman
bagi anak (Hyoscyamina, 2011).
b. Mengajarkan bahwa ilmu dapat diambil darimanapun, kapanpun, dan dari
siapapun sehingga mengajarkan anak untuk menghargai semua orang. Orang
tua dapat menyediakan banyak buku di rumah agar anak tertarik dan suka
membaca buku (Hyoscyamina, 2011).
c. Ayah sebagai pendidik terutama menyangkut pendidikan yang bersifat rasional
yaitu dengan mengembangkan ego anak agar dapat menhadapi realitas hidup
yang terdiri dari segala jenis persoalan yang harus dipecahkan. Sedangkan ibu
membekali anak dengan keterampilan sosial, kekuatan rohani dan jasmani
dalam menghadapi segala tantangan zaman dan menjadi manusia yang berguna
bagi nusa dan bangsa (Susanti, 2016).

2) Pemotivasian
Pemotivasian adalah proses mendorong dan menggerakkan seseorang agar
mau melakukan perbuatan-perbuatan dalam pengaplikasian nilai-nilai karakter
sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Orang tua harus memberikan motivasi
yang positif atau bersifat membangun pada anak agar anak tetap yakin dan
berpegang teguh pada apa yang menjadi tujuannya. Pemberian motivasi oleh orang
tua dapat berupa penguatan atau penghargaan terhadap sikap perilaku atau usaha
belajar anak yang baik. Pemberian motivasi juga dilakukan pada saat anak
mengalami kesulitan dalam bersikap/ berperilaku atau disaat anak mengalami
kegagalan. Bentuk motivasi lainya yaitu orang tua harus memperbanyak waktu
untuk berkumpul dengan anak agar anak merasa selalu diperhatikan oleh orang tua,
sehingga dapat menjadi sumber kekuatan bagi anak dalam mempelajari dan
membentuk karakter sebagai identitas diri (Setiardi, 2017).

3) Peneladanan
Menurut Syarbini (2016) keteladanan merupakan syarat utama dalam
proses pendidikan karakter. Anak-anak mudah meniru apapun yang dilihatnya.
Maka orang tua hendaknya dalam mendidik anak tidak hanya mengisi sisi
intelektualnya saja namun juga perlu menekankan sisi emosional dan etika pada
anak-anaknya. Orang tua dapa memberikan beberapa teladan pada anak-anak
mengenai beberapa hal berikut, yaitu
a. Kejujuran, berhati-hatilah terhadap kata-kata yang diajarkan dan ucapkan,
jangan sampai di dalamnya terdapat benih-benih kebohongan.
b. Menjaga amanah, ajak anak sholat tepat waktu dan apabila waktunya belajar
namun anak msih menonton TV maka orang tua perlu menegur. Hal ini
dilakukan untuk mengajari anak dalam menjaga amanah atau belajar
bertanggung jawab.
c. Berbicara sopan santun, orang tua perlu mencontohkan kata-kata yang baik dan
benar. Bila anak mengeluarkan kata-kata yangt tidak pantas maka mereka perlu
diberi tahu bahwa hal tersebut tidak baik dan disertai alasannya (Hyoscyamina,
2011).

4) Pembisaaan
Pembisaaan-pembisaaan perilaku seperti melaksanakan nilai-niai ajaran
agama (beribadah), membina hubungan atau interaksi yang harmonis dalam
keluarga, memberikan bimbingan, arahan, pengawasan, dan nasihat merupakan hal
yang senantiasa harus dilakukan oleh orang tua agar perilaku anak yang
menyimpang dapat dikendalikan (Syarbini, 2016). Hal tersebut dilakukan juga
dengan tujuan untuk menjaga keseimbangan jasmani dan rohani anak.
Pembisaaan karakter pada anak tidak akan muncul secara tiba-tiba
melainkan perlahan-lahan, lambat laun karakter tersebut akan tumbuh dan melekat
pada diri anak sehingga menjadi sebuah bagian dari diri pribadi anak. Contoh
pembisaaan sesuai nilai karakter yang dapat diajarkan kepada anak seperti
membisaakan mengucapkan salam tatkala memasuki rumah, membisaakan hidup
bersih, membisaakan hidup disiplin, membisaakan berpamitan dan mencium
tangan orang tua tatkala hendak bepergian (Setiardi, 2017).

