Perangkum
Ririn Trianingsih
150731606562
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, taufik
serta hidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas resume buku yang
berjudul Pendidikan Antikorupsi di Sekolah.
Di dalam buku ini berisi mengenai pembahasan bagaimana membentuk
generasi-generasi muda yang memiliki karakter antikorupsi yang kuat terhadap
budaya korupsi yang kian menjamur di Indonesia melewati bidang pendidikan.
Saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak Kasimanuddin Ismain
M.Pd. selaku dosen pembimbing matakuliah Pengantar Pendidikan yang telah
memberikan arahan. Saya menyadari bahwa hasil resume saya masih jauh dari
kata sempurna, untuk itu saya berharap kritik dan saran yang bersifat membangun
demi perbaikan kualitas dikemudian hari.
i
2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI .....................................................................................................ii
BAB I: IDENTITAS BUKU..............................................................................4
BAB II: RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN.............................................5
A. Rangkuman..................................................................................................5
B. Pembahasan................................................................................................16
BAB III PENUTUP..........................................................................................20
3.1 Kesimpulan.....................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................21
ii
BAB I
3
IDENTITAS BUKU
A. Nama Buku
B.
C.
D.
E.
F.
BAB II
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN
2.1 RANGKUMAN
Dalam buku ini telah dirangkum pada setiap bab yang akan dipaparkan
sebagai berikut.
Bab I PENDAHULUAN
A. Mentalitas Bangsa yang Korup dan Menerabas
Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan TICPI tiga tahun lalu,
Indonesia berada pada posisi terburuk dalam hal korupsi dengan Skala IPK 2,4.
Angka tersebut menyimpulkan bahwa Indonesia adalah negara miskin dengan
angka korupsi yang sangat tinggi. Kita tahu bahwa korupsi di Indonesia telah
menjadi budaya di sedtiap aspek pemerintahan dari tingkat pusat hingga daerah.
Rusaknya mental koruptor membuat pencegahan praktek korupsi sulit
dikendalikan.
Beberapa mentalitas buruk yang mengakar pada rakyat Indonesia di
antaranya: suka menerabas meremehkan kualitas, tidak percaya diri, berdisiplin
semu, dan suka mengabaikan tanggung jawab. Umumnya masyarakat lebih suka
mendapatkan sesuatu dengan cepat dan mudah. Praktiknya dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat memang erat dengan kebudayaan menerabas adalah
kebocoran soal UN disetiap tahunnya dan perjokian. Ketidakpercayaan diri
membuat masyarakat lebih memilih jalur alternatif yang salah demi mendapatkan
hasil sesuai yang diharapkannya tanpa melihat proses. Di sisi lain, praktik
kenegaraan dan politik telah penuh dengan ketidakjujuran bahkan tidak transparan
kepada rakyat. Secara nyata, ketidakjujuran telah mengiring bangsa Indonesia
pada perjalanan hidup yang kiat rumit, berbelit, meniadakan orientasi visi nan
jelas.
B. Saatnya Memutus Mata Rantai Korupsi
Karena itu, muncul ide yang memasukkan kurikulum antikorupsi dalam
pendidikan tingkat dasar hingga perguruan tinggi sebagaimana yang telah digagas
KPK belum lama ini. Transformasi sekaligus internalisasi nilai-nilai moralitas,
sensibilitas sosial dan tata nilai lainnya akan lebih efektif melalui pendidikan.
Khususnya pendidikan dasar jenjang SD-SMP dan menengah pada jenjang SMA.
Hal tersebut karena karakteristik dasar anak didik SD-SMA tengah menjalani
tahapan-tahapan proses psikologis yang sangan dominan pada pembentukan
karakternya. Jika dalam fase perkembangan ditata secara baik struktur maupun
nilai kejujuran serta anti KKN, maka akan menjadi dasar yang kuat dalam
melandasi sikap, langkah dan gerak hidup di masa mendatang.
