Anda di halaman 1dari 5

Tugas HARI, SENIN.

16 OKTOBER 2023

Revieuw Materi

Nama : Saad Fuad Hasan

NIM : 02111423016

Tugas Reviuw Materi Ibnul Qayyim Al Jauziah

Fase Pranatal dan Pascanatal

Kita mesti memperhatikan beberapa hal dalam membentuk generasi terbaik diantaranya memilih jodoh
yang jelas asal usulnya. Berdasarkan hadits Rasulullah SAW. Setidaknya melalui beberapa pertimbangan
pertama Kecantikanya selanjutnya Keturunanya kemudian Agamanya.

Setelah itu dilanjutkan pascanatal sebaiknya melakukan beberapa hal menurut Al Jauziah

Mengadzankan bayi yang baru lahir, telinga kananya dan iqamah pada telinga kirinya

Memberikan Kurma pada mulut bayi

Melaksanakan Aqiqah

Memberikan nama yang baik, menyusukan,dan menypihnya sampai umur 2 tahun.

Anak memiliki Golden Age pada umur 0-3 tahun maka di usia Emas ini seharusnya seorang anak tidak
menerima perlakuan yang kurang menyenangkan, karena akan berdampak pada kesehatanya setelah ia
dewasa.

Ketika anak tersebut memasuki usia baligh maka Rasulullah SAW. Sampaikan suruk anak itu sholat dan
ketika umur 10 tahun jika tidak sholat maka pukulah dengan tidak melukai fisiknya.

TUGAS TAMBAHAN

Modernisasi/Pembaharuan Pendidikan Islam

Awal Abad ke-20 Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2002:751), modernisasi berarti proses
pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk dapat hidup sesuai dengan tuntutan
masa kini. Modernisasi Islam dipahami sebagai perubahan paradigma pemikiran umat Islam, bukan
membangun definisi Islam yang baru. Dilihat dari alur pemikiran, lahirnya paradigma ini disebabkan
ketidakrelaan kelompok pemikir terhadap ketertinggalan umat Islam dalam “merancah dunia sosialnya.
serta kepicikan pemikiran umat Islam dalam mentransfer literasinya ke dalam dunia nyata. Modernisasi
pendidikan Islam dapat dipahami sebagai perubahan pemikiran dalam bidang pendidikan Islam,
memperbaiki sistem pendidikan lama menjadi sistem yang baru dalam rangka memperbaiki mutu
pendidikan Islam. Istilah modernisasi dalam pendidikan Islam memiliki makna yang sama dengan
pembaharuan/pembaharuan dalam pendidikan Islam. Dalam pembahasan selanjutnya maka akan
dipergunakan kedua istilah tersebut. Awal abad XX pendidikan Islam di Indonesia mulai memasuki
pembaharuan. Gerakan pembaharuan ini dilatarbelakangi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan
ekternal (Ramayulis 2012:295-297).

Faktor Internal yaitu:

(a) Dorongan untuk meningkatkan perlawanan terhadap kolonial Belanda;

(b) Rasa tidak puas terhadap sistem pendidikan kolonial Belanda;

(c) Rasa tidak puas terhadap pengalaman Islam dan penerapan adat di tengah-tengah masyarakat;

(d) Keinginan kalangan kaum muda untuk memurnikan ajaran Islam.

