Anda di halaman 1dari 19

BABl

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan dan

martabat bagi seluruh umat manusia. Pendidikan yang berkualitas akan

mencerminkan masyarakat maju. Pendidikan juga menjadikan adanya landasan

perubahan budaya. Kebiasaan yang ada di zaman sebelumnya akan berubah

sejalan dengan perubahan yang diperoleh dari proses pendidikan. Pendidikan

mampu menghasilkan hal-hal yang kreatif dan inovatif. Ketika negara

menciptakan kehidupan yang lebih layak dan maju bagi seluruh rakyatnya, maka

pendidikan merupakan elemen penting yang hams disiapkan untuk mewujudkan

cita-cita tersebut. Dalam konteks pendidikan di Indonesia, pendidikan merupakan

suatu hal yang sangat mendasar, penting dan bernilai. Proses pendidikan di

sekolah sejatinya adalah bagaimana mengantarkan para peserta didik untuk

menjadi warga negara yang baik serta dapat berinteraksi sosial dengan

lingkungan sekitarnya. 1

Pendidikan menjadi dasar dapat dilihat di konstitusi resmi Negara

Republik Indonesia, terutama pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada

alinea ke-empat, secara ekplisit dinyatakan bahwa mencerdaskan kehidupan

bangsa menjadi tanggung jawab Negara. Setelah Indonesia merdeka pemerintah

terns melakukan perbaikan dengan cara melakukan perubahan kebijakan

kebijakan di sektor pendidikan untuk menjadikan pendidikan di Indonesia

1
Birsyada, Dasar-Dasar Pendidikan JPS. (Yogyakarta: Ombak, 2016) h. 23

1
2

semakin baik. Saat ini di Indonesia sistem pendidikan telah beralih pada sistem

"Merdeka Belajar".2

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yakni Nadhim Anwar Makarim

mencetuskan sebuah konsep pembelajaran yang baru yaitu Merdeka Belajar.

Merdeka Belajar merupakan sebuah gagasan yang membebaskan siswa dalam

menentukan sistem pembelajaran.3 Sistem tersebut sangat berbeda dengan sistem

pembelajaran yang sudah berjalan di Indonesia. Dimana proses pembelajaran

yang hanya berkutik pada sebatas guru mengajar dan siswa diajar. Sistem tersebut

dirasa perlu diperbaiki, karena sistem seperti ini kebanyakan hanya terfokus

dalam aspek pengetahuan saja, sementara ada aspek keterampilan yang juga harus

dikuasai.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Juga mencetuskan sistem

pembelajaran di JenJang Perguruan Tinggi yaitu Kampus Merdeka. Sistem

tersebut merupakan lanjutan dari konsep Merdeka Belajar yang telah

dikemukakan sebelumnya. Dalam rangka menyiapkan mahasiswa menghadapi

perubahan sosial, budaya, dunia kerja dan kemajuan teknologi yang pesat,

kompetensi mahasiswa harus disiapkan untuk lebih gayut dengan kebutuhan

zaman. Link and match tidak saja dengan dunia industri dan dunia kerja tetapi

juga dengan masa depan yang berubah dengan cepat. Perguruan Tinggi dituntut

untuk dapat merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang inovatif agar

2
Birsyada, Dasar-Dasar Pendidikan JPS. (Yogyakarta: Ombak, 2016) h. 24
3
Dela Choiml Ainia, "Merdeka Belajar Dalam Pandangan Ki Hajar Dewantara dan
Relevansinya Bagi Pendidikan Karakter", Jurnal Filsafat Indonesia Vol.3 No.3 (Januari, 2020)
h.95
3