Karena itu, internalisasi kurikulum mesti merambah pada tiga aspek
kecerdasan peserta didik. Yaitu aspek kecerdasan (kognitif), sikap (afektif), dan
perilaku (psikomotorik). Internalisasi pada aspek kognitif di antaranya melalui
pemberian berbagai informasi mengenai KKN, konsekuensi hukum dan dampak
negatif terhadap kehidupan bangsa. Aspek afektif meliputi penumbuhan minat,
sikap, nilai dan apresiasi anti KKN dalam kehidupan peserta didik sehari-hari.
Sedangkan aspek psikomotorik ditandai dengan peserta didik enggan melakukan
5
praktik KKN dalam bentuk kecil maupun besar. Kurikulum anti korupsi tidak
harus terwujud dalam satu mata pelajaran, namun menjadi semacam hidden
kurikulum yang diselipkan dalam berbagai mata pelajaran di sekolah. sehingga
guru selalu mengaitkan persoalan KKN dalam tema pembelajaran.Hasil yang
diharapkan adalah peserta didik akan merasakan kebencian yang mendalam
terhadap para koruptor sehingga secara tidak langsung mereka akan ikut menjadi
motor penggerak perang melawan korupsi.
Tahap internalisasi kurikulum perlu melibatkan unsur tri pusat pendidikan
lainnya seperti masyarakat dan keluarga. Kurikulum antikorupsi membutuhkan
dukungan dari semua pihak. Harapan awal, pendidikan antikorupsi akan
berdampak langsung pada lingkungan sekolah. lingkungan sekolah diharapkan
menjadi pioner bagi pemberantasan korupsi dan akan merembes ke semua aspek
kehidupan bangsa.
Bab II PENDIDIKAN ANTIKORUPSI
A. Apa Itu Korupsi?
Dalam KBBI, korupsi berasal dari bahasa latin, yaitu corruptio yang
berarti busuk, palsu, dan suap. Korupsi merupakan penyalahgunaan wewenang
yang ada pada seseorang khususnya pejabat atau pegawai negeri demi keuntungan
pribadi maupun kelompoknya yang dapat merugikan orang lain. Korupsi tidak
saja menghambat pembangunan, tapi juga merugikan negara, merusak sendi-sendi
kebersamaan, dan mengkhianati cita-cita perjuangan bangsa.
Korupsi memiliki dampak negatif di berbagai bidang, seperti :
a. politik, misalnya terjadi pengambil alihan kekuasaan dan ketidakstabilan politik.
b. sosial, rakyat semakin miskin dan tidak bisa menikmati hasil SDA secara
maksimal karena dikuasai negara lain, hilangnya kepercayaan terhadap negara
lain yang menyebabkan hubungan antar negara tidak harmonis.
c. ekonomi, misalnya dalam bidang ekonomi, korupsi dapat mempersulit
pembangunan ekonomi negara dan mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan
dalam tata administrasi dsb.
B. Jenis-jenis Korupsi
Berdasarkan UU No.31 Tahun 1999 menyebutkan jenis-jenis korupsi di
1.
2.
3.
4.
5.
antaranya :
Korupsi yang terkait dengan kerugian keuangan negara
Korupsi yang terkait dengan suap menyuap
Korupsi yang terkait penggelapan dalam jabatan
Korupsi yang terkait dengan pembuatan pemerasan
Korupsi yang terkait dengan benturan kepentingan dalam pengadaan.
6
C. Penyebab Korupsi
Pendapat beberapa peneliti, penyebab korupsi disebabkan oleh beberapa
faktor. Dalam penelitian Singh (1974), korupsi disebabkan kelemahan moral,
tekanan ekonomi, hambatan struktur administrasi dan hambatan struktur sosial.
Menurut Alatas (1983), korupsi disebabkan adanya penyalahgunaan kekuasaan
demi kepentingan pribadi. Menurut Onghokham (1983), fenomena korupsi ada
ketika kerajaan di Indonesia melakukan venalty of power, dimana kedudukan
diperjualbelikan kepada bangsawan, kemudian mereka diberi kedudukan dan
berhak memungut pajak tanpa dikontrol hukum. Contoh jelas dari fenomena ini
terjadi pada zaman VOC. Berdasarkan data sejarah tersebut, korupsi di Indonesia
mempunyai akar historis yang cukup kuat dalam kehidupan masyarakat.
