Anda di halaman 1dari 4

Nama : Cut Dianun Mutia, S.Pd.

MK : Filosofi Pendidikan
Topik 4. Aksi Nyata
Mahasiswa membuat sebuah tulisan reflektif dalam bentuk artikel atau jurnal untuk
menguatkan pemahaman tentang Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia
dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik
dalam Pendidikan Abad ke-21 dengan mengacu pada panduan berikut:

1. Mahasiswa mengobservasi secara kritis apa tantangan menghayati Pancasila sebagai


Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada
Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21.
2. Mahasiswa menuliskan secara kritis bagaimana Pancasila sebagai Entitas dan
Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan
yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21 di ekosistem
sekolah (kelas).

Pancasila adalah dasar negara dan ideologi yang menjadi landasan bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara di Indonesia. Hal ini menjadikan Pancasila sebagai entitas bangsa
Indonesia karena melindungi hak-hak rakyat Indonesia. Pancasila juga memiliki makna yang
mendalam serta cerminan dari kehidupan bangsa Indonesia yaitu mencerminkan
kebijaksanaan, keadilan, persatuan, demokrasi, dan ketuhanan yang maha Esa. Selain itu
Pancasila juga menjadi identitas bangsa Indonesia karena mencerminkan nilai-nilai yang
dijunjung tinggi oleh seluruh rakyat Indonesia. Pancasila menjadi dasar bagi seluruh
kebijakan dan peraturan pemerintah termasuk dalam pembentukan undang-undang dan
kebijakan ekonomi. Menghayati Pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa merupakan
suatu perjalanan yang menggambarkan hubungan yang erat antara nilai-nilai luhur Pancasila
dengan jati diri serta eksistensi bangsa Indonesia.

Pancasila merupakan suatu pedoman nilai yang memberikan dasar-dasar yang bersifat
fundamental dan universal baik dalam hidup masyarakat berbangsa dan bernegara. Penerapan
Pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa dalam pendidikan dapat diwujudkan sebagai
pendidikan yang berpihak pada peserta didik dalam pendidikan abad ke-21 melalui program
profil pelajar Pancasila. Dalam menghayati Pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa
tentunya tidak lepas dari tantangan-tantangan yang muncul dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara adapun tantangan yang dihadapi adalah:

1. Perkembangan Teknologi

Pesatnya perkembangan ilmu teknologi menjadi kekhawatiran terbesar dalam


degradasi nilai dan karakter pada generasi milenial. Hal ini karena generasi ini akan
memainkan peranan penting dalam keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara di
masa yang akan datang. Generasi milenial memiliki semangat produktivitas yang tinggi serta
memiliki relasi yang baik antara generasi lainnya. Namun, karena hidup di era yang serba
cepat generasi ini cenderung menginginkan sesuatu yang serba instan dan sangat mudah
dipengaruhi oleh tren budaya luar. Hal inilah yang menjadi titik kritis bagi masa depan negara
dan bangsa kita. Perkembangan teknologi ternyata masih menjadi hambatan untuk
mendekatkan dan menyatukan anak bangsa hal ini berakibat tidak seimbangnya antara
perilaku milenial dengan penerapan Pancasila seperti gotong royong yang mulai memudar
seiring berjalannya waktu dan lainnya. Hal ini
menjadikan generasi milenial menjadi manusia yang individualis serta kurangnya rasa
nasionalisme dan patriotism.

Pada era teknologi informasi ini Pancasila akan diuji seiring dengan masuknya
ideologi-ideologi luar yang dimaksud dengan cepat ke sumber kehidupan berbangsa dan
bernegara. Padahal Pancasila adalah ideologi negara dan pedoman bangsa Indonesia yang
harus dipatuhi dan menjadi pemersatu bangsa. Beberapa ideologi yang mulai masuk ke dalam
sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara adalah radikalisme, ekstremisme, dan
terorisme. Ideologi-ideologi baru ini tentu saja tidak tumbuh dari tradisi luhur bangsa
Indonesia karena Indonesia memiliki budaya luhur seperti kekeluargaan, tenggang rasa,
gotong royong dan lain sebagainya.

2. Kurangnya tersedia jumlah guru yang memiliki motivasi dan pengetahuan dalam
menerapkan karakter profil pelajar Pancasila.