mahasiswa dapat meraih capaian pembelajaran mencakup aspek sikap,

pengetahuan, dan keterampilan secara optimal dan selalu relevan. 4

Permasalahan dalam pendidikan menjadi topik yang tak hentinya habis

untuk dibicarakan, bukan hanya di negara Indonesia, namun di negara-negara

manju sekalipun juga tak gencar untuk membicarakannya. Hal tersebut merupakan

suatu yang sangat lumrah, dikarenakan pendidikan memiliki peran yang sangat

penting dalam membentuk suatu karakter, dimana karakter sangat dibutuhkan

dalam membangun kemajuan bangsa. bahkan jika ingin melihat keadaan suatu

negeri dimasa yang akan datang, maka lihatlah bagaimana perkembangan

pendidikan yang berjalan di negeri tersebut.5

Pentingnya pendidikan di Indonesia sudah disadari sejak zaman penjajahan

oleh para perintis kemerdekaan Republik Indonesia. Hal tersebut dibuktikan

dengan adanya organisasi kepemudaan serta komunitas diskusi diantaranya, Budi

Utomo, Sarekat Islam, Taman Siswa dan lain sebagainya. Para perintis

kemerdekaan meyakini jika semakin banyak manusia di Indonesia cerdas, maka

mereka akan menyadari posisi mereka sebagai bangsa yang dijajah dan akan

berfikir bagaimana cara agar terlepas dari penjajahan.6

Pada masa sekarang pendidikan nasional menghadapi berbagai tantangan

yang cukup serius khususnya dalam upaya menyiapkan sumber daya manusia

yang berkualitas yang mampu menghadapi persaingan global. Peningkatan

4
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kernendikbud RI. 2020. Panduan Merdeka
Belajar-Kampus Merdeka. Lihat di http://dikti.kemdikbud.go.id/wp
content/uploads/2020/04/Buku-Panduan-Merdeka-Belajar-Kampus-Merdeka-2020 Diakses
pada 13 Mei 2021
5
M. Bachml Ulum, Pendidikan Pembebasan, (Malang: My Litera, 2019) h. I
6
Suhartono Wiryopranoto dkk, Ki Hajar Dewantara : Pemikiran dan Perjuangan,
(Jakarta: Museum Kebangkitan Nasional, 2017) h. 14
4

sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas. Kualitas sumber daya manusia

di Indonesia saat ini masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negara-negara

lain. Salah satu faktor utamanya berkaitan erat dengan dunia pendidikan.

Dikarenakan program pendidikan yang dirancang diyakini belum mampu untuk

menjawab permasalahan dan tantangan di masa depan.7

Merujuk pemikiran Paulo Freire, yang merupakan tokoh pendidikan yang

anti terhadap segala bentuk imperialism maupun eksploitasi manusia, maka beliau

menyatakan bahwa hanya melalui jalur pendidikan yang mampu mengembangkan

kemampuan manusia untuk melihat tantangan dari zamanya, dari situ maka akan

memunculkan dan menumbuhkan sebuah kesadaran kritis pada suatu masyarakat.

Pendidikan kritis yang digaungkan oleh Freire dewasa ini hampir menjadi wacana

yang dominan diperbincangkan di dunia pendidikan di Indonesia. Sebagai seorang

tokoh pendidikan yang anti terhadap segala bentuk penindasan terhadap manusia

maka baginya hal tersebut tidak bisa di tolerir begitu saja. Sebab penindasan itu,

menurutnya tidak sesuai dengan nilai kemanusaan (humanisme). 8

Disinilah dapat kita lihat bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan

seharusnya mampu "memanusiakan manusia".9 Hal ini sangat bertolak belakang

dengan kondisi pendidikan di Indonesia dimana masih banyak terjadi kasus

kekerasan di dunia pendidikan salah satunya yakni kasus perundungan (bullying).

Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dalam kurun waktu

7
Siti Baro'ah, "Kebijakan Merdeka Belajar Sebagai Strategi Peningkatan Mutu
Pendidikan", Jurnal Tawadlu, Vol. 4, No I, (Maret. 2020) h. I 066
8
Paulo Freire. Pendidikan Sebagai Praktek Pembebasan. (Jakarta: Gramedia, 1967) h.
32
9
Mu'arif. Liberalisasi Pedidikan: Menggadaikan Kecerdasan Kehidupan Bangsa.
Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2007) h. 74
5

sembilan tahun terakir ini (2011 s/d 2019) ada 37.381 pengaduan kekerasan

terhadap anak, untuk bullying baik di pendidikan maupun sosial media, angkanya

°
mencapai 2.473 laporan kekerasan terus meningkat.1 Kurang aktifnya peserta
didik dalam kegiatan belajar mengajar yang dipengaruhi oleh salah satunya

penggunaan strategi pembelajaran yang kurang menarik. Pembelajaran yang

masih bersifat konvensional, masih mengandalkan metode ceramah yang

menjadikan suasana kegiatan belajar mengajar jadi membosankan. Peserta didik

juga sering kali merasa kurang percaya diri, suka berpikir negatif dan gagal untuk

mengenali potensi yang dimilikinya, takut untuk beropini dan masih banyak

lainnya. Hal tersebut pula yang mempengaruhi perkembangan pendidikan di

Indonesia.

Berbicara mengenai pendidikan di Indonesia, maka kurang lengkap

rasanya jika tidak melibatkan tokoh yang dijuluki sebagai Bapak Pendidikan

Nasional, yakni Ki Hajar Dewantara, beliau merupakan figur kebanggaan

Indonesia yang memiliki jiwa pejuang yang pantang menyerah dalam dunia

pendidikan, yang telah menghasilkan banyak gagasan meliputi politik dan

pendidikan sehingga beliau dikenal sebagai pejuang, budayawan dan sekaligus

bapak pendidikan Indonesia.11

Banyak sekali gagasan-gagasan perihal pendidikan, yang dapat menjawab

problematika pendidikan yang ada di Indonesia sampai sekarang ini. Salah satu

10
Tim KPAT, 2020, Sejumlah Kasus Bullying Sudah Warnai catatan Masalah anak di
Awai 2020, Lihat di https://www.kpai.go.id/publikasi/sejumlah-kasus-bullying-sudah-warnai
catatan-masalah-anak-di-awal-2020-begini-kata-komisioner-kpai Diakses pada 13 Mei 2021
11
Moh. Yamin, Menggugat Pendidikan Indonesia (Be/ajar dari Paulo Freire dan Ki
Hajar Dewantara) (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009)
6

gagasan yang sering kita dengar adalah mengenai esensi paling dasar dari sebuah

pendidikan, yaitu pendidikan merupakan "tuntutan". Pendidikan harus menuntun

peserta didik untuk menemukan potensi terbaik dalam dirinya.12

Dari semua gagasan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara, beliau

mengemukakan 5 asas yang dikenal sebagai Panca Darma yaitu, Asas

Kemerdekaan, Asas Kodrat Alam, Asas Kebudayaan, Asas Kebangsaan, dan Asas

Kemanusiaan. Garis besar yang dapat diambil dari pemikiran beliau tentang

pendidikan adalah pendidikan harus didasarkan pada asas kemerdekaan.

Kemerdekaan yang dimaksud yaitu siswa harus memiliki jiwa merdeka secara

lahir maupun batin. jiwa merdeka yang tertanam dalam jiwa seseorang sangat

diperlukan agar bangsa Indonesia tidak mudah terdikte oleh negara lain.13 Dalam

hal tersebut Ki Hajar Dewantara memiliki sistem pendidikan yang disebut dengan

istilah "among", yakni suatu sistem pendidikan yang berjiwa kekeluargaan dan

bersendikan kodrat alam dan kemerdekaan. Pendidikan merupakan kebutuhan

yang harus dipenuhi sepanjang hayat, yang berkaitan dengan perkembangan

potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap manusia.14 Selain itu gagasan yang

paling popular adalah 3 konsep pendidikan yaitu: Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing

Madya Mangun Karsa dan Tut Wuri Handayani.15

Gagasan-gagasan yang telah dikemukakan Ki Hajar Dewantara tersebut,

manjadi acuan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yakni Nadhim Anwar