Sedangkan menurut Merican, korupsi di Indonesia terjadi disebabkan pleh
1.
2.
3.
4.
5.
D.
dan berperilaku antikoruptif dengan cara membangun karakter teladan agar anak
tidak melakukan korupsi sejak dini.
Untuk mewujudkan pendidikan antikorupsi, pendidikan di sekolah harus
diorientasikan pada tataran moral action agar peserta didik tidak hanya berhenti
pada kompetensi saja tetapi memiliki kemauan dan kebiasaan dalam mewujudkan
nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari. Supaya pendidikan antikorupsi berjalan
optimal, menurut Kemendikbud (2012), perlu dukungan dari segenap elemen
bangsa.
E. Urgensi Pendidikan Antikorupsi
Pendidikan diyakini menjadi akar dalam menyelesaikan setiap kasus
kehidupan. Pendidikan berfungsi untuk menjadikan manusia seutuhnya. Untuk
mewujudkan pendidikan antikorupsi, pendidikan di sekolah harus diorientasikan
pada tataran moral action yang diperlukan tiga proses pembinaan yang
berkelanjutan mulai dari proses moral knowing, moral feeling, hingga moral
action.
10
11
3. Pengarahan, adalah kegiatan mengarahkan semua SDM agar mau bekerja sama
secara efektif dan efisien dalam membantu tercapainya tujuan. Pengarahan
dilakukan oleh pimpinan dengan menugaskan bawahan agar mengerjakan
tugasnya dengan baik.
4. Pengkoordinasian, adalah sebuah usaha yang dilakukan oleh pimpinan untuk
mengatur, menyinkronisasi, mengintegrasikan semua kepentingan dan kegiatan
yang dilakukan oleh bawahan guna mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
5. Pengkomunikasian, adalah suatu usaha yang dilakukan oleh pimpinan lembaga
untuk menyebarluaskan informasi yang terjadi di dalam maupun di luar lembaga
secara lisan maupun tertulis yang ada kaitannya dengan kelancaran tugas
mencapai tujuan bersama.
6. Pengawasan, adalah proses kontrol yang bertujuan untuk mengukur tingkat
efektifitas kegiatan pendidikan yang telah dilakukan. Serta mengetahui apakah
strategi, metode dan teknik yang ditetapkan dalam perencanaan sudah tepat atau
masih perlu perbaikan.
C. Tujuan Manajemen Pendidikan
Tujuan pendidikan nasional tidak akan tercapai tanpa didukung oleh
manajemen pendidikan yang efektif. Adapun tujuan manajemen pendidikan
1.
2.
3.
4.
5.
12
dengan tata usaha, komunikasi antar siswa. Karena itu, hendaknya masyarakat
dilibatkan dalam pembangunan pendidikan di daerah. Untuk menarik simpati
masyarakat agar bersedia berpartisipasi memajukan sekolah perlu dilakukan
berbagai hal, antara lain memberitahu masyarakat mengenai program sekolah.
Bab V Penutup
Dapat disimpulkan bahwa korupsi merupakan penyalahgunaan wewenang
yang dilakukan seseorang demi kepentingan pribadinya. Korupsi dapat
menghambat pembangunan negara bahkan merugikan negara terutama rakyat
kecil. Pendidikan merupakan instrumen penting dalam pembangunan bangsa baik
sebagai pengembang dan peningkat produktivitas nasional maupun sebagai
pembentuk karakter bangsa. Pendidikan mampu menjadi upaya preventif bagi
berkembangnya sikap, perilaku dan budaya korupsi meskipun secara empiris tidak
jelas cukup mengingat faktor pressure sosial politik yang dapat mendistorsi
peraan normatif tersebut.