Sedangkan Faktor eksternal yaitu; pengaruh pemikiran tokoh-tokoh pembaharu Timur Tengah yang
terjadi di akhir abad ke-19, khususnya Jamal al-Din al-Afghani dan Muhammad Abduh. Meskipun sikap
politik mereka secara tegas menunjukkan anti Barat karena praktek penjajahan yang dilakukannya
terhadap negara-negara Islam, Jamaluddin al Afghani dan Muhammad Abduh memberi dukungan
kepada umat Islam untuk mempelajarii ilmu pengetahuan yang lebih luas sebagaimana sudah dialami
juga terlebih dahulu oleh sebahagian negara-negara Barat. Dalam kaitan inilah, mereka menyerukan
penataan sistem kelambagaan sosial, politik, ekonomi, dan termasuk pendidikan, yang lebih memungkin
bagi umat Islam. Daerah Minangkabau dianggap sebagai salah satu titik awal masuknya ide-ide modernis
ke Nusantara. Hal ini bisa disimpulkan dari pembahasan Deliar Noer dalam bukunya Gerakan Modern
Islam di Indonesia 1900-1942. Di dalam buku tersebut Deliar Nooer memulai pembahasan tentang asal
usul dan pertumbuhan gerakan modern Islam dengan terlebih dahulu membahas daerah Minangkabau.
Menurutnya daerah Minangkabau memiliki peranan penting dalam penyebaran cita-cita pembaharuan
ke daerah-daerah lain (Deliar 1996:37). Kontak antara Minangkabau dengan dunia Arab terjalin
terutama melalui media haji, namun kemudian melebar menjadi kontak-kontak intelektual yang lebih
permanen. Ini dimungkinkan antara lain oleh adanya perbaikan ekonomi di daerah ini sebagai hasil
langsung dari internasionalisasi perdagangan kopi dan hasil-hasil bumi lainnya. Ringkasnya, dinamisme
daerah ini yang sedemikian menonjol telah membuatnya lebih dahulu merasakan modernisasi dalam
banyak hal.

Gelombang Modernisasi/Pembaharuan Di Minangkabau

Di Minangkabau, paradigma pemikiran modernisasi Islam ini sebenarnya sudah muncul semenjak
lahirnya puritanisasi sebagai pendobrak pemurnian pemahaman Islam orang Minangkabau yang
sinkretisme. Namun, modernisasi Islam lebih berkembang ketika awal abad ke-19 seiring dengan
bergeraknya kaum agama membangun sekolah-sekolah agama modern, mengubah sistem surau yang
tradisional dengan sistem pendidikan modern yang klasikal, berijazah dan memiliki kurikulum. Di Padang
Panjang misalnya, surau Jembatan Besi dengan duet tenaga pengajar yakni Haji Abdullah Ahmad dan
Haji Rasul menjadi cikal bakal sekolah Thawalib. Sekolah ini sangat berpengaruh di Minangkabau (Daya
1995:63). Proses modernisasi dilakukan melalui dua cara; Pertama, melalui injection motivation, dan
kedua melalui revolusi think tank. Cara pertama lebih dimotivasi oleh kemajuan dunia luar. Di
Minangkabau, modernisasi dalam institusi pendidikan sangat dipengaruhi oleh sistem pendidikan luar
terutama Mekah dan Mesir. Sistem ini dibawa oleh ulama-ulama Minangkabau dan diterapkan dalam
sistem pendidikan Islam lokal. Akhirnya, terjadi pembaharuan dalam isntitusi pendidikan surau menjadi
madrasah, yang klasikal dan tidak lagi berhalaqah, serta terjadi perombakanperombakan dalam
kurikulum pendidikan (Gazalba 1983:55).