12
Dewantara, Pendidikan Bab I, Jakarta: Majelis Luhur Taman Siswa, 1961
13
Dwiarso, Napak Tilas Ajaran Ki Hadjar Dewantara. ( Yogyakarta: Majelis Luhur
Pesatuan, 20 I 0) h.13
14
Tolchah, Dinamika Pendidikan Islam Pasca Orde Baru (Yogyakarta : LKTS
Printing Cemerlang, 2015) h. 30
15
Epin Supini, 2020, 6 Tnspirasi Pembelajaran dari Konsep Pendidikan Ki Hajar
Dewantara. lihat di https://blog.kejarcita.id/6-inspirasi-pembelajaran-dari-konsep-pendidikan
ki-hajar-dewantara/. Diakses pada 1 September 2021
7

Makarim dalam sebuah konsep Merdeka Belajar. Banyak sekali literatur-literatur

yang berbicara mengenai konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara tentang

Merdeka Belajar ini, yang dirasa sangat melimpah relevansinya dengan generasi

sekarang ini dan lebih inovatif, jika disandingkan dengan konsep Merdeka Belajar

yang berlaku saat ini. Oleh karena itu, diharapkan pendidikan di Indonesia

mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Selain itu, pendidikan di Indonesia

mejadi lebih maju, berkualitas dan sesuai dengan harapan semua masyarakat

Indonesia serta searah dengan yang telah diamanatkan oleh UUD 1945.16

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih

lanjut mengenai pemikiran Ki Hajar Dewantara mengenai konsep merdeka belajar

dan relevansinya dengan kebijakan merdeka belajar yang merupakan sebuah

konsep baru yang diterapkan dalam sistem pendidikan di Indonesia. Maksud

penelitian ini ialah untuk memberikan wawasan baru sekaligus sumbangan pikiran

mengenai keterkaitan antara pemikiran Ki Hajar Dewanta mengenai Merdeka

Belajar dengan Kebijkan Merdeka Belajar Kampus Merdeka dengan judul

penelitian "Konsep Merdeka Belajar Perspektif Ki Hajar Dewantara dan

Relevansinya dengan Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka".

B. Penegasan Istilah

Peneliti akan menjelaskan istilah-istilah yang digunakan dalam judul

penelitian ini agar tidak terdapat perbedaan pemahaman dan penafsiran, juga

memberikan pemahaman kepada pembaca menegani arah dan tujuan penelitian

ini. Judul dari penelitian skripsi ini adalah "Konsep Merdeka Belajar Perspektif Ki

16
Siti Mustaghfiroh, "Konsep Merdeka Belajar Perspektif Aliran Progresivisme John
Dewey", Jurnal Studi Guru dan Pembelajaran, Vol. 3, No. 1, (Maret. 2020) h. 87
8

Hajar Dewantara dan Relevansinya Dengan Kebijakan Merdeka Belajar Karnpus

Merdeka". Sehingga dapat ditegaskan beberapa istilah sebagai berikut:

1. Konsep

Pengertian konsep rnenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

yaitu, pengertian, garnbaran mental dari objek, proses, pendapat (paharn),

rancangan (cita-cita) yang telah dipikirkan.17 Dalarn penelitian ini konsep yang

dirnaksud adalah pendapat Ki Hajar Dewantara rnengenai rnerdeka belajar.

2. Merdeka Belajar

Merdeka belajar rnerupakan sebuah kebijakan yang dikeluarkan oleh

Nadhirn Makarirn selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Menurut

Nadhirn Makarirn, Merdeka Belajar rnerupakan kebebasan berfikir, kebebasan

otonorni yang diberikan kepada elernen pendidikan yang bertujuan rnernberi

ruang kepada peserta didik untuk rnengernbangkan potensi yang ada pada

dirinya.