Untuk mewujudkan pendidikan antikorupsi harus diorientasikan pada
tataran moral action, agar peserta didik juga memiliki kemampuan dan kebiasaan
dalam mewujudkan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai bagian dari
pendidikan karakter, pendidikan antikorupsi merupakan bagian dari kurikulum
pendidikan itu sendiri. Pihak sekolah tidak perlu membuat kurikulum baru, namun
cukup mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan antikorupsi kedalam kurikulum
yang sudah ada. Guru yang berkarakter adalah faktor utama keberhasilan
pelaksanaan pendidikan antikorupsi. Guru harus memiliki kompetensi yang
relevan agar dapat menjadi sosok teadan bagi siswanya.
Pelaksanaan manajemen pendidikan yang baik merupakan salah satu
keberhasilan pelaksanaan pendidikan antikorupsi. Manajemen pendidikan
antikorupsi di sekolah adalah manajemen yang mengelola internalisasi pendidikan
antikorupsi di sekolah agar efektif. Hal tersebut dilakukan dengan cara strategi
sebagai upaya keberhasilan pendidikan sesuai dengan kurikulum yang dibentuk.
14
2.2 PEMBAHASAN
Korupsi merupakan masalah negara yang sulit diselesaikan dari akarnya
karena di Indonesia korupsi sudah menjadi kebudayan dari zaman kolonialisme.
Maraknya kasus korupsi di Indonesia disebabkan berbagi faktor, salah satunya
adalah sikap masyarakat yang suka menerabas, meremehkan kesalahan kecil
sehingga mereka terbiasa melakukan kesalahan tanpa pengawasan yang ketat. Tak
hanya itu, sistem hukum di Indonesia yang kurang ditegakkan serta dilaksanakan
sesuai kesepakatan bersama membuat praktik korupsi kian menjamur di negeri
ini. Hingga berujung pada terhambatnya pembangunan negara.
Untuk memutus mata ranta korupsi, KPK telah berupaya untuk
memasukkan pendidikan antikorupsi di setiap jenjang pendidikan untuk
membentuk karakter generasi penerus bangsa yang antikorupsi. Karena
pendidikan merupakan salaah satu upaya preventif yang dapat mengatasi masalah
kehidupan termasuk budaya korupsi yang sudah mengakar kuat dalam diri bangsa
Indonesia. Oleh karena itu, karakter serta moral generasi penerus bangsa perlu
ditata kembali melewati jenjang pendidikan guna menciptakan bangsa yang bersih
akan budaya korupsi.
Internalisasi kurikulum pendidikan antikorupsi mencangkup dalam tiga
aspek kecerdasan peserta didik, yaitu kognitif, afektif, serta psikomotorik. Karena
pendidikan mampu menjadi upaya preventif bagi berkembangnya sikap, perilaku
dan budaya antikorupsi.
Pendidikan antikorupsi adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan proses belajar mengajar yang kritis terhadap nilai-nilai antikorupsi.
Menurut Sanaky (dalam Wibowo, 2013) untuk mewujudkannya harus
diorientasikan pada tataran moral action, agar peserta didik tidak hanya berhenti
pada kompetensi, tetapi sampai pada kemauan dan kebiasaan dalam mewujudkan
nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari. Kita mengetahui, bahwa kurikulum yang
disajikan kepada peserta didik sudah cukup banyak, maka strategi dalam
kurikulum pendidikan antikorupsi dalah dengan penyisipan materi antikorupsi
pada setiap mata pelajaran. Melalui cara inserting pelaksanaan pendidikan
15
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
16
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Korupsi merupakan masalah negara yang sulit diselesaikan dari akarnya karena di
Indonesia korupsi sudah menjadi kebudayan dari zaman kolonialisme (sejak
zaman VOC).
KPK telah berupaya untuk memasukkan pendidikan antikorupsi di setiap jenjang
DAFTAR PUSTAKA
Wibowo, Agus. 2013. Pendidikan Antikorupsi di Sekolah. Strategi Internalisasi
Pendidikan Antikorupsi di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
18