Oleh :
Jundu Muhammad Mufakkirul Islami
Jundumufakkirul23@gmail.com
085337776064
PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI PENUNJANG INDONESIA EMAS
2045
Oleh : Jundu Muhammad Mufakkirul Islami
Pendidikan merupakan satu hal yang begitu penting untuk kehidupan saat
ini. Pendidikan bukan hanya tentang bagaimana kita membaca abjad a-z tapi juga
tentang kita memahami makna di dalamnya. Secara pengertiannya yang di
katakan oleh Prof. H. Muhammad Yunus pendidikan ialah suatu usaha yang
dengan sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak yang bertujuan
untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, jasmani, dan akhlak sehingga secara
perlahan bisa mengantarkan anak kepada tujuan dan cita-citanya yang paling
tinggi. Dari pengertian itu dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha
untuk mendewasakan sesorang dan menggali potensi dari dalam dirinya.
Zaman sekarang pendidikan bukan hanya bisa di dapat ketika kita duduk
di dalam kelas, tapi juga bisa diambil melalui kehidupan kita sehari hari atau yang
biasa disebut sosialisasi. Pendidikan adalah hal yang lazim didapatkan oleh
seseorang secara langsung ataupun tidak langsung, sadar maupun tidak sadar.
Contohnya saja dalam perihal berbicara kepada anak-anak usia 6-8 tahun, pada
usia tersebut mereka dapat menerima rangsangan dengan sangat baik maka dari
itu dibutuhkan stimulan stimulan khusus untuk menghadapi hal tersebut. Ketika
berbicara “kasar” atau “jorok” hal itu bisa tertanam dalam pikiran anak itu hingga
dewasa nanti, apalagi di era revolusi industri 4.0 ini, anak-anak bahkan bisa
mencari hal yang sepatutnya belum cocok untuk usianya melalui internet.
Disinilah peran pendidikan karakter yang sangat penting, dimana
pendidikan karakter bertugas untuk menstimulan perilaku anak tersebut ke arah
yang lebih baik lagi. Pendidikan karakter bukan hanya menstimulan pada perilaku
anak tersebut tapi juga dapat menstimulan pada tata cara ia dalam berbicara. Hal
ini seharusnya dapat diterapkan sedini mungkin pada anak-anak karena hal itu
merupakan salah satu dari upaya pemerintah untuk pembangunan sumber daya
manusia Indonesia yang lebih baik lagi.
Pembangunan sumber daya manusia merupakan salah satu aspek
tercapainya tujuan pemerintah pada saat usia Indonesia 1 abad nanti, yaitu
program “INDONESIA EMAS 2045”. Apa itu Indonesia emas 2045? Indonesia
emas 2045 adalah kondisi dimana bangsa kita mampu bersaing dengan bangsa
lain serta dapat menyelesaikan masalah-masalahnya kebangsaan, seperti korupsi
dan kemiskinan. Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari kualitas generasi
penerus bangsa yang notabene nya sekarang terpaku pada pemuda yang kelak
akan menjadi pondasi pondasi kuat bangsa ini.
Tapi sayangnya untuk mencapai itu tidak semudah menulis rancangan di
kertas saja, banyak hal dan upaya yang harus dilalui sama sama. Mulai dari
mengembangkan sumber daya manusia itu sendiri, hingga kesehatan yang perlu
ditingkatkan lagi. Hal ini yang harus kita mulai sejak dini, khususnya
pengembangan sumber daya manusia yang harus benar benar di pupuk mulai dari
pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga pada jenjang perkuliahan. Dalam hal
ini, pendidikan karakter memliki peranan penting. Mulai dari PAUD hingga
bangku perkuliahan sangat membutuhkan pendidikan karakter, bahkan pada
bangku perkuliahan pendidikan karater benar-benar harus ditanamkan. Bukan
hanya itu saja, tapi penerapan dari pendidikan karakter yang mejadi tolak ukur
dalam pembangunan manusia seharusnya menjadi program utama pada tahun-
tahun ini. Hal itu mengacu pada masih buruknya perilaku dan sikap yang di
tunjukkan murid bahkan guru sekali pun.