Merdeka Belajar rnerupakan suatu konsep pendidikan yang

rnenekankan kernerdekaan dalarn belajar rnengajar. Dirnana guru dan peserta

didik dapat leluasa rnelakukan inovasi dalarn proses untuk rnenernukan

potensi yang dimiliki peserta didik bukan hanya dalam bidang pengetahuan

namun juga dalam bidang keterampilan peserta didik. Dengan adanya konsep

Merdeka Belajar ini diharapkan di tahun-tahun mendatang proses belajar

17
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2004), h. 203
9

mengaJar akan berjalan lebih fleksibel dan mampu menghidupkan suasana

belajar mengajar yang terjadi dua arah, antara pendidik dan peserta didik.18

3. Ki Hajar Dewantara

Pemikiran mempakan sebuah hasil dari sebuah mekanisme serta pola

berfikir yang terjadi pada manusia. Yang dalam prosesnya akan membuahkan

sebuah gagasan-gagasan.19 Maksud pemikiran yang ingin penulis sampaikan

disini adalah gagasan-gagasan atau pola fikir dari Ki Hajar Dewantara

mengenai pendidikan. Bagi Ki Hajar Dewantara, pendidikan itu sendiri

mempakan dorongan yang diberikan kepada peserta didik agar mereka mampu

menemukan potensi diri mereka sendiri. Pendidikan hams mampu

mengembangkan potensi terbaik yang ada di dalam diri peserta didik.

Pendidikan bukan berbicara perihal kecerdasan saja namun juga keterampilan

yang hams dimiliki peseta didik, yang nanti outp1mya pendidikan

menghasilkan sesuatu pembahan dan kemanfaatan di masyarakat.

Dapat disimpulkan dari penjelasan diatas bahwasanya Ki Hajar

Dewantara menerjemahkan pendidikan sebagai proses membangun manusia

dan memanusiakan manusia. Semua output dari sebuah Sistem pendidikan

harus mampu bermanfaat bagi manusia lainya.

18
Nofri Hendri, Merdeka Be/ajar : Antara Retorika Dan Aplikasi (E-Tech Jurnal
Vol.8 No. I : 2020) h.2
19
Bahtiar Fahrni, Dalam Skripsi : Pemikiran Emha Tentang Pendidikan Islam (UTN
Walisongo: 2014) h. 18
10

4. Relevansi

Pengertian relevansi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

memiliki arti hubungan; kaitan.20 Maksudnya adalah hubungan atau kaitan

antara satu dengan yang lain. Dalam penelitian ini relevansi yang dimaksud

adalah merdeka belajar perspektif Ki Hajar Dewantara dengan kebijakan

merdeka belajar kampus merdeka.

5. Merdeka Belajar Kampus Merdeka

Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka diartikan sebagai bentuk

pemberian kebebasan secara otonom kepada lembaga pendidikan dan

merdeka dari birokrasi yang berbelit dan kebebasan bagi mahasiswa memilih

program yang diinginkan. Konsep Merdeka belajar kampus merdeka

merupakan sebuah implementasi dari visi misi yang dimiliki oleh Presiden

Joko Widodo guna menciptakan adanya SDM yang lebih unggul.21

Dalam penerapannya, konsep ini nantinya mahasiswa akan diberikan

keleluasaan selama dua semester pada program belajamya 1mtuk melakukan

kegiatan diluar kelas. Konsep ini pada dasamya menjadikan mahasiswa untuk

lebih bersosialisasi dengan lingkungan diluar kelas. Jadi, mahasiswa nantinya

secara tidak langsung akan diajak untuk belajar caranya hidup di lingkungan

masyarakat. Pada dasamya kebijakan tersebut bertujuan untuk dapat

mengenalkan adanya dunia kerja pada mahasiswa sejak dini. Sehingga

20
Departemen Pendidikan Nasional, Op.Cit, h. 777
21
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud RI. Op.Cit.
11

kemudian mahasiswa akan jauh lebih siap kerja setelah nantinya lulus dari

sebuah perguruan tinggi yang tersedia.22

C. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini, peneliti membatasi beberapa masalah tentang konsep

merdeka belajar perspektif Ki Hajar Dewantara dan relevansinya dengan

Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan

suatu permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep merdeka belajar perspektif Ki Hajar Dewantara?