5) Penegakan Aturan
Langkah awal untuk mewujudkan penegakan aturan dalam keluarga adalah
dengan membuat peraturan keluarga yang disepakati bersama dan dapat mengikat
semua pihak di rumah, tak terkecuali orang tua. Peraturan dibuat untuk ditaati,
bukan untuk dilanggar. Peraturan ini berfungsi untuk mengatur kelancaran dan
kenyamanan hidup berumah tangga dan membantu membentuk karakter anak.
Kewajiban penghuni rumah untuk menciptakan peraturan yang jelas dan
menegakkan aturan tersebut terhadap setiap individu tanpa pandang bulu.
Penegakan aturan juga tidak terlepas dari nasihat dan hukuman. Nasihat dan
hukuman berperan untuk memberi gambaran pada anak tentang segala sikap dan
perilaku yang kita terapkan serta akibat dari penerapan sikap dan perilaku tersebut.
serta menghiasinya dengan akhlak mulia (Setiardi, 2017). Nasehat dan hukuman
dapat membimbing anak untuk meningkatkan kualitas hidup

3. Loss learning (kehilangan kesempatan belajar)


a. Nama dan tempat Saya bekerja
Saya mengajar kelas VI di SDN 1 Purbasari, Koorwilcam Dindikbud
Karangjambu, Kabupaten Purbalingga. Yang merupakan kecamatan paling ujung
utara Kabupaten Purbalingga yang berbatasan dengan Kabupaten Pemalang.

b. Apakah sekolah dan peserta didik mengalami gejala loss learning seperti
diuraikan di atas? Jelaskan.
Sekolah dan peserta didik kami sebagian besar mengalami gelaja leraning
loss. Saya mengajar kelas VI, dimana peserta didik saya telah mengalami
pembelajaran daring selama 2 tahun dimulai dari kelas IV sampai kelas V karena
pandemi Covid-19. Dampaknya sangat besar bagi peserta didik saya, hampir semua
peserta didik mengalami learning loss yaitu berkurangnya pengetahuan dan
keterampilan akademis. Mereka cenderung kehilangan minat dan semangat belajar.
Rentang fokus belajar mereka menurun. Bahkan terjadi kemerosotan moral yang
cukup memperihatinkan. Pengenalan akan adanya media gedget ternyata bukan
membantu mereka belajar justru membuat mereka terlena dan melupakan belajar
karena sebagian besar dari mereka lebih senang menggunakan gedget untuk
bermain game.
c. Bentuk loss learning seperti apakah yang terjadi di sekolah di mana Anda
bekerja? Jelaskan secara detail.
Learning loss adalah hilangnya ketertarikan belajar pada anak karena
kurangnya interaksi dengan guru saat proses pembelajaran. Selanjutnya learning
loss diartikan sebagai menurunnya keterampilan ataupun pengetahuan secara
akademis pada anak (Andriani et al., 2021). Tanda-tanda yang dapat dilihat ketika
anak mengalami learning loss yaitu menurunnya intelektual dan keterampilan,
mundurnya prestasi belajar, tumbuh kembang anak yang terganggu, anak
mengalami tekanan psikologis dan psikososial dan kesenjangan akses belajar
(Budi, S., 2021).
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa fenomena
learning loss yang terjadi di sekolah kami adalah sebagai berikut:
1) Hilangnya minat belajar peserta didik, anak lebih suka main dan tidak suka
belajar karena fokus belajar mereka menurun. Hal ini terjadi karena selama
pandemi sebagian waktu digunakan untuk bermain dan melupakan belajar.
2) Menurunnya intelektual dan keterampilan peserta didik, hal ini disebabkan
karena turunnya minat belajar peserta didik sehingga mengakibatkan penurunan
pula terhadap intelektual dan keterampilan peserta didik. Dan selama
pembelajaran daring peserta didik dimanjakan oleh orang tua dengan
pengerjaan tugas sebagian besar dilakukan oleh orang tua. Peserta didik
kesulitan dalam melakukan kegiatan literasi dan numerasi sehingga ini pun
berdampak dalam prestasi mereka.
3) Prestasi peserta didik menurun, prestasi rata-rata peserta didik menurun karena
menurunnya kemampuan literasi dan numerasi. Kemampuan mereka dalam
kedua hal tersebut cenderung rendah. Misalnya, mereka bisa membaca namun
tidak bisa memahami apa yang telah dibaca.
4) Tumbuh kembang anak terganggu, maksudnya di sini adalah adanya
kemrosotan moral dan perilaku peserta didik. Selama pandemi peserta didik
bebas bermain dengan siapapun termasuk dengan teman yang bukan sebaya
sehingga mereka meniru hal-hal yang tidak pantas untuk dilakukan. Seperti
kata-kata dan perilaku yang tidak sopan, bahkan ada peserta didik yang enggan
datang ke sekolah lagi.
5) Peserta didik mengalami tekanan psikologis dan psikososial, peserta didik
mengalami kelelahan dan kejenuhan dengan tugas yang diberi guru. Peserta
didik menginginkan sekolah agar bisa bertemu dan bermain dengan teman-
temannya.

