Anda di halaman 1dari 45

Pendidikan Anti Korupsi Bagi Pelajar di Kabupaten Takalar

Perspektif Siyasah Dusturiyah

DRAF PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Gelar Sarjana Hukum

Program Studi Hukum Tatanegara (Siyasah Syariyyah)

Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Alauddin Makassar

OLEH:

AHMAD FARHAN MANDANG

NIM : 10200119026

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam sejarah kehidupan manusia, korupsi bukanlah hal baru. Sejak

manusia hidup bermasyarakat, sudah tumbuh perilaku koruptif atau menyimpang

yang tidak sesuai dengan norma sosial yang berlaku. Manusia dan kelompok sosial

yang hidup dalam persaingan memperebutkan tanah dan sumber daya alam untuk

keperluan hidup, telah mendorongnya bertindak menyimpang, memanipulasi,

menipu, dan melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan.

korupsi bukan konsep yang sederhana. Korupsi merupakan konsep yang kompleks,

sekompleks persoalan yang dihadapi oleh suatu masyarakat atau pemerintahan.1

Berbagai upaya pemberantasan korupsi dilakukan oleh pemerintah sejak

kemerdekaan, baik dengan menggunakan peraturan perundang-undangan yang ada

maupun dengan membentuk peraturan perundang-undangan baru yang secara

khusus mengatur mengenai pemberantasan tindak pidana korupsi. Korupsi

melibatkan penyalahgunaan kepercayaan, yang umumnya melibatkan kekuasaan

publik untuk keuntungan pribadi.

Upaya untuk melawan atau memberantas korupsi tidak cukup dengan

menangkap dan menjebloskan koruptor ke penjara, sebab peluang untuk berbuat

korupsi terhampar luas di hadapan para calon koruptor, terlebih lagi banyak tersedia

arena bagi koruptor-koruptor baru untuk melampiaskan hasrat korupsinya.

1
Mansur Semma, Negara dan Korupsi.“Pemberantasan Korupsi di Indonesia” (Jakarta,
2020) h. 12.

1
2

Terdapat keyakinan bahwa generasi sekarang ini adalah generasi yang lahir,

tumbuh, dan berkembang di dalam sistem dan budaya yang korup. Hal ini berakibat

pada sikap permisif generasi sekarang terhadap perbuatan korupsi.

Keterlibatan pelajar dalam upaya pemberantasan korupsi tentu tidak lepas

pada upaya pendidikan yang diberikan oleh lembaga sekolah. Efektifitas pelajar

diharapkan dapat berperan sebagai agen perubahan dan motor penggerakan

antikorupsi dimasyarakat. Untuk dapat berperan aktif, pelajar perlu dibekali dengan

pengetahuan yang cukup tentang seluk beluk korupsi dan pemberantasannya.2

Pelajar merupakan bagian dari komponen masyarakat yang amat penting

dalam tatanan kehidupan suatu bangsa. Pelajar merupakan tulang punggung suatu

bangsa yang dibahunya terdapat harapan-harapan akan masa depan yang lebih baik.

Pelajar sangat identik dengan perubahan dan bahkan kerap menjadi motor bagi

perubahan itu sendiri.3

Di Indonesia, peranan kaum pelajar dalam perubahan dapat ditelusuri dalam

sejarah kehidupan bangsa Indonesia sendiri baik itu di era penjajahan maupun di

era kemerdekaan. Generasi muda memiliki suatu potensi sebagai agen perubahan

atau agent of change. Potensi agent of change ini terlihat dalam idealisme dan

integritas murni dari generasi muda dalam menyikapi permasalahan-permasalahan

sosial termasuk juga korupsi yang telah merajalela di Indonesia.

Perubahan dari sikap membiarkan dan menerima korupsi ke sikap tegas

menolak korupsi tidak akan pernah terwujud jika generasi sekarang yang masih

memiliki hati nurani tidak mau dan mampu membina generasi muda untuk

2
Eko Handayono, Pendidikan Antikorupsi (Semarang, 2009) h. 16
3
Eko Handoyo, Pendidikan Antikorupsi Edisi Revisi, (Semarang, 2013) h. 2.
3

mengevaluasi dan memperbarui nilai-nilai yang diwarisi dari generasi terdahulu

dan sekarang sesuai dengan tuntutan, perkembangan dan kebutuhan bangsa. Nilai

yang dimaksudkan di sini adalah sesuatu yang menarik, sesuatu yang dicari, sesuatu

yang menyenangkan, sesuatu yang disukai atau sesuatu yang baik. Nilai-nilai

antikorupsi yang perlu disemaikan kepada generasi muda.4

Antikorupsi merupakan sikap tidak setuju, tidak suka, dan tidak senang

terhadap tindakan korupsi. Antikorupsi merupakan sikap yang dapat mencegah dan

menghilangkan peluang begi berkembangnya korupsi. Mencegah yang dimaksud

adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran individu untuk tidak melakukan

tindak korupsi serta berupaya untuk menyelamatkan uang dan aset negara.

Pendidikan antikorupsi merupakan salah satu cara yang mampu untuk

memberikan informasi bagi peserta didik atau pelajar mengenai korupsi. Seperti

yang kita ketahui bahwa pelajar adalah salah satu bagian penting dari masyarakat

yang merupakan pewaris masa depan, maka dari itu dengan di adakannya

pendidikan antikorupsi di sekolah menengah ke atas dan kebawah sehingga

diharapkan pelajar dapat terlibat aktif dalam pemberantasan korupsi di Kabupaten

Takalar.

Sekolah sebagai lingkungan kedua bagi pelajar, dapat menjadi tempat

pembangunan karakter dan watak. Sekolah dapat memberikan nuansa yang

mendukung upaya untuk menginternalisasikan nila-nilai dan etika yang hendak

ditanamkan, termasuk di dalamnya perilaku antikorupsi. Karenanya manusia yang

lahir melalui sektor pendidikan adalah manusia yang menjunjung tinggi nilai-nilai

4
Rohmad, Pengelolaan Karakter Antikorupsi “Kerja Keras dan Tanggung jawab pada
Satuan Pendidikan” (Makassar, 2018) h. 14.
4

kebenaran, beriman, berakhlak mulia, memiliki kompetensi dan profesionalitas

serta dapat menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Sekolah sebagai

lembaga pendidikan memegang peranan penting dalam upaya membantu

pencegahan tindakan korupsi sejak dini. Sekolah dapat membantu pemerintah

dengan cara menanamkan nilai-nilai yang membendung terjadinya korupsi dan

melalui pendekatan edukatif untuk melahirkan generasi muda yang memiliki

karakter anti korupsi.5

Di saat institusi lain tidak berdaya melakukan perlawanan terhadap korupsi,

maka institusi pendidikan dapat dijadikan benteng terakhir tempat menyebarkan

nilai-nilai antikorupsi dengan cara melakukan pembinaan pada aspek mental,

spiritual dan moral kepada generasi muda khususnya pelajar. Pendidikan harus

dijadikan sebagai pilar paling depan untuk mencegah korupsi dalam rangka

menciptakan pemerintahan yang bersih dan baik untuk masa yang akan datang.6

Pendidikan antikorupsi merupakan bagian dari pendidikan karakter, maka

pendidikan antikorupsi harus ditanamkan secara terpadu mulai dari jenjang

pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Pendidikan antikorupsi sangat penting

bagi perkembangan psikologi pelajar. Pola pendidikan antikorupsi secara sistematis

akan mampu membuat pelajar mengenal lebih dini hal-hal yang berkenaan dengan

korupsi termasuk sanksi yang akan diterimanya kalau melakukan korupsi. Dengan

demikian akan tercipta generasi yang memahami bahaya korupsi dan bentuk

korupsi serta mengetahui sanksi yang akan diterimanya jika melakukan korupsi.

5
Agus Wibowo, Strategi Internalisasi Pendidikan Antikorupsi Disekolah (Yogyakarta,
2013) h. 10.
6
Agus Wibowo, Strategi Internalisasi Pendidikan Antikorupsi Disekolah (Yogyakarta,
2013) h. 34
5

Melalui pendidikan antikorupsi ini, diharapkan akan lahir generasi tanpa korupsi

sehingga dimasa yang akan datang tercipta Indonesia yang bebas dari korupsi.

Upaya yang dapat dilakukan untuk penanaman pola pikir, sikap dan perilaku

antikorupsi yaitu melalui pembelajaran anti korupsi yang harus ditanamkan dalam

setiap sekolah karena pembelajaran anti korupsi adalah proses pembudayaan.

Pembelajaran anti korupsi adalah usaha sadar dan sistematis yang diberikan kepada

pelajar berupa pengetahuan, nilai-nilai, sikap, dan keterampilan yang dibutuhkan

agar pelajar mau dan mampu mencegah dan menghilangkan peluang

berkembangnya korupsi.