2. Bagaimana relevansi konsep merdeka belajar Ki Hajar Dewantara dengan

Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis konsep merdeka belajar perspektif Ki Hajar Dewantara.

2. Untuk menganalisis relevansi konsep merdeka belajar Ki Hajar Dewantara

dengan Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara Teoritis

Manfaat dari penelitian ini diharapkan mampu:

22
Sevima, 2021, Apa itu Merdeka Belajar Kampus Merdeka?, Lihat di
https://sevima.com/apa-itu-merdeka-belajar-kampus-merdeka/ diakses pada tanggal 28 Mei
2021
12

a. Dijadikan bahan rujukan dan referensi tambahan oleh pelaksana

pendidikan dan juga sumber bagi penulis yang lain.

b. Memberikan masukan-masukan dalam dunia pendidikan saat ini.

2. Secara Praktis

Manfaat praktis dari penelitian 1111 diharapkan dapat memberikan

manfaat sebagai berikut:

a. Bagi penulis, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

mengenai relevansi antara konsep merdeka belajar oleh bapak pendidikan

Indonesia Ki Hajar Dewantara dengan Kebijakan Merdeka Belajar

Kampus Merdeka.

b. Bagi pendidikan Islam, dapat dijadikan sebagai bahan pengetahuan tentang

relevansi antara konsep merdeka belajar oleh bapak pendidikan Indonesia

Ki Hajar Dewantara dengan Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka,

agar tercipta pembelajaran yang modem dan memerdekakan manusia.

c. Bagi kepustakaan, dapat dijadikan sebagai referensi dan dokumentasi

kepustakaan dalam rangka menambah dan memperkaya perbendaraan

karya ilmiah khususnya dalam khazanah ilmu pendidikan Islam.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan secara bertahap

dimulai dengan menentukan topik, pengumpulan data dan menganalisis data,

sehingga akan diperoleh suatu pemahaman dan pengertian topik atas gejala atau

isu tertentu.Adapun tahapan atau proses yang akan dilakukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:


13

1. Jenis Penelitian

Untuk mendapatkan data dan penafsiran yang tepat maka pendekatan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan k:ualitatif, yakni

penelitian yang lebih menekankan analisis pada proses penyimpulan deduktif

dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena

yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah. Penelitian ini lebih

menekankan pada kekuatan analisis data pada sumber-sumber data yang ada

yang didapat dari buku-buk:u, tulisan-tulisan, dan dengan mengandalkan teori

teori yang ada untuk diinterpretasikan secara luas dan mendalam. Penelitian

kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata

atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.23

Jenis penelitian yang peneliti g1makan dalam penelitian ini adalah

penelitian perpustakaan (library reseach), yaitu pemikiran yang didasarkan

pada studi literatur atau kajian kepustakaan. Dengan membatasi obyek studi

dan sifat permasalahannya, library research adalah termasuk jenis penelitian

kualitatif.24

2. Sumber Data

Dalam penulisan ini, teknik yang digunakan untuk mengumpulkan

data adalah dengan metode kepustakaan (library research) dimana penulis

mengambil atau mengumpulkan data-data dari buku dan sumber lain yang

terkait dengan topik yang sedang diteliti, kemudian memadu padankan data-

h. 157
23
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014) cet. 14,

24
Milya Sari, "Penelitian Kepustakaan (Library Research) dalam Penelitian
Pendidikan IPA", Natural Science: Jurnal Penelitian Bidang IPA dan pendidikan IPA,
(Januari, 2020). h. 41.
14

data tersebut menjadi suatu kesatuan yang utuh yang terkait dengan topik yang

dibahas.25

Data dalam penelitian ini diperoleh dari sumber data pnmer dan

sumber data sekunder, yaitu sebagai berikut:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data autentik atau data langsung

