Anda di halaman 1dari 4

Implementasi Nilai Pancasila Pada Pembelajaran Sejarah Sebagai Jawaban Untuk Tantangan

Revolusi 4.0.
Oleh: Akmal Yusam Deva El Haq

Perkembangan zaman merupakan salah satu fenomena yang tidak terelakkan. Hal ini sangat
terlihat semenjak adanya Renaissance (abad pencerahan) di Eropa. Mulai dari abad
pencerahan inilah perkembangan ilmu pengetahuan khususnya teknologi tidak terelakan.

Hampir setiap detiknya teknologi di bumi ini selalu mengalami perkembangan yang cukup
signifikan. Tentunya hal tersebut tidak terlepas dari adanya peran para tokoh-tokoh peneliti
dunia itu sendiri.

Renaissance atau lebih kita kenal abad pencerahan di Eropa ini berawal dari abad ke-14 ketika
adanya perkembangan IPTEK. Semenjak adanya perkembangan IPTEK inilah, berbagai
perkembangan teknologi tidak terelakan. Seperti yang dirasakan pada revolusi 4.0 saat ini.

Inti dari adanya revolusi 4.0 adalah adanya pengembangan teknologi digital. Hal inilah yang
menyebabkan adanya kemunculan dampak dari revolusi 4.0 yang menyebabkan beberapa
industri besar dan ternama gulung tikar, misalnya saja Nokia. Dampak inilah yang nantinya
dikenal dengan era disrupsi.

Disrupsi itu sendiri menurut Reynald Kasali (2017: 120) diperkenalkan oleh Clayton M.
Christensen sejak 1997. Inti dari adanya disrupsi itu sendiri adalah kemunculan berbagai
teknologi yang membantu kehidupan manusia dengan 3 sifat dominan, yakni praktis, inovatif
dan ekonomis. Dari pengertian inilah muncul berbagai teknologi kehidupan manusia yang
berlandaskan dengan adanya penggunaan serba online.

Penggunaan serba online dalam berbagai bidang kehidupan inilah yang nantinya memunculkan
banyak dampak buruk bagi manusia. Salah satunya adalah yaitu memudarnya Nasionalisme
dan Patriotisme pada kalangan muda. Hal ini disebabkan oleh budaya yang masuk dari Negara
asing dan diterima oleh pemuda kita tanpa adanya pemisahan dan penyaringan budaya
tersebut.

Mereka berpandangan bahwa budaya asing adalah budaya yang modern dan jauh lebih maju
daripada budaya bangsanya sendiri. Hal ini berakibat pada lunturnya nilai-nilai luhur bangsa
pada generasi muda.

Kelunturan nilai luhur tersebut terlihat dari memudarnya rasa Nasionalisme, banyak pemuda
yang mengalami disorientasi, dislokasi dan menjadi seorang merkantilis atau menguntukan diri
pribadinya saja. Sebagai salah satu solusinya generasi muda harus lebih memahami mengenai
dasar negara, Pancasila.

Di era disrupsi ini peran Pancasila tentulah sangat penting untuk tetap menjaga eksistensi
kepribadian bangsa Indonesia Hal ini dikarenakan adanya kecanggihan teknologi internet ini,
batasan-batasan diantara negara seakan tak terlihat.

Kedudukan Pancasila sebagai pilar bangsa yang mengandung nilai-nilai bermasyarakat,


berbangsa, dan bernegara kini sudah tidak begitu penting lagi bagi beberapa kalangan generasi
muda. Padahal apabila dasar negara kita terus-menerus mengalami ketergerusan seperti ini,
kegoncangan dalam kehidupan di Indonesia tidak akan bisa terelakan.

Hal inilah yang melatarbelakangi penyusun untuk menyusun esai dengan judul "Implementasi
Nilai Pancasila pada Pembelajaran Sejarah sebagai Jawaban untuk Tantangan Revolusi 4.0".

Pembahasan Untuk menjawab tantangan revolusi 4.0., patutlah kita sebagai generasi muda
bisa memperkuat dan mempertajam nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan. Adapun beberapa
implementasi Pancasila yang dikembangkan pada revolusi 4.0 ini adalah sebagai berikut :

A. Mengenalkan Pancasila Lewat Pendidikan Sejarah

Pendidikan sejarah adalah salah satu solusi untuk kembali menghidupkan nilai Pancasila yang
mati di tengah globalisasi. Karena dengan sejarah kita dapat mengenalkan bagaimana proses
perumusan Pancasila, mengingat kembali bagaimana para pahlawan dulu memperjuangkan
Pancasila dan bagaimana generasi saat ini seharusnya bersikap terhadap dasar negara itu.

Sebagai suatu contoh, pada tanggal 30 September 1965 terjadi pemberontakan besar besaran
oleh partai komunis Indonesia atau lebih sering kita dengar dengan nama G30S/PKI atau hari
kesaktian Pancasila.

Pada saat itu kita tahu bahwa tujuh perwira tinggi militer Indonesia dan beberapa orang lain
tewas dalam mempertahankan ideologi Pancasila yang akan diubah menjadi ideologi
Komunisme.

