com
PERKENALAN
Pendidikan memiliki kedudukan yang penting dalam kehidupan manusia. Mengingat pentingnya pendidikan bagi
kehidupan manusia yang berdampak pada kehidupan masyarakat, Islam sebagai arahmatan lil alamin, menaruh
perhatian serius pada pengembangan pendidikan untuk kelangsungan hidup manusia (Baharun, 2016). Seiring dengan
perkembangan globalisasi yang sedang berlangsung saat ini. Kemajuan teknologi informasi telah memangkas batas-
batas yang mengisolasi kehidupan manusia. Oleh karena itu, lahirlah masyarakat terbuka, dimana terdapat arus
informasi yang bebas, yaitu manusia, perdagangan, dan berbagai bentuk aktivitas kehidupan global lainnya yang dapat
menyatukan masyarakat dari seluruh dunia—terlihat dari mulai bergesernya fasilitas pelayanan publik ke arah
komputerisasi dan otomatisasi.
Seiring dengan meluasnya akses informasi dan media penyebaran informasi yang
semakin bervariasi, menuntut peningkatan kemampuan dan kompetensi yang harus dimiliki
guru PAI di era digital, khususnya literasi digital sebagai salah satu kerangka kompetensi
abad 21. Kerangka kompetensi ini diperlukan agar guru PAI dapat memahami persoalan,
gejala, dan fenomena penyebaran dakwah yang tidak tepat dengan lebih cepat dan efisien
(Sanaky, 2003). Hal ini diperlukan agar guru kemudian dapat menerapkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI) menengah atau menengah yang bercirikan pandangan masyarakat madani yang menjadikan masyarakat
Madinah di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW sebagai acuan untuk hidup bermasyarakat. Tujuannya
untuk membentuk karakter religius siswa, termasuk karakter toleransi, sehingga tercipta lingkungan belajar yang
harmonis antar umat beragama.
Madani(Masyarakat sipil
Masyarakat sipil adalah sistem subur yang menjamin prinsip-prinsip moral. Kebebasan individu dan stabilitas sosial
sangat seimbang. Definisi lain masyarakat sipil adalah beradab, manusiawi, menguasai ilmu pengetahuan, dan unggul
dalam teknologi. Kelompok Nurcholish dan beberapa tokoh ICMI pertama kali mengusulkan istilah civil society yang
berarti masyarakat beradab yang berkarakter mutlak dan berakhlak mulia. Nurcholish menyatakan bahwa masyarakat
sipil mengandung arti toleransi, kesediaan individu untuk menerima berbagai macam pandangan politik dan perilaku
sosial. Nurcholish memberikan pengertian masyarakat madani yaitu masyarakat yang berbudi luhur atau masyarakat
yang berakhlak mulia atau masyarakat yang beradab (Majid, 1998).
2. Penghargaan. Dalam masyarakat madani, ada penghargaan terhadap orang berdasarkan prestise, bukan suku,
keturunan, ras, dan sebagainya. Artinya, setiap warga masyarakat berhak dan berkesempatan untuk meraih
atau menerima penghargaan tanpa memandang latar belakang suku, ras, dan agama.
3. Keterbukaan. Keterbukaan adalah kesediaan untuk menerima dan mengambil nilai-nilai (duniawi) yang mengandung
kebenaran. Menurut Madjid (1998), perintah Al-Qur'an bagi umat Islam untuk mendengarkan gagasan (pemikiran)
dan mengikuti mana yang terbaik tampaknya bertentangan dengan keadaan umat Islam saat ini. Umat Islam kini
lebih condong dan tertutup serta mendapat hidayah dari Allah SWT.
4. Penegakan hukum dan keadilan. Menurut Nurcholish, Keadilan dalam al-Qur’an dinyatakan dengan istilah ‘adl
dan qist. Pengertian keadilan dalam al-Qur’an juga terkait dengan sikap seimbang dan menengahi (fair
dealing), dalam semangat modernisasi dan toleransi, yang diungkapkan dengan istilah wasath (tengah).
Dengan sikap yang seimbang, kesaksian dapat diberikan secara relatif karena dilakukan dengan tenang dan
tidak berlebihan. Seorang saksi tidak boleh egois, tetapi dengan pengetahuan yang tepat tentang suatu
masalah dan menawarkan keadilan.