Digitalisasi Pendidikan Islam

Kehidupan manusia senantiasa berkembang seiring hasil temuan riset yang dilakukan oleh ilmuan dunia
sebagai upaya untuk mengembangkan keilmuan dan untuk menjawab problematika yang terus
berkembang di tengah kehiudpan masyarakat global atau untuk meningkatkan kualitas hidup manusia
secara umum. Salah satu hasil temuan penelitian yang berdampak positif disamping sisi negative yang
juga ditimbulkan adalah teknologi informasi. Research discovering ini membawa perubah drastis bagi
peradaban dunia dan life style manusia secara umum di dunia. Teknologi telah memenuhi ruang
kehidupan manusia terutama yang berada pada fase digital native. Mereka dilahirkan dan membuka
mata langsung disambut oleh berbagai jenis teknologi informasi yang booming dan berkembang sangat
dinamis. Akhirnya, technology menjadi bagian hidup setiap orang dalam segala aktivitasnya, meskipun
pada dasarnya bukan bagian dari kebutuhan primer namun keberadaanya setara dengan kebutuhan
pokok manusia native dalam arti mereka tidak dapat terlepas dari ketergantungan pada alat digital.
Fakta ini menuntut pendidik untuk merespon dengan cepat dengan melakukan berbagai terobosan-
terobosan program sebagai upaya adjustment dengan baru yaitu era digital. Pendidikan Islam
seyogyanya diterapkan dengan pendekatan yang selaras dengan mode dan kecenderungan pelalajar
zaman ini. Jika meteri tersebut diajarkan menggunakan metode lama tanpa ada bagian yang terbarukan
dikhawatirkan tidak mendapatkan perhatian dan minat yang tinggi dari peserta didik yang berakibat
tidak tercapainya target pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang ditetapkan tidak dapat memberikan
arti penting dalam membentuk kepribadian dan skill mereka, kegiatan itu hanya berfungsi sebagai
kegiatan normatif yang dilaksanakan setiap hari sebagai rutinitas pendidikan tetapi tidak memiliki
pengaruh positif karena tidak ada chemistry atau ketertarikan siswa untuk mendalami dan
mengamalkannya. Formula pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan selera audience dimana
mereka sangat mengganderungi dunia digital. Langkah terbaik salah satunya adalah
mentransfrormasikan pendidikan islam dalam dunia digital.

Potensi terbesar dari dunia digital terletak pada aksebilitas non-stop tanpa batasan dimensi ruang dan
waktu. Siapapun dapat mencari informasi yang dibutuhkan sesukanya tanpa ada batasan-batasan yang
mengikat selama obyek yang dicari tidak bertentangan dengan idealogi negera atau tidak
membahayakan masa depan bangsa. Berbagai sumber ilmu pengetahuan disediakan secara gratis dalam
dunia digital dari berbagai sumber baik dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini salah satu perubahan
siknifikan dari munculnya dunia digital. Sebelumnya, pelajar tidak semudah sekarang untuk
mendapatkan buku-buku berkualitas dunia. Untuk mendapatkannya kita harus mengeluarkan biaya yang
tidak seedikit dan membutuhkan waktu yang cukup. Di saat sytem digital ditemukan semua sumber
pendidikan tersedia dengan mudah, cepat dan murah dalam bentuk e-sources seperti jurnal paperless
based atau buku elektronik (ebook). Selain itu, dunia digital bagi anak-anak dan pemuda terasa sangat
mengasyikkan, selama beberapa jam mereka tidak meresa bosan bermain gadget atau smart phone
walau hanya sebatas membukan fitur-fitur yang tidak terlalu penting.

Peserta didik zaman sekarang mengekspresikan pikirannya secara digital karena mereka lahir sebagai
masyarakat asli digital. Berbeda dengan dengan orang tua mereka, yang lahir sebelum terjadinya
digitalisasi sistem kehidupan lalu terjadilah revolusi digital yang manuntut mereka hijrah ke dunia
teknologi informasi yang mendesaknya untuk menyelesaikan dengan pola baru tersebut dan
mengaplikasikanya dalam kehidupan sehari-hari secara pelan-palan dan butuh proses panjang. Jika para
pendidikan yang lahir sebagai penduduk pendatang di dunia digital tidak bersiap diri menerima
tantangan ini untuk meningkatkan kemampuan pada level yang sesuai dengan kapasitas siswa, mereka
akan jauh ketinggalan. Ancaman serius dalam pendidikan Islam adalah tidak signifikannya fungsi guru
sebagai kelompok desiminasi ilmu pengetahun, pengembang atau pengasah keterampilan dan
penanaman nilai ketika siswa mampu menemukan apa yang dibutuhkan di luar kelas secara mandiri
tanpa memerlukan bimbingan expert (ahli). Menyikapi kenyataan ini, pendidikan Islam harus direkayasa
sedemikian menggunakan fitur digital yang tersedia selama 24 jam. Dengan teknik ini, pendidikan dapat
mengurangi peluang peserta didik mendapat hal yang dubutuhkan tetepi kualitasnya belum tervalidasi.
Contohnya sederhananya adalah saat ini di internet banyak sekali tersedia materi tentang jihat misalnya
dari berbagai penulis yang background akademik dan kepakarannya dalam tanda tanya. Jika peserta
didik kebetulan mengambil materi yang valid sesuai rujukan-rujukan yang diakui oleh para intelektual
tidak perlu dipersoalkan, tatapi jika materi yang didapatkan tidak sesuai dengan rujukan yang digunakan
oleh umat islam yang tinggal di Negara ini, potensi penyimpangan prilaku dan pemahaman kemungkinan
sangat besar terjadi. Akibatnya sangat fatal seperti terkonstruksinya pola pikir jihadis ala ISIS setelah
menbaca artikel propaganda yang disebarkan dalam jaringan. Langkah taktis untuk mengatasinya adalah
materi-materi pendidikan Islam harus digitalisasi yang memungkinkan diakses oleh peserta didik. Proses
digitalisasi hendaknya dikelola dengan baik dengan kerja sama dengan digital user yang ahli agar posisi
artikel daring tersebut berada paling atas setiap ada orang mencari tulisan dengan kata kunci pendidkan
islam atau sejenisnya di Google engine.

Pendidikan Islam di Malaysia

Islam merupakan agama resmi Negara federasi Malaysia. Berdasar catatan researchgate.net, hampir 50% dari 13 juta
penduduknya adalah Muslim dan sebagian besar di antaranya adalah orang melayu yang tinggal di Semenanjung
Malaysia. Adapun sisanya terdiri dari kelompok-kelompok etnik yang minoritas yakni di antaranya Cina yang terdiri
sekitar 30% dari penduduk Malaysia dan yang lainnya India dan Arab.

Di Malaysia, kedudukan Pendidikan Islam banyak mengalami perbaikan sejak tahun 1956 dengan pendidikan agama
Islam diajarkan di sekolah nasional dan juga dengan dibentuk bagian pendidikan agama yang mengurusi semua
bidang pendidikan agama di sekolah-sekolah. Tujuanya meningkatkan pengajaran agama islam dan bahasa arab,
mendidik guru-guru agama di institut keguruan islam, memperbaiki kurikulum, menyelenggarakan kegiatan-kegiatan
dakwah sekolah, menyelengarakan musabaqoh tilawatil qur’an di sekolah.

Para muslim di Malaysia juga kuat memegang hukum Islam dan juga kehidupan beragamannya yang damai serta
mencerminkan keIslaman agamanya baik di perkampungan maupun dalam pemerintahan. Peranan seorang ulama di
sana sangat penting baik dalam segi dakwah dan dalam pengelolaan sekolah-sekolah.

Pendidikan Islam di Thailand


Masuknya agama Islam ke Selatan Thailand (Pattani) tidak bisa dilepaskan dengan masuknya Islam ke Asia tenggara.
Rentetan penyiaran Islam di Nusantara ini merupakan satu kesatuan dari mata rantai peroses Islamisasi di Nusantara.
Hal ini tentu terkait dengan seputar pendapat yang menjelaskan tentang masuknya Islam ke Nusantara yang secara
garis besar di bagi pada dua pendapat. Yakni pendapat yang mengatakan Islam masuk ke wilayah ini pada abad ke
tujuh Masehi dan langsung dari Arab dan pendapat lain mengatakan Islam masuk ke Nusantara pada abad ketiga
belas Masehi berasal dari India.

Di Thailand, khususnya di beberapa daerah seperti Pattani, Setul, Yala, dan Narathiwat Pendidikan Islam, dengan
Pondok dan Madrasah menjadi tulang punggung identitas Islam dan perlawanan Islam terhadap pemerintah pusat.
Pondok telah bertransformasi menjadi sekolah agama modern (madrasah). Perkembangan madrasah sangat pesat
dengan memasukan dalam kurikulumnya mata pelajaran umum yang diwajibkan oleh penguasa, seperti bahasa Thai,
matematika, sains, sejarah ilmu bumi, bahasa Ingris. (muf/smn)

Anda mungkin juga menyukai