KELOMPOK 7 :
MUHAMMAD RAFLI HAIQAL MUSTAFA
NAZWA HERDYA PERDANA
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah in tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang dengan tulus memberikan doa, sara dan kritik sehingga makalah in dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami milik oleh karena itu, kam mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan
dunia pendidikan.
Penyusun
Kelompok 7
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
PEMBAHASAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat, korupsi didefinisikan lebih spesifik lagi
yaitu penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dsb.)
untuk keuntungan pribadi atau orang lain.
Korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan jabatan dan administrasi, ekonomi atau politik,
baik yang disebabkan oleh diri sendiri maupun orang lain, yang ditujukan untuk memperoleh
keuntungan pribadi, sehingga meninmbulkan kerugian bagi masyarakat umum, perusahaan,
atau pribadi lainnya.
Korupsi dilakukan oleh beberapa oknum pejabat di Indonesia. Banyak pejabat pemerintahan
dari segala lini melakukan korupsi dan tertangkap tangan oleh pihak penyidik KPK.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001, ada 30 delik tindak pidana korupsi yang dikategorikan menjadi tujuh jenis, yakni kerugian
keuangan negara, penyuapan, pemerasan, penggelapan dalam jabatan, kecurangan, benturan
kepentingan dalam pengadaan barang dan jasa, serta gratifikasi.
Berikut adalah pengertian korupsi dari beberapa ahli :
1. Mubyarto
Korupsi adalah suatu masalah politik lebih daripada ekonomi yang menyentuh keabsahan atau
legitimasi pemerintah di mata generasi muda, kaum elite terdidik, dan para pegawai pada
umumnya. Akibat yang akan ditimbulkan dari korupsi ini yakni berkurangnya dukungan pada
pemerintah dari kelompok elite di tingkat provinsi dan kabupaten.
Korupsi adalah subordinasi kepentingan umum di bawah kepentingan pribadi yang mencakup
pelanggaran norma, tugas, dan kesejahteraan umum, yang diakukan dengan kerahasiaan,
penghianatan, penipuan, dan kemasabodohan dengan akibat yang diderita oleh rakyat.
3. Robert Klitgaard
Korupsi adalah suatu tingkah laku yang menyimpang dari tugas-tugas resmi jabatannya dalam
negara, di mana untuk memperoleh keuntungan status atau uang yang menyangkut diri pribadi
atau perorangan, keluarga dekat, kelompok sendiri, atau dengan melanggar aturan pelaksanaan
yang menyangkut tingkah laku pribadi.
4. Nurdjana (1990)
Korupsi adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu "corruptio", yang berarti perbuatan
yang tidak baik, buruk, curang, dapat disuap, tidak bermoral, menyimpang dari kesucian,
melanggar norma-norma agama material, mental dan hukum.
6. Haryatmoko
Korupsi adalah upaya menggunakan kemampuan campur tangan karena posisinya untuk
menyalahgunakan informasi, keputusan, pengaruh, uang atau kekayaan demi kepentingan
keuntungan dirinya.
7. Gunnar Myrdal.
Korupsi adalah suatu masalah dalam pemerintahan karena kebiasaan melakukan penyuapan
dan ketidakjujuran membuka jalan membongkar korupsi dan tindakan-tindakan penghukuman
terhadap pelanggar. Tindakan dalam pemberantasan korupsi umumnya dijadikan pembenar
utama terhadap KUP Militer.
Pendidikan anti korupsi adalah program pendidikan tentang korupsi yang bertujuan untuk
membangun dan meningkatkan kepedulian warganegara terhadap bahaya dan akibat dari
tindakan korupsi. Target utama Pendidikan anti korupsi adalah memperkenalkan fenomena
korupsi yang mencakup kriteria, penyebab dan akibatnya, meningkatkan sikap tidak toleran
terhadap tindakan korupsi, menunjukan berbagai kemungkinan usaha untuk melawan korupsi
serta berkontribusi terhadap standar yang ditetapkan sebelumnya seperti mewujudkan nilai-
nilai dan kapasitas untuk menentang korupsi dikalangan generasi muda. Disamping itu siswa
juga dibawa untuk menganalisis nilai-nilai standar yang berkontribusi terhadap terjadinya
korupsi serta nilai-nilai yang menolak atau tidak setuju dengan tindakan korupsi. Karena itu
pendidikan antikorupsi pada dasarnya adalah penanaman dan penguatan nilai-nilai dasar yang
diharapkan mampu membentuk sikap antikorupsi pada diri peserta didik.
Pendidikan antikorupsi melalui jalur pendidikan lebih efektif, karena pendidikan merupakan
proses perubahan sikap mental yang terjadi pada diri seseorang, dan melalui jalur ini lebih
tersistem serta mudah terukur, yaitu perubahan perilaku antikorupsi. Perubahan dari sikap
membiarkan dan memaafkan para koruptor ke sikap menolak secara tegas tindakan korupsi,
tidak pernah terjadi jika kita tidak secara sadar membina kemampuan generasi mendatang
untuk memperbaharui sistem nilai yang diwarisi untuk menolak korupsi sesuai dengan tuntutan
yang muncul dalam setiap tahap pernjalanan bangsa kita.