Untuk itu saya selaku peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang,

Pendidikan Anti Korupsi bagi Pelajar di Kabupaten Takalar perspektif siyasah

dusturiyah.

B. Fokus Penelitian dan Deksripsi Fokus

1. Fokus Penelitian

a. Pendidikan Anti Korupsi

b. Pelajar

c. Peraturan Bupati No 22 tahun 2022

d. Siyasah Dusturiyah

2. Deksripsi Fokus

a. Pendidikan Anti Korupsi

1) Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah usaha membina dan mengembangkan kepribadian

manusia baik dibagian rohani maupun jasmani. Pendidikan adalah suatu proses
6

pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam

mendewasakan melalui pengajaran dan latihan. Dalam UU No.20 tahun 2003

Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan, yang diperlukan dirinya,

masyarakat, dan Negara.

2) Pengertian Anti Korupsi

Antikorupsi merupakan kebijakan untuk mencegah dan menghilangkan

peluang bagi berkembangnya korupsi. Pencegahan yang dimaksud adalah

bagaimana meningkatkan kesadaran individu untuk tidak melakukan korupsi dan

bagaimana menyelamatkan uang dan aset negara. Peluang bagi berkembangnya

korupsi dapat dihilangkan dengan cara melakukan perbaikan sistem (hukum dan

kelembagaan) serta perbaikan manusianya.

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan anti

korupsi diartikan dari gabungan dua definisi yakni “Pendidikan” dan “Anti

Korupsi” yakni sebuah usaha yang dilakukan dalam metode pendidikan untuk

memperbaiki moral pelajar agar menjauhi segala hal yang berkaitan dengan

perilaku koruptif dengan mengoptimalkan peran satuan pendidikan dalam upaya

memberantas korupsi dan menanamkan sikap tegas bahwa korupsi merupakan

perbuatan tercela menjauhkan diri dari segala bentuk perilaku korupsi, dan

menumbuhkan keberanian pelajar untuk melawan korupsi.


7

c. Pelajar

Pelajar dalam istilah bahasa Indonesia merupakan sinonim pelajar, murid

dan peserta didik. Semuanya mengandung makna anak yang sedang berburu

(belajar bersekolah dan kuliah). Pelajar adalah seorang anak yang sedang

melaksanakan proses pendidikan di sebuah lembaga pendidikan yang dinamakan

sekolah. Pelajar itu bermacam macam dalam arti ada pelajar SD atau sekolah dasar,

ada Pelajar SMP atau Sekolah Menengah Pertama dan Pelajar SMA atau Sekolah

Menegah Atas. Pelajar Diharuskan mematuhi semua peraturan yang berlaku,

menghormati tenaga kependidikan, ikut memelihara sarana dan prasarana serta

kebersihan, ketertiban dan keamanan satuan pendidikan yang bersangkutan.

d. Peraturan Bupati Takalar No 22 tahun 2022

Peraturan Bupati Takalar No. 22 Tahun 2020 tentang implementasi

pendidikan anti korupsi adalah efektivitas dalam rangka pencegahan dan

pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, serta guna optimalisasi sumber daya

manusia terkait pencegahan Tindak Pidana Korupsi di Kabupaten Takalar, meliputi

peserta didik, Aparatur Sipil Negara, Aparatur Pemerintah Desa dan masyarakat

yang dipandang perlu mewujudkan implementasi Pendidikan Anti korupsi pada

peserta didik atau kaum pelajar sehingga memiliki karakter anti korupsi sehingga

dapat tercapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

e. Siyasah Dusturiyah

Dusturiyah berasal dari bahasa Persia yang berarti dusturi. Semula artinya

adalah seseorang yang memiliki otoritas, baik dalam bidang politik maupun agama.
8

Menurut istilah, dusturiyah berarti kumpulan kaedah yang mengatur dasar dan

hubungan kerja sama antara sesama anggota masyarakat dalam sebuah Negara baik

yang tidak tertulis (konvensi) maupun tertulis (konstitusi).

Dapat disimpulkan bahwa Siyasah dusturiyah adalah bagian fiqh siyasah

yang membahas masalah perundang-undangan negara, didalamnya juga membahas

konsep-konsep konstitusi, legislasi, lembaga demokrasi dan syura, lebih luas lagi

bahwa siyasah dusturiyah membahas konsep negara hukum dalam siyasah dan

hubungan symbiotic antara pemerintah dan warga negara serta hak-hak yang wajib

dilindungi. Penyusunan pengaturan perundang-undangan ialah bertujuan untuk

mengatur kepentingan manusia dan tentunya harus dapat dilaksanakan oleh

penegak hukum dan masyarakat. Dalam siyasah dusturiyah mengenai pengaturan

perundang-undangan, pada prinsipnya tentu harus mengacu pada nash (al-Qur’an

dan Sunnah) dan prinsip jalb al-mashalih wa dar al-mafasid (mengambil maslahat

dan menolak mudharat)

C. Rumusan masalah

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana implementasi pendidikan anti korupsi kepada kaum pelajar Oleh

Pemerintah Kabupaten Takalar ?

2. Bagaimana implementasi pendidikan anti korupsi Oleh Pemerintah perspektif

syiasya dusturiyah ?
9

D. Kajian Penelitian Terdahulu

1. Skripsi yang ditulis oleh Adityo Putranto yang berjudul Konsep Pendidikan

Antikorupsi untuk pelajar Prespektif Pendidikan Agama Islam, dalam

skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang berisikan konsep

materi pendidikan antikorupsi untuk sekolah melalui pandangan Islam,

dalam latar belakang dijelaskan bahwa belum evektifnya membangun

masyarakat bersih,oleh sebab itu pendidikan Islam diharapkan dapat di

pandang sebagai salah satu strategi paling efektif dalam menangani perilaku

korupsi kini maupun mendatang. Dengan hasil bahwa dalam pendidikan

antikorupsi untuk anak sekolah dasar sangat relevan dengan ajaran

pendidikan islam dengan konsep nilai–nilai pendidikan antikorupsi,

Pendidikan Islam di sekolah dapat berperan dalam memberantas korupsi

secara tidak langsung melalui pengaitan materi agama secara kontekstual

dengan pesan yang di sampaikan berkaitan dengan korupsi.

2. Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Mufid dengan judul “Pendidikan

Antikorupsi dalam Prespektif Islam” bertujuan untuk mengetahui

pendidikan antikorupsi dalam prespektif islam yang memahami lebih lanjut

tentang relevansi pendidikan antikorupsi dalam islam. Hasil penelitian ini

diharapkan dapat memberikan sumbangsi dalam pemikiran dan

perkembangan Pendidikan Islam yang memiliki posisi strategis sebagai

alternatif pemberantasan korupsi di Indonesia.

3. Skripsi yang ditulis oleh Handoyo yang berjudul “pendidikan antikorupsi”

pada dasarnya dapat merujuk pada pendidikan anti korupsi yang bersifat
10

informal di ligkungan keluarga, pendidikan non formal, dan pendidikan

formal di sekolah, namun karena otoritas yang dimiliki dan kultur yang

dipunyai, jalur formal atau sekolah dipandang lebih efektif untuk

menyiapkan generasi muda yang berperilaku antikorupsi. Sekolah memiliki

kemampuan untuk mendidik generasi yang antikorupsi, maka

mencanangkan pendidikan antikorupsi dan membentuk karakter kejujuran

dalam kehidupan sehari-hari.

4. Jurnal yang ditulis oleh Haris Mudjiman yang berjudul “Metode pendidikan

Anti Korupsi Pada Kaum Pelajar” lebih mengarah kepada tingkat kejujuran

pelajar yang dibentuk oleh lembaga sekolah, sedangkan penelitian penulis

meneliti tentang implementasi pendidikan antikorupsi dan penguatan

karakter terhadap pelajar. Dalam metode penelitianya sendiri hampir sama

yaitu menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, wawancara

mendalam, observasi, dokumentasi dan triangulasi.

5. Skripsi yang ditulis oleh Ari Himawan yang berjudul Bentuk Integrasi

Pendidikan Antikorupsi dalam Kurikulum Pendidikan Agama Islam untuk

Sekolah Menengah Atas. Skripsi ini bertujuan untuk menemukan nilai-nilai

Islam antikorupsi dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam, serta

bagaimana mensosialisasikan pendidikan antikorupsi tersebut. Hasil skripsi

ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan bagi guru dan masyarakat, dalam

upaya memberantas korupsi dengan penanaman nilai-nilai antikorupsi

melalui Pendidikan Agama Islam.


