Anda di halaman 1dari 2

1.

Mahasiswa mengobservasi secara kritis apa tantangan menghayati


Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan
Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik
dalam Pendidikan Abad ke-21.

Pancasila merupakan suatu pedoman nilai yang memberikan dasar-dasar


yang bersifat fundamental dan universal baik dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Dalam menghayati Pancasila sebagai Entitas
dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila
pada Pendidikan yang berpihak pada Peserta didik dalam Pendidikan Abad
ke-21, tentunya tidak lepas dari tantangan-tantangan yang muncul dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pesatnya perkembangan ilmu
teknologi menjadi kekhawatiran terbesar dalam degradasi nilai dan karakter
pada generasi milenial. Hal ini karena generasi ini akan memainkan
peranan penting dalam keberlangsungan kehidupan berbangsa dan
bernegara di masa mendatang. Generasi milenial memiliki semangat
produktivitas yang tinggi serta memiliki relasi yang baik antar generasi
lainnya. Namun, karena hidup di era yang serba cepat, generasi ini
cenderung menginginkan sesuatu yang serba instan dan sangat mudah
dipengaruhi oleh trend budaya luar. Hal inilah yang menjadi titik kritis bagi
masa depan negara dan bangsa kita. Perkembangan teknologi ternyata
masih menjadi hambatan untuk mendekatkan dan menyatukan anak
bangsa, hal ini berakibat tidak seimbangnya antara perilaku milenial dengan
penerapan Pancasila adalah ciri khas bangsa kita, seperti gotong royong
yang mulai memudar seiring berjalannya waktu. Hal ini menjadikan
generasi milenial menjadi manusia yang individualis, serta kurangnya rasa
nasionalisme dan patriotisme. Pada era teknologi informasi ini, Pancasila
akan diuji seiring dengan masuknya ideologi-ideologi luar yang masuk
dengan cepat ke sumber kehidupan berbangsa dan bernegara. Padahal,
Pancasila adalah Ideologi negara dan pedoman bangsa yang harus
dipatuhi dan menjadi pemersatu bangsa. Beberapa ideologi yang mulai
masuk ke dalam sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara adalah
radikalisme, ekstremisme, dan terorisme. Sebagaimana kita tahu, ideologi
radikalisme, ekstremisme, dan terorisme mulai menjangkit bangsa
Indonesia. Ideologi tersebut tentu saja tidak tumbuh dari tradisi luhur
bangsa Indonesia karena Indonesia memiliki budaya luhur, seperti
kekeluargaan, tenggang rasa, gotong royong, dan lain sebagainya.
Tantangan yang tak kalah membahayakan adalah konsumerisme.
Konsumerisme adalah paham terhadap gaya hidup yang menganggap
barang-barang (mewah) sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan, dan
sebagainya. Dapat dikatakan pula konsumerisme adalah gaya hidup yang
sifatnya tidak hemat. Sering kita saksikan di televisi ataupun media sosial
perilaku-perilaku konsumtif yang berlebihan. Orang-orang yang terpapar
ideologi ini cenderung akan senang dan Bahagia membeli sesuatu,
sekalipun tidak dibutuhkan. Tujuannya bisa beragam, mulai dari pamer,
gengsi, mencari perhatian, hingga sekedar ikut-ikutan (fomo). Akibatnya
demi mencapai kebahagiaan yang terletak pada aktivitas membeli
barang/sesuatu itu, seseorang bisa melakukan apa saja. Sekalipun
melanggar norma dan konstitusi. Untuk menyikapi tantangan-tantanga n
tersebut, diperlukan adanya penerapan nilai- nilai Pancasila di dalam dunia
pendidikan dengan cara membentuk karakter peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha esa,
mengembangkan rasa persaudaraan, persatuan, dan kesatuan, serta
mampunyai sikap gotong-royong baik dalam kegiatan sekolah maupun di
lingkungan masyarakat.

2. Mahasiswa menuliskan secara kritis bagaimana Pancasila sebagai Entitas


dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila
pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan
Abad ke-21 di ekosistem sekolah (kelas).

Dalam upaya mewujudkan Pancasila sebagai entitas dan identitas Bangsa


Indonesia serta perwujudan Profil Pelajar Pancasila (PPP) pada Pendidikan
yang berpihak pada peserta didik dalam pendidikan Abad ke-21 dalam
ekosistem pembelajaran SD Khadijah Pandegiling, tempat saya
melaksanakan PPL I telah melaksanakan Pendidikan yang Berpihak pada
Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21 dengan baik. Hal itu dibuktikan
dengan adanya pelajaran Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)
yang sudah terlaksana di lingkungan sekolah. Kita dapat mengetahui
bahwa dimensi dalam Profil Pelajar Pancasila yaitu; 1) beriman, bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2) mandiri, 3)
bergotong-royong, 4) berkebinekaan global, 5) bernalar kritis, dan 6) kreatif.
Penguatan nilai-nilai ini dapat dilakukan dari kegiatan di sekolah, di kelas,
maupun pada kegiatan P5. Hal tersebut diterapkan sebagai projek dengan
tujuan agar peserta didik dapat melestarikan budaya Bangsa Indonesia dan
mengamalkan nilai nilai Budaya tersebut dalam kehidupan berwarga
negara juga dalam aktivitas sehari-hari. Kegiatan Profil Pelajar Pancasila
(PPP) tersebut terselenggara dengan melaksanakan kegiatan upacara atau
apel pagi, Senyum Sapa Salam (3S), berdoa bersama sebelum memulai
pembelajaran, dan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dengan
pemberian motivasi. Kegiatan tersebut merupakan contoh dalam
penerapan entitas dan identitas budaya bangsa Indonesia yang
diselenggarakan secara gotong royong oleh peserta didik yang dibimbing
guru di sekolah. Kemudian, kegiatan gotong royong membersihkan kelas
dan lingkungan sekolah. Selanjutnya, kegiatan Sholat Dhuha dan Sholat
Dzuhur berjamaah, hal tersebut guna membentuk karakter beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dari uraian-uraian kegiatan
tersebut merupakan tindakan konkrit dalam menghayati dan melestarikan
Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia melalui generasi muda dalam dunia
pendidikan

Anda mungkin juga menyukai