Anda di halaman 1dari 5

NAMA : NABILA AYU RAHMA NIA PUTRI

NIM : 221066620017
KELAS : MANAJEMEN A
MATA KULIAH : PENDIDIKAN PANCASILA
ULANGAN TENGAH SEMESTER
1) a. Jelaskan dinamika Pendidikan Pancasila di perguruan tinggi! Apakah terjadi
pasang surut?
Jawab :
Pendidikan Pancasila mengalami pasang surut dalam pengimplementasiannya. Hal
tersebut penting untuk diketahui karena berlakunya pendidikan Pancasila di perguruan
tinggi mengalami pasang surut. Selain itu, kebijakan penyelenggaraan pendidikan
Pancasila di perguruan tinggi tidak serta merta diimplementasikan baik di perguruan
tinggi negeri maupun di perguruan tinggi swasta. Apabila ditelusuri secara historis,
upaya pembudayaan atau pewarisan nilai-nilai Pancasila tersebut telah secara
konsisten dilakukan sejak awal kemerdekaan sampai dengan sekarang. Namun,
bentuk dan intensitasnya berbeda dari zaman ke zaman. Pada masa awal
kemerdekaan, pembudayaan nilai-nilai tersebut dilakukan dalam bentuk pidato-pidato
para tokoh bangsa dalam rapat-rapat akbar yang disiarkan melalui radio dan surat
kabar. Kemudian, pada 1 Juli 1947, diterbitkan sebuah buku yang berisi Pidato Bung
Karno tentang Lahirnya Pancasila. Buku tersebut disertai kata pengantar dari Dr.
K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat yang sebagaimana diketahui sebelumnya, beliau
menjadi Kaitjoo (Ketua) Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan). Perubahan yang signifikan dalam metode
pembudayaan/pendidikan Pancasila adalah setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

b. Output politik dari suprastruktur politik yang inputnya berawal dari


infrastruktur politik, baik yang sesuai maupun tidak sesuai dengan nila-nilai
Pancasila.
Jawab :
Contoh input infrastruktur yang menghasilkan output pada suprastruktur adalah
lembaga KPU di mana KPU menampung segala macam aspirasi masyarakat yang
disini adalah terdapat pada konteks pemilihan kepala pemerintahan baik daerah
maupun negara, yang outputnya tentu saja terpilihnya pasangan calon yang sesuai
dengan pilihan rakyat itu sendiri. Tentu saja lembaga ini menerapkan nilai-nilai
Pancasila di dalamnya.