11

E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian yang dilakukan ini mengindikasikan pada suatu tujuan

yang diharapkan mampu dicapai yaitu :

1. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Peraturan bupati Takalar Nomor 22 Tahun

2020 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Anti Korupsi Pada kaum pelajar di

kelurahan Salaka Kecamatan Pattallassang Kabupaten Takalar

2. Untuk Mengetahui Tinjauan Siyasah Dusturiyah terhadap Pelaksanaan

Peraturan bupati Takalar Nomor 22 tahun 2020 Tentang Penyelenggaraan

Pendidikan Anti Korupsi kepada pelajar di kelurahan Salaka Kecamatan

Pattallassang Kabupaten Takalar.

b. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat dari

sisi, yaitu :

1. Kegunaan Teoretis

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan masukan bagi

Koordinator Wilayah Pendidikan Kecamatan Pattallassang, Satuan Pendidikan

Sekolah menengah Pertama yang ada di Kecamatan Pattallassang, dalam hal

pembuatan kebijakan pendidikan, meningkatkan kurikulum pembelajaran dan

pelaksanaan dalam penyelenggaraan pendidikan anti korupsi pada satuan

pendidikan dan kaum pelajar di Kecamatan Pattallassang.


12

2. Kegunaan Praktis

Diharapkan hasil penelitian nantinya dapat memberikan sumbangan

pemikiran terkait Pelaksanaan Peraturan Bupati Takalar Nomor 22 Tahun 2020

Tentang Penyelenggaraan Pendidikan anti Korupsi pada kaum pelajar di

Kecamatan Pattallassang.

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan kepada dinas atau

instansi terkait di Kabupaten Takalar sehingga dalam implementasi pendidikan anti

korupsi dapat disesuaikan dengan kondisi sekolah dan kondisi para pelajar di

Kabupaten Takalar. Serta dapat memberikan masukan bagi para pembuat kebijakan

dalam mendukung terwujudnya pendidikan anti korupsi yang lebih tepat dan lebih

baik

3. Kegunaan Akademis

a) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber literatur bagi Universitas Islam

Negeri Alauddin Makassar khususnya program studi Hukum Tata Negara dan

menjadi referensi bahan bacaan dalam mengembangkan wawasan keilmuan di

bidang Hukum Tata Negara.

b) Sebagai wawasan khazanah keilmuan dibidang pendidikan dan kepemimpinan

khususnya bagi pelajar Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Alauddin Makassar

c) Sebagai salah satu persyaratan dalam meraih gelar Sarjana Hukum pada

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Alauddin Makassar


BAB II
TINJAUAN TEORETIS

A. Tinjauan umum tentang Pendidikan Anti Korupsi

1. Pengertian Pendidikan Anti Korupsi

Pendidikan anti korupsi adalah usaha yang dierencanakan untuk

mewujudkan proses belajar mengajar yang kritis terhadap nilai-nilai anti korupsi.

Pendidikan anti korupsi bukan sekedar media bagi transfer pengalihan

pengetahuan, namun juga menekan pada upaya pembentukan karakter, dan

kesadaran moral dalam melakukan perlawanan terhadap penyimpangan perilaku

korupsi.1

Pendidikan Anti Korupsi merupakan proses pembelajaran terhadap manusia

secara terus menerus dan sistematis, agar manusia tersebut menjadi pribadi yang

sempurna lahir dan batin. Karena itu jika pendidikan menghasilkan pribadi-pribadi

yang lemah, melakukan Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN), tidak

bertanggungjawab, tidak bermoral, dan tidak mandiri, maka berarti program

pendidikan itu gagal. Kegagalan dapat disebabkan karena adanya kesalahan dalam

mamahami maupun manajemen pendidikan sehingga tidak sesuai dengan cita-cita

pendidikan itu sendiri.2

Pendidikan anti korupsi merupakan salah satu bagian yang penting dalam

pembentukan karakter anak yang memiliki integritas tinggi. Hal ini sesuai dengan

1
Prasetyo Yogi, Pendidikan Anti Korupsi sebagai Upaya Preventif Pencegahan Korupsi.
(Ponorogo, 2013) h. 128.
2
Dharma Kesuma, Pendidikan Anti Korupsi untuk Sekolah dan Perguruan Tinggi (Balai
Pustaka, Jakarta, 2017) h. 121.

13
14

norma yang ada di UUD 1945 dan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional. Sekolah akan menjadi tempat latihan bagi anak didik

untuk memiliki nilai-nilai anti korupsi. Sekolah tidak hanya sebagai tempat

melahirkan generasi intelektual tingggi, tapi juga melahirkan generasi yang

memiliki moral yang tinggi, hal ini merupakan upaya preventif yang dilakukan

untuk mencegah perilaku korupsi yang kemungkinan besar dilakukan dikemudian

hari.3

Pendidikan antikorupsi dilakukan secara berkesinambungan, fokus awal

dari pendidikan antikorupsi adalah pelajar menghayati, memahami nilai moral, dan

membentuk perilaku hingga nilai- nilai tersebut terbentuk secara internal melalui

kebiasaan. Tujuan akhirnya adalah perilaku yang berdasarkan nilai-nilai positif

tersebut ditularkan dan diterapkan di lingkungan sosial kemasyarakatan.

Sebagaimana diketahui pelajar berada pada tahap perkembangan intelektualnya

menurut berada pada tahap formal operations, saat dimana pelajar memiliki

kemampuan berpikir abstrak dengan berpikir hipotetis, sehingga mereka mampu

membayangkan berbagai kemungkinan penyelesaian masalah.

Pendidikan antikorupsi merupakan bagian dari pendidikan karakter, maka

pendidikan antikorupsi harus ditanamkan secara terpadu mulai dari jenjang

pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Pendidikan antikorupsi sangat penting

bagi perkembangan psikologi pelajar. Pola pendidikan antikorupsi secara sistematis

akan mampu membuat pelajar mengenal lebih dini hal-hal yang berkenaan dengan

Agus Wibowo,“Strategi Internalisasi Pendidikan Antikorupsi di Sekolah” (Yogyakarta


3

2017) h.224
15

korupsi termasuk sanksi yang akan diterimanya kalau melakukan korupsi. Dengan

demikian akan tercipta generasi yang memahami bahaya korupsi dan bentuk

korupsi serta mengetahui sanksi yang akan diterimanya jika melakukan korupsi.

Melalui pendidikan antikorupsi ini, diharapkan akan lahir generasi tanpa korupsi

sehingga dimasa yang akan datang tercipta Indonesia yang bebas dari korupsi

2. Nilai-nilai pembentukan Antikorupsi

Nilai-nilai antikorupsi sebagai pedoman dan inspirasi bagi setiap pelajar di

kabupaten takalar dalam rangka mencapai idealisme sebagai kabupaten yang

bermartabat dan bebas korupsi. Melaui pendidikan anti korupsi ini diharapkan

pelajar menjadi agen perubahan masyarakat yang nantinya dapat merubah

masyarakat menjadi masyarakat yang anti korupsi. Nilai-nilai yang diangkat dalam

pendidikan anti korupsi yaitu:

a. Tanggung Jawab

Seorang pemimpin yang bertanggung jawab terlahir dari individu yang

terbiasa berperilaku bertanggung jawab. Seorang belum dapat memimpin orang lain

kalau belum dapat memimpin dirinya sendiri. Menjadi seroang pemimpin tidaklah

mudah, karena memiliki tanggung jawab yang besar terhadap rakyatnya. Bukan

hanya bertanggung kepada bawahannya tetapi bertanggung jawab juga kepada

atasannya, dan yang paling utama adalah tanggung jawab kepada Tuhan. Seorang

pemimpin adalah orang yang pertama kali mengerjakan tugas dan orang yang

paling terakhir mengambil hak atau bagiannya.4

4
Karsona dan Agus Mulya, “Pengertian Korupsi dalam Pendidikan Anti Korupsi untuk
pelajar dan Perguruan Tinggi” (Jakarta, 2013) h. 14
16

b. Disiplin

Disiplin adalah salah satu faktor menuju kesuksesan, sebab seorang yang

disiplin akan memiliki sifat yang teguh dalam memegang prinsip, pantang mundur

dalam kebenaran dan akan berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara. Cara

untuk menjadi orang yang disiplin adalah dengan latihan. Karena kedisiplinan

dibentuk berdasarkan latihan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Jujur

Jujur dimulai dari lingkungan terdekat. Mulai dari diri sendiri, keluarga,

kelas, sekolah, dan tempat tinggal. Pribadi jujur berawal dari keluarga yang jujur.

Keluarga jujur membentuk lingkungan jujur. Lingkungan jujur membentuk

masyarakat jujur. Masyarakat jujur membentuk bangsa jujur. Ciri orang yang jujur

yaitu memiliki ketulusan. Ketulusan dibuktikan dengan kerja yang tidak didasarkan

dari berapa uang yang didapat. Ketulusan lebih kepada pengabdian atau

pengorbanan diri.5

d. Sederhana

Hidup sederhana berarti hidup bersahaja, tidak berlebih-lebihan yang

didasari oleh suatu sikap mental yang rendah hati, berjiwa sosial dan tidak

sombong. Orang yang sederhana adalah yang sanggup membawa diri sesuai dengan

keadaan dirinya, dengan kemampuan diri dan dengan keadaan masyarakat

sekitarnya. Menerapkan pola hidup sederhana akan menumbuhkan rasa setia

kawan, jujur, disiplin, hemat dan tidak bergaya hidup mewah. Bila seseorang dapat

Nurdin Muhammad, Pendidikan Antikorupsi “Strategi Internalisasi Nilai- Nilai Islami


5

dalam Menumbuhkan Kesadaran Antikorupsi di Sekolah”. (Yogyakarta, 2021) h. 26.


17

hidup dengan kesederhanaan maka akan dapat merasakan kebahagiaan dan

menemukan kepuasan batin, ketenangan dan ketentraman hati.

e. Kerja Keras

Kesuksesan dan keberhasilan yang kita harapkan setiap saat pastilah

menjadi pemicu semangat kita untuk selalu melakukan suatu hal atau pekerjaan.

Sifat pekerja keras akan timbul dari sosok yang mempunyai motivasi tinggi untuk

berubah, pantang menyerah dalam segala keadaan. Pribadi yang pekerja keras dapat

digambarkan dengan selalu melakukan tanggung jawab dengan sungguh- sungguh.

Melakukan segala sesuatu diupayakan dengan baik, sekuat tenaga, kecerdasan

tinggi, dan sepenuh hati. Melalui hal ini akan mampu menahan beban berat,

memecahkan persoalan rumit dan tidak bergantung pada orang lain.

f. Mandiri

Kemandirian merupakah suatu sikap seseorang yang diperoleh dari

kehidupan yang dijalani, dimana dia akan belajar untuk bersikap mandiri dalam

menghadapi berbagai situasi di lingkungan, sehingga pada akhirnya akan mampu

berpikir dan bertindak sendiri. Dengan kemandirian, seorang dapat memilih jalan

hidupnya untuk dapat berkembang lebih baik.

g. Adil
Seseorang yang memiliki sifat adil akan menekankan pengambilan

keputusan melalui pertimbangan untuk menghindari dari sikap cenderung pada satu

hal, dan mencari keputusan yang paling tepat. memiliki sifat adil akan bertindak
18

netral dalam membuat keputusan, tidak mengambil keuntungan dari kelemahan

atau menyepelekan orang lain.6

h. Berani

Orang-orang yang mempunyai keberanian akan sanggup mewujudkan

mimpi- mimpi dan mengubah kenyataan hidup. Keberanian bisa menjadi sesuatu

yang tadinya tidak mungkin menjadi mungkin. Keberanian bisa menjadikan sikap

negatif menjadi sikap positif, lemah menjadi semangat, miskin menjadi kaya, gagal

menjadi sukses. Dan dengan keberanian juga, kejahatan akan dapat dicegah dan

dihalangi.

i. Perduli

Peduli adalah sifat yang dapat membantu segala kesulitan atau

kekurangnyamanan yang dialami dapat dihadapi. Segala keadaan senang atau sedih

dapat ditanggung bersama, keterbatasan pun dicarikan solusinya. Rasa senasib dan

sepenanggungan dapat menghilangkan sifat egois dalam berpikir dan bersikap. Dan

akan menjadi sebuah pelajaran kehidupan bagi anak agar mampu lebih dewasa

dalam menjalani hidup. Anak perlu belajar tenggang rasa, empati, mengenal dan

memahami perasaan teman-temannya. Belajar mengelola emosi agar tidak mudah

terpancing kelakuan teman yang dihadapi. Serta bagaimana memperluas hati

terhadap segala kelakuan teman. Begitu juga harus belajar bagaimana

menempatkan diri dan bersikap terhadap orang lain.7

6
Tiurma Manurung dan Rosida. Sosiotektonologi “Pendidikan Antikorupsi Sebagai Satuan
Pembelajaran Berkarakter Dan Humanistik” (Jakarta, 2012) h.54
19

3. Pentingnya Pendidikan Antikorupsi

Pendidikan antikorupsi mutlak bagi pelajar sangat diperlukan untuk

memperkuat pemberantasan korupsi yang sedang berjalan, di antaranya melalui

reformasi sistem (constitutional reform) dan reformasi kelembagaan (institutional

reform) serta penegakan hukum (law enforcement). Pendidikan antikorupsi

merupakan upaya reformasi kultur politik melalui sistem pendidikan untuk

melakukan perubahan kultural yang berkelanjutan, termasuk untuk mendorong

terciptanya good governance culture di sekolah dan perguruan tinggi.8

Kompleksitas permasalahan dan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia

sangat membutuhkan pelajar yang memiliki karakter unggul, baik karakter

intelektual, emosional, spiritual, maupun moral. Dalam situasi bangsa dan negara

yang mengalami krisis kepercayaan, krisis moralitas, dan krisis kepemimpinan,

maka sudah selayaknya pelajar mendapatkan pendidikan antikorupsi.

Pendidikan antikorupsi dibutuhkan, karena akan dapat membentuk karakter

pelajar yang unggul, sekaligus juga diharapkan pada saatnya nanti ketika menjadi

pemimpin dapat dipertanggungjawabkan kepemimpinannya. diperlukan agar

pelajar mampu memberikan kontribusi penting dalam menciptakan Indonesia yang

unggul, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Perlunya pendidikan antikorupsi

diberikan secara khusus ditujukan untuk memberi bekal pengetahuan sekaligus

mentransformasikan pelajar sebagai agen antikorupsi yang memiliki kompetensi

dan komitmen. Kompetensi dan komitmen ini selanjutnya ditransformasikan lagi

8
Maria Montessori, Pendidikan Antikorupsi Sebagai Pendidikan Karakter Di Sekolah,
(Padang 2002) hal. 293.
20

ke dalam bentuk nilai-nilai dan gerakan antikorupsi kepada masyarakat dan

generasi di bawahnya.

Seperti halnya alasan yang dikemukakan berkaitan dengan perlunya

pendidikan antikorupsi, kondisi berikut juga menjadi alasan pembenar mengapa

pendidikan antikorupsi perlu juga ditanamkan kepada pelajar yang berada di

kabupaten Takalar :

a. Pembelajaran afektif belum diterapkan dengan benar dan optimal. Umumnya

pembelajaran di sekolah cenderung bersifat kognitif, sehingga dalam

pembelajaran atau pascapembelajaran siswa tidak mampu membiasakan diri

berperilaku baik dan benar

b. Kurangnya keteladanan dari lingkungan (orang tua, guru, orang dewasa di

sekitar, pejabat pemerintahan, public figure, dan media). Itulah sebabnya,

perkataan, sikap, dan perilaku dari orang-orang terdekat harus dapat menjadi

contoh keteladanan bagi siswa atau anak. Jika tidak, maka anak-anak akan

bertindak tanpa arah dan bahkan dapat menyimpang dari nilai dan norma yang

berlaku, meskipun kadang-kadang hal tersebut tidak disadarinya.

c. Adanya kompetisi yang tidak sehat di kalangan pelajar. Anak-anak dari

keluarga dengan latar belakang status, kedudukan, dan lapisan yang beraneka

ragam. Gaya hidup siswa-siswa dari golongan kaya bukan tidak mungkin akan

menimbulkan kecemburuan dari mereka yang berasal dari golongan di

bawahnya. Hal ini jika tidak dikendalikan akan dapat menimbulkan suasana

pergaulan yang tidak sehat dan kondisi ini akan dapat merusak nilai-nilai moral.
21

d. Sekolah belum dapat menerapkan aturan secara jelas, tegas, dan konsisten. Jika

sekolah tidak menerapkan aturan secara tegas, kondisi seperti ini akan

melahirkan kebiasaan berperilaku menyimpang. Oleh karena itu, untuk

memupuk nilai-nilai ketaatan pada diri siswa, sekolah harus menerapkan aturan

secara konsisten. Bagi mereka yang salah harus segera ditindak sesuai dengan

tingkat kesalahannya

e. Pelajar mempunyai bobot tanggung jawab yang lebih besar daripada siswa-

siswa di bawahnya, seperti materi pelajaran yang makin sulit, tugas-tugas

pekerjaan rumah yang makin banyak, dan keterlibatannya dalam kegiatan OSIS.

Sistem pengawasan sekolah terhadap kegiatan siswa baik dalam kegiatan

intrakurikuler maupun ekstrakurikuler kurang berjalan sebagaimana mestinya.

Hal tersebut dapat mengakibatkan perilaku siswa tidak terkontrol, misalnya

melakukan kecurangan dalam tes atau ujian. Itulah sebabnya, pendidikan

antikorupsi melalui pengembangan nilai-nilai luhur perlu disemaikan kepada

mereka, baik dalam kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler;

f. Belum banyak sekolah yang memperoleh informasi dan sosialisasi tentang

pendidikan antikorupsi. Melalui pendidikan antikorupsi, siswa-siswa

diharapkan mampu melakukan analisis, mencari berbagai alternatif pemecahan

masalah, menghindari dan melawan perilaku korupsi yang terjadi di sekitarnya.9

Nurdin Muhammad, Pendidikan Antikorupsi “Strategi Internalisasi Nilai- Nilai Islami


9

dalam Menumbuhkan Kesadaran Antikorupsi di Sekolah”. (Yogyakarta, 2021) h. 26


22

B. Tinjauan umum tentang Pelajar

1. Pengertian Pelajar

Pengertian pelajar atau peserta didik menurut ketentuan umum undang-

undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah anggota

masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses

pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.