Dengan adanya kejadian tersebut, maka kita dapat mengajarkan pada generasi muda bahwa
Pancasila tidak terlahir dari arus yang tenang tetapi pernah melewati ombak yang memukul-
mukul hingga harus berkorban darah dalam menjaga keutuhannya. Oleh sebab itulah jika kita
memperbanyak mempelajari sejarahnya, maka pemuda akan tergerak untuk mempelajari
kembali isi Pancasila.

Jika mereka sudah kembali mau untuk mempelajari Pancasila maka kita akan mudah untuk
menggerakkan mereka untuk kembali ke rel bangsanya, menumbuhkan rasa cinta kepada
ideologi bangsanya dan sejarah bangsanya.

Dengan tumbuhnya rasa cinta ini maka akan mudah bagi pendidik untuk mengajak mereka
mengimplementasikan nilai Pancasila dalam kehidupan mereka sehari-hari (SP, wawancara, 13
September 2019).

Menurut Tsabit Azinar Ahmad dalam jurnalnya (2015: 2) berkata bahwa Pendidikan sejarah
memiliki peran penting terhadap pembangunan karakter masyarakat. Hal ini tercermin dalam
tujuan mata pelajaran sejarah dalam Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 yang berisikan
sebagai berikut:

Mengandung nilai-nilai kepahlawanan, keteladanan, kepeloporan, patriotisme, nasionalisme,


dan semangat pantang menyerah yang mendasari proses pembentukan watak dan kepribadian
peserta didik.

Peran penting ini didukung dengan materi-materi yang mengandung nilai-nilai penting bagi
peserta didik. Melalui mata pelajaran sejarah, pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam
materi-materi pelajaran dan proses pembelajarannya.

B. Alternatif Lain

Adapun upaya lain yang dapat kita kembangkan adalah sebagai berikut.

1. Membuka Lembaran Sejarah Bangsa

Pada tahap ini anak diajak untuk berpikir kembali ke belakang untuk melihat sejarah bangsanya
dalam mendirikan bangsa yang berdaulat. Penyusun harap pada tahap ini usia anak berada di
usia 8-10 tahun atau kita anggap usia Sekolah Dasar. Karena saat usia itu anak akan mudah
menangkap apa yang diajarkan orang.

Dengan begitu, guru di sekolah dapat dengan mudah menerapkan nila- nilai sejarah bangsa
kepada anak didiknya. Di tahap ini juga alangkah baiknya jika kita mulai menanamkan sila
pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Diharapkan melalui sila pertama ini mereka dapat
belajar untuk hidup berdasarkan hukum agamanya dan tidak lupa mengingat sejarah
bangsanya.

2. Penanaman Bela Negara

Pada Tahap ini akan melibatkan anak usia kelas 6 Sekolah Dasar hingga usia kelas Sekolah
Menengah Pertama. Pemilihan taraf usia ini dikarenakan pada saat usia tersebut, anak mulai
mengetahui dunia luar dan mereka sedang dalam proses mencari jati diri mereka.

Di dalam proses ini memang kita tidak boleh melibatkan peranan guru saja tetapi peran orang
tua juga sangat dibutuhkan. Dalam tahapan umur ini, kita berfokus pada sila ke dua dan tiga
serta pada penanaman karakter. Adanya kegiatan pramuka juga menjadi salah satu solusi
untuk mewujudkan pendidikan bela negara.

Selain itu tahapan umur ini, juga harus sudah mulai dikenalkan dengan literasi. Selain dengan
menggunakan kegiatan pramuka dan pengenalan literasi, pendidikan karakter juga dapat
diwujudkan melalui pelajaran agama, pendidikan kewarganegaraan, dan norma di masyarakat.

3. Tahap Kesiapan

Tahap ini menjadi waktu yang tepat untuk penyempurnaan setelah melewati tahapan-tahapan
sebelumnya. Pada tahapan ini anak yang dilibatkan adalah anak usia Sekolah Menengah Atas.
Diperkirakan bahwa pada usia ini mereka telah terbuka pandangannya tentang dunia yang lebih
luas.

Di sinilah waktunya anak diajarkan bagaimana pelaksanaan pemerintahan di Indonesia atau


lebih spesifiknya adalah mereka diajarkan untuk mempelajari Pancasila dengan ruang lingkup
yang lebih luas. Mereka juga harus diajarkan untuk melihat kondisi masyarakat Indonesia yang
sebenarnya saat ini.

Penutup

Kesimpulannya yaitu dengan perkembangan zaman yang ada mengakibatkan adanya suatu
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang canggih dan praktis. Dengan kepraktisan
pengaksesan berbagai media sosial banyak anak-anak yang salah menggunakannya, sehingga
mereka mengembangkan perilaku buruk.

Oleh sebab itulah, secara tidak langsung penerapan Pancasila memburuk. Banyaknya tindakan
menyimpang, kriminalitas, asusila, berbagai macam tindakan kekerasan yang mirisnya banyak
terjadi di kalangan generasi muda. Rendahnya tingkat religi yang diharapkan bahwa agama
mampu mengatasi permasalahan yang ada. Oleh karena itu, penerapan nilai-nilai Pancasila
adalah solusi etis untuk menghadapi era revolusi 4.0.

Baca artikel detikedu, "7 Contoh Esai Singkat Berbagai Tema beserta Tips dan Cara
Menulisnya" selengkapnya https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6721969/7-contoh-esai-
singkat-berbagai-tema-beserta-tips-dan-cara-menulisnya.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/

Anda mungkin juga menyukai