dari tangan pertama tentang masalah yang diungkapkan. Secara

sederhana data ini disebut dengan data asli.26 Sumber data pnmer

merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian

dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data

langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari.27 Adapun

sumber data primer pada penelitian ini diambil dari buku yang berjudul

"Pemikiran Pendidikan Ki Hajar Dewantara Studi Tentang Sistem

Among Dalam Proses Pendidikan" oleh Haryati, S.Pd., M.Si. tahun 2019

dan buku yang berjudu "Ki Hajar Dewantara : Pemikiran, Konsepsi,

Keteladanan, Sikap Merdeka (Bagian I : Pendidikan)" Oleh Majelis

Luhur Persatuan Taman Siswa tahun 2013.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain,

yang tidak langsung dari subyek penelitian, tetapi dapat mendukung atau

25
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), h. 129
26
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), h. 91.
27
Abdul Manab, Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif; (Yogyakarta:
Kalimedia, 2015), cet. 1, h. 202.
15

berkaitan dengan tema yang diangkat.28 Sumber sekunder merupakan

bahan pustaka yang ditulis dan dipublikasikan oleh seorang penulis yang

tidak secara langsung melakukan pengamatan, atau dengan kata lain

penulis tersebut bukanlah penemu teori. Sumber data yang digunakan

pada penelitian ini diambil dari Buku Panduan Merdeka Belajar Kampus

Merdeka oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Kemendikbud RI

tahun 2020. Serta beberapa jumal yaitu Jumal ilmiah yang ditulis Dela

Khoirul Ainia dengan judul "Merdeka Belajar dalam Pandangan Ki

Hajar Dewantara dan Relevansinya bagi Pengembangan Pendidikan

Karakter" di Jurnal Filsafat Indonesia, Volume 3 Nomor 3, 2020.

Jumal ilmiah yang ditulis oleh Nurhayani Siregar dengan judul "Konsep

Kampus Merdeka Be/ajar di Era Revolusi Industri 4.O" dalam Journal of

Islamic Education Volume I Nomor I Tahun 2020. , serta beberapa

buku-buku, artikel, jumal, makalah, skripsi dan lain sebagainya yang

relevan dan kompeten dengan penelitian ini.

3. Tek:nik Pengumpulan Data

Tek:nik pengumpulan data adalah alat bantu bagi peneliti untuk

meyelesaikan penelitiannya. Teknik pengumpulan data sebagai langkah utama

yang harus dilakukan oleh peneliti untuk menemukan sumber data. Dalam

proses pengumpulan data dibutuhkan satu atau lebih tehnik yang sesua1.

28
Saifuddin Azwar, Op.Cit. h. 92.
16

Jenisnya hams disesuaikan dengan sifat dan karakteristik penleitian yang

sedang dilakukan. 29

Pada penelitian ini penulis mengurnpulkan data menggunakan tehnik

documenter atau dokurnentasi. Tehnik tersebut digunakan untuk

mengumpulan data melalui peninggalan tertulis seperti arsip, buku, teoti,

tulisan, atau hokum-hukum yang diterima. Dalam jenis penelitian kualitatif,

tehnik ini berfungsi untuk menghimpun secara selektif pada sumber-sumber

yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan. 30

Langkah-langkah pengumpulan data yakni sebagai berikut:

a. Mencari dan mengumpulkan data-data yang ada baik melalui buku-buku,

dokumen, majalah, internet/web.

b. Menganalisis data-data tersebut sehingga peneliti bisa menyimpulkan

tentang masalah yang dikaji.31

4. Tek:nik Analisis Data

Tek:nik analisis data merupakan proses melihat ulang dan memeriksa

data, menyintesis dan menginterpretasikan data yang terkumpul sehingga

dapat menggambarkan dan menerangkan fenomena atau situasi sosial yang

diteliti.32 Untuk memanfaatkan dokumen pada isi digunakan teknik tertentu.