2) a. Identifikasi sekurang-kurangnya 5 fenoemena permasalahan social yang


menurut saudara tidak sesuai dengan nila-nilai Pancasila!
Jawab :
a) Generasi muda yang enggan melaksanakan ajaran agama dengan sungguh-sungguh.
Perilaku permasalahan sosial ini berkaitan dengan Pancasila sila pertama. Fenomena
yang terjadi pada generasi muda terkait dengan keseriusan dalam menjalankan agama
cukup memprihatinkan. Hal ini disebabkan oleh banyak hal, yaitu kemajuan
teknologi, budaya luar, dan pergaulan yang tidak sehat.
b) Perbuatan buang sampah sembarangan.
Perilaku buang sampah sembarangan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang ada di
dalam Pancasila sila kedua. Pancasila sila kedua mengajarkan kepada setiap warga
negara Indonesia untuk berperilaku yang beradab. Perbuatan buang sampah
sembarang tidak mencerminkan perilaku yang beradab.
c) Mementingkan kelompoknya sendirinya dan berperilaku tidak adil terhadap orang
yang berbeda.
Perilaku tidak adil dan diskriminasi merupakan permasalahan sosial yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila sila kelima. Kita sering menemui beberapa kelompok
masyarakat yang lebih mementingkan kelompoknya ketika berada di dalam pergaulan
masyarakat. Hal ini juga sering kita temui dalam dunia kerja. Seseorang pimpinan
lebih mementingkan menerima karyawan yang berasal dari kelompoknya meskipun
secara kemampuan bisa jadi tidak lebih baik dari kandidat lain dari latar belakang
yang berbeda
d) Masalah Korupsi
Masalah korupsi sampai sekarang masih banyak terjadi, baik di pusat maupun di
daerah. Transparency Internasional (TI) merilis situasi korupsi di 188 negara untuk
tahun 2015. Berdasarkan data dari TI tersebut, Indonesia masih menduduki peringkat
88 dalam urutan negara paling korup di dunia. Gambar I.2: Unjuk rasa mahasiswa
menentang korupsi Sumber: www.beritalima.com Hal tersebut menunjukkan bahwa
masih ditemukan adanya perilaku pejabat publik yang kurang sesuai dengan standar
nilai/moral Pancasila. Agar perilaku koruptif tersebut ke depan dapat makin direduksi,
maka mata kuliah 16 pendidikan Pancasila perlu diintensifkan di perguruan tinggi.
Hal tersebut dikarenakan mahasiswa merupakan kelompok elit intelektual generasi
muda calon-calon pejabat publik di kemudian hari. Sebenarnya, perilaku koruptif ini
hanya dilakukan oleh segelintir pejabat publik saja. Tetapi seperti kata peribahasa,
karena nila setitik rusak susu sebelanga. Hal inilah tantangan yang harus direspon
bersama agar prinsip good governance dapat terwujud dengan lebih baik di negara
Indonesia.
e) Masalah Narkoba
Dilihat dari segi letak geografis, Indonesia merupakan negara yang strategis. Namun,
letak strategis tersebut tidak hanya memiliki dampak positif, tetapi juga memiliki
dampak negatif. Sebagai contoh, dampak negatif dari letak geografis, dilihat dari
kacamata bandar narkoba, Indonesia strategis dalam hal pemasaran obat-obatan
terlarang. Tidak sedikit bandar narkoba warga negara asing yang tertangkap
membawa zat terlarang ke negeri ini. Namun sayangnya, sanksi yang diberikan
terkesan kurang tegas sehingga tidak menimbulkan efek jera. Akibatnya, banyak
generasi muda yang masa depannya suram karena kecanduan narkoba.

b. Jelaskan factor-faktor penghambat dan penunjang diberlakukannya


Pendidikan Pancasila!
Jawab :
 Penghambat :
Faktor penghambat pengenalan pendidikan Pancasila di perguruan tinggi adalah
mentalitas bahwa tidak ada keterkaitan antara pendidikan Pancasila saat ini dengan
program studi masing-masing program dan jurusan mahasiswa karena jurusan atau
program studi masing-masing mahasiswa dipilih di perguruan tinggi. . atau mengarah
pada bidang ilmu tertentu, berbeda dengan pendidikan sekolah dasar, sekolah
menengah, dan sekolah teknik, yang masih bersifat umum sehingga harus
mempelajari semua mata pelajaran yang ada dan mentalnya harus memiliki
pendidikan pancasila di sekolah dasar. diperoleh sekolah. dan sekolah menengah
mulai dari sekolah menengah pertama sampai sekolah menengah atas/sekolah
kejuruan, sehingga tidak diperlukan lagi pendidikan pancasila di perguruan tinggi.
 Penunjang :
Faktor penunjang diberlakukannya pendidikan Pancasila di perguruan tinggi adalah
adanya pemikiran bahwa sangat pentingnya pendidikan Pancasila selama berada di
setiap jenjang pendidikan untuk meningkatkan rasa nasionalisme terhadap negara
Indonesia, dapat memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa untuk
menggalang persatuan Indonesia karena pengaruh globalisasi yang menyebabkan
teknologi semakin hari semakin canggih yang menyebabkan pengaruh dari budaya
dan negara luar sangat mudah untuk mempengaruhi kita sehingga rasa nasionalisme
terhadap negara Indonesia menjadi berkurang dan timbul hal-hal yang dapat
menyebabkan runtuhnya persatuan Indonesia, oleh karena itu diperlukan pendidikan
Pancasila agar dapat mencegah hal tersebut dan faktor penunjang lainnya adalah
adanya ketentuan dalam pasal 35 ayat (3) Undang- Undang Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2012, yang menegaskan bahwa penyelenggaraan pendidikan
Pancasila di perguruan tinggi itu wajib diselenggarakan dan sebaiknya
diselenggarakan sebagai mata kuliah yang berdiri sendiri dan harus dimuat
dalam kurikulum masing-masing perguruan tinggi. Dengan demikian, keberadaan
mata kuliah pendidikan Pancasila merupakan kehendak negara, bukan kehendak
perseorangan atau golongan, demi terwujudnya tujuan negara

