Anda di halaman 1dari 24

AMALIYAH NU

Dosen :

Disusun oleh :
Iwan Iswanto (3130018031)

Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya


Tahun Ajaran 2018/2019
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya saya dapat menyelesaikan Makalah ini. Tidak lupa shalawat beriring salam
saya curahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan
umatnya.
Sebab dibuatnya makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat lebih
memahami pembelajaran dalam mata kuliah Aswaja, dan menerapkan secara
langsung ilmu yang diperoleh selama mengikuti mata kuliah ini..
Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan
karena keterbatasan saya sebagai manusia. Untuk itu, saya berharap kritik dan
saran yang membangun agar makalah yang telah disusun ini menjadi lebih baik
lagi. Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi saya
dan bagi para pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Surabaya, 16 April 2019


Daftar Isi
Kata Pengantar...................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
Tingkepan.......................................................................................................................5
Adzan dan Iqamah..........................................................................................................7
Aqiqah............................................................................................................................7
Tasmiyah........................................................................................................................9
Tahnik...........................................................................................................................10
Ulang Tahun.................................................................................................................11
Kematian......................................................................................................................12
Talqin Yasin...............................................................................................................12
Tahlil.........................................................................................................................14
Tawasul.....................................................................................................................15
Haul..........................................................................................................................17
Ziarah.......................................................................................................................19
Takziah......................................................................................................................20
Memaca Al-Quran di makam....................................................................................21
BAB III PENUTUP..............................................................................................................23
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................23
Dafar Pustaka...................................................................................................................24
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah diterimannya kehadiran Islam di Nusantara dengan kondisi
keagamaan masyarakat yang menganut paham animisme (Hindu-Budha), tidak
bisa dilepaskan dari cara dan model pendekatan dakwah para mubaligh Islam kala
itu yang ramah dan bersedia menghargai kearifan budaya dan tradisi lokal. Sebuah
pendekatan dakwah yang terbuka dan tidak antisipati terdapat nilai-nilai normatif
di luar Islam, melainkan mengakulturasikannya dengan membenahi
penyimpangan-penyimpangan di dalamnya memasukkan ruh-ruh keislaman ke
dalam subtstansinya. Maka lumrah jika kemudian corak amaliah ritualitas muslim
Nusantara (khususnya Jawa) hari ini, kita saksikan begitu kental diwarnai dengan
tradisi dan budaya khas lokal, seperti ritual selametan, kenduri, dan lain-lain.
Amaliah keagamaan seperti itu tetap dipertahankan karena kaum
Nahdliyyin meyakini bahwa ritual-ritual dan amaliyah yang bercorak lokal
tersebut. Hanyalah sebatas teknis atau bentuk luaran saja, sedangkan yang
menjadi substansi didalamnya murni ajaran-ajaran Islam. Dengan kata lain, ritual-
ritual yang bercorak tradisi lokal hanyalah bungkus luar, sedangkan isinya adalah
nilai-nilai ibadah yang dianjurkan oleh Islam.
Dalam pandangan kaum Nahdliyyin, kehadiran Islam yang dibawa oleh
Rasulullah saw. Bukanlah untuk menolak segala tradisi yang mengakar menjadi
kultur budaya masyarakat, melainkan sekedar untuk melakukan pembenahan-
pembenahan dan pelurusan-pelurusan terhadap tradisi dan budaya yang tidak
sesuai dengan risalah Rasulullah saw. Budaya yang telah mapan menjadi nilai
normatif masyarakat dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam akan
mengakulturasikannya bahkan mengakuinnya sebagai bagian dari budaya dan
tradisi Islam itu sendiri. Dalam hal ini, Rasululullah saw. Bersabda:
“ apa yang dilihat orang Muslim baik, maka hal itu baik disisi Allah.” (HR.
Malik).
Kendati demikian, amaliah dan ritual keagamaan kaum Nahdliyin seperti
itu, sering mengobsesi sebagian pihak untuk menganggapnya sebagai praktik-
praktik sengkritisme, mitisme, khurafat, bid’ah bahkan syirik.
Anggapan demikian sebenarnya lebih merupakan subyektifitas akibat
terjebak dalam pemahaman Islam yang sempit dan dangkal serta tidak benar-
benar memahami hakikat amaliah dan ritual-ritual hukum Nahdliyyin tersebut.
Pihak-pihak yang seperti ini, wajar apabila kemudian dengan mudah melontarkan
‘tuduhan’ bid’ah atau syirik terhadap amaliah dan ritualitas kaum Nahdliyyin,
seperti ritual tahlilan, peringatan Maulid Nabi, Istighfar, Pembacan berzanji,
Manaqib, Ziarah kubur, dan amaliah-amaliah lainnya.
Tuduhan-tuduhan bid’ah seperti itu, sangat tidak berdasar baik secara dalil
maupun ilmiah, dan lebih merupakan sikap yang mencerminkan kedangkalan
pemahaman keislaman. Sebab sekalipun terdapat kaidah fiqh yang menyatakan:
“hukum asal ritual ibadah adalah haram”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Amaliyah NU

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui segela hal tentang Amaliyah NU

BAB II PEMBAHASAN
Tingkepan
Di kalangan masyarakt jawa khususnya yang ada di pedesaan masih dilestarikan
suatu tradisi apabila si perempuan hamil maka keluarganya mengadakan
selamatan/walimahan, mereka menyebutnya “tingkepan”, sementara para santri
menyebutnya “walimatul hamli”.
Kata tingkepan/tingkep berasal dari bahasa daerah/jawa : sing dienti-enti
wis mathuk jangkep(yang ditunggu-tunggu sudah hampir sempurna). Waktu
pelaksanaan selamatan tingkepan ini antara daerah satu dengan daerah lain tidak
sama. Di sebagian daerah dilaksanakan pada saat usia janin ± empat bulan,
sedangkan di daerah lain dilaksanakan pada saat usia janin tujuh bulan. Dalam
upacara tingkepan yang mereka anggap sakral itu dihidangkan beberapa jenis
menu makanan khas, di samping itu disajikan juga secama sesajen yang beraneka
ragam.
Apakah upacara tingkepan (walimatul hamli) ini termasuk salah satu amalan
sunnah atau tidak? Ada dalil dari hadits nabi atau pendapat ulama salaf atau tidak?
Persoalan inilah yang menjadi faktor penyebab timbulnya pro dan kontra antara
kelompok muslim yang satu dengan kelompok muslim yang lain. Sebagian dari
kelompok muslim di Indonesia ada yang apriori, tidak mau malakukan bahkan ada
yang bersikap ekstrim menolak dan berusaha untuk memberantasnya. Mereka
berargumentasi bahwa tradisi tersebut termasuk adat istiadat jahiliyah (salah satu
peninggalan Budha klasik). Oleh karena itu tidak pantas hal tersebut diamalkan
oleh umat muslim. Mereka mengemukakan sebuah dalil berupa hadits Nabi saw. :
‫ِ َمومممبتممئغ َرفمي َامرلمسملمرم َمسمنطمة َالممجاَرهلريطمرة َموممططرلم ئ‬،‫لمم َثملمثممدة َممملرحمدد َرفمي َالممحممرارم‬
‫ب َمدمم َامممررئئ‬ ‫س َإرلمممىَ َا ر‬
‫ض َالنمطماَ ر‬
‫أمبَممغمم م‬
‫م‬ ‫م‬
‫ َاهم َالجاَمع َالصغير َص‬.‫ َرواه َالبخاَري َعن َابَن َعباَس‬.‫ليهريق َمدمممه‬