Dengan demikian peserta didik adalah orang yang mempunyai pilihan untuk

menempuh ilmu sesuai dengan cita-cita dan harapan masa depan.10

Oemar Hamalik mendefinisikan peserta didik sebagai suatu komponen

masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses

pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan

pendidikan Nasional. Menurut Abu Ahmadi peserta didik adalah sosok manusia

sebagai individu/pribadi (manusia seutuhnya). Individu di artikan "orang seorang

tidak tergantung dari orang lain, dalam arti benar-benar seorang pribadi yang

menentukan diri sendiri dan tidak dipaksa dari luar, mempunyai sifat-sifat dan

keinginan sendiri". Sedangkan Hasbullah berpendapat bahwa pelajar sebagai

peserta didik merupakan salah satu input yang ikut menentukan keberhasilan

proses pendidikan.3 Tanpa adanya peserta didik, sesungguhnya tidak akan terjadi

proses pengajaran. Sebabnya ialah karena peserta didiklah yang membutuhkan

pengajaran dan bukan guru, guru hanya berusaha memenuhi kebutuhan yang ada

pada peserta didik.11

10
Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen & Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas,
(Bandung: Permana, 2006), h. 65.
11
Sahid, Pengaruh Pendidikan Antikorupsi Terhadap Akhlak Pelajar Kelas Xi Sma
Muhammadiyah 4 Andong Boyolali Tahun Pelajaran 2014/2015, Lembaga Penelitian, (Universitas
Muhammadiyah Surakarta 2015).
23

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, bisa dikatakan bahwa peserta

didik adalah orang/individu yang mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai

dengan bakat, minat, dan kemampuannya agar tumbuh dan berkembang dengan

baik serta mempunyai kepuasan dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh

pendidiknya.12

2. Kurikulum Antikorupsi bagi Pelajar

Pada tahap awal model ini, guru dapat mengajukan pertanyaan atau

menggali informasi yang dimiliki pelajar. Pertanyaan itu misalnya apakah anak-

anak tahu apa itu korupsi, perilaku manakah yang termasuk korupsi, undang-

undang apa saja yang mengatur tentang pemberantasan korupsi, apakah ada

peraturan daerah yang mendukung perilaku antikorupsi dan pertanyaan lain yang

berkaitan dengan konsep perilaku korupsi maupun perilaku antikorupsi.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut diajukan secara lisan atau tertulis dan bisa bersifat

individual maupun kelompok.13

Pertanyaan-pertanyaan tersebut penting untuk membantu pelajar dalam

memanipulasi materi pelajaran yang disampaikan guru terutama dengan cara

mencari dan mengumpulkan fakta-fakta tentang korupsi dan antikorupsi. Dalam

tahap ini guru berusaha menggali konsepsi awal pelajar mengenai perilaku korupsi

dan antikorupsi sebagaimana dirumuskan dalam peraturan perundang- undangan.14

12
Abdul Majid & Chaerul Rochman, Pendekatan Ilmiah Dalam Implementasi Kurikulum,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), h. 1
13
Andar Nubowo, Rosita Susi Ariyanti, Membangun Gerakan Anti Korupsi Dalam
Perspektif Pendidikan, (Yogyakarta: LP3 UMY, 2004), hal. 29.
14
Maria Montessori, Pendidikan Antikorupsi Sebagai Pendidikan Karakter Di
Sekolah, (Padang, 2002) h. 293.
24

Tahap kedua dari siklus belajar adalah pengenalan konsep. Dalam hal ini,

guru mengumpulkan informasi dari para pelajar yang berkenaan dengan

pengalaman mereka dalam tahap eksplorasi. Guru mengajak anak-anak untuk

menyampaikan pendapatnya tentang perilaku korupsi dan atau antikorupsi

sebagaimana diketahui anak-anak. Pada awal tahap ini, guru berusaha menunda

penilaian atau komentar terhadap pendapat pelajar. Setelah semua pendapat atau

jawaban disampaikan, barulah guru melakukan klarifikasi, mencocokkan jawaban

pelajar dengan konsep yang dimiliki guru dan guru akhirnya memberi penjelasan

sekaligus menyampaikan konsep-konsep baru tentang korupsi dan antikorupsi

sebagaimana dirumuskan oleh ketentuan undang-undang maupun peraturan daerah.

Tahap terakhir, yaitu aplikasi konsep di mana guru menyiapkan situasi yang

dapat mendorong dan merangsang anak berdasarkan pengalaman mereka pada

tahap eksplorasi dan pengenalan konsep. Dalam tahap ini, guru meminta para

pelajar untuk menerapkan konsep yang sudah dipahami pada contoh kejadian lain

terutama kejadian sehari-hari yang mereka lihat, mereka alami dan mereka rasakan.

Anak-anak bisa diberi pertanyaan atau tugas untuk memberi contoh undang-

undang, peraturan daerah atau peraturan lain yang memuat rumusan perilaku

korupsi atau mengajukan fakta-fakta baru tentang perilaku antikorupsi.15

Menurut Lee and Lee, Curriculum is the strategy which we use in adapting

this cultural geritage to the purpose of the school. Sedangkan menurut

Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan

15
Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2004), h. 9.
25

Dasar dan Menengah dijelaskan bahwa kurikulum merupakan seperangkat rencana

dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu.

Kurikulum merupakan aktivitas yang dilakukan oleh sekolah dalam rangka

mempengaruhi pelajar dalam belajar untuk mencapai suatu tujuan. Termasuk

didalamnya kegiatan belajar mengajar, strategi dalam proses belajar mengajar, cara

mengevaluasi program pengembangan pengajaran dan sebagainya. Dengan

demikian, kurikulum merupakan pedoman dalam menyampaikan materi pelajaran

yang dibuat sesuai dengan kebutuhan pendidikan itu sendiri. Kurikulum selalu

dipengaruhi dan ditentukan oleh gagasan yang melatar belakangi tentang manusia

dan pendidikan. Kurikulum akan dipengaruhi oleh gagasan penyusun kurikulum

tentang makna pendidikan yang dipikirkannya. Dalam penyusunan kurikulum

tersebut harus dimuat tujuan yang harus dicapai, uraian materi secara ringkas,

teknik/metode yang mungkin dipakai, alat dan sumber, kelas, lamanya waktu yang

diperlukan/jam dan sebagainya yang biasanya termuat dalam satu model

penyusunan program yang disebut Garis-Garis Besar Program Pengajaran.16

Menurut peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 6 ayat 1 tentang

Standar Nasional Pendidikan, kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan

dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas.

16
Harry Alexander, Panduan Perancangan Peraturan Daerah Di Indonesia (Jakarta, 2006)
h. 124
26

Menurut Nurdin, ada tiga hal pokok yang menjadi landasan dalam

pelaksanaan, pembinaan dan pengembangan kurikulum :

1) Landasan Filosofis

Filsafat dapat diartikan sebagai cara berpikir yang mengkaji tentang objek secara

mendalam melalui tiga pokok persoalan, yakni: hakikat benar salah (logika),

hakikat baik buruk (etika), dan hakikat indah jelek (estetika) dan hakikat pandangan

hidup manusia mencakup ketiga hal tersebut.

Kaitannya dengan kurikulum dari ketiga pandangan tersebut sangat

diperlukan terutama dalam menetapkan arah dan tujuan pendidikan. Dengan

pengertian lain bahwa kemana arah pendidikan itu tergantung dari cara pandang

hidup manusia atau yang lebih luasnya lagi cara pandang dari suatu bangsa. Setiap

bangsa atau Negara mempunyai tatanan dan pandangan hidup masing-masing dan

berbeda-beda sesuai dengan ideologi yang dianut.

Pendidikan sebagai upaya dalam membina manusia (anak didik) tidak

terlepas dari pandangan hidup, oleh karena itu segala upaya yang dilakukan oleh

pendidik kepada anak didiknya harus mampu menjadi manusia Indonesia yang

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berbudi luhur, berkepribadian,

berdisiplin, kerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil,

serta sehat jasmani dan rohani.

2) Landasan Sosial Budaya

Pendidikan sebagai proses budaya adalah upaya membina dan

mengembangkan daya cipta, karsa dan rasa manusia menuju peradaban manusia

yang lebih luas dan tinggi yaitu manusia yang berbudaya. Kurikulum pendidikan
27

sudah sewajarnya pula disesuaikan dengan kondisi masyarakat saat ini, bahkan

harus dapat mengantisipasi kondisi-kondisi yang bakal terjadi pada masa yang akan

datang. Untuk itu pula guru dituntut untuk dapat membina dan melaksanakan

kurikulum, agar apa yang diberikan kepada anak didiknya berguna dan relevan

dengan kehidupan dalam masyarakat.