3) a. Jelaskan tantangan terhadap Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan


bernegara!
Jawab :
Salah satu tantangan terhadap Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
adalah meletakkan nilai-nilai Pancasila tidak dalam posisi sebenarnya sehingga nilai-
nilai Pancasila menyimpang dari kenyataan hidup berbangsa dan bernegara. Salah
satu contohnya, pengangkatan presiden seumur hidup oleh MPRS dalam TAP
No.III/MPRS/1960 Tentang Pengangkatan Soekarno sebagai Presiden Seumur Hidup.
Hal tersebut bertentangan dengan pasal 7 Undang-Undang Dasar 1945 yang
menyatakan bahwa, ”Presiden dan wakil presiden memangku jabatan selama lima (5)
tahun, sesudahnya dapat dipilih kembali”. Pasal ini menunjukkan bahwa
pengangkatan presiden seharusnya dilakukan secara periodik dan ada batas waktu
lima tahun.

b. Saudara kritisi factor penyebab rendahnya pemahaman dan pengamalan


tentang nilai-nilai Pancasila dalam masyarakat Indonesia sekarang ini!
Jawab :
1. Efek globalisasi
Seiring perkembangan zaman di era globalisasi saat ini turut mengiringi adanya
trend yang semakin dinamis dan selalu diwarnai oleh ketidakteraturan dan
ketidakpastian. Kondisi ini memunculkan kecenderungan permasalahan baru yang
semakin beragam dan multidimensional. Teknologi informasi yang berkembang
cepat, telah membawa dampak bagi kehidupan manusia. Dampak ini dapat
bernilai positif maupun negatif. Teknologi informasi dapat berdampak positif jika
dapat meningkatkan taraf hidup. Namun juga dapat berdampak negatif, jika
seseorang tidak dapat menggunakan teknologi informasi dengan baik. Teknologi
informasi berimplikasi secara langsung pada perubahan berbagai aspek
kehidupan, termasuk terhadap karakter generasi muda.
2. Penyimpangan nilai–nilai Pancasila
Persoalan karakter para pemuda kini menjadi sorotan tajam dalam masyarakat.
Berbagai sorotan tersebut termuat dalam media cetak, wawancara, dialog atau
gelar wicara di beberapa media elektronik. Ironisnya, persoalan yang muncul
seperti meningkatnya tindak criminal, semakin menjadi-jadinya korupsi, kolusi
dan nepotisme (KKN), kekerasan, kejahatan seksual, pengrusakan, perkelahian
massal, kehidupan yang konsumtif, kehidupan politik yang tidak produktif, dan
lain-lain yang seringkali menjadi topik hangat dan tidak ada henti-hentinya untuk
dibicarakan .Padahal sudah lebih dari setengah abad bangsa Indonesia merdeka,
tapi sampai saat ini justru bangsa Indonesia semakin mengalami degradasi
karakter kebangsaan. Tampaknya bangsa ini khususnya generasi muda telah
dihadapkan Prosiding Seminar Nasional PPKn 2018 “Seminar Nasional
Penguatan Nilai-Nilai Kebangsaan Melalui Pendidikan Kewarganegaraan
Persekolahan dan Kemasyarakatan” Laboratorium PPKn FKIP UNS, 7 Juli 2018 6
pada dinamika perkembangan lingkungan strategis yang penuh dilema, tantangan
hidup yang semakin kompleks dan diwarnai dengan fenomena terjadinya
degradasi nilai-nilai luhur bangsa.
3. Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh lingkungan (orangtua,
sekolah maupun masyarakat.
Aktualisasi Pancasila harus dimulai dari berbagai lingkungan pendidikan. Baik
dari keluarga sebagai pendidikan informal, sekolah sebagai lembaga pendidikan
formal, maupun dalam masyarakat sebagai lembaga pendidikan non-formal.
