Anda di halaman 1dari 22

i

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SEKOLAH

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Strategi Pembelajaran Sejarah

Yang dibina oleh Bapak Aditya Nugroho Widiadi, S.Pd, M.Pd

Oleh

Dwi Prasetya 150731601972


Ilham Yudha Pradana 150731607162
Mochamad Doni Akviansah 150731605656
Novita Indah Sarie 150731600159

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
MARET 2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 1
1.3 Tujuan............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3

2.1 Konsep Dasar Teori yang Mendasari Pembelajaran Kooperatif .... 3


2.2 Karakteristik dan Ciri-Ciri yang Mendasari Pembelajaran Kooperatif
....................................................................................................... 4
2.3 Penerapan Pembelajaran Kooperatif di Sekolah ............................ 5

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 10

3.1 Kesimpulan..................................................................................... 10
3.2 Saran............................................................................................... 11

DAFTAR RUJUKAN ...................................................................................... 12

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang


berdasarkan Paham konstruktivis. Model pembelajaran ini merupakan strategi
belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa
anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk
memahami materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif adalah sebuah strategi
pengajaran yang melibatkan partispasi siswa dalam kelompok belajar
dan menekankan pada interaksi positif di antara mereka. Partisipasi setiap anak
dalam kelompok koperatif merupakan hal yang paling penting dan harus menjadi
pertimbangan utama. Dalam pelaksanaannya, para siswa dihargai atas usahanya
baik secara individual maupun kelompok.
Muhammad Nur (2005: 1) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif
dapat memotivasi seluruh siswa, memanfaatkan seluruh energi sosial siswa, saling
mengambil Model Pembelajaran Kooperatif dan tanggungjawab. Pendapat ini
sejalan dengan Abdurrahman dan Bintoro (2000: 78) mengatakan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis
mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama
siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata.
Untuk menciptakan suasana belajar kooperatif bukan suatu pekerjaan yang
mudah. Untuk menciptakan suasana belajar tersebut diperlukan pemahaman
filosofis dan keilmuan yang cukup disertai dedikasi yang tinggi serta latihan yang
cukup pula. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara kerja kelompok
dengan pengelompokan siswa untuk bekerja secara kooperatif. Menempatkan
siswa ke dalam sebuah kelompok tidaklah secara otomatis menjadi pembelajaran
kooperatif. Oleh karena itu, pembelajaran kooperatif harus disusun dan diatur
dengan baik oleh guru secara propfesional.

1
2

1.2 Rumusan Masalah

(1) Bagaimana konsep dasar teori yang mendasari pembelajaran kooperatif ?


(2) Bagaimana karakteristik dan ciri-ciri yang mendasari pembelajaran
kooperatif?
(3) Bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif di Sekolah?

1.3 Tujuan

(1) Untuk mengetahui dan memahami secara lebih tentang konsep dasar teori
yang mendasari pembelajaran kooperatif.
(2) Untuk mengetahui dan memahami secara lebih tentang karakteristik dan
ciri-ciri yang mendasari pembelajaran kooperatif.
(3) Untuk mengetahui dan memahami secara lebih tentang penerapan
pembelajaran kooperatif di Sekolah.
BAB II

PEMBAHASAN

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, pada bab ini
dipaparkan mengenai:
2.1 Konsep Dasar Teori yang Mendasari Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang didalamnya


mengkondisikan para siswa bekerja bersama-sama didalam kelompok-kelompok
kecil untuk membantu satu sama lain dalam belajar. Pembelajaran kooperatif
didasarkan pada gagasan atau pemikiran bahwa siswa bekerja bersama-sama
dalam belajar, dan bertanggung jawab terhadap aktivitas belajar kelompok mereka
seperti terhadap diri mereka sendiri. Model belajar pembelajaran kooperatif
mendorong peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai
permasalahan yang ditemui selama pembelajaran, karena siswa dapat bekerja
sama dengan siswa lain dalam menemukan dan merumuskan alternatif pemecahan
terhadap masalah materi pelajaran yang dihadapi. Muhammad Nur (2005: 1)
mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat memotivasi seluruh
siswa, memanfaatkan seluruh energi sosial siswa, saling mengambil tanggung
jawab. Model pembelajaran kooperatif membantu siswa belajar setiap mata
pelajaran, mulai dari keterampilan dasar sampai pemecahan masalah yang
kompleks. Pembelajaran ini merupakan alternatif menarik yang dapat mencegah
timbulnya keagresifan dalam sistem kompetisi dan keterasingan dalam sistem
individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.
Model pembelajaran kooperatif pada dasarnya tidak berevolusi dari sebuah
teori induvidul atau pendekatan tunggal dalam belajar. Sesungguhnya, ia berakar
pada masa Yunani awal, dan berkembang hingga kini. Di dalam
perkembangannya, model pembelajaran ini memiliki konsep dasar. Konsep
mendasar dan prinsip pembelajaran kooperatif (dapat dilihat pada gambar 2.1)
yang perlu diperhatikan dan diupayakan oleh guru dalam pembelajaran kooperatif
yakni Pandangan konstruktivisme yang melandasi pembelajaraan kooperatif
3
4