d. Bagaimana solusi yang diberikan dalam mengatasi loss learning yang


menimpa sekolah Anda?
Wicaksono (2022) menyarankan guru untu memperhatikan strategi
pembelajaran sehingga pembelajaran yang dilaksanakan tidak terkesan
membosankan. Pembelajaran yang sangat inovatif akan meningkatkan motivasi
belajar dan meminimaisir tingkat learning loss. Sedangkan Mutmainah & Rohmah
(2022) menyebutkan solusi terhadap permasalahan learning loss pada anak, yaitu
pengembangan media pembelajaran saat pandemi Covid-19, pendampingan
psikososial, dan pendampingan literasi dan numerasi. Di sekolah kami juga telah
melaksanakan beberapa hal tersebut, yaitu:
Pertama, strategi pembelajaran menggunakan strategi PAIKEM yaitu suatu
pendekatan mengajar yang digunakan bersama metode tertentu dan berbagai media
pengajaran yang disertai penataan lingkungan dengan baik sehingga proses
pembelajaraan menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Pembelajaran dapat dilaksanakan di dalam maupun di luar kelas dengan melakukan
beberapa permainan sehingga anak tidak bosan dan lebih menerima pelajaran
namun seolah sedang tidak belajar.
Kedua, media pembelajaran juga lebih interaktif dengan menggunakan
fasilitas gadget karena anak sudah terbiasa menggunakan benda tersebut namun
salah digunakan. Maka tugas guru adalah meluruskan pemanfaatan gadget agar
lebih bermakna dengan menggunakannya sebagai media pembelajaran. Misalnya
penggunaan media google classroom, quiziz, kahoot, wordwall, dan lainnya.
Ketiga, melakukan pendampingan literasi dan numerasi, hal ini dilakukan
terhadap semua peserta didik dalam setiap mata pelajaran. Namun untuk
pendalaman dengan penambahan jam pelajaran dikhususkan terhadap peserta didik
yang benar-benar membutuhkan penanganan khusus. Misalnya belum mampu
membaca dan calistung.

e. Bagaimana mengatasi pendidikan karakter yang juga mengalami loss


learning. Jelaskah secara rinci?
Tidak dapat dipungkiri selain pengetahuan dan keterampilan peserta didik
yang menurun, namun yang tidak kalah penting adalah penurunan karakter peserta
didik. Di sekolah kami seperti menjadi momok menakutkan karena banyak
ditemukan penurunan karakter tersebut. Misalnya, maraknya bullying di sekolah,
sopan santun terhadap guru menurun, dan ditemukan beberapa peserta didik kelas
tinggi yang merokok.
Untuk mengatasi lost character pihak sekolah yaitu guru perlu bekerja sama
dengan orang tua. Guru memberikan pengajaran dan orang tua yang
memahamkannya (Srigati, 2021). Sekolah kami selain bekerja sama dengan orang
tua selama pandemi juga saat ini lebih menekankan pembelajaran karakter di setiap
kesempatan dengan melakukan pembiasaan-pembiasan baik. Misalnya beberapa
hal yang dilakukan di sekolah kami, yaitu:
1) Pembiasaan setiap peserta didik untuk menjadi pemimpin sehari
2) Pembiasaan pembacaan Asmaul Husna dan surat pendek di pagi hari
3) Pembiasaan literasi 15 menit sebelum pembelajaran
4) Pembiasaan tambahan jam pelajaran untuk penguatan numerasi
5) Menggalakkan kegiatan ekstrakurikuler baik di bidang pramuka maupun
olahraga
DAFTAR PUSTAKA