5. Toleransi dan pluralisme. Toleransi merupakan salah satu prinsip masyarakat madani yang dicita-citakan oleh setiap orang. Di
Indonesia, mayoritas penduduknya beragama Islam yang bisa disebut sebagai pendukung toleransi karena Islam memiliki
pengalaman unik dalam menerapkan toleransi dan pluralisme dalam sejarah agama-agama.
6. Musyawarah. Musyawarah berasal dari bahasa arab yaitu syura. Menurut Nurcholish, konsep
musyawarah selalu menjadi tema esensial dalam setiap pembahasan tentang politik demokrasi dan tidak
dapat dipisahkan dari gagasan politik Islam. Bagi Nurcholish, musyawarah yang secara linguistik berarti
saling memberi isyarat, yaitu tanda-tanda tentang yang baik dan benar, memiliki kesamaan mendasar
dengan saling mengajarkan tentang kebenaran sebagai syarat keselamatan ketiga manusia, setelah
syarat iman dan amal saleh. Musyawarah merupakan perintah dari Allah SWT yang langsung diberikan
kepada Nabi SAW sebagai teladan bagi umatnya (Majid dkk., 2000).
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut: Bagaimana peran guru pendidikan agama Islam di era digital dalam mewujudkan
masyarakat madani? Mengikuti latar belakang dan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui peran guru pendidikan agama Islam di era digital dalam mewujudkan masyarakat madani.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau pernyataan verbal dari orang-
orang atau perilaku yang dapat diamati yang diarahkan pada latar belakang individu (Hardiyanti,
dkk., 2020). Penelitian ini berfokus pada Taman Kanak-Kanak (TK) Al-Falah Sidoarjo yang
merupakan salah satu Taman Kanak-kanak yang sebagian besar gurunya melakukan upaya
peningkatan mutu pendidikan di era digital untuk mewujudkan masyarakat madani, termasuk
dalam bidang Pendidikan Agama Islam. Objek penelitian ini adalah kegiatan yang dilakukan oleh
guru PAI di taman kanak-kanak dan key informan penelitian ini, sedangkan subjeknya adalah
siswa. Agar penelitian ini mendapatkan data yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan,
diperlukan pengumpulan data yang relevan dengan permasalahan yang ada. Metode yang
digunakan adalah observasi dan wawancara.
Guru sebagai tenaga profesional setidaknya harus menguasai keempat kompetensi tersebut dengan baik. Keempat
kompetensi tersebut adalah sebagai berikut: 1) Kompetensi pedagogik, yaitu: dalam standar nasional pendidikan,
penjelasan Pasal 28 ayat huruf A menyebutkan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik, merancang dan melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi hasil pembelajaran, dan
mengembangkan peserta untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 2) Dalam standar nasional
pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir B menyatakan bahwa kompetensi kepribadian adalah kemampuan
kepribadian yang merupakan kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi
teladan bagi peserta didik dan memiliki akhlak mulia. 3) Kompetensi profesional, dalam standar nasional pendidikan,
Pasal 28 ayat 3 butir C menyatakan bahwa kompetensi profesional adalah kemampuan menguasai materi pembelajaran
secara luas dan mendalam, yang memungkinkan membimbing peserta didik untuk memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam standar nasional pendidikan. 4) Kompetensi sosial Dalam standar nasional pendidikan, penjelasan
Pasal 28 ayat 3 butir D menyebutkan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat
untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang
tua. /wali siswa, dan masyarakat sekitar.
Berdasarkan konsep di atas, seorang guru harus mengetahui kepribadian siswa, dimana siswa sebagai siswa
merupakan salah satu input yang menentukan keberhasilan proses pendidikan. Dapat dikatakan bahwa hampir semua
kegiatan sekolah pada akhirnya ditujukan untuk membantu siswa mengembangkan potensinya. Upaya ini akan optimal
jika siswa aktif berusaha memantapkan diri mengikuti program-program di era digital yang dilakukan oleh sekolah. Oleh
karena itu, sangat penting untuk menciptakan kondisi untuk mengembangkan diri secara optimal.
