Anda di halaman 1dari 5

Generasi Millennial sebagai Generation Of Change Bangsa melalui Pendidikan

Islam yang Inovatif dan Kreatif Era Pandemi Covid 19

Oleh Elma Nurhaliza

Istilah generasi millennial memang sudah tidak asing di telinga masyarakat.


Istilah tersebut berasal dari millennials yang diciptakan oleh dua pakar sejarah dan
penulis Amerika, William Strauss dan Neil Howe dalam beberapa bukunya.
Millennial generation atau generasi Y juga akrab disebut generation me atau echo
boomers. Secara harfiah memang tidak ada demografi khusus dalam menentukan
kelompok generasi yang satu ini. Generasi Millennial merupakan kelompok manusia
muda masa kini yang berusia 15-34 tahun, dimana generasi ini identik dengan
generasi yang kreatif, inovatif dan menyukai hal-hal baru yang penuh dengan
tantangan (Hutagalung, dkk :2019). Dengan keidentikannya tersebut generasi
millennial yang biasa disandang oleh para pelajar dan mahasiswa itu kerap disebut-
sebut sebagai Generation of Change atau generasi pembawa perubahan karena pada
saat fase tersebut mereka memiliki banyak ide, pemikiran, dan inovasi yang
diharapkan dapat melahirkan sebuah perubahan bagi kalangan masyarakat maupun
bangsanya sendiri. Generasi muda atau millennial adalah penentu perjalanan bangsa
dimasa mendatang. Pemuda adalah motor penggerak utama perubahan, Pemuda
diakui peranannya sebagai kekuatan pendobrak kekuatan masyarakat. Di dalam
sejarah islam sendiri pemuda memegang peranan yang sangat penting, di dalam Al-
Qur’an terdapat banyak kisah yang menceritakan tentang pemuda dimana mereka
memiliki semangat berjuang yang tinggi dan pantang menyerah, sosoknya yang
idealis, kreatif, dan pemberani inilah yang meyebabkan pemuda menyandang sebagai
generasi pembawa perubahan. Pemuda atau generasi millennial banyak sekali
memiliki peran diberbagai bidang kehidupan tak terkecuali bidang pendidikan,
semangat serta rasa ingin tahu yang tinggi menyebabkan generasi millennial menjadi
seorang pembelajar yang selalu haus akan ilmu pengetahuan dan hal-hal baru yang
belum pernah ditemukan. Saat ini pendidikan islam merupakan suatu hal yang sudah
akrab dengan masyarakat sekitar karena telah terbukti bahwasannya dengan melalui
pendidikan islam lahirlah generasi-generasi penerus bangsa yang tak hanya cerdas
secara intelektual namun juga memiliki karakter yang unggul serta keimanan yang
kuat. Untuk dapat melahirkan generasi yang berkarakter dan unggul melalui
pendidikan islam maka proses pembelajaran dalam pendidikan islam haruslah
memiliki kualitas kurikulum yang mengikuti perkembangan zaman namun tetap
memperhatikan nilai-nilai keislaman. Dalam hal ini tentunya generasi millennial
memiliki peran yang sangat krusial dalam berkontribusi menghasilkan sistem
pendidikan islam yang inovatif dan kreatif melalui ide, pemikiran, dan inovasinya.
Saat ini dimana pembelajaran yang dialihkan ke sistem dalam jaringan (daring) yang
diakibatkan oleh pandemi virus corona atau covid-19 mengharuskan semua pihak
bekerja sama menciptakan ide agar proses pendidikan islam tetap dapat terlaksana
secara optimal, generasi millennial diharapkan dapat menghasilkan ide, inovasi baru
yang dapat membantu pelaksanaan pendidikan islam di era pandemi seperti saat ini.
pendidikan agama islam memiliki peran penting dalam mencetak insan-insan
beragama dan peserta didik yang memiliki karakter dan moralitas yang baik sesuai
dengan nilai-nilai budaya bangsa dan agama. Pendidikan Islam adalah sarana
transformasi pengetahuan dalam aspek keagamaan (aspek kognitif), sebagai
sarana transformasi norma serta nilai moral untuk membentuk sikap (aspek
afektif), yang berperan dalam mengendalikan prilaku (aspek psikomotorik)
sehingga tercipta kepribadian manusia seutuhnya. Pendidikan Islam diharapkan
mampu menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman,
takwa, dan berakhlak mulia, etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari
pendidikan. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan,
hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam
lingkup lokal, regional, nasional, maupun global (Anwar dan Salim :2018).

Perkembangan dan kemajuan sebuah bangsa ditunjukan oleh beberapa


faktor, salah satunya adalah pendidikan. Pendidikan diibaratkan sebagai faktor
penentu bagi terciptanya sumber daya manusia yang kompeten dan kredibel
dalam perannya membangun bangsa. Dalam dinamika kehidupan sosial manusia
dituntut untuk terus mengaktualisasikan diri bagaimana ia mampu bersaing dan
berkompetisi dalam kehidupan global. Oleh karena itu lahirnya aturan yang
memperlihatkan kepada pendidikan bahwa suatu proses pembelajaran yang
dilakukan tidak ada kata henti dan stagnan sehingga pemikiran yang batal istilah
pendidikan sepanjang hayat adalah shohih dan tidak terbantahkan. Proses pendidikan
dalam skala luas akan membentuk sebuah budaya yang tangguh seperti yang
dikemukakan oleh antropolog marvin harradalah kebudayaan adalah implikasi dari
aspek kehidupan manusia termasuk pikiran dan tingkah laku dalam masyarakat yang
diperoleh dalam belajar hasilnya cara belajar dan tujuan belajar seperti apa yang
mendukung kemajuan, kedamaian dan keadilan.