Al Kahar. 2021. Pendidikan Karakter Multidimensi Sebagai Aplikasi Konsep Merdeka


Belajar Dalam Menyambut Bonus Demografi. An-Nur: Jurnal Studi Islam. P-ISSN
1829-8753 - E-ISSN 2502-0587 Vol. 13 No. 1 (January – June 2021) Available at:
https://jurnalannur.ac.id/index.php/An-Nur.

Andriani, W., dkk. 2021. Learning Loss dalam Pembelajaran Daring di Masa Pandemi
Corona. Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran, 1(1), 484–501.
https://www.researchgate.net/profile/Wawan-Gunawan-
6/publication/353899477_Learning_Loss_dalam_Pembelajaran_Daring_di_masa
_Pandemi_Corona/links/611724f50c2bfa282a4214e2/Learning-Loss-dalam-
Pembelajaran-Daring-di-masa-Pandemi-Corona.pdf

BSKAP. 2022. Panduan Pengembanag Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.

Budi, S., dkk. 2021. Deteksi Potensi Learning Loss pada Siswa Berkebutuhan Khusus
Selama Pembelajaran Daring Masa Pandemi Covid-19 di Sekolah Inklusif. Jurnal
Basicedu, 5(5), 3607–3613.
https://jbasic.org/index.php/basicedu/article/view/1342/pdf

D. E. Hyoscyamina. 2011. Peran Keluarga dalam Membangun Karakter Anak. Jurnal


Psikologi, Vol. 10, No 2, pp. 144-152. Maret 2011.
https://doi.org/10.14710/jpu.10.2.144-152

Julaiha, Siti. 2014. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran. Dinamika


Ilmu, 14(2), 226-239. https://doi.org/10.21093/di.v14i2.15

Mutmainah & Rohmah. 2022. Learning Loss: Analisis Pembelajaran Jarak Jauh. Jurnal
Kewarganegaraan. Vol. 6 No. 1 Juni 2022. P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-
2328. https://journal.upy.ac.id/index.php/pkn/article/view/2662/pdf

Praptono. 2020. Penguatan Pendidikan Karakter Pada Era Merdeka Belajar Prosiding
Seminar Nasional Lembaga Pengembangan Pembelajaran Dan Penjaminan Mutu
2020. Vol. 2 (2020).
http://proceeding.semnaslp3m.unesa.ac.id/index.php/Artikel/article/view/60

Setiardi, Dicky. 2017. KELUARGA SEBAGAI SUMBER PENDIDIKAN KARAKTER


BAGI ANAK. Jurnal Tarbawi Vol. 14. No. 2. Juli – Desember 2017 ISSN : 2088-
3102. https://ejournal.unisnu.ac.id/JPIT/article/view/619/913

Srigati, Dewi. 2021. Membentuk KArakter Siswa Di Masa Pandemi Covid-19. OSF
Preprints. January 19. https://osf.io/vxc3q
Susanti , 2016. Peranan Keluarga Dalam Pembentukan Karakter Anak. Al-Munawwarah:
Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 8 No. 2 (2016): September.
http://ejournal.kopertais4.or.id/sasambo/index.php/munawwarah/article/view/325
2/2397

Syarbini, Amirulloh. 2016. Pendidikan Karakter Berbasisi Keluarga: Studi tentang Model
Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam. Jogjakarta: AR-RUZZ Media.

Wicaksono, Kurniawan Pandu. 2022. Hubungan antara Learning Loss dan Motivasi
Belajar Mahasiswa pada Proses Pembelajaran Jarak Jauh. BIOMA: Jurnal Biologi
dan Pembelajaran Biologi, 7 (1). hal 43-57.
http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/BIOMA/article/view/7405/3849

Anda mungkin juga menyukai