Semua ranah pendidikan tersebut harus melekat dengan nilai- nilai Pancasila.
Pertama, dalam lembaga pendidikan informal seperti keluarga. Keluarga
merupakan jenjang pendidikan yang pertama dan utama bagi anak. Dapat
diartikan bahwa karakter anak yang berkembang tergantung dari pola asuh yang
diterapkan Prosiding Seminar Nasional PPKn 2018 “Seminar Nasional Penguatan
Nilai-Nilai Kebangsaan Melalui Pendidikan Kewarganegaraan Persekolahan dan
Kemasyarakatan” Laboratorium PPKn FKIP UNS, 7 Juli 2018 5 di rumah.
Apakah pola asuh permisif yang memberi kebebasan pada anak, pola asuh otoriter
yang mewajibkan anak untuk selalu patuh, atau pola asuh autoritatif yang artinya
antara orangtua dan anak saling mengerti tanggungjawab, hak dan kewajiban
masing-masing. Selanjutnya untuk menanamkan moral yang baik pada anak,
orang tua juga harus memiliki karakter yang lebih baik terlebih dahulu yang dapat
dijadikan contoh bagi anak. Dengan begitu orangtua bias menjadi teladan atau row
model bagi anak dalam bertindak sehingga anak senantiasa berhati-hati dalam
bertingkah laku. Kedua, dalam ranah lembaga pendidikan formal atau sekolah,
peran seorang guru sangat urgen dalam membentuk karakter siswanya. Para guru
merupakan orangtua kedua bagi siswa di sekolah. Para guru sudah selayaknya
senantiasa mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila yang sebenarnya. Mulai
dari kebiasaan untuk berdoa setiap kegiatan belajar mengajar, saling toleransi
antar teman, menumbuhkan sikap peduli sesama, dan tidak membeda-bedakan
antara siswa satu dengan siswa lain. Ketiga, implementasi pendidikan Pancasila di
masyarakat tentu dimulai dari lingkungan rumah sekitar. Keberagaman etnis yang
ada di masyarakat hendaknya menjadi suatu warna tersendiri bagi mereka,
sebagaimana semboyan yang dimiliki bangsa Indonesia yaitu “Bhinneka Tunggal
Ika”. Walaupun negara Indonesia terdiri dari beragam suku, namun kerukunan
antar seluruh umat tetap dijunjung tinggi.
4. Kurangnya pendidikan Pancasila
Dalam mengahadapi masalah yang begitu rumit dan komplek dibutuhkan
pendidikan karakter yang dibangun melalui pendidikan, yang melibatkan berbagai
elemen bangsa terlebih sebagai pemangku kepentingan seperti pendidikan
pancasila misalnya. Dengan adanya pendidikan pancasila diharapkan dapat
meminimalisir dan menangkal kemungkaran yang terjadi saat ini. Pendidikan
pancasila diharapkan mampu menghadirkan karakter generasi muda yang tidak
hanya cerdas namun juga berkarakter. Maksudnya adalah generasi muda yang
tidak hanya berkompeten tetapi juga perduli terhadap kemajuan Indonesia.
Pendidikan pancasila sangatlah penting bagi para generasi muda Indonesia agar
dapat membentuk karakter masyarakat yang unggul dan berakhlak mulia.
Sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan dan santun dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena karakter merupakan nilai–nilai
perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan, yang terwujud dalam pikiran,
sikap, perasaan, perhatian, dan perbuatan berdasarkan norma–norma agama,
hukum, tatakrama, budaya dan adat istiadat. Dengan begitu diharapkan tidak akan
ada lagi tindak kriminal seperti kasus korupsi dan lain-lainnya.

Anda mungkin juga menyukai