3) Landasan Psikologis

Pada dasarnya pendidikan tidak terlepas kaitannya dengan unsur-unsur

psikologi, sebab pendidikan adalah menyangkut perilaku manusia itu sendiri.

Mendidik berarti mengubah tingkah laku anak menjadi kedewasaan. Oleh karena

itu, dalam proses belajar mengajar selalu dikaitkan dengan teori-teori perubahan

tingkah laku anak. Beberapa teori belajar antara lain: behaviorisme, psikologi daya,

perkembangan kognitif, teori lapangan, teori kepribadian.

C. Peraturan Bupati Takalar No 22 tahun 2022

1. Pengertian Peraturan Bupati atau Kepala Daerah

Sebagaimana termaktub dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17

Tahun 2006 tentang Lembaran Daerah dan Berita Daerah. Dalam pasal 1

disebutkan :

1) Peraturan Kepala Daerah adalah peraturan gubernur dan/atau peraturan

bupati/walikota.

2) Keputusan Kepala Daerah adalah peraturan pelaksanaan peraturan daerah atau

kebijakan kepala daerah untuk mengatur mengenai penyelenggaraan tugas-

tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan.


28

3) Keputusan Bersama adalah keputusan kepala daerah yang mengatur

kesepakatan bersama antara 2 (dua) kepala daerah atau lebih, dalam

penyelenggaraan pemerintah daerah.

4) Keputusan Kepala Daerah tertentu adalah penetapan yang diterbitkan kepala

daerah yang substansinya wajib diketahui masyarakat luas.17

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 yaitu Pasal 1

angka 25 menegaskan bahwa peraturan daerah adalah peraturan daerah provinsi dan

peraturan daerah kabupaten/kota. Selanjutnya, dalam pasal 236 ayat (1) Undang-

Undang pemerintahan daerah ditegaskan bahwa peraturan dibentuk untuk

menyelenggarakan otonomi daerah dan tugas pembantu, daerah membentuk perda.

Dalam ayat (2) dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama kepala daerah.

Ayat (3) menyatakan bahwa perda memuat materi muatan, yaitu: Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2006 tentang Lembaran Daerah dan Berita

DaerahUndang-Undang No. 23 Tahun 2014.18

1) Penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan.

2) Penjabaran lebih lanjut ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih

tinggi.

Selain muatan materi tersebut, perda juga dapat memuat materi muatan lokal sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Menurut bagaimana bahwa

daerah memiliki fungsi internal dan fungsi eksternal, yaitu:

a. Fungsi stabilitas

17
Yusnaini Hasyim, Hukum Pemerintahan Daerah, (Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013)
29

Peraturan daerah berfungsi dibidang ketertiban dan keamanan yang

bertujuan menjamin stabilitas masyarakat didaerah. Kaidah stabilitas dapat pula

mencakup kegiatan ekonomi, seperti pengaturan kerja, pengaturan kerja, tata cara

perdagangan, dan lain-lain. Demikian pula, dilapangan pengawasan terhadap

budaya luar, dapat pula berfungsi menstabilkan sistem sosial budaya yang telah ada.

b. Fungsi perubahan

Peraturan daerah dibentuk untuk mendorong perubahan masyarakat dan

juga aparatur pemerintahan, mekanisme kerja maupun kinerjanya itu sendiri.

Dengan demikian, peraturan daerah berfungsi sebagai sarana pembaharuan (law as

social enggeneering, ajaran Roscoe Pound).

c. Fungsi kemudahan

Peraturan daerah dapat pula dipergunakan sebagai sarana mengatur

berbagai kemudahan (Fasilitas). Peraturan daerah yang berisi ketentuan tentang

perencanaan tata cara perizinan, struktur permodalan dalam penanaman modal, dan

berbagai ketentuan insentif lainnya merupakan contoh kaidah-kaidah kemudahan.

d. Fungsi kepastian hukum

Fungsi kepastian hukum (rechtzekerheid, legal certainty) asas penting yang

terutama berkenaan dengan tindakan hukum (rechhandeling) dan penegakan hukum

(rechthanhaving, echtsuitvoiring). Fungsi hukum sebagai pedoman atau pengarah

perilaku, kiranya tidak memerlukan banyak keterangan, mengingat bahwa hukum

telah disifatkan sebagai kaidah, yaitu sebagai pedoman perilaku, yang menyiratkan

perilaku yang seyogianya atau diharapkan diwujudkan ke masyarakat apabila warga

masyarakat melakukan suatu kegiatan yang diatur oleh hukum.


30

2. Penetapan Peraturan Daerah

Dalam hal penetapannya, Peraturan/ Keputusan Kepala Daerah termuat

dalam pasal 5, sebagai berikut:

a) Keputusan kepala daerah yang bersifat mengatur yang telah ditetapkan oleh

kepala daerah, harus diumumkan dalam berita daerah.

b) Berita daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penerbitan resmi

pemerintah daerah untuk mengumumkan peraturan kepala daerah dan

keputusan kepala daerah tertentu.

c) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan pemberitahuan

peraturan kepala daerah dan/atau keputusan kepala daerah tertentu kepada

masyarakat.19

3. Kedudukan Peraturan Daerah

Peraturan kepala daerah, yang di dalam UU No. 22 Tahun 1999 disebut

Keputusan Kepala Daerah, pada dasarnya sama. Penyebutan Peraturan Kepala

Daerah bertujuan untuk memperjelas bahwa keputusan kepala daerah yang

dimaksud, berisi ketentuan peraturan (keputusan yang bersifat in abstracto).20

Hal ini untuk mencegah timbulnya kerancuan dengan keputusan kepala

daerah Peraturan kepala daerah, yang di dalam UU No. 22 Tahun 199973 disebut

Keputusan Kepala Daerah, pada dasarnya sama. Penyebutan Peraturan Kepala

Daerah bertujuan untuk memperjelas bahwa keputusan kepala daerah yang

19
Ateng Syafrudin, Menuju Penyelenggaraan Pemerintahan Negara Yang Bersih dan
Bertanggung Jawab, Skripsi (Universitas Parahyangan Bansung, 2001) h. 16
20
Ali Faried dan Nurlina Muhidin, Hukum Tata Pemerintahan Heteronom dan Otonom,
(Bandung, 2012) h. 167
31

dimaksud, berisi ketentuan peraturan (keputusan yang bersifat in abstracto). Hal ini

untuk mencegah timbulnya kerancuan dengan keputusan kepala daerah Agar Perda

dan Peraturan Kepala Daerah dapat berfungsi secara efektif, harus dilakukan hal

diantaranya:

a) Mensosialisasikan Perda dan Peraturan Kepala Daerah dengan

menyebarluaskan ke tengah-tengah masyarakat, terutama stake holders yang

bersangkutan.

b) Melakukan upaya penegakan hukum khusus perda..sesuai ketentuan

perundang-undangan. Penyidikan dan penuntutan terhadap pelanggaran perda

dilakukan oleh pejabat penyidik dan penuntut umum sesuai peraturan

perundang-undangan, yaitu penyidik dari Polri dan penuntut dari Kejaksaan. Di

samping itu, melalui perda dapat juga ditunjuk pejabat lain yang diberi tugas

untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran atas ketentuan yang termuat

dalam perda.

D. Siyasah Dusturiyah

1. Pengertian siyasah dusturiyah

Disiplin ilmu tentang politik Islam pasti mengenal istilah siyasah

dusturiyah, namun menjadi tidak elok jika mengenalkan siyasah dusturiyah tapi

melewatkan pengertian dan makna dari fiqh siyasah, karena kelahiran siyasah

dusturiyah ialah berawal dari kebebasan bahwa fiqh adalah paham yang

mendalam.21

21
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, h. 3
32

Secara istilah fiqh ialah pengetahuan tentang hukum-hukum yang sesuai

dengan syara mengenal perbuatan yang diperoleh dari dalil-dalil yang fashil (terinci

dari al-Qur’an dan Sunnah).22 Siyasah berasal dari kata sasa, yang artinya mengatur,

mengurus, memerintah atau pemerintahan. Secara bahasa artinya bahwa tujuan

siyasah adalah mengatur, mengurus, dan membuat kebijaksanaan pada sesuatu yang

bersifat politis. Siyasah dusturiyah menurut Muhammad Iqbal bahwa kata dusturi

berarti juga konstitusi, sebuah kata yang berasal dari bahasa persia yang artinya

seseorang yang memiliki otoritas dibidang politik maupun agama. Setelah

mengalami perkembangan bahasa tersebut mengalami penyerapan dalam bahasa

arab dusturi berkembang maknanya berarti asas, dasar atau pembinaan. Menurut

istilah dusturi berarti kumpulan kaidah yang mengatur dasar dan hubungan kerja

sama antara masyarakat dan negara baik yang tidak tertulis (konvensi) maupun

tertulis (konstitusi). Siyasah dusturiyah bagian fiqh siyasah yang membahas

masalah perundang-undangan negara, didalamnya juga mebahas konsep-konsep

konstitusi, legislasi, lembaga demokrasi dan syura, lebih luas lagi bahwa siyasah

dusturiyah membahas konsep negara hukum dalam siyasah dan buhungan

symbiotic antara pemerintah dan warga negara serta hak-hak yang wajib dilindungi.