Berdasarkan kenyataan di lapangan masih terdapat guru-guru yang belum memiliki


motivasi dan semangat serta pengetahuan dalam penerapan karakter profil pelajar Pancasila
dan banyak juga guru-guru yang kurang memahami tentang kurikulum merdeka. Guru-guru
tersebut cenderung masih nyaman dan betah dengan perangkat pembelajaran kurikulum
sebelumnya karena belum begitu memahami rancangan pembelajaran yang memuat
penerapan karakter profil belajar Pancasila. Oleh karena itu perlu adanya kolaborasi antara
pemerintah dengan sekolah untuk melakukan pelatihan dan seminar terkait dengan
perancangan dan penerapan kurikulum merdeka yang memuat profil pelajar Pancasila.

3. Keberagaman, Budaya, Suku, Ras, dan Religiusitas

Keberagaman, budaya, suku, ras, dan religiusitas juga dapat menjadi salah satu
tantangannya karena dapat mempengaruhi karakter setiap peserta didik yang berpotensi
menimbulkan konflik bahkan perpecahan jika tidak adanya rasa kebhinekaan.

4. Konsumerisme

Tantangan lain yang tak kalah membahayakan adalah konsumerisme. Konsumerisme


adalah paham terhadap gaya hidup yang menganggap barang-barang mewah sebagai ukuran
kebahagiaan dan kesenangan. Dapat dikatakan pula konsumerisme adalah gaya hidup yang
sifatnya tidak hemat sering kita saksikan di televisi ataupun media sosial perilaku konsumtif
yang berlebihan. Orang-orang yang terpapar ideologi ini cenderung akan senang dan bahagia
membeli sesuatu sekalipun itu tidak dibutuhkan. Akan terdapat ajang pamer dan berlomba-
lomba untuk mencari perhatian hingga sekedar ikut-ikutan sehingga menimbulkan sifat iri
dengki untuk menyikapi tantangan tersebut perlu adanya penerapan nilai-nilai Pancasila
untuk membentuk karakter peserta didik agar menjadi manusia yang mengembangkan rasa
persaudaraan baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat.

5. Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan Kurang Maksimal

Peran orang tua menjadi salah satu aspek penting dalam pendidikan. Namun
kebanyakan orang tua saat ini tidak memahami pendidikan abad 21 dan kurikulum merdeka.
Mereka juga kurang peduli tentang pendidikan anaknya khususnya pada aspek afektif. Para
orang tua hanya fokus pada aspek kognitif saja sehingga sikap peserta didik saat ini kurang
baik meski kognitifnya tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua perlu menanamkan
penerapan nilai-nilai Pancasila di rumah. Oleh sebab itu penting bagi pemerintah untuk
memberikan edukasi membangun dan menumbuhkan pemahaman orang tua agar dapat ikut
serta bekerja sama dalam membangun penghayatan Pancasila sebagai intensitas dan identitas
bangsa Indonesia dan perwujudan profil pelajar Pancasila dalam pendidikan abad ke-21.

Dalam upaya mewujudkan Pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa Indonesia
serta perwujudan profil pelajar Pancasila pada pendidikan yang berpihak pada peserta didik
dalam pendidikan abad ke-21 dalam ekosistem pembelajaran SMAN 1 LHOKNGA, tempat
saya melaksanakan PPL 1 telah melaksanakan pendidikan yang berpihak pada peserta didik
dalam pendidikan abad 21 dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya pelajaran project
penguatan profil pelajar Pancasila (P5) yang sudah terlaksana di lingkungan sekolah. Kita
dapat mengetahui bahwa dimensi dalam profil belajar Pancasila yaitu 1) Beriman dan
bertakwa kepada tuhan YME, 2) mandiri, 3) Gotong royong, 4) berkebinekaan global, 5)
bernalar kritis dan, 6) kreatif. Penguatan nilai-nilai dapat dilakukan dari kegiatan di sekolah
dan di kelas maupun pada kegiatan P5.

Hal tersebut diterapkan sebagai project dengan tujuan agar peserta didik dapat
melestarikan budaya bangsa Indonesia dan mengamalkan nilai-nilai budaya tersebut dalam
kehidupan berwarganegara juga dalam aktivitas sehari-hari.

Peserta didik SMA N 1 LHOKNGA menyelesaikan tugas projek P5 menjahit payet


payung linto

Peserta didik SMA N 1 LHOKNGA melaksanakan senam Pelajar Pancasila


Peserta didik SMA N 1 LHOKNGA melakukan gotong royong setiap sabtu

Peserta didik SMA N 1 LHOKNGA melakukan Upacara Bendera setiap Senin pagi.

Anda mungkin juga menyukai