Pembahasan mengenai korupsi tak akan pernah ada habisnya, saat kita masih kecil praktik
korupsi sudah menjadi bagian aktivitas sehari-hari tanpa kita sadari, seperti memberi uang
kepada teman atau saudara ketika kita berbuat salah supaya tidak memberitahu guru atau
orang tua istilahnya yaitu “uang tutup mulut”. Budaya korupsi telah menjadi bagian dari setiap
kehidupan lapisan masyarakat dan ini menjadi masalah yang pelik di Indonesia karena kegiatan
korupsi pun sudah terjadi sejak lama.
•Mendorong pegawai di lingkungan Kementerian Kesehatan yang memiliki informasi dan bukti-
bukti tentang indikasi perbuatan tindak pidana korupsi untuk melaporkannya secara aman dan
bertanggungjawab
•Terlindunginya pelapor dari rasa tidak aman terkait dengan indikasi pelanggaran tindak pidana
korupsi yang dilaporkannya.
Nilai dapat diartikan sebagai suatu bentuk penghargaan serta keadaan yang bermanfaat bagi
manusia sebagai penentu dan acuan dalam menilai dan melakukan suatu tindakan. Dengan
mengacu pada sebuah nilai, seseorang bisa menentukan bagaimana ia harus berbuat dan
bertingkah laku yang baik sehingga tidak menyimpang dari definisi norma-norma sosial yang
berlaku.
Nilai merupakan sesuatu yang abstrak, bukan konkret. Nilai hanya dapat dipikirkan, dipahami,
dan dihayati. Nilai memiliki kaitan dengan cita-cita, harapan, keyakinan dan hal-hal lain yang
bersifat batiniah. Nilai merupakan suatu kualitas, bukan kuantitas. Nilai memiliki sifat yang
ideal, bukan faktual. Nilai berkaitan dengan das sollen (apa yang seharusnya), bukan das sein
(apa yang senyatanya).
Adapun nilai-nilai anti korupsi yang akan dibahas, antara lain:
Kejujuran
Menurut Sugono kata jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak berbohong, dan tidak
curang. Jujur adalah salah satu sifat yang sangat penting bagi kehidupan mahasiswa, tanpa sifat
jujur mahasiswa tidak akan dipercaya dalam kehidupan sosialnya (Sugono: 2008).
Kepedulian
Menurut Sugono definisi kata peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan
(Sugono : 2008). Nilai kepedulian sangat penting bagi seorang mahasiswa dalam kehidupan di
kampus dan di masyarakat. Sebagai calon pemimpin masa depan, seorang mahasiswa perlu
memiliki rasa kepedulian terhadap lingkungannya, baik lingkungan di dalam kampus maupun
lingkungan di luar kampus.
Kemandirian
Dapat diartikan sebagai proses mendewasakan diri yaitu dengan tidak bergantung pada orang
lain untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya. Dengan karakter kemandirian tersebut
mahasiswa dituntut untuk mengerjakan semua tanggung jawab dengan usahanya sendiri dan
bukan orang lain (Supardi : 2004).
Kedisiplinan
Menurut Sugono, definisi disiplin merupakan ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (Sugono :
2008). Dalam mengatur kehidupan kampus baik akademik maupun sosial mahasiswa perlu
hidup disiplin. Manfaat hidup disiplin adlaah mahasiswa dapat mencapai tujuan hidupnya
dengan waktu yag lebih efisien, membuat orang lain lebih percaya dalam mengelola suatu
kepercayaan.
Keadilan
Adil memiliki arti sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak. Bagi mahasiswa karakter adil
ini perlu sekali dibina sejak masa perkuliahannya agar mahasiswa dapat belajar
mempertimbangkan dan mengambil keputusan secara adil dan benar.
Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja. Semua lembaga
mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai aturan main baik dalam bentuk konvensi (de facto)
maupun konstitusi (de jure), baik pada level budaya (individu dengan individu) maupun pada
level lembaga (Bappenas : 2002).
Transparansi
Prinsip transparansi ini penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari transparansi dan
mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan secara terbuka, sehingga segala bentuk
penyimpangan dapat diketahui oleh publik (Prasojo : 2007).
Transparansi menjadi pintu masuk sekaligus kontrol bagi seluruh proses dinamika struktural kelembagaan. Dalam
bentuk yang paling sederhana, transparansi mengacu pada keterbukaan dan kejujuran untuk saling menjunjung
tinggi kepercayaan karena kepercayaan, keterbukaan, dan kejujuran ini merupakan modal awal yang sangat
berharga bagi semua orang untuk melanjutkan hidupnya di masa mendatang.