Demikian pula upaya yang dilakukan guru PAI TK Al-Falah Sidoarjo dalam meningkatkan hasil belajar
PAI siswa kelas antara lain: meminta kepala sekolah menambah jam pelajaran di luar jam pelajaran PAI;
berkomunikasi dengan wali murid untuk mengingatkan anaknya mengulang pelajaran di rumah; melakukan
evaluasi sebelum dan sesudah pembelajaran; memilih pendekatan/metode yang menarik bagi siswa; dan
menggunakan media pembelajaran agar lebih mudah dalam menjelaskan materi dan mudah dipahami oleh
siswa di era digital ini sehingga tercipta cerminan masyarakat madani.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; Guru Pendidikan Agama
Islam berperan dalam menciptakan pembelajaran yang relevan dengan perubahan psikologis dan sosiologis peserta
didik untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien. Peran selanjutnya adalah membentuk karakter peserta
didik sekaligus mengantisipasi dampak negatif yang mungkin muncul dari revolusi digital untuk mewujudkan
masyarakat madani.
Langkah-langkah yang dilakukan guru PAI harus mengikuti indikator masyarakat madani yang
dirumuskan oleh Nurcholish Majid, antara lain egalitarianisme, respek, keterbukaan, penegakan
hukum dan keadilan, toleransi dan pluralisme, serta musyawarah. Hasil yang telah dicapai dapat
diamati dari terciptanya lingkungan yang harmonis antar umat beragama dan tumbuhnya semangat
toleransi siswa, meningkatnya kemampuan dan semangat perilaku siswa yang islami, meningkatnya
minat baca siswa, meningkatnya minat siswa dalam belajar melalui pembelajaran nonkonvensional.
pembelajaran, serta menumbuhkan kesadaran orang tua terhadap revolusi digital dalam peluang dan
tantangannya.
Berdasarkan hasil yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka saran yang diberikan adalah
sebagai berikut; Bagi sekolah, pihak dapat memperluas kesempatan bagi guru khususnya guru PAI dalam
beradaptasi dengan perkembangan zaman. Serta tetap melaksanakan dan mengevaluasi program dan
kegiatan pembiasaan yang dilakukan secara berkesinambungan. Sehingga diharapkan dapat terus
berupaya menanamkan karakter siswa yang mengikuti akhlak Islam yang rahmatan lil alamin, serta
karakter yang mengikuti nilai-nilai Pancasila.
Guru khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat terus beradaptasi dengan perkembangan zaman
dan kemajuan teknologi. Teruslah berinovasi dan berkreasi dalam mengajar, terutama dalam memanfaatkan
teknologi dan multimedia dalam proses pembelajaran PAI di sekolah untuk menciptakan pembelajaran yang efektif,
efisien dan tepat guna.
REFERENSI
Baharun, H. (2016). Pendidikan Anak Dalam Keluarga; Telaah Epistemologis. Jurnal Unuja, 3(1).
Hardiyanti, dkk., N. (2020). Upaya Guru Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama
Islam di Sekolah Dasar. Al-Ikhtibar: Jurnal Ilmu Pendidikan, 7(2), 787–800. https://
doi.org/10.32505/ikhtibar.v7i2.616
Majid, N. (1998). Islam, Kemodernan, dan Keindonesiaan (XI). Mizan.
Majid, N., Akkas, MA, & Noer, HM (Ed.). (2000). Kehampaan spiritual masyarakat modern:
Respon dan transformasi nilai-nilai Islam menuju masyarakat madani (Cet. 1). Mediacita.
Nuryadin, N. (2017). Strategi Pendidikan Islam di Era Digital. FITRAH:Jurnal Kajian Ilmu-ilmu
Keislaman, 3(1), 209. https://doi.org/10.24952/fitrah.v3i1.637
Salim, MH, & Kurniawan, S. (2012). Studi Ilmu Pendidikan Islam. Ar-Ruzz Media.
Sanaky, HAH (2003). Paradigma pendidikan Islam: Membangun masyarakat madani Indonesia
(Cet. 1). MSI, Universitas Islam Indonesia : Safiria Insania Press.
Syafaruddin. (2005). Manajemen Lembaga Pendidikan Islam. Pers Ciputat.