Teknik yang umum digunakan pada penelitian adalah content analysis atau

kajian isi. Menurur Holsti dalam buku Metodologi Penelitian Kualitatif karya

29
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan (Teori - Aplikasi).
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h. 171-172
30
Ibid. h. 191
31
Mirshad Zaki, Persamaan Model Pemikiran al-Ghaza dan Abraham Maslow
tentang Model Motivasi Konsumsi, Tesis, (Surabaya UTN Sunan Arnpel, 2014) h. 57
32
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif; Kualitatif; dan Penelitian Gabungan,
(Jakarta: Kencana, 2014), h. 400.
17

Lexy J. Moleong, kajian isi merupakan teknik apapun yang digunakan untuk

menarik kesimpulan yang dilakukan secara objektif dan sistematis.33

Proses penelitian content analysis dengan pendekatan kualitatif

memiliki beberapa tahap yaitu: Pertama, tahap deskripsi atau orientasi yaitu

dimana peneiti mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan

ditanyakan. Tahap Kedua, tahap reduksi, pada tahap ini peneliti mereduksi

segala informasi yang telah diperoleh pada tahap pertama untuk memfokuskan

pada masalah tertentu, data yang perlu disortir adalah data yang bersifat

menarik, penting berguna dan baru. Tahap Ketiga adalah tahap seleksi, pada

tahap ini penelti menguraikan fokus yang telah ditetapkan menjadi lebih rinci.

Pada tahap ketiga ini setelah peneliti melakukan analisis yang mendalam

terhadap data dan informasi yang diperoleh maka peneliti dapat menemukan

tema dengan cara mengkonstruksikan dat yang diperoleh menjadi suatu

pengetahuan, hipotesis atau ilmu baru.34

H. Sistematika Penulisan

Pada penulisan skripsi 1111, peneliti membagi menjadi tiga bagian

penulisan. Adapun garis besar dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagian Awal

Bagian awal dalam penulisan skripsi ini terdiri dari halaman judul,

halaman persetujuan, halaman pengesahan, abstrak penelitian, motto,

persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar

lampiran.
33
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif,' (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), h. 220
34
Ibid. h. 222
18

2. Bagian Isi meliputi:

BABIPENDAHULUAN

Pendahuluan merupakan gambaran umum dari isi skripsi yang di

dalamnya meliputi latar belakang masalah, penegasan istilah, pembatasan

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, telaah

pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Sub bahasan yang terdapat dalam kajian teori, peneliti membahas 2 hal

yaitu: 1). Merdeka belajar meliputi, pengertian, dasar dan tujuan merdeka

belajar. 2). Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka meliputi, pengertian,

landasan-landasan, dan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Pada

bab ini pula dijelaskan mengenai kajian penelitian yang relevan, kerangka

pikir, serta pertanyaan penelitian.

BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN

Dalam kajian objek penelitian, peneliti membahas tentang 1.) Data umum

yang meliputi: biografi Ki Hajar Dewantara, Pendidikan Ki Hajar Dewantara

dan karya-karya Ki Hajar Dewantara. 2.) Data khusus meliputi: konsep

merdeka belajar perspektif Ki Hajar Dewantara dan relevansi konsep merdeka

belajar perspektif Ki Hajar Dewantara dengan kebijakan merdeka belajar

kampus merdeka.

BAB TV ANALTSTS HASTL PENELTTTAN

Adapun analisis hasil dari penelitian ini meliputi analisis konsep

merdeka belajar perspektif Ki Hajar Dewantara dan analisis relevansi konsep


19

merdeka belajar perspektif Ki Hajar Dewantara dengan kebijakan merdeka

belajar kampus merdeka.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Adapun yang dibahas dalam bah ini adalah simpulan, saran, dan penutup.

3. Bagian Akhir

Pada bagian akhir dari ksripsi ini, peneliti melengkapi skripsi dengan

daftar pustaka, daftar riwayat hidup peneliti, danjuga lampiran-lampiran.

Anda mungkin juga menyukai