Kebijakan
Terkait prinsip ini, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami kebijakan anti
korupsi. Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak terjadi penyimpangan
yang dapat merugikan negara dan masyarakat. Kebijakan anti korupsi ini tidak selalu identik
dengan undang-undang anti-korupsi, namun bisa berupa undang-undang kebebasan mengakses
informasi, undang-undang desentralisasi, undang-undang anti-monopoli, maupun lainnya yang
dapat memudahkan masyarakat mengetahui sekaligus mengontrol terhadap kinerja dan
penggunaan anggaran negara oleh para pejabat negara.
Aspek-aspek kebijakan terdiri dari isi kebijakan, pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan, kultur
kebijakan. Kebijakan anti korupsi akan efektif apabila didalamnya terkandung unsur-unsur yang
terkait dengan persoalan korupsi dan kualitas dari isi kebijakan tergantung pada kualitas dan
integritas pembuatnya. Kebijakan yang telah dibuat dapat berfungsi apabila didukung oleh aktor-
aktor penegak kebijakan yaitu kepolisian, kejaksaan, pengadilan, pengacara, dan lembaga
pemasyarakatan.
Kontrol kebijakan
Merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat betul-betul efektif dan mengeliminasi semua
bentuk korupsi. Pada prinsip ini, akan dibahas mengenai lembaga-lembaga pengawasan di
Indonesia, self-evaluating organization, reformasi sistem pengawasan di Indonesia,
problematika pengawasan di Indonesia.
Bentuk kontrol kebijakan berupa partisipasi, evolusi dan reformasi. Kontrol kebijakan partisipasi
yaitu melakukan kontrol terhadap kebijakan dengan ikut serta dalam penyusunan dan
pelaksanaannya. Kontrol kebijakan evolusi yaitu dengan menawarkan alternatif kebijakan baru
yang dianggap lebih layak. Kontrol kebijakan reformasi yaitu mengontrol dengan mengganti
kebijakan yang dianggap tidak sesuai.
Anti korupsi merupakan semua tindakan yang melawan, memberantas, menentang, dan
mencegah korupsi. Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi merupakan upaya memberikan
pemahaman dan penanaman nilai-nilai kepada sektor swasta, masyarakat, dan aparat
pemerintah agar berperilaku anti korupsi. Dalam dunia akademis khususnya perguruan
tinggi, lahirnya sebuah matakuliah baru akan memerlukan penempatan ranah keilmuan
yang tepat. Demikian pula halnya dengan matakuliah Anti-korupsi. Dari pengalaman
beberapa universitas yang telah menyelenggarakan matakuliah ini, selalu muncul
pertanyaan, diskusi hingga perdebatan mengenai berada di ranah keilmuan manakah
matakuliah Anti-korupsi. Perdebatan biasanya berlangsung di antara beberapa bidang
keilmuan, dan berujung pada kesulitan untuk memperoleh titik temu, oleh karena setiap
keilmuan cenderung mempertahankan perspektifnya masing-masing
Penanaman nilai anti korupsi dapat ditanamkan melalui kegiatan-kegiatan di luar pembelajaran
misalnya dalam kegiatan ekstrakurikuler atau kegiatan insidental.
Penanaman nilai dengan model ini lebih mengutamakan pengolahan dan penanaman nilai
melalui suatu kegiatan untuk dibahas dan dikupas nilai-nilai hidupnya. Model ini dapat
dilaksanakan oleh guru sekolah yang bersangkutan yang mendapat tugas tersebut atau
dipercayakan pada lembaga di luar sekolah untuk melaksanakannya, misalnya dari Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), pihak Kejaksaan Tinggi/Negeri, Kepolisian, Inspektorat dan
Organisasi Penegakan Hukum lainnya.
Pendidikan anti korupsi adalah usaha untuk memberi pemahaman dan mencegah terjadinya
perbuatan korupsi yang dilakukan dalam proses pembelajaran formal di bangku perkuliahan.
Pendidikan anti korupsi haruslah bermakna bagi mahasiswa agar tetap terus diingat, yaitu
dengan metode belajar mengalami atau experiental learning. Jadi tidak sekedar meminta para
peserta didik hanya untuk tahu dan menghapal pelajaran saja, namun juga diberi kesempatan
untuk mengambil keputusan dan pilihan dalam suatu kondisi dan situasi untuk dirinya sendiri
juga untuk kepentingan bangsa Indonesia.
BAB 3
PENUTUP
Berdasarkan dari hasil makalah ini, maka dapat disimpulkan bahwa meski pun kita menerapkan
Pancasila dalam hidup kita sebagai warga Negara Indonesia, namun tetap banyak orang-orang
menerapkan Pancasila hanya sebagai topeng terkhususnya beberapa orang yang memiliki
jabatan yang tinggi. Pembahasan mengenai korupsi tak akan pernah ada habisnya, saat kita
masih kecil praktik korupsi sudah menjadi bagian aktivitas sehari-hari tanpa kita sadari, seperti
memberi uang kepada teman atau saudara ketika kita berbuat salah supaya tidak memberitahu
guru atau orang tua istilahnya yaitu “uang tutup mulut”.