menjelaskan bagaimana seseorang dapat belajar. Menurut pendekatan ini, belajar


merupakan suatu proses pemahaman informasi baru berupa penyusunan
pengetahuan, konsep-konsep yang terus menerus melalui interpretasi pengalaman-
pengalaman konkrit dengan membangun atau mengkonstruksi berdasarkan
pengetahuan sebelumnya. Agar mempunyai makna, maka belajar harus terjadi
dalam latar yang realistik, kearah pemecahan masalah aktual yang dihadapi oleh
pembelajar dalam kehidupan sehari-hari (Dimyati dan Mudjiono, 1994). Dilihat
dari landasan psikologi belajar, pembelajaran kooperatif dipengaruhi oleh
psikologi belajar kognitif holistik yang menekankan bahwa belajar adalah proses
berpikir. Selain itu, psikologi humanistik juga mendasari model pembelajaran ini
yang beranggapan bahwa perkembangan kognitif harus diimbangi dengan
perkembangan pribadi.

Gambar 2.1 Prinsip Pembelajaran Kooperatif


Sumber: https://4.bp.blogspot.com/-
AvxlDatd5fE/VwYeFHQiatI/AAAAAAAAAWI/jNYCfOIZD9wD4qBc9pWOjh1SsDI
WxUhOw/s1600/kooperatif%2B1.png

2.2 Karakteristik dan Ciri-Ciri yang Mendasari Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran Kooperatif merupakan model pembelajaran yang berpusat
kepada siswa. Di dalam pembelajaran di kelas, kita sering menjumpai pembelajaran
yang berpusat pada siswa. Pembelajaran tersebut merupakan salah satu ciri-ciri dari
pembelajaran kooperatif. Menurut Isjoni (2009: 27) memaparkan beberapa ciri-ciri
pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut.
5

a. setiap anggota memiliki peran;


b. terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa;
c. setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga
teman- teman sekelompoknya;
d. guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan
interpersonal kelompok, dan
e. guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

Selain itu hal hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kooperatif
ini yakni karakteristik pembelajaran kooperatif ini sendiri, yakni (1) Penghargaan
kelompok. (2) Pertanggung jawaban individu. (3) Kesempatan yang sama untuk
mencapai keberhasilan. Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik
pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan Slavin (Isjoni, 2009).
Karakteristik tersebut sangat di perlukan sebagai salah satu bentuk yang
mendukung keberhasilan dalam pembelajaran kooperatif.

2.3 Penerapan Pembelajaran Kooperatif Di Sekolah


Menurut Arends (2004: 113) terdapat 6 fase atau langkah utama dalam
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan
tujuan pembelajaran dan motivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti siswa
dengan penyajian informal, sering dalam teks bukan verbal. Selanjutnya siswa
dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada
saat siswa bekerja sama menyelesaikan tugas mereka. Fase terakhir dari
pembelajaran kooperatif yaitu penyajian hasil akhir kerja kelompok, dan mengetes
apa yang mereka pelajari, serta memberi penghargaan terhadap usaha-usaha
kelompok maupun individu. Keenam fase pembelajaran kooperatif secara
umum dirangkum pada Tabel 1 berikut ini.
Fase ke- Indikator Tingkah Laku Guru
6

1 Menyampaikan tujuan dan Guru menyampaikan semua tujuan


memotivasi siswa pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa belajar.
2 Menyampaikan informasi Guru menyampaikan informasi
kepada siswa dengan jalan
mendemonstrasikan atau lewat
bahan bacaan
3 Mengorganisasikan siswa ke Guru menjelaskan kepada siswa
dalam kelompok-kelompok bagaimana caranya membentuk
belajar kelompok belajar dan membantu
setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
4 Membimbing kelompok bekerja Guru membimbing kelompok-
dan belajar kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas.
5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah dipelajari
atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk
menghargai upaya atau hasil
belajar individu maupun kelompok

a. Saling Ketergantungan Positif

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya.


Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas
sedemikian rupa dengan saling ketergantungan sehingga setiap anggota kelompok
harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan
mereka. Beberapa cara membangun saling ketergantungan positif yaitu: (1)
Menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya terintegerasi dalam
kelompok dan pencapaian tujuan terjadi jika semua anggota kelompok mencapai
tujuan. (2) Mengusahakan agar semua anggota kelompok mendapatkan
penghargaan yang sama jika kelompok mereka berhasil mencapai tujuan. (3)
Mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam kelompok hanya
mendapatka sebagian dari keseluruhan tugas kelompok.(4) Setiap peserta didik
ditugasi dengan tugas atau peran yang saling mendukung, saling berhubungan,
saling melengkapi, dan saling terikat dengan peserta didik lain dalam kelompok.
7

b. Tanggung Jawab Perseorangan

Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran
cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk
melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran
cooperative learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa
sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung
jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.

Beberapa cara menumbuhkan rasa tanggung jawab perseorangan adalah:

(1) Kelompok belajar jangan terlalu besar. (2) Melakukan assesmen terhadap
setiap siswa. (3) Memberi tugas kepada siswa, yang dipilih secara random untuk
mempersentasikan hasil kelompoknya kepada guru maupun kepada seluruh
peserta didik didepan kelas. (4) Mengamati setiap kelompok dan mencatat
frekuensi individu dalam membantu kelompok. (5) Menugasi seorang peserta
didik untuk berperan sebagai pemeriksa kelompoknya. (6) Menugasi peserta didik
mengajar temannya.

c. Tatap Muka

Dalam pelajaran cooperative learning setiap kelompok harus diberi


kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi, Kegiatan interaksi ini akan
memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan
semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan

kelebihan, dan mengisi kekurangan.

d. Komunikasi antar Anggota

Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesedian para


anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk
mengutarakan pendapat mereka, serta keterampilan berkomunikasi dalam
kelompok juga merupakan proses panjang.sehingga proses ini sangat bermanfaat
8

untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan


emosional para siswa.

e. Evaluasi ke Proses Kelompok

Seorang pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok dan


hasil kerja yang sama mereka agar selanjutnya dapat bekerja sama lebih
efektif (Amri dan Ahmadi, 2010: 90-92).

Menurut Stahl dalam Ahmad Syarifuddin (2011: 215-217) prinsip-prinsip


dasar Cooperative Learning adalah sebagai berikut:

a. Perumusan Tujuan Belajar Siswa Harus Jelas


Sebelum menggunakan strategi pembelajaran, guru hendaknya memulai
dengan merumuskan tujuan pembelajaran dengan jelas dan spesifik. Perumusan
tujuan harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan tujuan pembelajaran.
b. Peneriman yang Menyeluruh Oleh Siswa Tentang Tujuan Belajar
Guru hendaknya mampu mengondisikan kelas agar siswa menerima tujuan
pembelajaran dari sudut kepentingan diri dan kepentingan kelas. Agar siswa
mengetahui dan menerima kenyataan bahwa setiap orang dalam kelompoknya
menerima sendiri untuk bekerja sama.
c. Ketergantungan Yang Bersifat Positif
Guru harus merancang struktur kelompok serta tugastugas
kelompok yang memungkinkan siswa untuk belajar dan mengevaluasi diri.
Kondisi belajar seperti ini memungkinkan siswa untuk merasa ketergantungan
secara positif pada anggota kelompok lainnya dalam mempelajari dan tugas-tugas
yang diberikan oleh gurunya.
d. Interaksi yang Bersifat Terbuka
Interaksi yang terjadi dalam kelompok bel;ajar bersifat langsung dan
terbuka dalam mendiskusikan tugas-tugas yang telah diberikan oleh guru. Suasana
yang seperti ini dapat membantu menumbuhkan sikap ketergantungan yang positif
dan keterbukaan diantara sesama siswa.
e. Tanggung Jawab Individu
9

