Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KASUS KORUPSI TIMAH HARVEY MOEIS

Dosen Pengampu :
Sumarni, S.H, M.Hi.

Disusun oleh :
Kelompok 3

NAMA NPM
1. Putri Melati : 2023306301029
2. Lia Ayu Lestari : 2023306301040
3. Fahrial Rizki : 2023306301016
4. Rifki Naufal Al Hafiz : 2023306301024
5. Abdi Jaya Wiguna : 2023306301020
6. Hidayah Alfadiyah : 2023306301018

PROGRAM STUDY S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
APRIL 2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Kasus Korupsi
Timah Harvey Moeis" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Anti
Korupsi (PAK). Selain itu, Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan
pemahaman yang lebih mendalam tentang salah satu kasus korupsi yang menimpa
Indonesia, khususnya kasus yang melibatkan Harvey Moeis. Kami berupaya
untuk menggali latar belakang, kronologi peristiwa, dampak, serta upaya
penegakan hukum terkait kasus tersebut.
Tujuan utama pembuatan makalah ini adalah untuk menyadarkan
masyarakat akan bahaya korupsi serta pentingnya integritas dalam menjalankan
roda pemerintahan dan bisnis. Kami berharap makalah ini dapat menjadi
sumbangan kecil dalam upaya membangun kesadaran akan perlunya
pemberantasan korupsi demi terwujudnya masyarakat yang lebih adil dan
berintegritas. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan bimbingan dalam penyusunan makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Korupsi telah menjadi masalah serius di banyak negara, termasuk
Indonesia. Kasus korupsi yang melibatkan pejabat tinggi negara seperti
Harvey Moeis menyoroti kompleksitas dan dampak negatif korupsi
terhadap pembangunan dan tatanan sosial. Harvey Moeis, sebagai figur
publik yang memiliki pengaruh besar dalam pemerintahan, terlibat dalam
serangkaian skandal korupsi yang menggemparkan masyarakat dan
menimbulkan pertanyaan tentang efektivitas sistem pengawasan dan
penegakan hukum di Indonesia.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk menyelidiki kasus korupsi
yang melibatkan Harvey Moeis secara komprehensif. Penulisan ini
bertujuan untuk mengungkap kronologi kasus, menganalisis faktor-faktor
yang memungkinkan terjadinya korupsi, mengevaluasi dampak dari
tindakan korupsi tersebut, serta merumuskan rekomendasi untuk
pencegahan korupsi di masa depan.

C. Rumusan Masalah
1. Apa kronologi kasus korupsi yang melibatkan Harvey Moeis?
2. Apa faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya korupsi dalam kasus
ini?
3. Bagaimana dampak dari tindakan korupsi yang dilakukan oleh Harvey
Moeis terhadap perekonomian, politik, dan masyarakat?
4. Bagaimana respons masyarakat dan pemerintah terhadap kasus korupsi
ini?
5. Apa saja pelajaran yang dapat dipetik dari kasus korupsi Harvey Moeis
untuk pencegahan korupsi di masa depan?

1
BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

A. Profil Harvey Moeis


Harvey Moeis lahir dari pasangan Hayong Moeis dan Irma Silviani
pada 30 November 1985. Pria berusia 38 tahun ini memiliki darah
keturunan Papua, Ambon, dan Makassar. Ayahnya diketahui telah
meninggal dunia. Penyebab kematian sang ayah sendiri dikabarkan
karena penyakit kanker. Hayong Moeis meninggal sebelum Harvey
resmi menikah dengan Sandra Dewi. Di sisi lain, agama yang dianut
oleh Harvey Moeis adalah Katolik. Harvey Moeis menikahi aktris
cantik Sandra Dewi pada 8 November 2016 silam. Pernikahan
keduanya sempat viral dan dianggap sangat mewah karena digelar di
Cinderella’s Castle, Disneyland Tokyo, Jepang. Harvey berhasil
merealisasikan impian pernikahan Sandra Dewi dengan konsep ala
negeri dongeng. Pasangan ini mengendarai kereta kuda hingga
ditemani boneka dengan kostum khas Disney yaitu, Donald Duck dan
Mickey Mouse. Kemudian, dari pernikahan tersebut, Harvey Moeis
dan Sandra Dewi dikaruniai dua orang putra. Masing-masing anaknya
itu diberi nama Raphael Moeis dan Mikhael Moeis yang usianya hanya
berjarak 2 tahun.
Harvey Moeis disebut memiliki kekayaan fantastis karena
berprofesi sebagai pengusaha di sejumlah bidang. Salah satunya batu
bara melalui perusahaan PT Multi Harapan Utama. Di sini, ia
menduduki posisi Presiden Komisiaris.Tak hanya itu, Harvey Moeis
juga memiliki lima saham di perusahaan batu bara. Mulai dari PT
Stanindo Inti Perkasa, CV Venus Inti Perkasa, PT Tinindo Inter Nusa,
PT Refined Bangka Tin, dan PT Sariwiguna Binda
Sentosa.Selanjutnya, dikatakan oleh Mantan Sekjem Prodem Satyo
Purwanto, tambang timah di Bangka Belitung pun sudah dimiliki
Harvey Moeis. Kerennya, ia bahkan menjadi pengusaha tunggal
tambang timah di kawasan tersebut.Harvey Moeis pun diketahui

2
mempunyai mobil-mobil keluaran terbaru dari Ferrari serta jet pribadi.
Ia juga dikabarkan terpilih menjadi brand ambassador Ferrari di Roma,
Italia. Untuk itu, tak heran jika hartanya melimpah.

B. Kronologi kasus yang melibatkan Harvey Moeis


a. Awal Kasus Timah
Timah awalnya terseret kasus korupsi setelah Kejagung
menetapkan lima orang tersangka yang terkait dengan perkara dugaan
tindak pidana korupsi dalam tata niaga komoditas timah wilayah Izin
Usaha Pertambangan (IUP) PT Timah Tbk. tahun 2015 s/d 2022. Salah
satunya adalah eks dirut PT Timah Tbk. Mochtar Riza Pahlevi Tabrani.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan dikaitkan dengan alat bukti yang
ditemukan, Tim Penyidik pada Direktorat Penyidikan Jaksa Agung
Muda Bidang Tindak Pidana Khusus telah meningkatkan status lima
orang saksi menjadi tersangka, yakni sebagai berikut:
a. SG alias AW selaku pengusaha tambang di Kota Pangkalpinang,
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
b. MBG selaku pengusaha tambang di Kota Pangkalpinang, Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.
c. HT alias ASN selaku Direktur Utama CV VIP (perusahaan milik
tersangka TN alias AN)
d. MRPT alias RZ selaku Direktur Utama PT Timah Tbk. tahun 2016
s/d 2021.
e. EE alias EML selaku Direktur Keuangan PT Timah Tbk. tahun 2017
s/d 2018.

b. Kronologi Kasus Korupsi Timah


Tersangka HT alias ASN merupakan pengembangan penyidikan
dari Tersangka sebelumnya yang sudah dilakukan penahanan yakni
Tersangka TN alias AN dan Tersangka AA. Kemudian mengenai
Tersangka SG alias AW dan Tersangka MBG, kedua tersangka ini
memiliki perusahaan yang melakukan perjanjian kerja sama dengan PT

3
Timah Tbk pada tahun 2018 tentang sewa menyewa peralatan
processing peleburan timah. Adapun perjanjian tersebut ditandatangani
oleh Tersangka MRPT alias RZ selaku Direktur Utama PT Timah Tbk
dan Tersangka EE alias EML selaku Direktur Keuangan PT Timah
Tbk.
Pada saat itu, Tersangka SG alias AW memerintahkan Tersangka
MBG untuk menandatangani kontrak kerja sama serta menyuruh untuk
menyediakan bijih timah dengan cara membentuk perusahaan-
perusahaan boneka guna mengakomodir pengumpulan bijih timah
ilegal dari IUP PT Timah Tbk, yang seluruhnya dikendalikan oleh
Tersangka MBG. