Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

Muhammadiyah
OLEH : Juadir Ihsan1
Mahbub Hamdani2

PENDAHULUAN
Muhammadiyah sering disebut juga sebagai gerakan pembaharuan sosio-religius.3
organisasi Muhammadiyah merupakan salah satu gerakan Islam pembaharuan yang tertua
di Indonesia setelah Jamiat khoir dan Al-Irsyad. Organisasi ini berdiri pada tahun 1912
tepatnya pada tanggal 18 November di Yogyakarta. Perintis berdirinya muhammadiyah
adalah K. H. Ahmad Dahlan, beliau lahir di district4 Kauman, Yogyakarta pada tahun
1869 Masehi dengan nama lengkap Muhammad Darwis. Ayahnya adalah K. H. Abu
Bakar seorang Khotib Masjid besar kesultanan Yogyakarta yang apabila dilacak
silsilahnya sampai kepada Maulana Malik Ibrahim. Ibunya bernama Siti Aminah, putri K.
H. Ibrahim, penghulu Kesultanan Yogyakarta.5
K. H. Ahmad Dahlan mendapat pendidikan ke-Islaman sejak kecil yang dididik
oleh ayahnya sendiri. Pendidikan Dahlan mengikuti pola pendidikan tradisional yang
diawali dengan mempelajari Al-Quran kemudian dilanjutkan dengan membaca kitabkitab Fikih, nahwu, tafsir dan sebagainya di lembaga-lembaga sekitar kota Yogyakarta.
Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, Dahlan ketika umur 21 tahun
tepatnya pada tahun 1890 ia mengerjakan haji ke Mekkah di samping itu beliau juga
Salah satu anggota komunitas JOKER.
Mahasiswa jurusan filsafat UIN syahid semester 4, yang sedang berada dalam kegelisahan yang mengkristal.
Saat ini sedang menjalin sebuah hubungan dengan seseorang tanpa status.
3Sebutan sosio-religius terkadang di nisbahkan kepada Muhammadiyah, walaupun muhammadiyah tidak
merumuskan dirinya sebagai gerakan itu, Alasan utama bagi sebutan tersebut adalah karena Muhammadiyah
telah banyak berperan penting dalam perubahan kehidupan sosial keagamaan di Indonesia sejak awal
berdirinya.
4 Terj: daerah atau kampong.
5Sutarmo, Muhammadiyah Gerakan Sosial Keagamaan Modernis. (Yogyakarta : Suara Muhammadiyah. 2005.)
hal 33.
1
2

melanjutkan pelajaran di kota Suci selama tiga tahun dengan dua kali kunjungan.
Kunjungan pertama pada tahun 1890, sedangkan kunjunga kedua 1903 M. 6. Berdasarkan
pengalaman dan pengetahuan Islam yang didapatkan oleh K. H. Ahmad Dahlan sehingga
dia mampu memmunculkan gagasan mengenai organisasi yang bernafaskan Islam dengan
nama Muhammadiyah.
SEJARAH PERTUMBUHAN
Kedatangan bangsa-bangsa Eropa terutama Belanda ke Indonesia, khususnya
dalam aspek kebudayaan, peradaban dan keagamaan telah membawa pengaruh buruk
terhadap perkembangan Islam di Indonesia. Lewat pendidikan model Barat yang mereka
kembangkan, dengan ciri-ciri yang sangat menonjolkan sifat intelektualistik, elistis,
diskriminatif, serta sama sekali tidak memperhatikan dasar-dasar dan asas-asas moral
keagamaan.7
Padat tanggal 20 Desember 1912 Organisasi Muhammadiyah mengajukan
permohonan badan hukum (recthtspersoom) kepada pemerintah kolonial Belanda dengan
dilengkapi Rancangan Anggaran Dasarnya, namun pemerintah Belanda Belum
memberikannya, karena masih merasa keberatan atas teritorial yang meliputi Jawa dan
Madura yang tercantum dalam Rancangan Anggaran Dasar itu. akhirnya Gubernur
Jenderal Hindia Belanda mengeluarkan Besluit No. 18, bertanggal 22 Agustus 1914
sebagai pengakuan secara legal atas berdirinya Muhammadiyah dengan wilayah
operasionalnya terbatas pada residentsi Yogyakarta.
Setelah Muhammadiyah menerima besluit tersebut selanjutnya organisasi iti
merumuskan tujuannyasebagai berikut:8
1. Mengajarkan peneyebaran kanjeng Nabi Muhammad SAW. Kepada penduduk
bimuputera didalam residensi kota Yogyakarta.
2. Memajukan hal agama kepada anggota-anggotanya.
6

Lihat Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia, hal 85


Ahmad Adaby Darban dan Mustafa Kemal Pasha. Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam (dalam perspektif
Historis dan Ideologis) Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2000. hal 76
8
Ibid., hal 43
7

Sampai pada tahun 1917 gerakan muhammadiyah masih terbatas di kota Yogyakarta saja.
Kegiatan yang dilaksanakan masih terbatas pada pengajian-pengajian dengan materi
keagamaan dan keorganisasian.
Bertepatan menjelang diselenggarakan Kongres ke9 Budi Utomo pada tahun
1917, pembenahan administrasinya pun dimulai untuk menyongsong pengembangan
Muhammadiyah ke luar Yogyakarta. Momentum yang sangat tepat telah diperoleh
Muhammadiyah ketika K.H.Ahmad Dahlan mendapat kesempatan untuk bertabligh
dalam kongres Budi Utomo. Tabligh K.H Ahmad Dahlan tersebut menarik para peserta
kongres yang banyak diantara mereka datang dari luar Yogyakarta, sehingga kemudian
Muhammadiyah banyak menerima permohononan yang datang dari beberapa daerah di
Jawa untuk mendirikan cabangnya.9
Setelah keluarnya izin pemerintah untuk mendirikan cabang cabangnya diluar
Yogyakarta dan Jawa pada tahun 1921, maka mulailah gerakan tersebut meluas hingga ke
Surabaya, Serandakan, Imogori, Blora, Kepanjen, (cabang cabangnya berdiri tahun
1921), Solo, Purwokerto, Pekalongan, Pekajangan, Banyuwangi, Jakarta dan Garut
berdiri tahun (1922). Pada tahun 1925 berdiri Muhammadiyah di Kudus dan pada tahun
itu juga, Muhammadiyah telah mendirikan cabang cabangnya di Padang panjang,
Sumatera Barat Hingga tahun 1938 cabang Muhammadiyah telah merata ke seluruh
daerah di Hindia Belanda.10
POIN-POIN PEMBAHARUAN di BIDANG PENDIDIKAN
Pada mulanya perumusan tujuan Muhammadiyah berangkat dari cita-cita
sederhana dan lokal sifatnya, yang dalam Anggaran Dasar 1912 terbaca:
1. menyebarkan pengajaran Agama Kanjeng Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wassalam
kepada penduduk Bumiputera di dalam residensi Yogyakarta, dan
2. memajukan hal Igama kepada anggauta-angautanya.

Lihat Deliar Noer, Op. Cit. hal 87


Ibid 87-88

10

Dua tahun kemudian, dalam Anggaran Dasar 1914, sifat lokalnya berubah secara
dramatis dalam rumusan:
1. Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran Igama Islam di Hindia
Nederland, dan
2. Memajukan dan menggembirakan kehidupan (cara hidup) sepanjang kemaun an agama
Islam kepada lid-lidnya.
Untuk mencapai tujuan itu, Muhammadiyah mendirikan sekolah, menggerakkan
pengajian, dan menggalakkan penerbitan dalam berbagai bentuk. Dengan cara ini,
Muhammadiyah ingin menebus kelumpuhan umat melalui proses pencerdasan dan
pencerahan. Adapun gagasan tentang bagaimana menolong kesengsaraan umum (seperti
orang sakit) baru muncul tahun 1923, sebagai embrio PKO (Penolong Kesengsaraan
Oemoem), dipelopori oleh Kiyai Sudja dengan persetujuan Ahmad Dahlan.
Di samping PKO, berdiri juga sebuah organisasi wanita yang bernama Aisyah.
Pada mulanya organisasi ini berdiri sendiri dengan nama Sopotrisno di samping itu
tujuanannya adalah bergerak di bidang sosial, walaupun tidak memiliki anggaran dasar
atau peraturan lain, organisasi ini telah mulai mengasuh beberapa anak yatim, maka
segeralah Sutrisno, dengan nasihat seorang tokoh penting dari muhammadiyah bernama
Haji Muchtar diubah menjadi Aisyah sebagai suatu organisasi yang memepunyai
peraturan-peraturan dan pengurus yang tetap, kendati demikian Aisyah ini belum menjadi
bagian dari Muhammadiyah, tetapi kegiatan-kegiatannya bertambah luas dengan
mengadakan tabliqh-tabligh untuk para anggotanya dan wanita-wanita lain dan kursuskursus untuk wanita-wanita pekerja dari perusahaan-perusahaan setempat. Barulah pada
tahun 1922 organisasi ini secara resmi menjadi bagian dari Muhammadiyah.11
Organisasi wanita ini menekankan pentinnya kedudukan wanita sebagai seorang
ibu. Mereka berpendapat bahwa oleh karena pendidikan pertama yang diterima anakanak adalah di rumah, maka wanita-wanita yaitu ibu-ibu mempunyai tanggung jawab
yang sangat besar melalui asuhan dan didikan anak-anaknya sendiri.
K.H Ahmad Dahlan juga mendirikan sebuah gerakan kepanduan Muhammadiyah
dengan nama Hizbul Watan yang dibentuk pada tahun 1918 oleh Dahlan, salah satu
11