Keberhasilan belajar dalam model belajar strategi ini dipengaruhi oleh


kemampuan individu siswa dalam menerima dan memberi apa yang telah
dipelajarinya di antara siswa lainnya.
f. Kelompok Bersifat Heterogen
Dalam pembentuka kelompok belajar, keanggotaan kelompok harus
heterogen sehingga interaksi kerja sama yang terjadi merupakan akumulasi dari
berbagai karateristik siswa yang berbeda.
g. Interaksi Sikap dan Perilaku Sosial yang Positif
Dalam mengerjakan tugas kelompok, siswa bekerja dalam kelompok
sebagai suatu kelompok kerja sama. Dalam interaksi dengan siswa lainnya siswa
tidak begitu saja menerapkan dan memaksakan sikap pendiriannya pada anggota
kelompok lainnya.
h. Tindak Lanjut
Setelah kelompok masing-masing kelompok belajar menyelesaikan tugas
dan pekerjaannya, selanjutnya perlu dianalisis bagaimana penampilan dan hasil
kerja siswa dalam kelompok belajarnya termasuk juga bagaimana hasil kerja yang
telah dihasilkan.
i. Kepuasan dalam Belajar
Setiap siswa dan kelompok harus memperoleh waktu yang cukup untuk
belajar dan mengembangkan pengatahuan dan keterampilannya.
BAB III

PENUTUP

Berdasarkan uraian yg telah dijelaskan pada bab sebelumnya, berikut

dipaparkan (1) simpulan (2) saran.

3.1 Simpulan

Model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang didalamnya


mengkondisikan para siswa bekerja bersama-sama didalam kelompok-kelompok
kecil untuk membantu satu sama lain dalam belajar Model belajar pembelajaran
kooperatif ini selain mendorong peningkatan kemampuan siswa dalam
memecahkan berbagai permasalahan. Konsep mendasar yang perlu diperhatikan
dan diupayakan oleh guru dalam pembelajaran kooperatif yakni Pandangan
konstruktivisme yang melandasi pembelajaraan kooperatif menjelaskan
bagaimana seseorang dapat belajar. Dilihat dari landasan psikologi belajar,
pembelajaran kooperatif dipengaruhi oleh psikologi belajar kognitif holistik yang
menekankan bahwa belajar adalah proses berpikir. Selain itu, psikologi
humanistik juga mendasari model pembelajaran ini yang beranggapan bahwa
perkembangan kognitif harus diimbangi dengan perkembangan pribadi..

Pembelajaran Kooperatif merupakan model pembelajaran yang berpusat


kepada siswa. Hal ini merupakan salah satu ciri-ciri pembelajaran kooperatif.
Selain itu ciri-ciri pembelajaran kooperatif yakni (1) terjadi hubungan interaksi
langsung di antara siswa. (2) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas
belajarnya dan juga teman- teman sekelompoknya. (3) guru membantu
mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok. (4) guru
hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

Pembelajaran kooperatif ini dapat menjadi alternatif pembelajaran di kelas.


Penerapannya pun terbilang cuku mudah dan hasilnya cukup baik. Pembelajaran
kooperatif dapat dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan

10
11

motivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti siswa dengan penyajian informal,
sering dalam teks bukan verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim-
tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja sama
menyelesaikan tugas mereka. Fase terakhir dari pembelajaran kooperatif yaitu
penyajian hasil akhir kerja kelompok, dan mengetes apa yang mereka pelajari,
serta memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.

3.2 Saran

Makalah ini dapat dijadikan sebagai penambah wawasan atau pengetahuan


tentang penerapan pembelajaran kooperatif di Sekolah.
DAFTAR RUJUKAN

Arends, R.I. 2004. Learning to Teach (6th Ed). New York: McGraws-Hill
Companies, Inc.

Ahmad Syarifuddin. 2011. Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe


Jigsaw dalam Pembelajaran. Fakultas Tarbiyah: IAIN Raden Fatah
Palembang.

Amri, Sofan & Iif Khoiru Ahmadi. 2010. Konstruksi Pengembangan


Pembelajaran (Pengaruh Terhadap Mekanisme dan Praktik
Kurikulum). Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.

Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Mengajar. Jakarta; Rineka Cipta.

Isjoni. 2009. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok.


Bandung: Alfabeta.

Muhammad Nur, 2005, Pembelajaran Kooperatif, Departemen Pendidikan


Nasional Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Lembaga
Penjamin Mutu Jawa Timur.

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar.


Bandung: PT.Ramaja Rosdakarya.

12
SILABUS

Mata Pelajaran : Sejarah


Kelas : X
Standar Kompetensi : Memahami prinsip dasar ilmu sejarah

Kompetensi Uraian Materi Indikator Pengalaman Penilaian Alokasi Bahan/Sumber/Alat


Dasar Belajar Waktu
Mendeskripsikan 1. Cara masyarakat Mendeskripsikan Siswa Penilaian 6 x 45 Proyektor
tradisi sejarah yang belum cara masyarakat bekerjasama non tes. menit Spidol
dalam masyarakat mengenal tulisan sebelum mengenal dalam (performa Folklore Indonesia
Indonesia masa mewariskan masa tulisan mewariskan kelompok. siswa (James
praaksara dan lalunya masa lalunya. Siswa dalam Damandjaja)
masa aksara Melalui Mengidentifikasi mengeksplorasi diskusi). Indonesian
dongeng, tradisi sejarah pada sejumlah Tes Heritage Vol. 3
cerita, kisah masyarakat masa dongeng dan tertulis Buku cerita rakyat
yang praaksara. mitos yang Gambar-gambar
disampaikan Mengklasifikasi berkembang di tradisi masyarakat
melalui jejak sejarah di masyarakat. masa lalu
kebiasaan dalam folklore, Siswa berdiskusi
bertutur. mitologi, legenda, untuk
Melalui kisah upacara, dan lagu mengemukakan
mitologi, dari berbagai hasil
penokohan daerah di Indonesia. kelompoknya.
seseorang yg Mengklasifikasi Siswa mampu
dianggap punya jejak sejarah masa menyimpulkan
kelebihan dan aksara pada hasil diskusi.
dianggap prasasti, kitab-kitab Siswa dapat
keturunan kuno, manuskrip, mengungkapkan
dewa. dokumen, buku sikap dan
Melalui lukisan sejarah. perasa-annya

Silabus Sejarah SMA 1


Kompetensi Uraian Materi Indikator Pengalaman Penilaian Alokasi Bahan/Sumber/Alat
Dasar Belajar Waktu
di dinding gua terhadap topik
yang bahasan.
menggambar-
kan situasi
kondisi saat itu,
atau kondisi
yang
diharapkan dan
kepercayaan
awal.
2. Tradisi sejarah
pada masyarakat
sebelum
mengenal tulisan.
Mengenal
pertunjukkan
bayang-bayang
sebagai wujud
interaksi dengan
arwah roh nenek
moyang.

Silabus Sejarah SMA 2


Kompetensi Uraian Materi Indikator Pengalaman Penilaian Alokasi Bahan/Sumber/Alat
Dasar Belajar Waktu
Mengenal rasi
bintang sebagai
petunjuk arah.
Mengenal cara-
cara pembuatan
alat dari batu.
3. Jejak sejarah di
dalam folklore,
mitologi,
legenda, upacara
dan lagu dari
berbagai daerah
di Indonesia.
4. Jejak sejarah di
dalam prasasti,
manuskrip, kitab
kuno, dokumen,
buku sejarah.

Silabus Sejarah SMA 3


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata pelajaran : Sejarah


Kelas : X
Pertemuan Ke : 1 sampai dengan 6
Alokasi Waktu : 6 x 45 menit
Standar Kompetensi : Memahami prinsip dasar ilmu sejarah.
Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan tradisi sejarah dalam masyarakat
Indonesia masa praaksara dan masa aksara.

Indikator : Mendeskripsikan cara masyarakat sebelum mengenal


tulisan mewariskan masa lalunya.
Mengidentifikasi tradisi sejarah pada masyarakat
sebelum mengenal tulisan.
Mengklasifikasi jejak sejarah di dalam folklore,
mitologi, legenda, upacara, dan lagu dari berbagai
daerah di Indonesia.
Mengklasifikasi jejak sejarah di dalam prasasti,
manuskrip, kitab kuno, dokumen, buku sejarah (masa
aksara) dari berbagai daerah di Indonesia.

Tujuan Pembelajaran : Memahami tradisi sejarah dan masyarakat bangsa


Indonesia pada masa praaksara dan aksara.
Menghargai keagungan tradisi sejarah bangsa.
Ikut menjaga kelestarian tradisi sejarah bangsa.

Materi Ajar (Pokok) : Tradisi sejarah pada masyarakat yang belum mengenal
tulisan.
1. Cara masyarakat yang belum mengenal tulisan mewariskan
masa lalunya.
Melalui dongeng, cerita, kisah yang disampaikan melalui
kebiasaan bertutur.
Melalui kisah mitologi, penokohan seseorang yang
dianggap mempunyai kelebihan karena masih dianggap
keturunan dewa.
Melalui lukisan di dinding gua yang menggambarkan
situasi kondisi saat itu atau kondisi yang diharapkan dan
kepercayaan awal.
2. Tradisi sejarah pada masyarakat sebelum mengenal tulisan.
Mengenal pertunjukkan bayang-bayang sebagai wujud
interaksi dengan arwah roh nenek moyang.
Mengenal rasi bintang sebagai petunjuk arah.
Mengenal cara-cara pembuatan alat dari batu.
3. Jejak sejarah di dalam folklore, mitologi, legenda, upacara,
dan lagu (masa praaksara) dari berbagai daerah di Indonesia.

Silabus Sejarah SMA 4


4. Jejak sejarah di dalam prasasti, manuskrip, kitab kuno,
dokumen, buku sejarah (masa aksara) dari berbagai daerah di
Indonesia.

Metode Pembelajaran : Ceramah


Tanya jawab
Diskusi kelompok
Presentasi / simulasi

Langkah-Langkah Pembelajaran :

Pertemuan Kesatu :
a. Kegiatan Awal
Mempersiapkan gambar-gambar yang berkaitan dengan topik bahasan.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, inti materi, aspek penilaian dan proses
pembelajaran.
Guru menggali kemampuan awal siswa dan sekaligus membangkitkan motivasi
siswa untuk berpendapat sesuai pengetahuan dan pengalamannya yang berkaitan
dengan pemahaman tentang tradisi sejarah.
Membagi siswa dalam 4 (empat) kelompok.

b. Kegiatan Inti
Kelompok 1 ditugaskan untuk mencari informasi yang berhubungan dengan cara-
cara masyarakat pada masa praaksara mewariskan masa lalunya disertai dengan
contoh.
Kelompok 2 diberi tugas mencari informasi tentang tradisi-tradisi sejarah pada
masyarakat masa praaksara di Indonesia.
Kelompok 3 ditugaskan mencari informasi tentang sejumlah folklore, mitologi dan
legenda di beberapa daerah di Indonesia.
Kelompok diberi tugas mencari informasi tentang jejak sejarah di dalam upacara
dan lagu lagu daerah di beberapa wilayah di Indonesia
Kelompok 5 diberi tugas mencari informasi tantang jejak sejarah masa aksara dan
dengan contohnya.
Waktu memanfaatkan pertemuan hingga berakhir dan dilanjutkan di luar jam
pelajaran sebagai tugas rumah.

Catatan :
Hasil diskusi tiap kelompok dituliskan pada transparan jika ada atau pada kertas
yang lebar.
Selanjutnya masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan
kelas. Setiap presentasi kelompok, memberikan kesempatan kelompok yang lain
untuk memberi respon, bertanya, saran, masukan.
Presentasi tidak terlepas dari arahan dan bimbingan dari guru.
Akhir setiap kegiatan inti siswa diminta membuat kesimpulan atau catatan penting.

Silabus Sejarah SMA 5


Pertemuan kedua
Kegiatan inti
Presentasi dari kelompok 1.
Dilanjutkan dengan diskusi.
Tiap siswa membuat catatan sendiri tentang informasi yang dianggap penting.

Pertemuan ketiga
Kegiatan inti
Presentasi dari kelompok 2.
Dilanjutkan dengan diskusi.
Tiap siswa membuat catatan sendiri tentang informasi yang dianggap penting.

Pertemuan keempat
Kegiatan inti
Presentasi dari kelompok 3
Dilanjutkan dengan diskusi.
Tiap siswa membuat catatan sendiri tentang informasi yang dianggap penting.

Pertemuan kelima
Kegiatan inti :
Presentasi dari kelompok 4 dan 5.
Dilanjutkan dengan diskusi.
Tiap siswa membuat catatan sendiri tentang informasi yang dianggap penting.

Kegiatan Akhir :
Siswa secara bersama-sama diberi kesempatan menyimpulkan tentang topik yang
sedang dibahas dan guru hanya membantu.

Pertemuan keenam
Ulangan harian.

Alat dan Sumber Belajar:


Sumber: Folklore Indonesia James Danandjaja, Indonesia Heritage Vol. 3
Bahan: Transparansi, Spidol transparans, OHP.
Alat: Buku cerita rakyat, gambar-gambar tentang tradisi masyarakat masa lalu.

Penilaian:
a. Penilaian Nontes
Model / contoh 1
Penilaian terhadap tugas kelompok meliputi aspek:
Kebersamaan dalam kerja kelompok
Keakuratan isi laporan
Kerapihan tulisan
Kecepatan membuat laporan kelompok
Performa pada saat presentasi.

Silabus Sejarah SMA 6


Catatan : skala penilaian 1 4 Kriteria Penilaian
4 : sangat baik 21 25 : A
3 : baik 16 20 : B
2 : kurang baik 11 15 : C
1 : tidak baik 6 10 : D
1 5:E

Model / contoh 2

No. Nama Siswa Nilai Deskripsi Kemampuan


1. Slamet A Aktif dalam diskusi kelompok, bicara
cukup lancar, alasan yang dikemukakan
logis, tidak menang sendiri.
2. dan seterusnya
3. dan seterusnya

Keterangan:
1. Nilai bisa dengan huruf : A, B, C, D.
Atau angka : < 65, 66 79, 80 100
2. Deskripsi kemampuan berisi tentang uraian kemampuan yang dicapai siswa.
3. Siswa dalam satu kelas secara umum dapat dibagi dalam 3 kemampuan yaitu
kemampuan lebih, normal, dan kurang. Siswa yang berkemampuan lebih perlu
ditindaklanjuti dengan pemberian pengayaan, sedangkan yang berkemampuan
kurang perlu mendapat remediasi, dan yang berkemampuan normal/sedang
biasanya jumlahnya lebih banyak diberi motivasi agar dapat meningkat
prestasinya.

Model / contoh 3

Aspek yang
Kemampuan menang-

dinilai
Kemampuan verbal
Akurasi pertanyaan
Keaktifan bertanya
Keaktifan menggali

Akurasi penulisan
gapi pertanyaan

Jumlah Nilai
Kemampuan
bekerjasama

No
laporan
sumber

Nama Siswa

2.

3.

4. Dst.

Silabus Sejarah SMA 7


Catatan: Skala Penilaian 1 4 Kriteria Penilaian
4 : sangat aktif 23 28 : A
3 : aktif 20 23 : B
2 : kurang aktif 16 19 : C
1 : tidak aktif 12 15 : D
7 12 : E
D dan E perlu bimbingan

b. Penilaian Tes
Esai
1. Tuliskan 3 (tiga) cara masyarakat masa praaksara mewariskan masa lalunya?
2. Berikan contoh minimal 3 tentang tradisi masyarakat praaksara!
3. Jelaskan apa maksud dari istilah di bawah ini dan berikan contohnya !
a. Folklore
b. Mitologi
c. Legenda
d. Upacara
e. Lagu
4. Jelaskan apa maksud dari istilah berikut dan berikan contoh!
a. Manuskrip
b. Kitab Kuno
c. Dokumen
d. Buku-buku Sejarah (tradisional dan modern)
5. Seandainya kamu menemukan benda asing mirip peninggalan sejarah apa yang
akan kamu lakukan?
6. Bagaimana sikap dan pendapatmu tentang generasi muda Indonesia yang kurang
mempelajari/menggemari budaya tradisi asli Indonesia?

Silabus Sejarah SMA 8

Anda mungkin juga menyukai