Pendidikan menempati posisi yang amat strategis dalam pembangunan


bangsa, terutama pada jangka panjang. Karena demikian pentingnya pendidikan,
hingga ayat al-Qur’an yang pertama kali diturunkan Allah, yaitu surat al-‘Alaq ayat 1
sampai dengan 5 adalah berkenaan dengan pendidikan. Arti lima ayat tersebut
selengkapnya: “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Ia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu
muliakanlah. Dia telah mengajarkan manusia dengan pena.” Lima ayat surat al-
Alaq ini telah menetapkan lima unsur pokok pendidikan. Yaitu (1)Unsur Ideologi
pendidikan yang bercorak humanisme teo-centred, sebagaimana dipahami dari ayat
“iqra bismi rabika al-ladzi khalaq.”Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang
menciptakan; (2)Unsur metode dan pendekatan dalam proses pembelajaran yang
berbasis pada aktivitas siswa (student centred) sebagaimana terdapat dalam
kalimat iqra’:bacalah yang diulang sebanyak dua kali; (3)Unsur kurikulum
pendidikan yang bersifat terbuka dan virtual, yaitu segala sesuatu yang belum
diketahui sebagaimana, terdapat dalam ayat: ‘allama al-insaan maa lam
ya’lam’:mengajarkan manusia tentang segala sesuatu yang belum diketahuinya;
(4)Unsur tenaga pendidik, yang dalam hal ini Allah SWT, sebagaimana terlihat pada
ayat “allama al-Insaan”:Dia telah mengajarkan manusia, dan (5)Unsur teknologi
pendidikan, yang direpresentasikan dengan kosakata “al-qalam”, sebagaimana
terdapat dalam ayat: “allama bi al-qalam.: Mengajarkan manusia dengan pena.
Sejalan dengan itu, Undang-undang Dasar 1945 mengamanatkan agar negara
mencerdaskan seluruh rakyat Indonesia dengan memberikan pendidikan dalam arti
yang seluas-luasnya. Selanjutnya lahir pula Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Islam yang mengatur seluruh komponen pendidikan:visi,
misi, tujuan, kurikulum, mutu lulusan, proses belajar mengajar, tenaga pendidik dan
kependidikan, sarana prasarana, pembiayaan, pengelolaan, dan evaluasi. Untuk
melaksanakan sistem pendidikan ini, maka lahirlah pula berbagai peraturan
perundangan lainnya, seperti Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen; Undang-undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi,
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yang disempurnakan dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan
sebagainya. Di dalam berbagai peraturan perundangan tersebut disebutkan tentang
adanya pendidik dan tenaga kependidikan yang bersifat formal yang diangkat oleh
pemerintah, tapi juga ada tenaga pendidik dan kependidikan yang diangkat oleh
masyarakat, melalui Yayasan Pendidikan yang dibuat oleh masyarakat yang
bersangkutan. Namun demikian, pendidikan di Indonesia masih menghadapi
sejumlah permasalahan yang hingga saat ini belum terpecahkan. Masalah pendidikan
tersebut, antara lain berkenaan dengan mutu yang masih rendah, tenaga pendidik dan
tenaga kependidikan yang belum mencukupi baik secara kuantitatif maupun
kualitatif, serta penyebarannya yang belum merata, pengelolaan pendidikan yang
masih belum profesional dan memuaskan pelanggan, pembiayaan pendidikan yang
masih merata dan belum mencukupi, pemerataan pendidikan bagi seluruh seluruh
masyarakat, relevansi lulusan pendidikan dengan tuntutan dunia kerja, serta moral
dan karakter peserta didik yang cenderung merosot. Berkenaan dengan problema
pendidikan tersebut, para pemuda, sebagai komponen bangsa terbesar dapat ikut serta
mengatasinya sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas yang dimilikinya. Maka dapat
disimpulkan bahwasannya pemuda atau generasi millennial masa kini merupakan
generasi yang penuh dengan ide kreatif yang diharapkan dapat melahirkan perubaha-
perubahan baru bagi kemajuan pendidikan islam khususnya dan kemajuan bangsa
pada umumnya. Generasi millennial dengan berbagai ide kreatif dibarengi dengan
kemajuan teknologi yang begitu pesat sudah sewajarnya mampu pmenciptakan
perubahan terutama bagi sistem pendidikan islam yang kreatif dan inovatif sehingga
dapat melahirkan generasi penerus yang berkualitas baik dalam segi intelektual,
karakter, maupun keimanan.

Daftar Pustaka

Anwar, Syaiful dan Salim, Agus. 2018. PENDIDIKAN ISLAM DALAM


MEMBANGUN KARAKTER BANGSA DI ERA MILENIAL. Al-
Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 9, No. 2.
10.24042/atjpi.v9i2.3628 . 11 Mei 2021

Hutagalung, dkk. 2019. Generasi Muslim Milenial dan Wirausaha. Seminar Nasional
Hasil Pengabdian kepada Masyarakat 2019. STMIK Pontianak.
http://dx.doi.org/10.30700/sm.v1i1.590 . 11 Mei 2021.

Anda mungkin juga menyukai