Lihat Deliar Noer, Op. Cit. hal 90

tujuan gerakan ini adalah membendung gerakan missionaris katolik di sampan itu tujuan
utamanya adalah mengkaderisasi pandu-pandu Muhammadiyah dengan pelajaran agama
dan latihan berOrganisasi pada umumnya untuk mempersiapkan mereka pada tuntutan
yang diperlukan apabila mereka dewasa nanti dan bergabung dalam organisasi
Muhammadiyah.
Suatu bagian yang penting pula dari Muhammadiyah adalah Majlis Tarjih
didirikan atas keputusan kongres organisasi itu di Pekalongan pada tahun 1927. Fungsi
dari majelis ini adalah mengeluarkan fatwa dan memastikan hukum, tentang masalahmasalah tertentu yang dipertikaikan oleh umat muslim khusunya di Indonesia.
Di samping beberapa Majelis yang disebutkan diatas ada beberapa majelis yang
tidak kalah penting dari yang sebelumnya:12
1. Majelis Tabligh
Majelis ini bertugas :
1. Mempergiat dan menggembirakan dakwah Islamiyah amar makruf nahi mungkar.
2. Memperteguh iman, menggembirakan dan memperkuat ibadah serta mempertinggi
akhlak mulia.
2. Majelis Pendidikan dan Kebudayaan
Majelis ini bertugas, memajukan kebudayaan dan memperbaharui pendidikan,
pengajaran dan kebudayaaan serta memperluas ilmu pengetahuan menurut tuntutan
Islam.
3. Majelis Pembina Kesejahteraan Umat
Majelis ini bertugas, menggerakkan dan menghidup-suburkan amal, tolong
menolong dalam kebaikan dan takwa.
4. Majelis Pembina Ekonomi
Majelis ini bertugas, membimbing kearah perbaikan kehidupan dan penghidupan
yang sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.
5. Majelis Wakaf dan Kehartabendaan
Majelis ini bertugas :
12

PDF, sejarah perkembangan dan filosofi Muhammadiyah, hal 10

1. Mendirikan, menggembirakan dan memelihara tempat-tempat ibadah dan wakaf.


2. Mengurusi masalah tanah dan hak milik Muhammadiyah sebagai barang amanat yang
harus dipergunakan sebagaimana mestinya.

6. Majelis Pustaka
Majelis ini bertugas :
1. Mengadakan dan menyelenggarakan penentuan siaran-siaran dalam menyebarluaskan
cita-cita dalam perjuangan Muhammadiyah.
2. Menyelenggarakan adanya perpustakaan yang cukup lengkap untuk memenuhi
kebutuhan pendidikan dan dokumen Persyarikatan.
7. Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang)
Majelis ini bertugas membina perguruan tinggi Muhammadiyah serta memperluas
ilmu pengetahuan, teknologi dan penelitian menurut tuntutan Islam.
POIN-POIN PEMBAHARUAN di BIDANG KEAGAMAAN
Sebagaimana kita ketahui bahwa Kuman merupakan kampung islam terbesar di
Jogyakarta dengan masjid besar sebagai pusat kegiatan agama yang dipimpin seorang
penghulu Kamaludiningrat, meskipun dipimpin oleh oleh seorang penghulu yang
berpengetahuan agama, namun kebanyakan ajaran islam kala itu di pengaruhi oleh ajaran
syeh Siti Jenar yang meletakkan raja sebagai perwujudan Tuhan, sehingga masyarakat
meyakini titah raja adalah sabda Tuhan kemudian dari sisnilah ajaran islam bergeser
kearah tahayul dan mistik.
Kedatangan Muhammadiyah ingin mengembalikan syariat yang dibawa oleh
kanjeng Nabi Muhammad kearah yang lurus. Beberapa pemurnian dan pembaharuan
dalam bidang keagamaan antara lain.
a. Posisi Kiblat
b. Larangan Memperingati 40 hari wafatnya seseorang
c. Menikah tidak perlu secara berwehah-mewahan, cukup dengan syarat sah
menikah dalam Islam.
Kesimpulan
6

Singkat penulis bahwa kelahiran Muhammadiyah tahun 1912 mendahului


kelahiran bangsa (1920-an) dan negara (1945) Indonesia. Ungkapan nasionalisme
memang tidak populer di kalangan Muhammadiyah, tetapi perbuatan yang bercorak
nasionalistik telah menjadi wataknya sejak semula kebangkitannya. Muhammadiyah
langsung bergerak untuk membenahi kultur umat terjajah melalui proses pencerahan dan
kemanusiaan, sesuatu yang sangat mendasar bagi bangunan sebuah bangsa yang bakal
lahir. Keterbukaannya terhadap gagasan-gagasan baru yang lebih responsif dan aktif telah
menjadi sifat Muhammadiyah selama sekian dasawarsa.
Dengan demikian sebagai gerakan sosial keagamaan yang sadar betul tentang
keadaan umat yang miskin lahir-batin dan terjajah lagi, Muhammadiyah menemukan
gagasan baru dalam format Islam yang berkemajuan, bukan Islam yang lumpuh di
tangan umat yang lemah yang telah cukup lama menjadi mainan sejarah.

Anda mungkin juga menyukai