Pendidikan di Indonesia
Pendidikan di Indonesia sudah ada sejak zaman kerajaan dulu, dalam
artian bukan hanya pendidikan formal saja tapi juga termasuk pendidikan
nonformal dan informal. Sejak tahun 1930-an belanda mulai mengenalkan
pendidikan formal tebatas pada hampir setiap provinsi di Hindia Belanda yang
saat itu masih terbagi atas strata sosial, dari sinilah mulai berkembang pendidikan
formal di Indonesia yang saat ini terbagi atas beberapa jenjang. Mulai dari;
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pendidikan dasar, pendidikan pertama,
pendidikan atas, dan pendidikan tinggi, hal ini sudah diatur dalam UU sistem
pendidikan nasional No. 20 tahun 2003.
Pendidikan Anak usia dini ditunjukkan untuk upaya pembinaan yang
ditunjukkan untuk anak baru lahir hingga usia 6 tahun. Sedangkan pendidikan
dasar didapatkan selama 9 tahun yang terbagi atas Sekolah Dasar (SD) 6 tahun
dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) selama 3 tahun. Sedangkan pendidikan
menengah yang di dapat pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) selama 3
tahun dan yang terakhir adalah pendidikan tinggi yang mencakup program
diploma, sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi.
Pendidikan yang tercantum diatas termasuk pendidikan formal. Pendidikan
tidak seharusnya hanya di dapat pada pendidikan formal saja, tapi juga bisa
didapatkan melalui informal, nonformal. Pendidikan informal merupakan
pendidikan yang bisa didapatkan melalui keluarga dan masyarakat yang lebih
familiar disebut sosialisasi. Pendidikan nonformal merupakan pendidikan yang
didapatkan melalui kegiatan di luar jam sekolahan termasuk ekstrakulikuler dan
juga budaya Indonesia.
Sejatinya sekolah khususnya guru hanya menjadi pengembang kurikulum
yang kebanyakan sekarang kurikulum sering berubah dan perkembangannya jelas
juga akan berubah. Hamalik (2007: 52) menjelaskan setiap guru mengemban
tanggung jawab secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian,
pengadministrasian, dan perubahan kurikulum. Sejauh manakah keterlibatan guru
akan turut menentukan keberhasilan pengajaran di sekolah. Kemudian Hamalik
(2007: 52) mengemukakan betapapun bangus dan indahnya kurikulum,
keberhasilan kurikulum tersebut pada akhirnya bergantung pada masing-masing
guru. Dari penjelasan diatas sangat jelas bagaimana guru menjadi kunci utama
implementasi keberhasilan kurikulum, walaupun kurikulum terus mengalami
perubahan sekali pun.
Inilah maksud dari adanya pendidikan informal dan nonformal dalam
sistem pendidikan di Indonesia. Pendidikan yang bukan hanya di dapat dari duduk
manis di kelas dan mendengarkan guru tapi juga bisa di dapatkan melalui kegiatan
atraktif di luar sekolah seperti ekstrakulikuler, pramuka dan juga bersosialisasi.
Bukan hanya kegiatan-kegiatan itu saja, tapi juga terdapat di dalam berbagai
macam kebudayaan kita yang seharusnya mampu di manfaat kan dengan begitu
baik oleh pemerintah khususnya kemetrian terkait.
Tapi sayangnya masih banyak yang tidak mengerti arti dari pendidikan itu
sebenarnya. Masih banyak saja kejadian kejadian yang mencoreng nama baik
pendidikan itu sendiri. Masih banyak kejadian yang memilukan bangsa ini melalui
pendidikan. Hal itu memang membuat kadang kita malu, mengapa hal itu bisa
terjadi. Dengan sistem pendidikan yang diatur sedemikian rupa, tapi masih ada
saja oknum oknum yang memalukan pendidikan Indonesia ini. Oknum oknum
tersebut bukan hanya dari kalangan murid saja bahkan dari kalangan guru yang
notabene nya merupakan orang terpelajar saja bisa memalukan pendidikan negeri
ini. Contohnya saja baru baru ini oknum guru yang mengajak murid untuk
berhubungan badan dan lebih kejamnya dilakukan bersama sang pacar atau biasa
disebut “threesome”. Dari hal itu mencerminkan bagaimana pendidikan di
Indonesia belum berjalan dengan baik.
Pendidikan di indoensia yang masih bisa dibilang stagnan dengan metode
pembelajaran yang kurang menekatkan pada potensi siswa, sehingga siswa di
kelas cepat merasa bosan. Inilah yang sebenarnya harus diperbaiki lebih dulu
dalam mencapai Indonesia emas 2045. Memperbaiki cara untuk membangun
sumber daya manusia yang lebih baik lagi. Masih optimis dengan Indonesia emas
2045?
Pendidikan karakter
Pendidikan karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna
membangun karakter pribadi atau kelompok yang unik baik sebagai warga negara.
Menurut kamus psikologi pendidikan karakter adalah kepribadian ditinjau dari
titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, dan berkaitan dengan
sifat-sifat yang relatif tetap. (Dali Gulo, 1982). Dalam kata lain pendidikan
karakter merupakan usaha atau proses untuk membentuk karakter dari individu
tentang moral atau kelakuan individu itu sendiri. Pendidikan katakter merupakan
stimulan yang sangat baik untuk membentuk karakter seseorang. Pendidikan
karakter inilah yang diperlukan untuk di tingkatkan dalam metode pendidikan di
Indonesia.
Dikutip dari mediaindonesia.com mantan menteri pendidikan era kabinet
kerja bapak muhajdir effendy mengatakan sudah ada sekitar 23 ribu sekolah di
seluruh Indonesia yang sudah menerapkan program pendidikan karakter (PPK),
tapi sayangnya pengawasan dan juga penerapan kepada siswa masih jauh di
bawah yang diharapkan. Seharusnya pendidikan karakter sudah diterapkan sejak
lama mengingat dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional menyebutkan: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan dan
membantu watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan bangsa”. Walaupun dalam undang undang ini tidak disebutkan
langsung tentang pendidikan karakter tapi pendidikan merupakan wadah untuk
membentuk watak peradapan bangsa itu, dan pendidikan karakter termasuk di
dalamnya.
Sejak zaman dulu pendidikan karakter sudah coba diterapkan, contohnya
saja bagaimana orang dulu selalu menganjurkan untuk sopan santun mulai dari
berbicara hingga berpakaian. Bukan hanya itu tapi juga tentang keimanan dan
religi kita bener bener di pupuk sejak dini, sangat bertolak belakang dengan
keadaan di zaman modern ini. Dalam pendidikan karakter bukan terdapat sopan
santun dan relegius saja tapi terdapat 18 nilai yang terkandung di dalamnya.
Tercantum di dalam BALITBANG KEMENDIKBUD 18 nilai itu ialah;
relegius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa
ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial, tanggung jawab. Hal itu di kuatkan lagi dengan terbitnya peraturan menteri
pendidikan No. 23 tahun 2017 setelah itu pada tanggal 6 september 2017 presiden
Joko Widodo mengeluarkan peraturan presiden No. 87 tahun 2017 sebagai
penguatnya. Dari 18 nilai PPK diatas sudah jelas bagaimana pendidikan itu tidak
bukan hanya kita dapat di sekolah dengan mendengarkan guru, tapi juga saat
bersosialisasi dengan masyarakat khususnya orang terdekat kita yaitu keluarga.
Tapi sayangnya, penerapan yang sangat kurang dilakukan oleh pemerintah
dan masyarakat. Masih banyak yang harus diperbaiki dari Penerapan Pendidikan
Karakter (PPK) ini, mengapa seperti itu? Degradasi moral yang terjadi bisa
-dikatakan sudah melewati batas. Hal-hal seperti itu sudah benar benar seperti hal
yang wajar dan lazim kita lihat di portal berita manapun, mulai dari melawan guru
hingga ada yang sampai membunuh gurunya. Kejadian ini benar benar tidak
mencerminkan program nawacita yang dicanangkan oleh presiden Jokowi pada
priode 2014-2019 lalu yang salah satu targetnya adalah melalakukan revolusi
karakter bangsa. Dari hasilnya kita bisa lihat, masih jauh dari harapan nawacita
yang menjadi program unggulan kabinet kerja. Masih optimis dengan generasi
emas 2045?