Artinya :
“Manusia yang paling dibenci oleh Allah ada tiga
1. Orang yang melakukan pelanggaran di tanah haram;
2. Orang yang sudah memeluk Islam, akan tetapi masih mengamalkan tradisi kaum
jahiliyah;
3. Orang yang menuntut darah orang lain agar orang lain itu dialirkan darahnya
(yakni menuntut hukum bunuh tanpa alasan yang benar)”.
Adapun kelompok sunni (umumnya warga nahdliyin) menyikapi budaya
tingkepan ini dengan fleksibel/lentur, mau menerima tidak apriori mau melakukan
bahkan melestarikannya, namun tidak serta-merta menerimanya secara total, akan
tetapi bertindak selektif, yang dilihat bukan tradisi atau budayanya tetapi nilai-
nilai yang dikandungnya.
Dengan melihat praktek dalam acara tingkepan yang demikian itu, maka
wajarlah kiranya ada kelompok yang besikeras, seratus persen menolaknya.
Bagi kelompok yang setuju, tidak langsung menolaknya, akan tetapi
dengan sikap selektif dan akomodatif, mereka menerima pelaksanaan acara
selamatan tingkepan asalkan di dalamnya tidak ada hal-hal yang
berseberangan dengan syari’at (hal yang haram) dan tidak pula merusak
akidah (berbau syirik).
Shahibul walimah seharusnya mengerti bahwa :
1. Semua yang dihidangkan, baik yang berupa makanan yang dimakan di
tempat atau yang berupa berkatan jangan diniati yang bukan-bukan, akan
tetapi berniatlah menjamu para tamu dan bersedekah dengan harapan
semoga denganwasilah shadaqah ini, Allah SWT. memberikan keselamatan
kepada segenap anggota keluarga, khususnya janin yang berada dalam
kandungan serta sang suami dan isteri yang sedang mengandung (selameto
ingkang dipun kandut, selameto ingkang ngandut lan selameto ingkang
ngandutaken).
Bagi kita semua pasti sudah sama-sama faham bahwa yang namanya
shadaqah dengan segala macam bentuknya asalkan dengan niat yang ikhlas
dan bahan-bahannya halal, secara umum Rasulullah SAW. sangat
menganjurkannya dan beliau jelaskan pula fadlilahnya, sebagaimana sabda
beliau :
Hadits riwayat Imam Rafi’i :
‫ئ‬
:‫ َرواه َالرافعممي َعممن َث ماَبَت َ)الجمماَمع َالصممغير َص‬.‫ض ممياَفمرة‬ ‫ِ َمومزمكمماَمة َالمطدار َبَممميم م‬،‫لرمك مضل َمش مميء َمزمكمماَدة‬
‫ت َال ض‬
(264
Artinya :
“Setiap sesuatu itu ada alat pencucinya, pencuci untuk rumah/tempat tinggal
adalah menjamu para tamu”. (HR. Imam Rafi’i).1
b. Hadits riwayat Imam Thabarani :
‫ َرواه َالطبراني‬.‫سمورء‬
‫سسد َمسمبرعميمن َبَماَببَاَ َرممن َال س‬
‫صمدقممة َتم م‬
‫ال ط‬
Artinya :
“Besedekah itu bisa menutup tujuh puluh macam pintu keburukan”. (HR.
Imam Thabarani).
c. Hadits riwayat imam Khatib :
‫ َرواه َالخطيب‬.‫صمدقممة َتمممنممع َمسمبرعميمن َنممموبعاَ َرممن َالمبملمرء‬
‫ال ط‬
Artinya :
“Bersedekah itu bisa menolak tujuh puluh macam mala petaka/bala’”. (HR.
Imam Khatib)2
2. Walimatul hamli/selamatan tingkepan adalah salah satu wujud tahadduts bin
ni’mah yakni memperlihatkan rasa syukur atas kenikmatan/ kegembiraan
yang dianugerahkan oleh Allah SWT. berupa jabang bayi yang berada dalam
janin yang selama ini menjadi dambaan pasangan suami dan isteri.

1 Hadist Riwayat Imam Thabarani


2 Hadist Riwayat Imam Khatib
Ulama’ salaf memfatwakan : setiap ada suatu kenikmatan/kegembiraan
disunatkan mengadakan selamatan/bancaan mengundang sanak tetangga
dan teman-teman sebagaimana yang ditulis oleh syaikh Abd. Rahman Al-
Juzairi dalam kitabnya “al-fiqhu alal madzahibil arba’ah” juz II hal. 33 :

‫س َأممو‬ ‫ َيس مسن َص ممنع َالططعمماَرم َوال مطدمعومة َإرلممي مره َرعمن ممد َمك مضل َحمماَرد ر‬:‫شمماَفررعيطمة َقممماَلموا‬
‫ِ َمس مموادء َمكمماَمن َلرملعم ممر ر‬،‫ث َمس ممرموئر‬ ‫ال ط‬
‫م‬ ‫م مم م م م م م‬
‫ َاهم‬.‫ك َرمطماَ َذمكرمر‬ ‫ر‬
‫لرملرخمتاَرن َأممو َلرملمقمدموم َرممن َال ط‬
‫سمفرر َإرملىَ َغمميرر َمذلر م‬
Artinya :
“Ulama Syafi’iyyah (pengikut madzhab Syafi’i) berpendapat : disunatkan
membuat makanan dan mengundang orang lain untuk makan-makan,
sehubungan dengan datangnya suatu kenikmatan/kegembiraan, baik itu
acara temantenan, khitanan, datang dari bepergian dan lain sebagainya”
Adzan dan Iqamah
Salah satu bentuk pendidikan terhadap anak yang sering dilakukan dalam
tradisi masyarakat kita adalah membacakan adzan dan iqamah ketika anak
tersebut baru saja dilahirkan. Bagaimana hukumnya melakukan hal tersebut?
Apakah pernah diajarkan Rasulullah SAW?
Para ulama sepakat bahwa sunnah hukumnya mengumandangkan adzan dan
iqamah pada saat seorang bayi terlahir ke dunia. Dalam Al-Fiqh al-Islam wa
Adillatuhu, juz I, hal 61 dinyatakan bahwa adzan juga disunnahkan untuk perkara
selain shalat. Di antaranya adalah adzan di telinga anak yang baru dilahirkan.
Seperti halnya sunnnah untuk melakukan iqamah di telinga kirinya. Kesunnahan
ini dapat diketahui dari sabda Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abi Rafi’ :

‫سميرن َرحميمن َمولممدتممه َمفاَرطمممةم‬ ‫ر ر‬ ‫صللي َا م ر ط‬


‫ل َمعلمميه َمومسلمم َأذطمن َفمي َأذمن َالمح م‬
‫ر‬ ‫َ َمرأيم م‬,‫معمن َأربَي َمرافرئع َأنطمه َقماَمل‬
‫ت َمرمسمومل َال َ م‬
‫سنن َأبَي َداود‬--َ ‫صلمرة‬ ‫ربَاَل ط‬
Dari Ubaidillah bin Abi Rafi’ ia berkata: Aku melihat Rasulullah SAW
mengumandangkan Adzan di telinga Husain ketika siti fatimah melahirkannya.
(Yakni) dengan Adzan shalat. (HR Abu Dawud).3
Lalu tentang fadhilah dan keutamaannya, Sayyid Alawi al-Maliki dalam
Majmu’ Fatawa wa Rasa’il menyatakan bahwa mengumandangkan adzan di
telinga kanan dan iqamah di telinga kiri hukumnya sunnah. Para ulama telah
mengamalkan hal tersebut tanpa seorangpun mengingkarinya.
Sayyid Alawi menyatakan, perbuatan itu ada relevansinya untuk mengusir
syaitan dari anak yang baru lahir tersebut. Karena syaitan akan lari terbirit-birit
ketika mereka mendengar adzan sebagai mana yang keterangan yang ada dalam
hadits. Dengan demikian jelaslah hukun dan fungsi mengumandangkan adzan dan
iqamah untuk anak yang bari lahir.

3 HR. Abu Dawud


Aqiqah
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitabnya “Tuhfatul Maudud”
hal.25-26, mengatakan bahwa : Imam Jauhari berkata : Aqiqah ialah
“Menyembelih hewan pada hari ketujuhnya dan mencukur rambutnya.”
Selanjutnya Ibnu Qayyim rahimahullah berkata : “Dari penjelasan ini jelaslah
bahwa aqiqah itu disebut demikian karena mengandung dua unsur diatas dan ini
lebih utama.”
Imam Ahmad rahimahullah dan jumhur ulama berpendapat bahwa apabila
ditinjau dari segi syar’i maka yang dimaksud dengan aqiqah adalah makna
berkurban atau menyembelih (An-Nasikah).
Dalil Syar’I tentang Aqiqah :
‫ قمقع يالْغغلققم قعققييققةة‬:‫ت قرغسيوقل اق ص يققغيوغل‬
‫ قسقميع غ‬:‫ضبقيي ققاَقل‬‫قعين قسيلقماَقن يبقن قعاَقمرر الْ ض‬
َ‫فقاَ قيهقرييقغيوا قعينهغ قدمماَ قو اققمييطغيوا قعينهغ يالققذى‬

Dari Salman bin ‘Amir Ad-Dhabiy, dia berkata : Rasulullah bersabda :


“Aqiqah dilaksanakan karena kelahiran bayi, maka sembelihlah hewan dan
hilangkanlah semua gangguan darinya.” [Shahih Hadits Riwayat Bukhari (5472),
untuk lebih lengkapnya lihat Fathul Bari (9/590-592), dan Irwaul Ghalil (1171),
Syaikh Albani]4
Makna menghilangkan gangguan adalah mencukur rambut bayi atau
menghilangkan semua gangguan yang ada [Fathul Bari (9/593) dan Nailul Authar
(5/35), Cetakan Darul Kutub Al-‘Ilmiyah, pent]

‫ غكلُل غغلقرم قرقهيينقةة بققعققييققتققه تغيذبقغح قعينهغ يقيوقم‬:‫ب اقضن قرغسيوقل اق ص ققاَقل‬‫قعين قسغمقرةق يبقن غجينقد ر‬
َّ‫ق قو يغقسضمى‬‫قساَبققعقه قو يغيحلق غ‬

Dari Samurah bin Jundab dia berkata : Rasulullah bersabda : “Semua anak
bayi tergadaikan dengan aqiqahnya yang pada hari ketujuhnya disembelih hewan
(kambing), diberi nama dan dicukur rambutnya.” [Shahih, Hadits Riwayat Abu
Dawud 2838, Tirmidzi 1552, Nasa’I 7/166, Ibnu Majah 3165, Ahmad 5/7-8, 17-
18, 22, Ad Darimi 2/81, dan lain-lainnya]5

‫اغ قعلقييقه قوقسلضقم أققمقرهغيم قعين ايلْغغقلقم قشاَقتاَقن غمقكاَفقئققتاَقن‬


‫صضلىَّ ض‬ ‫أقضن قعاَئققشةق أقيخبققريتقهاَ أقضن قرغسوقل ض‬
‫اق ق‬
‫قوقعين ايلْقجاَقريققة قشاَةة‬

Dari Aisyah dia berkata : Rasulullah bersabda : “Bayi laki-laki diaqiqahi


dengan dua kambing yang sama dan bayi perempuan satu kambing.” [Shahih,
Hadits Riwayat Ahmad (2/31, 158, 251), Tirmidzi (1513), Ibnu Majah (3163),
dengan sanad hasan]6
4 Salman bin ‘Amir Ad-Dhabiy
5 Samurah bin Jundab
6 Aisyah
َ‫ق قعين ايلْقحقسقن قوايلْغحقسييقن قكيبمشاَ قكيبمشا‬
‫اغ قعلقييقه قوقسلضقم قع ض‬
‫صضلىَّ ض‬ ‫س أقضن قرغسوقل ض‬
‫اق ق‬ ‫قعين ايبقن قعضباَ ر‬

Dari Ibnu Abbas bahwasannya Rasulullah bersabda : “Mengaqiqahi Hasan


dan Husain dengan satu kambing dan satu kambing.” [HR Abu Dawud (2841)
Ibnu Jarud dalam kitab al-Muntaqa (912) Thabrani (11/316) dengan sanadnya
shahih sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Daqiqiel ‘Ied]7

‫ب قمينغكيم اقين يقينغس ق‬


‫ك‬ ‫َ ققاَقل قرغسيوغل اق ص قمين اققح ض‬،‫ب قعين اقبقييقه قعين قجيدقه ققاَقل‬ ‫قعين قعيمقرو يبقن غشقعيي ر‬
‫قعين قولْققدقه فقيليقيفقعيل قعقن يالْغغلققم قشاَقتاَقن غمقكاَفقئققتاَقن قو قعقن يالْقجاَقريققة قشاَةة‬

Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya, dari kakeknya, Rasulullah bersabda :
“Barangsiapa diantara kalian yang ingin menyembelih (kambing) karena
kelahiran bayi maka hendaklah ia lakukan untuk laki-laki dua kambing yang
sama dan untuk perempuan satu kambing.” [Sanadnya Hasan, Hadits Riwayat
Abu Dawud (2843), Nasa’I (7/162-163), Ahmad (2286, 3176) dan Abdur Razaq
(4/330), dan shahihkan oleh al-Hakim (4/238)]8
Dari Fatimah binti Muhammad ketika melahirkan Hasan, dia berkata :
Rasulullah bersabda : “Cukurlah rambutnya dan bersedekahlah dengan perak
kepada orang miskin seberat timbangan rambutnya.” [Sanadnya Hasan, Hadits
riwayat Ahmad (6/390), Thabrani dalam “Mu’jamul Kabir” 1/121/2, dan al-
Baihaqi (9/304) dari Syuraiq dari Abdillah bin Muhammad bin Uqoil]
Dari dalil-dalil yang diterangkan di atas maka dapat diambil hukum-
hukum mengenai seputar aqiqah dan hal ini dicontohkan oleh Rasulullah para
sahabat serta para ulama salafus sholih.[ CITATION Abu04 \l 1033 ]
Tasmiyah
Disunnahkan memberikan nama bayi pada hari ke-7 daripada
kelahirannya, sebagaimana disunnahkan pula memilihkan nama yang
bagus untuknya.

‫َ َ»إةننتكلم َتتلدمع لومن َمي لومم َاللةقمياَممةة‬:‫ا َمعملليةه َمومسلنمم‬


‫صنلىَّ َ ت‬
‫ا َ م‬ ‫َ َمقاَمل َمرتسوتل َ ن ة‬:‫ِ َمقاَمل‬،‫معلن َأمةبيِ َالندلرمداةء‬
‫ِ َمفأ ملحةستنوا َأملسمماَمءتكلم‬،‫ِ َموأملسمماَةء َآمباَةئتكلم‬،‫ةبأ ملسمماَةئتكلم‬

“Abu Ad-Darda’ berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:


Sesungguh kelak pada hari kiamat kalian akan dipanggil dengan nama-nama
kalian dan bapak-bapak kalian, maka perbaguslah oleh kalian nama-nama
kalian” (HR. Abu Daud).

‫ب أقيسقماَئقغكيم إققلْىَّ اق قعيبغد‬


‫ »إقضن أققح ض‬:‫صضلىَّ اغ قعلقييقه قوقسلضقم‬
‫ ققاَقل قرغسوغل اق ق‬:‫َ ققاَقل‬،‫قعقن ايبقن غعقمقر‬
‫»اق قوقعيبغد الْضريحقمقن‬

7 Ibnu Abbas
8 Amir bin Syu’aib
“Ibnu ‘Umar berkata: Rasulullahi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Sesungguhnya nama-nama kalian yang paling dicintai oleh Allah adalah
Abdullah dan Abdur Rahman” (HR. Muslim)

Tahnik
Hal yang juga disunnahkan adalah melakukan tahnik pada bayi dengan
kurma,baik bayi laki-laki maupun perempuan. Tahnik adalah menguyah kurma
kemudian memasukkan / mengoleskannya pada hanak (langit-langit mulut) bayi
sehingga ada yang masuk kedalam tenggorokannya. Jika tidak ada kurma, maka
ditahnik dengan makanan lainnya yang manis.

َّ‫صنلى‬
‫ا َ م‬ ‫ي َإةملىَّ َمرتسوةل َ ة‬ ‫ا َلبةن َأمةبيِ َمطللمحمة َاللملن م‬
ِ‫صاَةر ي‬ ‫ت َةبلعلبةد َ ة‬ ‫َ َمذمهلب ت‬:‫ِ َمقاَمل‬،‫س َلبةن َمماَلةكِك‬ ‫معلن َأممن ة‬
ِ،‫ا َمعلمليةه َمومسلنمم َةفيِ َمعمباَمءكِة َميلهمنتأ َمبةعيررا َملته‬
‫صنلىَّ َ ت‬ ‫ا َ م‬ ‫ِ َمومرتسوتل َ ة‬،‫حيمن َتولةمد‬ ‫ا َمعلمليةه َمومسلنمم َ ة‬ ‫ت‬
َ‫ِ َتثنم َمفمغمر َمفا‬،‫ِ َمفأ مللمقاَتهنن َةفيِ َةفيةه َمفملمكتهنن‬،‫ت‬ ِ‫ِ َمفمناَموللتتته َمتمممرا ك‬،‫َ َمنمعلم‬:‫ت‬
‫َ َ»مهلل َمممعمك َمتلمرر؟ٌ« َمفقتلل ت‬:‫مفمقاَمل‬
َ:‫ا َمعلمليةه َمومسلنمم‬‫صنلىَّ َ ت‬ ‫ِ َمفمقاَمل َمرتسوتل َ ة‬،‫ظته‬
‫ا َ م‬ ‫صةبييِ َميمتلمنم ت‬ ‫ِ َمفمجمعمل َال ن‬،‫صةبيِيِ َمفممنجته َةفيِ َةفيةه‬ ‫ال ن‬
‫ن‬
‫صاَةر َالتلممر« َمومسنماَته َمعلبمد َ ة‬
‫ا‬ ‫ل‬ ‫م‬
‫ب َالن م‬‫ل‬ ‫»تح ي‬

“Anas bin Malik berkata: aku membawa pergi Abdullah bin Abi Thalhah al-
Anshari kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ia dilahirkan,
sementara Nabi sedang memakai ‘aba’ah memberikan tanda pada ontanya”
kemudian berkata:

“Apakah kamu membawa kurma?”, aku menjawab: “Iya”, maka aku


mengambilkan Rasulullah beberapa kurma, lalu dikunyahnya, kemudian
Rasulullah membuka mulut bayi, memasukkan kedalam mulut bayi, lalu bayi itu
mengecap-ngecapnya, Rasulullah pun bersabda: “Kesukaan kaum Anshor adalah
kurma”, dan Rasulullah memberikannya nama Abdullah.” (HR. Muslim)9

ِ،َ ‫ا َمعلمليةه َمومسلنمم َمفمسنماَته‬


‫صنلىَّ َ ت‬ ‫َ َ»تولةمد َةليِ َتغملرم َمفأ ممتلي ت‬:‫ِ َمقاَمل‬،َّ‫معلن َأمةبيِ َتمومسى‬
‫ت َةبةه َالننةبنيِ َ م‬
‫»إةلبمراةهيمم َمومحننمكته َةبمتلممركِة‬
“Abu Musa berkata: Aku dikaruniakan anak laki-laki, maka aku membawanya
pada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau memberikannya nama
Ibrahim dan mentahnik-nya dengan kurma” (HR. Muslim)10

‫ا َمعملليةه َمومسلنمم َمكاَمن‬


‫صنلىَّ َ ت‬ ‫َ َ»أمنن َمرتسومل َ ة‬:‫ا َمعملليةه َمومسلنمم‬
‫ا َ م‬ ‫صنلىَّ َ ت‬ ‫معلن َمعاَةئمشمة َمز لوةج َالننةبيِيِ َ م‬
‫ك َمعلمليةهلم َموتيمحيِنتكتهلم‬
‫صلبمياَةن َمفتيمبيِر ت‬
ِ‫ِتي لؤمتىَّ َةباَل ي‬،»
“Dari ‘Aisyah istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beberapa bayi
dihadapkan kepada beliau, maka beliau mendo’akan keberkahan untuk mereka
dan mentahnik mereka” (HR. Muslim)11

9 Annas bin Malik


10 Abu Musa
11 Aisyah
Berdasarkan hal ini, ulama berkata :

‫ِ َوالدعاَء َلهم‬،‫ِ َلتحنيكهم‬،‫ب َحمل َالمولود َبعد َولدته َإلىَّ َأهل َالصلحا َوالتقوى‬
‫يستح ب‬
‫باَلخير َوالبركة‬.
“Disunnahkan membawa bayi setelah kelahirannya kepada orang shalih dan
bertaqwa (ulama), untuk mentahnik mereka dan mendo’akan kebaikan dan
keberkahan untuk mereka”.

Ulang Tahun
Sebagai akibat semakin jauhnya umat Islam ini dari ajaran agama, maka
banyak perkara yang mereka anggap sebagai masalah yang remeh dan ringan.
Seolah-olah perkara tersebut sebagai hal yang biasa saja dan tidak membahayakan
agama mereka. Di antaranya adalah perayaan ulang tahun yang diselenggarakan
setiap tahunnya. Tidak hanya di kantor atau sekolah, perayaan ulang tahun juga
banyak diselenggarakan di kampung-kampung. Dan lebih menyedihkan lagi,
sebagiannya dibalut dengan acara keagamaan semacam pengajian, syukuran, doa
bersama, dan sebagainya.
Sebagai umat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hendaklah kita
menjadikan petunjuk beliau sebagai sebaik-baik petunjuk yang berusaha kita
amalkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Berkaitan dengan perayaan ulang
tahun, perayaan tersebut tidak terlepas dari dua kemungkinan berikut ini, yang
apa pun bentuknya, sama-sama terlarang bagi kita untuk melakukannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫س قعلقييقه أقيمغرقناَ فقهغقو قردد‬


‫قمين قعقمقل قعقممل لْقيي ق‬
“Barangsiapa yang melakukan amal (ibadah) yang bukan berasal dari (ajaran)
kami, maka amal tersebut tertolak.” 12

Dalam riwayat yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ث َةفىَّ َأملمةرمناَ َمهمذا َمماَ َمللي م‬


‫س َةملنته َمفتهمو َمردد‬ ‫مملن َأملحمد م‬

“Barangsiapa yang mengada-adakan suatu perkara baru dalam urusan (agama)


kami, yang tidak ada asal usulnya, maka perkara tersebut
tertolak.”13[ CITATION Fiq17 \l 1033 ]

12 HR Muslim no.1718
13 HR Bukhari no.2697 dan Muslim no.1718
Kematian
talqin yasin, tahlil, tawasul, haul, mengirim pahala/sodaqoh untuk mayit, ziarah,
takziah, membaca quran di makam
Talqin Yasin
1. Pengertian Talqin dan Yasin
Menurut bahasa, talqin artinya : mengajar, memahamkan secara lisan.
Sedangkan menurut istilah, talqin adalah : mengajar dan mengingatkan kembali
kepada orang yang sedang naza’ atau kepada mayit yang baru saja dikubur dengan
kalimah kalimah tertentu. Sedangkan surat Yasin dibaca sesuai dengan niat
pembaca. Seperti contoh, saat kita mengharap rezeki Tuhan, meminta sembuh dari
penyakit, menghadap ujian, mencari jodoh, dan lain-lain. Seuai dengan hadist
yang menyebutkan bahwa “Yasin lima quriat lahu”.

2. Hukum Talqin
Orang dewasa atau anak yang sudah mumayyiz yang sedang naza’ (mendekati
kematian) itu sunat ditalqin dengan kalimat syahadat, yakni kalimat laa ilaaha
illallah. Dan sunat pula mentalqin mayit yang baru dikubur, walaupun orang itu
mati syahid,apabila meninggalnya sudah baligh, atau orang gila yang sudah
pernah mukallaf sebelum dia gila.

3. Dalil-Dalil Tentang Talqin dan Yasin

a) Dalil tentang disunatkannya mentalqin kepada seseorang yang sedang


naza’ adalah hadits Nabi SAW. seperti yang ditulis oleh sayyid Bakri
dalam kitab I’anatut Thalibin juz II hal. 138 :
‫ويندب أن يلقن محتضر ولْو مميزا علىَّ الوجه الْشهاَدة أي ل إلْه إل ا فقط لْخخخبر‬
‫ مخخن‬: ‫َ مع الْخخخبر الْصخخحيح‬،‫ لْقنوا موتاَكم أي من حضرة الْموت ل إلْه إل ا‬: ‫مسلم‬
‫ اهخ‬.‫كاَن أخر كلمه ل إلْه إل ا دخل الْجنة أي مع الْفاَئزين‬
Artinya :
“Disunatkan mentalqin orang yang akan meninggal walaupun masih
mumayyiz menurut pendapat yang kuat dengan kalimat syahadat, karena
ada hadits Nabi riwayat Imam Muslim “talqinlah orang Islam di antara
kamu yang akan meninggal dunia dengan kalimah La Ilaha Illallah” dan
hadits shahih “Barang siapa yang paling akhir pembicaraannya itu La
Ilaha Illallah, maka dia masuk surga”, yakni bersama orang-orang yang
beruntung”.14

b) Sedangkan dalil disunatkannya talqin mayit yang baru dikubur adalah :

Firman Allah, seperti keterangan dalam kitab I’anatut Thalibin juz II hal. 140
‫وتلقيف بففالغ ولففو شففهيدا بعففد تففام دفففن )قفوله وتلقيف بففالغ( وذلففك لقفوله تعففال وذكففر فففإن‬
‫[ وأحففوج مففا يكففون العبففد إلف ف التففذكي فف ف هففذه‬55 : ‫الففذكرى تنفنففع الففؤممني ]الففذاريات‬
‫ اهف‬.‫الالة‬

14 Sayyid Bakri, kitab I’anatut Thalibin


Artinya:
“Disunatkan mentalqin mayit yang sudah dewasa walaupun mati
syahid setelah sempurna penguburannya. Hal yang demikian ini karena
firman Allah : “dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya
peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman” (QS. Ad-
Dzariyat : 55). Dan seorang hamba sangat membutuhkan peringatan
adalah saat-saat seperti ini”.15

Hadits riwayat Thabarani :


‫إذا مات أحد من إخوانكم فسويتم التاب على قبه فليقم أحد على رأس قبه ث ليقففل يففا‬
‫فلن ابن فلنة فإنه يسمعه ث يقول يا فلن ابن فلنة فإنه يستوي قاعدا ث يقول يا فلن‬
‫ فليقففل اذكفر مففا خرجففت عليففه‬.‫ابن فلنفة ففإنه يقففول أرشففدنا يرحففك الف ولكفن ل تشفعرون‬
‫من الدنيا شهادة أن ل إله إل ال وأن ممفدا عبفده ورسإفوله وإنفك رضفيت بفال وبالسإفلم‬
‫ اهف‬.‫ فإن منكرا ونكيا ياخذ كل واحد منهما بيد صاحبه‬.‫دينا وبحممد نبيا وبالقرآن إماما‬
Artinya :
“Apabila salah seorang di antara saudaramu telah meninggal dan
penguburannya telah kamu sempurnakan (ditutup dengan tanah), maka
berdirilah salah seorang di penghujung kuburnya, dan berkatalah : “hai
fulan bin fulanah” maka dia bisa mendengarnya. Kemudian berkatalah
“hai fulan bin fulanah” maka dia duduk dengan tegak. Berkatalah lagi
“hai fulan bin fulanah” maka dia berkata “berilah saya petunjuk, semoga
Allah memberi rahmat kepadamu”. Akan tetapi kamu sekalian tidak
mengerti. Seterusnya katakanlah kepadanya “ingatlah apa yang kamu
pegangi sewaktu keluar dari alam dunia, yakni bersaksi bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan
Allah, dan bahwa kamu rela Allah sebagai Tuhan kamu, Islam sebagai
agamamu, Muhammad sebagai Nabi mu dan Al-Qur’an sebagai imam
mu. Maka sesungguhnya malaikat Munkar dan Nakir saling
berpegangan tangan mereka berdua”.16

Hadits Nabi sebagaimana yang diterangkan dalam kitab I’anatut


Thalibin
‫ العبد إذا وضع ف قبه وتففول وذهففب أصفحمابه حفت أنفه‬: ‫يندب التلقي بعد تام دفنه لب‬
[2/140 ‫ الديث اهف ]إعانة الطالبي‬.‫يسمع قرع نعالم أتاه ملكان‬
Artinya :
“Disunatkan mentalqin mayit setelah sempurna penguburannya, karena
ada hadits : “Ketika mayit telah ditempatkan di kuburnya dan teman-
temannya sudah pergi meninggalkannya sehingga dia mendengar suara
sepatu mereka, maka datanglah dua malaikat kepadanya”.17
15 Kitab I’anatut Thalibin
16 HR Thabarani
17 Kitab I’anatut Thalibin
bersumber dari Ma'qal bin Yasar al-Muzan mengatakan, Rasulullah SAW
pernah bersabda:

‫ايققرغؤا يس قعينقد قميوقتاَغكيم‬


“Bacalah surat Yasin di samping saudaramu yang sedang sekarat.”
Tahlil
1. Pengertian Tahlil
Secara bahasa tahlilan berakar dari kata hallala (‫ )هقلضقل‬yuhallilu ( ‫ ) يغهقللغل‬tahlilan (
‫ ) تقيهلقييلم‬artinya adalah membaca “Laila illallah.” Istilah ini kemudian merujuk pada
sebuah tradisi membaca kalimat dan doa- doa tertentu yang diambil dari ayat al-
Qur’an, dengan harapan pahalanya dihadiahkan untuk orang yang meninggal
dunia.
Biasanya tahlilan dilakukan selama 7 hari dari meninggalnya seseorang,
kemudian hari ke 40, 100, dan pada hari ke 1000 nya. Begitu juga tahlilan sering
dilakukan secara rutin pada malam jum’at dan malam-malam tertentu lainnya.
Bacaan ayat-ayat al-Qur’an yang dihadiahkan untuk mayit menurut pendapat
mayoritas ulama’ boleh dan pahalanya bisa sampai kepada mayit tersebut.

2. Berdasarkan beberapa dalil, diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh


Abu Dawud dan lainnya;

‫ يس‬: ‫صضلىَّ ا قعلقييقه قوقسضلم ققاَقل‬ ‫ضقي ا قعينهغ اقضن قرغسوقل ا ق‬ ‫قعين قسيلقدقناَ قميعققيل بقين يققساَير قر ق‬
َّ‫ب يالْقغيراين لق قيققرغؤقهاَ قرغجةل يغقرييغد اق قوالْضداقر يالققخقرة اقلض قغفققر اغ لْقهغ اقيققرغؤقهاَ قعقلى‬ ‫ققيل غ‬
‫ اقيلْبققغقو ي‬,‫ اقيلْقحقكييم‬,‫ اقيحقميد‬,َّ‫ قالْنلقساَقئى‬,‫ اقيبغن قماَقجيه‬,‫قميوقتاَغكيم (قرقواهغ اقبغيو قداغويد‬
,‫ اقيبغن اقبقيىَّ قشييبقية‬,َ‫ى‬
‫ قوايبغن قحقباَين‬,َّ‫ اقيلْبقييهقققيى‬,َّ‫قالْطضيبقرانقيى‬
Dari sahabat Ma’qal bin Yasar r.a. bahwa Rasulallah s.a.w. bersabda : surat
Yasin adalah pokok dari al-Qur’an, tidak dibaca oleh seseorang yang mengharap
ridha Allah kecuali diampuni dosadosanya. Bacakanlah surat Yasin kepada orang-
orang yang meninggal dunia di antara kalian. (H.R. Abu Dawud, dll)18
Adapun beberapa ulama juga berpendapat seperti Imam Syafi’i yang mengatakan
bahwa

َ‫قواقين قختغميوا يالْقيرأن قعينقدهغ قكاَقن قحقسمنا‬, ‫ئ قمقن يالْقيرأن‬


‫ب اقين غيققراقء قعنقدهغ شيي ة‬
ُ‫قويغيستققح ل‬
Bahwa, disunahkanmembacakan ayat-ayat al-Qur’an kepada mayit, dan jika
sampai khatam al-Qur’an maka akan lebih baik.19

18 HR Abu Dawud
19 Imam Syafi’i
Bahkan Imam Nawawi dalam kitab Majmu’-nya menerangkan bahwa
tidak hanya tahlil dan doa, tetapi juga disunahkan bagi orang yang ziarah kubur
untuk membaca ayat-ayat Al-Qur’an lalu setelahnya diiringi berdoa untuk mayit.
Begitu juga Imam al-Qurthubi memberikan penjelasan bahwa, dalil yang
dijadikan acuan oleh ulama’ kita tentang sampainya pahala kepada mayit adalah
bahwa, Rasulallah saw pernah membelah pelepah kurma untuk ditancapkan di
atas kubur dua sahabatnya sembari bersabda “Semoga ini dapat meringankan
keduanya di alam kubur sebelum pelepah ini menjadi kering”.
Imam al-Qurtubi kemudian berpendapat, jika pelepah kurma saja dapat
meringankan beban si mayit, lalu bagaimanakah dengan bacaan-bacaan al-Qur’an
dari sanak saudara dan teman-temannya Tentu saja bacaan-bacaan al-Qur’an dan
lainlainnyaakan lebih bermanfaat bagi si mayit.
Abul Walid Ibnu Rusyd juga mengatakan:

‫صقل لْقيلقميل ق‬
‫ت اقيجغرهغ‬ ‫ب قققرأتققه لْقيلقميل ق‬
‫ت قجاَقز ذالْق ق‬
‫ك قوقح ق‬ ‫قوقان ققرأق الْضرغجغل قواقيهقدىَ ثقوا ق‬
Seseorang yang membaca ayat al-Qur’an dan menghadiahkan pahalanya kepada
mayit, maka pahala tersebut bisa sampai kepada mayit tersebut.20
Tawasul
1. Pengertian Tawasul
Kunci kebahagiaan hidup di dunia ada empat, salah satunya adalah tawasul.
Demikian disampaikan KH Wazir Ali, Wakil Rais Syuriyah Pengurus Cabang
Nahdlatul Ulama (PCNU) Jombang, Jawa Timur, dalam kegiatan Lailatul Ijtima’
PCNU Jombang di MWCNU Tembelang, Kamis (15/09/2016).
Kunci kebahagiaan hidup yang lain adalah iman, taqwa dan, jihad fi sabilihi.
Ketiganya sudah disampaikan dalam kegiatan Lailatul Ijtima’ sebelumnya di
beberapa MWCNU di Jombang.
Dalam kegiatan yang diselenggarakan di Masjid al Amanah Ngledok,
Mojokrapak, Tembelang tersebut, Kiai Wazir menyampaikan definisi dan macam-
macam tawasul.
Mengacu pada surat al Maidah ayat 35:

‫اق قوايبتقغغوا إقلْقييقه ايلْقوقسيلقةق قوقجاَقهغدوا قفي قسقبيلققه لْققعلضغكيم تغيفلقغحوقن‬


‫قياَ أقلُيقهاَ الْضقذيقن آقمغنوا اتضغقوا ض‬
"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan carilah
jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya (wasilah) dan berjihadlah pada jalan-
Nya supaya kalian mendapat keberuntungan".21
Kiai Wazir dengan merujuk pada beberapa kitab tafsir mengatakan, "Ada yang
mengartikan wasilah itu surga, ada yang mengartikan amalan-amalan yang bisa

20 Abdul Walid Ibnu Rusyd


21 Kiai Wazir
mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan ada yang mengartikan, seseorang bisa
menjadi perantara, karena orang tersebut alim dan dekat kepada Allah SWT,
misalnya seorang wali.”
2. Macam-macam Tawasul
Lebih lanjut, Kiai Wazir menerangkan tentang macam-macam tawassul.
1. Tawassul bi asmaillah (tawassul dengan nama Allah). Tawassul ini
adalah tawasul yang paling tinggi. Misalnya dengan perkataan a‘ûdzu
biqudratillah, a‘udzu bi izzatillah dan yang lainnya. Seperti tawasul
kepada Allah agar disembuhkan dari sakit. Tawassul ini juga bisa
dilakukan dengan menyebut asmaul khusna, secara lengkap atau
sebagian. Atau dengan ismul a'dham. Ismul a'dham, menurutnya
merupakan password berdoa. Ismul a'dham ini disamarkan, tetapi bisa
dipelajari, misalnya dalam kitab Imam Nawawi, Fatawa Nawawi,
disebutkan tentang ismul a'dham.
2. Tawasul bi a'mal shalihat (tawassul dengan amal yang baik). Kiai
Wazir menjelaskan, dalam kitab Riyadus Shalihin dikisahkan, ada 3
orang sahabat, yang dalam perjalanan mereka menemukan gua. Karena
penasaran, ketiganya memasuki gua tersebut. Saat sudah masuk, tiba-
tiba ada angin kencang, yang merobohkan batu besar sehingga
menutupi gua. Mereka mengalami kesulitan, seminggu tidak makan,
dan memanggil-manggil orang tidak ada yang dengar, lalu ketiganya
muhasabah. Seorang dari mereka berdoa dan bertawassul dengan
perbuatan birrul walidain (berbuat baik kepada orang tua). Akhirnya
batu terdorong angin besar, dan ada sinar matahari. Kemudian yang
lain berdoa dengan amal unggulannya, akhirnya batu tergeser sedikit
demi sedikit.
3. Tawassul bis shalihin (tawassul dengan orang-orang shalih). Tawasul
kepada orang-orang shalih, baik masih hidup atau sudah meninggal.
Apa bisa tawasul kepada yang masih hidup. Diceritakan dalam hadits
shahih, ada salah satu sahabat buta, yang ingin bisa melihat, kemudian
ia tawassul Allahumma inni as'aluka wa atawajjahu bi nabiyyika fi
hajati hadzihi... (Ya Allah saya meminta dan menghadapmu dengan
wasilah kepada Nabi dalam memenuhi kebutuhan saya ini...). Akhirnya
sahabat tersebut bisa melihat.
“Tawasul kepada orang yang sudah meninggal, yang ditawassuli Nabi
SAW. Para nabi itu masih hidup di kuburannya, apa yg dilakukan?
Para Nabi melakukan shalat. Bahkan orang yang memiliki kelebihan
(khos) bisa kontak dan belajar kepada mereka.
Bahkan, tamah Kiai Wazir, Nabi Adam AS juga pernah tawassul
kepada Nabi Mahammad SAW, padahal Nabi Muhammad belum lahir.
“Ketika Nabi Adam AS melakukan kesalahan, beliau berdoa ya rabbi
as'aluka bihaqqi muhammdin. Ini juga dari Hadits Shahih.
Selanjutnya, Imam Syafii pernah mengatakan: ‘Saya punya masalah
berat, saya tawasul dan ambil berkah kepada guru saya, yaitu Abu
Hanifah. Saya datang ke makam beliau setiap malam sepanjang
masalah berat masih menimpa saya, dan sebelum datang makam, saya
shalat dulu 2 rakaat’,” paparnya.
4. Tawassul bi dzat (tawassul dengan dzat). Cara melakukan tawassul
macam ini, misalnya bi jahi (dengan kedudukan), bi hurmati (dengan
kemuliaan), bi karamati (dengan kemurahan). Shalawat Nariyah
merupakan tawassul bi dzat. Tawassul yang keempat ini
diperselisihkan oleh para ulama'. "Menurut sebagian besar ulama,
tawassul dengan empat macam di atas tidak masalah, tetapi menurut
Ibn Taimiyah, semua tawassul bisa diterima secara syariat kecuali
tawassul bi dzat," 22
Haul
1. Pengertian Haul
Peringatan haul (kata "haul" dari bahasa Arab, berarti setahun) adalah
peringatan kematian seseorang yang diadakan setahun sekali dengan tujuan utama
untuk mendoakan ahli kubur agar semua amal ibadah yang dilakukannya diterima
oleh Allah SWT. Biasanya, haul diadakan untuk para keluarga yang telah
meninggal dunia atau para tokoh untuk sekedar mengingat dan meneladani jasa-
jasa dan amal baik mereka.
Haul yang penting diadakan setiap setahun sekali dan tidak harus tepat pada
tanggal tertentu alias tidak sakral sebagaimana kita memperingati hari ulang
tahun. Hari dan tanggal pelaksanaan ditentukan berdasarkan pertimbangan
tertentu yang berhubungan acara-acara lain yang diselenggarakan bersamaan
dengan peringatan haul itu.
Para keluarga mengadakan acara haul pada hari dan tanggal yang telah
disepakati bersama keluarga, pada saat mereka mempunyai waktu senggang dan
bisa berkumpul bersama. Di pesantren-pesantren, haul untuk para pendiri dan
tokoh-tokoh yang berjasa terhadap perkembangan pesantren dan syi’ar Islam
diadakan bersamaan dengan acara tahunan pesantren, semisal khataman kitab
akhir tahun, pertemuan wali santri, atau dzikir akbar tahunan.
2. Hadist-hadist tentang Haul
Tradisi haul diadakan berdasarkan hadits Rasulullah SAW. Diriwayatkan:
Rasulullah berziarah ke makam Syuhada (orang-orang yang mati syahid)
dalam perang Uhud dan makam keluarga Baqi’. Beliau mengucap salam
dan mendoakan mereka atas amal-amal yang telah mereka kerjakan. (HR.
Muslim)
Hadits lain diriwayatkan oleh Al-Wakidi bahwa Rasulullah SAW
mengunjungi makam para pahlawan perang Uhud setiap tahun. Jika telah

22 Kiai Wazir
sampai di Syi’ib (tempat makam mereka), Rasulullah agak keras berucap:
Assalâmu’alaikum bimâ shabartum fani’ma uqbâ ad-dâr. (Semoga kalian
selalu mendapat kesejahteraan ats kesabaran yang telah kalian lakukan.
Sungguh akhirat adalah tempat yang paling nikmat). Abu Bakar, Umar dan
Utsman juga malakukan hal yang serupa. (Dalam Najh al-Balâghah, hlm.
394-396)
Para ulama menyatakan, peringatan haul tidak dilarang oleh agama,
bahkan dianjurkan. Ibnu Hajar dalam Fatâwa al-Kubrâ Juz II hlm. 18
menjelaskan, para sahabat dan ulama tidak ada yang melarang peringatan
haul sepanjang tidak ada yang meratapi mayyit atau ahli kubur sambil
menangis. Peringatan haul sedianya diisi dengan menuturkan biorafi
orang-orang yang alim dan saleh guna mendorong orang lain untuk meniru
perbuatan mereka
Peringatan haul yang diadakan secara bersama-sama menjadi penting bagi
umat Islam untuk bersilaturrahim satu sama-lain; berdoa sembari
memantapkan diri untuk menyontoh segala teladan dari para pendahulu;
juga menjadi forum penting untuk menyampaikan nasihat-nasihat
keagamaan. (A. Khoirul Anam)23
*Kutipan hadits dan qoul ulama dalam tulisan ini diambil dari buku "Tradisi
Orang-Orang NU" yang ditulis oleh H. Munawwir Abdul Fattah yang telah
ditashhih oleh KH. A. Muhith Abdul Fattah, KH Maghfoer Utsman, dan KH.
Masdar Farid Mas’udi, Diterbitkan oleh Pustaka Pesantren, Yogyakarta: 2006.
Mengirim pahala untuk mayit
1. Beberapa pendapat ulama tentang mengirim pahala untuk mayit.
Bersedekah atas nama orang yang sudah meninggal merupakan perbuatan
disyariatkan, baik berupa harta maupun doa. Penegasan tersebut
disampaikan Kiai Imam Murtadlo Sayuthi, pengasuh Pesantren
Assiddiqiyah 11, Labuhan Jaya, Gunung Labuhan, Way Kanan, Lampung,
Kamis (9/6).
"Bersedekah untuk orang yang sudah meninggal dunia itu boleh dan
alasannya jelas," kata Kiai Imam menanggapi bolehkah sedekah pohon
atas nama orang yang sudah meninggal dunia.
2. Penjelasan dari beberapa hadist
Hadits Riwayat Baihaqi menjelaskan, tidak ada mayit di dalam kuburan,
kecuali seperti orang yang tenggelam dan meminta pertolongan. Mereka
menunggu kiriman doa dari ayah, ibu, saudara, dan teman temannya. Bila
doa itu sampai kepadanya, maka mereka lebih senang atas doa tersebut
daripada dunia seisinya. Dan sesungguhnya Allah memasukkan doa-doa
yang dikirimkan oleh orang hidup kepada penduduk kubur itu dikemas

23 H. Munawwir Abdul Fattah


sebesar gunung. Serta sesungguhnya, hadiah dari orang hidup kepada
orang yang sudah meninggal adalah memohonkan ampun kepadanya.
Lebih lanjut Kiai Imam menjelaskan, keberadaan orang mati dalam kubur
itu seperti orang yang tenggelam dan sedang meminta tolong. Orang yang
sudah mati itu selalu mengharapkan bantuan dari yang hidup.
"Dan bantuan itu sangat bermanfaat bagi orang yang sudah mati tersebut.
Selain itu, bantuan orang hidup kepada orang mati itu sampai. Antara lain
demikian," ujarnya.
HR. Bukhari dan Muslim menyatakan: Wahai hamba Allah, kemarilah
untuk menuju kenikmatan. Jika ia berasal dari golongan orang-orang yang
suka mendirikan salat, ia akan dipanggil dari pintu salat, yang berasal dari
kalangan mujahid, maka akan dipanggil dari pintu jihad, jika ia berasal
dari golongan yang gemar bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.
(Disisi Saidi Fatah/Zunus
Ziarah
1. Ziarah kubur menurut Rasulallah SAW
Kita telah diperintah untuk ziarah kubur, Rasulallah s.a.w. dan para
sahabat juga menjalankan ziarah kubur. Jadi tidak ada dasar sama sekali
untuk melarang ziarah kubur, karena kita semua tahu bahwa Rasulallah
pernah ziarah ke makam Baqi’ dan mengucapkan kata-kata yang ditujukan
kepada para ahli kubur di makam Baqi’ tersebut.
2. Dalil-dalil tentang ziarah kubur

َ‫ نقهقييتغغكيم قعين قزقياَقرقة يالْقغبغيوقر فقغزيوغريوقها‬: ‫صضلىَّ ا قعلقييقه قوقسليقم‬


‫ققاَقل قرغسيوغل ا ق‬
Artinya : Rasulallah s.a.w bersabda: Dahulu aku telah melarang kalian
berziarah ke kubur. Namun sekarang, berziarahlah kalian ke sana. (H.R.
Muslim)

‫ت‬‫ اقيسخختقأيقذين غ‬: ‫صضلىَّ اخخ قعلقييخخقه قوقسخخلضيم‬


‫ ققاَقل قرغسيوغل ا ق‬:‫ضقي اغ قعينهغ ققاَقل‬ ‫قعين أقبقيي هغقرييقرةق قر ق‬
‫َ قوايستأقذينتغهغ أين أقغزيوقر ققيبقرقهاَ قفأقذقن لْقيي‬، ‫َ فقلقيم قيأقذين لْقيي‬، ‫قربليي أقين أقيستقيغقفر لغلميي‬
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. Berkata, Rasulallah s.a.w. bersabda: Aku
meminta ijin kepada Allah untuk memintakan ampunan bagi ibuku, tetapi
Allah tidak mengijinkan. Kemudian aku meminta ijin kepada Allah untuk
berziarah ke makam ibuku, lalu Allah mengijinkanku. (H.R. Muslim)

‫ قزاقر الْنضبقلُي ق‬: َ‫قوقفىَّ قرقوايقرة أغيخقرى‬


‫ فقبققكي قواقيبقكىَّ قمخخين قحخخيولْقهغ‬,‫صضلىَّ ا قعلقييقه قوقسلضقم ققيبقر اغلمقه‬
‫)اقيخقرقجهغ غميسلقيم قويالْقحقكييم‬
Artinya : Dalam riwayat yang lain dari Abu Hurairah bahwa : Nabi s.a.w.
ziarah ke makam ibunya kemudian menangis lalu menangislah orang-
orang sekitarnya. (H.R. Muslim [hadits ke 2256], dan al-Hakim [hadits ke
1390]).24
Takziah
1. Pengertian Takziah & dalilnya
Takziyah atau melayat adalah mengunjungi orang yang sedang tertimpa
musibah kematian salah seorang keluarga atau kerabat dekatnya. Orang
laki-laki yang bertakziyah disebut mu’azziyin, sedangkan yang perempuan
disebut mu’azziyat. Para ulama umumnya memiliki pendapat yang sama
bahwa hukum bertakziyah adalah sunnah. Oleh karena itu setiap orang
Islam sangat dianjurkan bertakziyah untuk menguatkan jiwa atau suasana
batin orang yang sedang tertimpa musibah agar memiliki kesabasaran dan
ketabahan menerima musibah tersebut.
Terkaiat dengan takziyah, Imam al-Ghazali dalam risalahnya berjudul Al-
Adab fid Din dalam Majmu'ah Rasail al-Imam al-Ghazali (Kairo, Al-
Maktabah At-Taufiqiyyah, halaman 437), menyebutkan ada empat adab
orang bertakziyah sebagai berikut:

‫َ وتخرك الْتبسخم فخإنه‬،‫َ وقلخة الْحخديث‬،‫َ وإظهخاَر الْحخزن‬،‫ خفخض الْجنخاَح‬:‫آداب الْمعيزي‬
‫يورث الْحقد‬.
Artinya: “Adab orang bertakziyah, yakni menghindari sebanyak mungkin
hal-hal yang tidak pantas atau tabu, menampakkan rasa duka, tidak banyak
berbicara, tidak mengumbar senyum sebab bisa menimbulkan rasa tidak
suka.”25
2. 4 Adab orang bertakziyah sebagai berikut:
1. menghindari sebanyak mungkin hal-hal yang tidak pantas atau tabu.
Bertakziyah sudah pasti berbeda dengan menghadiri pesta perkawinan.
Oleh karena itu cara kita berpakaian dalam bertakziyah tidak
sebaiknya disamakan dengan cara kita menghadiri pesta perkawinan
yang cenderung glamor. Demikian pula cara kita bersolek atau
berdandan juga tidak sebaiknya terlalu menor atau memakai parfum
yang terlalu kuat baunya. Suasana takziyah adalah suasana berkabung
dan bukan suasana bersuka cita. Hendaknya cara kita berpakaian dan
berdandan sewajarnya saja dengan tetap menjunjung tinggi asas
kepatutan dan kesopanan.
2. menampakkan rasa duka. Setiap kematian seseorang pasti
menimbulkan perasaan duka yang mendalam terutama bagi keluarga
atau kerabat dekat yang ditinggalkannya. Oleh karena itu orang yang
bertakziyah dianjurkan untuk ikut merasakan rasa duka itu dengan
menampakkan wajah duka sambil mengucapkan secara tulus rasa bela
sungkawa. Sangat baik apabila ungkapan bela sungkawa itu diikuti
24 HR Muslim
25 Imam Al-Ghazali
dengan doa semoga tabah dan sabar menerima musibah yang memang
sudah merupakan suratan takdir dari Allah SWT.
3. tidak banyak berbicara. Dalam suasana duka, orang yang sedang
tertimpa musibah kematian, biasanya cenderung diam dan tidak ingin
diajak berbicara lama-lama. Oleh karena itu orang yang bertakziyah
jika ingin mengajak berbicara kepada pihak yang sedang berduka
cukup seperlunya saja. Demikian pula di antara orang-orang-orang
yang bertakziyah (muazziyin dan muazziyat) sebaiknya kalau
berbicara satu sama lain cukup seperlunya dan pelan agar tidak
menimbulkan suasana berisik. Apa lagi tertawa terbahak-bahak,
sungguh hal ini tidak baik dan tidak etis dari sudut mana pun.
4. tidak mengumbar senyum sebab bisa menimbulkan rasa tidak suka.
Poin keempat ini memiliki kaitan erat dengan poin-poin sebelumnya,
yakni tidak mendukung ketiganya. Oleh karena itu meskipun dalam
keadaan normal senyum termasuk sedekah, tetapi dalam konteks
takziyah para muazziyin dan muazziyat sebaiknya bisa menahan diri
untuk tidak mengumbar senyum. Tentu saja senyum dalam batas-batas
yang wajar masih bisa ditolerir. Intinya adalah senyum memiliki
makna kegembiaraan yang dalam konteks takziyah tidak baik
khususnya jika ditujukan kepada pihak yang sedang berduka sebab hal
ini sama saja tidak menghormati perasaannya.
Keempat adab tersebut hendaknya menjadi pedoman bagi umat Islam
dalam bertakziyah kepada orang lain, baik orang tersebut masih kerabat dekat,
tetangga, atau sekedar teman.
Hal yang harus selalu diingat adalah bahwa takziyah identik dengan ikut
berduka. Oleh karena itu jika bermaksud membawa anak-anak yang masih kecil
dan suka rewel atau sulit diatur seperti suka teriak-teriak, dan sebagainya,
hendaknya dipetimbangkan terlebih dahulu masak-masak sebab hal itu bisa
menimbulkan suasana lain yang tidak mendukung suasana duka tersebut. Dalam
tradisi masyakarat Jawa anak-anak tidak sebaiknya diajak serta bertakziyah
kecuali memang sangat terpaksa.
Memaca Al-Quran di makam.
1. Memaca Al-Quran di makam menurut ulama ahli fiqih.
Agama Islam menganjurkan untuk saling mendoakan sesama muslim,
walaupun terhadap muslim yang telah meninggal dunia. Ini
membuktikan bahwa persaudaraan antara muslim itu bersifat abadi,
tidak hanya ketika hidup di dunia saja tetapi juga ketika salah satu
diantara mereka telah meninggal. Bahkan persaudaraan itu akan
berlanjut kelak di akhirat.
Ulama ahli fiqih bersepakat, bahwa amalan orang yang masih hidup
yang diperuntukkan kepada yang telah meninggal berpahala sama.
Amalan itu tidak hanya sebatas doa, tetapi juga amalan-amalan lain
yang bermanfaat bagi yang telah meninggal dunia. Seperti sedekah,
membaca al-Qur’an, dan membayarkan qadha puasa.
Dalam kitab Hujjah Ahlus Sunnah wal Jama’ah dijelaskan ada dua
pendapat mengenai hukum membaca al-Qur’an di kuburan. Madzhab
Malikiyah menganggap hal itu makruh. Sedangkan mayoritas ulama
mutaakhkhirin memperbolehkannya. Dan pendapat terakhir inilah
yang berlaku di kalangan kaum muslimin sekarang.
Jika kita mau memperhatikan hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Ali
bin Abi Thalib dari Nabi Muhammad saw. Sesungguhnya beliau telah
bersabda: “barang siapa yang melewati kuburan dan membaca surat al-
fatihah sebelas kali, kemudian menghadiahkan pahalanya kepada
orang yang telah meninggal, maka diberikan kepadanya pahal dengan
hitungan orang yang telah meninggal tadi”.

Adapun hadits yang lebih spesifik menerangkan tentang membaca al-


Qur’an di kuburan adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah
ra yang artinya:”barang siapa berziarah kepada kubur kedua orang
tuanya atau salah satunya, kemudian ia membaca surat Yasin di
pekuburan, dia telah diampuni dengan hitungan ayat atau huruf ayat
tadi. Dan orang tersebut suda h dianggap berbuat baik kepada orang
tuanya”.
Dalam kitab yang sama dijelaskan, Qadhi Abi Thayyib ketika ditanya
tentang menghatami al-Qur’an di maqbarah (kuburan), menjawab
bahwa pahalanya bagi orang yang membaca. Sedangkan mayit, seperti
orang yang hadir, diharapkan mendapat barokah dan rahmat Allah swt.
Dengan demikian, jelaslah bahwa membaca al-Qur’an di pekuburan
tidak dilarang oleh Agama Islam. bahkan, membaca al-Qur’an dengan
pengetian tersebut disunnahkan.

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Dari kesimpulan makalah , bahwa tradisi dan budaya :
1. Tradisi memiliki arti adat kebiasaan turun temurun yang masih dijalankan
dimasyarakat dengan anggapan tersebut bahwa cara-cara yang ada
merupakan yang paling baik dan benar. Budaya memiliki arti sesuatu yang
sudah menjadi kebiasaan dan sukar untuk dirubah NU memiliki arti
Jam’iyyah Diniyah yang berhaluan Ahlussunnah Wal Jama’ah yang
didirikan pada tanggal 16 Rajab 1344 H atau bertepatan pada tanggal 31
Januari 1926 M di Surabaya yang bergerak dibidang ekonomi, pendidikan,
dan sosial.
2. Latar belakang yang membuat tradisi dan budaya di Indonesia adalah
berasal dari Hindu-Budha yang ada sejak dahulu dari budaya Jawa.
3. Tradisi dan budaya yang ada di Indonesia yaitu: tahlilan, membaca
shalawat, suwuk atau mantra, acara tujuh bulanan, dan lain-lain.
4. Menurut pandangan NU bahwa tradisi dan budaya yang ada adalah bid’ah
Hasanah yaitu sesuatu yang baik.

Mudah-mudahan makalah yang saya buat bermanfaat bagi pembaca dan apabila
ada salah kata maupun tulisan yang kurang berkenan saya haturkan mohon maaf.

Dafar Pustaka
Anon., 2017. Fiqh Dlahaya. [Online]
Available at: http://www.almuttaqienbalikpapan.com
[Accessed 16 4 2019].
Mar’i, A. M. ‘. b., 2004. Kurban & Aqiqah. [Online]
Available at: https://almanhaj.or.id
[Accessed 16 4 2019].

Anda mungkin juga menyukai