Penyusunan pengaturan perundang-undangan ialah bertujuan untuk mengatur

kepentingan manusia dan tentunya harus dapat dilaksanakan oleh penegak hukum

dan masyarakat. Dalam siyasah dusturiyah mengenai pengaturan perundang-

undangan, pada prinsipnya tentu harus mengacu pada nash (al-Qur’an dan Sunnah)

22
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta:
Prenamedia Group, 2014), h. 2.
33

dan prinsip jalb al-mashalih wa dar al-mafasid (mengambil maslahat dan menolak

mudharat). Menurut Munawir Sjadzali ada 6 (enam) prinsip dalam nash yaitu

tentang kedudukan manusia dimuka bumi dan prinsip-prinsip dalam kehidupan

bermasyrakat seperti musyawarah atau konsultasi, ketaatan kepada pemimpin,

keadilan, persamaan, dan hubungan baik antar umat atau kebebasan beragama.23

Sedangkan prinsip jalb al-mashalih wa dar al-mafasid tentunya perlu

mempertimbangkan situasi dan kondisi sosial kemasyarakatan, agar hasil regulasi

yang diundangkan sesuai dengan aspirasi masyarakat dan tidak memberatkan.

Sehingga dirangkum oleh Abd al-Wahhab Khallaf bahwa yang diletakkan dalam

perumusan undang-undang dasar dalam prinsip Islam ialah tentang jaminan atas

hak asasi manusia (HAM) dan persamaan kedudukan di mata hukum (equality

before the law).

Siyasah Dusturiyah merupakan bagian dari pada fikih siyasah yang

membahas secara khusus terkait perundang-undangan negara (konsep-konsep

konstitusi, legislasi, lembaga demokrasi, dan syura). Siyasah dusturiyah juga

membahas kajian mengenai konsep negara hukum dalam siyasah dan hubungan

symbiotic antara pemerintah dan rakyat serta hak-hak warga negara yang wajib

dilindungi. Selanjutnya, sumber dari siyasah dusturiyah menurut H. A. Djazuli19

meliputi:

a. Al-Quran, yang meliputi prinsip-prinsip kehidupan kemasyarakatan, dalil-dalil

kulli dan semangat ajaran al- Qur’an.

23
Abdul Wahhab Khallaf, Al-Siyasah al-Syar’iyah, (qahirah: Dar al-Anshar, 1977), h. 25.
Lihat juga Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah, h. 178.
34

b. Hadits, yang berhubungan dengan imamah dan kebijaksanaan-kebijaksanaan

Rasulullah saw. dalam menerapkan hukum.

c. Kebijakan Khulafa al-Rasyidin, yang berhubungan dengan pengendalian

pemerintah yang masing-masing Khalifah mempunyai pola dan warna dalam

setiap kepemimpinannya, tapi sama-sama mempunyai tujuan yang sama dalam

memberikan kebijakan. Yaitu, kebijakan yang ber-orientasi pada kemaslahatan

rakyat.

d. Ijtihad ‘Ulama, yang berhubungan dengan kemaslahatan ummat karena dalam

fikih dusturi bahwa hasil Ijtimak ‘ulama sangat membantu dalam memahami

semangat dan prinsip fikih dusturi.

Siyasah Dusturiyah yaitu yang berhubungan dengan undang-undang dasar

yang menjelaskan bentuk pemerintahan, membatasi kekuasaan penguasaan dan

penyelenggara negara lainnya dan meletakan cara yang ditempuh dalam

menerapkannya serta menetapkan hak-hak perorangan dan lembaga. Sedangkan

Siyasah Tasyri'iyah berkaitan dengan undang-undang dan mengeluarkan peraturan

yang berkaitan dengan kemaslahatan masyarakat. Adapun Siyasah Qadhaiyah

merupakan upaya lembaga dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Siyasah dusturiyah adalah bagian fiqh siyasah yang membahas masalah

perundang-undangan negara. Dalam hal ini juga dibahas antara lain konsep-konsep

konstitusi (undang-undang dasar negara dan sejarah lahirnya perundang-undangan

dalam suatu negara), legislasi (bagaimana cara perumusan undang-undang),

lembaga demokrasi dan syura yang merupakan pilar penting dalam perundang-
35

undangan tersebut. Di samping itu, kajian ini juga membahas konsep negara hukum

dalam siyasah dan hubungan timbal balik antara pemerintah dan warga negara serta

hak-hak warga negara yang wajib dilindungi.

Dalam buku fiqh siyasah karangan J. Suyuthi Pulungan definisi dari Siyasah

Dusturiyah adalah hal yang mengatur atau kebijakan yang di ambil oleh kepala

negara atau pemerintahan dalam mengatur warga negaranya. ini berarti siyasah

dusturiyah adalah kajian terpenting dalam suatu negara, karena hal ini menyangkut

hal-hal yang mendasar dari suatu negara. Yaitu keharmonisan antara warga negara

dengan kepala negaranya

Keputusan hukum yang dibuat oleh pemimpin atau penguasa dapat

dikategorikan sebagai tasyri‟ karena secara definitif, tasyri‟ adalah kata yang

diambil dari lafazh syari‟ah yang artinya “jalan yang lurus”. Secara terminologis,

tasyri‟ diartikan oleh fuqaha sebai hukum-hukum yang diteapkan oleh Allah bagi

hamba-hambanya yang diungkapkan melalui perentara Rasulullah SAW agar

manusia meleksankan hukum-hukum tersebut atas dasar keimanan, baik hukum

yang berpautan dengan perbuatan badaniah manusia maupun yang berkaitan

dengan masalah akidah, akhlak, dan budi pekerti.24

Siyasah dusturiyah mencakup bidang kehidupan yang sangat luas dan

kompleks. Keseluruhan persoalan tersebut, dan persoalan siayasah dusturiyah

umumnya tidak lepas dari dua hal pokok: pertama, dalil-dalil kulliy, baik ayat- ayat

al-Quran maupun hadis, maqosidusy syariyyah, dan semangat ajaran Islam di dalam

24
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah; Kontekstulisasi Doktrin Politik Islam,(Jakarta : 2014 )
h. 177.
36

mengatur masyarakat, yang akan tidak akan berubah bagaimanapun perubahan

masyarakat. Karena dalil-dalil kulliy tersebut menjadi unsur dinamisator dalam

mengubah masyarakat. Kedua, aturan-aturan yang dapat berubah karena perubahan

situasi dan kondisi, termasuk di dalamnya hasil ijtihad para ulama, meskipun tidak

seluruhnya.

1. Bidang siyasah tasyriyah, termasuk dalam persolan ahlu hali wal aqdi,

perwakilan persoaln rakyat. Hubungan muslimin dan non muslim di dalam satu

negara, seperti Undang-Undang Dasar, Undangundang, Peraturan Pelaksanaan,

Peraturan daerah, dan sebagainya.

2. Bidang siyasah tanfidiyah, termasuk di dalamnya persoalan imamah, persoalan

baiah, wizarah, waliy al-ahadi, dan lain-lain

3. Bidang siyasah qadlaiyah, termasuk di dalamnya masalah-masalah peradilan

4. Bidang siyasah idariyah, termasuk di dalamnya masalah-masalah administratif

dan kepegawaian

Menurut Syaikh Abd Al-Rahman bin Nashr al-Said bahwa yang dimaksud

ulil amri adalah imam-imam kaum muslim atau sebagai penguasa yang jabatannya

paling tinggi atau bisa disebut sebagai amir, qadhi, orang yang memiliki kekuasaan

yang mengatur segala urusan baik dari hal kecil maupun hal besar.

Menurut Fachrudin ulil amri adalah seorang pemimpin yang diberikan tugas

untuk mengurus segala urusan seperti pemerintahan, keamanan, perjuangan, dan

pembangunan-pembangunan di negara yang bersifat umum. Sedangkan menurut

Abdul Wahab Khallaf ulil amri dilihat dari lafad al-amr yang bermakna perkara

atau keadaan yang bersifat umum karena dapat berhubungan dengan masalah
37

agama atau dunia, dalam hal ini ia mengartikan ulil amri dalam masalah dunia

adalah raja, atau pemimpin sedangkan masalah agama adalah para mujtahid dan

ahli fatwa.25

25
Herianti. 2017. “Pemerintahan otonomi daerah Dalam Persfektif Siyasah Dusturiyah.”
Aqidah-ta : Jurnal Ilmu Aqidah 3(2): 158–66
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan cara kualitatif lapangan (field reseasch)

yang digunakan adalah memberikan gambaran situasi dan kejadian yang sistematis,

melihat dan mengungkapkan suatu keadaan maupun suatu objek dalam menemukan

makna atau pemahaman yang mendalam tentang suatu masalah yang dihadapi, yang

tampak dalam bentuk data kualitatif, baik berupa gambar, kata, maupun kejadian.

Tujuan dari penelitian kualitatif lapangan (field reseach) yaitu untuk mengungkap

fenomena sosial atau berbagai masalah yang muncul dilapangan. Selain itu juga

menggunakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk

menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat terhadap objek yang menjadi

permasalahan.

Adapun yang menjadi maksud dalam penelitian ini adalah memperoleh

pengetahuan tentang “Implementasi Peraturan Bupati Takalar Nomor 22 tahun

2020 Tentang Pendidikan Anti korupsi Kepada Kaum Pelajar Perspektif Siyasah

Dusturiyah”.

2. Jenis Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana peneliti melakukan penelitian dan

mengumpulkan data dari informen ataupun objek penelitian yang diteliti. Adapun

38
39

lokasi Penelitian ini di kelurahan Salaka Kecamatan Pattallassang Kabupaten

Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

B. Pendekatan Penelitian

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian “Implementasi

Peraturan Bupati Takalar Nomor 22 tahun 2020 Tentang Pendidikan Anti korupsi

Kepada Kaum Pelajar Perspektif Siyasah Dusturiyah” ini ialah pendekatan yuridis-

normative, yaitu berdasar pada hukum positif yang menjadi dasar pembentukan

peraturan mengenai pendidkan anti korupsi. Selain itu dalam penelitian ini juga

menggunakan pendekatan penelitian Teologi Normative (syari) yaitu berdasar pada

hukum ketatanegaraan islam atau hukum islam.

C. Sumber Data

Berdasarkan sumber data yang diperoleh dari penelitian ini, peneliti

mengelompokkan kepada dua sumber data, yaitu:

1. Sumber data primer

Sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data empiris yang

peneliti peroleh dari lapangan didasarkan pada hasil wawancara bersama dengan

informan penelitian dan hasil observasi. Tekhnik penentuan informan dalam

penelitian ini dengan menggunakan cara tekhnik purposive sampling dengan

memilih kelompok subyek yang memiliki ciri-ciri tertentu yang memiliki kaitan

erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah ditahu sebelumnya. Penelitian ini

melibatkan diantaranya masyarakat di kelurahan Bontokadatto Kecamatan

Polongbangkeng selatan kabupaten takalar.


40

2. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder di peroleh peneliti merupakan data yang langsung

diperoleh peneliti dalam menunjang sumber pertama penelitian ini seperti buku

buku, literatur-literatur ilmiah jurnal, yang dibuat dalam berbagai media yang

terkait dengan permasalahan yang diteliti sebagai acuan sebelum melakukan

pembahasan lebih lanjut.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu observasi

partisipasif, dimana peneliti mengikuti kegiatan keseharian yang dilakukan

informan dalam kurung waktu tertentu, peneliti memerhatikan apa yang terjadi,

mendengarkan perkataan informan, menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti serta mempelajari dokumen yang informan miliki.

2. Wawancara

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini yakni wawancara

bebas terpimpin, dimana peneliti langsung mengunjungi rumah atau tempat tinggal

informan untuk menanyakan terkait dengan hal-hal yang ingin ditanyakandan/atau

yang ingin diketahui peneliti mengenai masalah yang diteliti.

3. Dokumentasi

Dokumentasi atau pengumpulan data yang di pakai dalam penelitian ini

yakni peneliti menggunakan kamera dan alat tulis maupun alat perekam guna untuk

membantu peneliti mengumpulkan data-data secara akurat demi menghindari

kesalahan penyusunan hasil penelitian.


41

E. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian yang dipakai mengumpulkan data selama melakukan

penelitian, yaitu:

1. Peneliti sendiri sebagai instrument penelitian

2. Pedoman wawancara/ daftar pertanyaan

Pedoman wawancara adalah alat yang digunakan dalam melakukan

wawancara yang dijadikan dasar untuk memperoleh informan dan informasi yang

berupa daftar pertanyaan.

3. Alat perekam/Handphone, dan

Alat yang digunakan untuk merekam aktivitas/ kegiatan dengan sumber

data.

4. Alat tulis (buku catatan dan pulpen)

Buku catatan dan pulpen memilki fungsi untuk mencatat kegiatan dan

menulis semua percakapan dengan sumber data.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Tekhnik pengelolaan data

a) Klasifikasi data (memilah-milah data) merupakan motode yang digunakan

untuk menyusung data secara sistematis atau menurut beberapa aturan atau

kaedah yang telah ditentukan/diterapkan.

b) Reduksi data merupakan kegiatan dalam memilah-milah data yang relevan

dengan pembahasan dimana data diperoleh dari penelitian.


42

c) Editing data adalah suatu proses untuk memeriksa data hasil penelitian dengan

tujuan mengetahui hubungan dari keabsahan data yang akan dideskripsikan dari

menemukan jawaban dari pokok permasalahan.

2. Tekhnik analisis data

Tekhnik analisi data memiliki tujuan untuk menguraikan dan memecahkan

masalah didasarkan pada data yang diperoleh. Analisis data yang digunakan adalah

upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

memilih-milihnya menjadi satuan yang dikelola, mencari dan menemukan pola,

menentukan apa yang penting dan hal apa yang dipelajari,serta memutuskan apa

yang perlu diceritakan kembali.

G. Pengujian Keabsahan Data

Suatu penelitian sangat dituntut untuk agar memenuhi standar dari sebuah

penelitian hingga dapat memperoleh kesimpulan yang berstandar objektif. Apabila

telah memenuhi standar objektifnya maka boleh dikatakan bahwa penelitian

tersebut telah teruji keabsahan datanya. Dalam menguji keabsahan data yang

diperoleh guna mengukur validasi hasil penelitian peneliti dituntut lebih

meningkatkan ketkunan dalam melakukan penelitian, pengamatan yang cermat dan

berkesinambungan dengan menggunakan tekhnik trigulasi.

Trigulasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu trigulasi dengan sumber yaitu

peneliti menggali kebenaran informasi melalui berbagai metode dan perolehan data,

misalnya melalui wawancara dan observasi. Peneliti menggunakan observasi

terlibat (participant observation), dokumen tertulis, arsip dokumen sejarah, catatan

revisi, catatan atau tulisan pribadi dan gamber atau foto. Masing- masing cara itu
43

akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, selanjutnya akan memberikan

pandangan yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti. Trigulasi dengan

metode membandingkan informasi atau data dengan cara yang berbeda. Untuk

memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai

informan tertentu. Trigulasi tahap ini digunakan jika data atau informasi yang

diperoleh dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya, dan

Trigulasi dengan teori yaitu hasil akhir dari penelitian kualitatif bahwa sebuah

rumusan informasi atau thesis statement. Informasi tersebut selanjutnya

dibandingkan perspektif teori yang relevan untuk menghindari bias individual

peneliti atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan. Dalam penelitian ini

menggunakan tekhnik trigulasi dengan sumber dalam penelitian.


44

DAFTAR PUSTAKA

Affan Gaffar. 2009. Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Agus Wibowo. 2013. Pendidikan Antikorupsi di Sekolah: Strategi Internalisasi Pendidikan

Antikorupsi di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Andika Fitriyanto. 2017. Implementasi Metode Insersi Pada Mata Pelajaran Geografi dalam

Penanaman Nilai-Nilai Islam di MA Manzilul Ulum Kabupaten Kudus Tahun Pelajaran

2016/2017. Skripsi Pelajar Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Semarang.

Ari Dwipayana. 2003. Membangun Good Governance di desa. Yogyakarta: IRE Press.

Azhar, Muhammad dkk. 2004. Pendidikan Antikorupsi. Yogyakarta:LP3 UMY.

Budi Winarno. 2012. Kebijakan Publik: Teori, Proses, dan Studi Kasus.Yogyakarta: CAPS.

Burhan Bungin. 2010. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan

Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana. Hlm 68

Dharma Kesuma dkk. 2009. Korupsi dan Pendidikan Antikorupsi. Bandung: Pustaka Aulia

Press.

Suharto. 2011. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Hamzah, Jur. Andi. 2005. Perbandingan Pemberantasan Korupsi di Berbagai Negara.

Jakarta: Sinar Grafika.

Handoyo Eko. 2009. Pendidikan Antikorupsi. Semarang: kerjasama FIS UNNES dan Widya

Karya.Juwono Sudarsono. 2008. Pendidikan, Kemanusiaan, dan Peradaban dalam

Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita. Kompas: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai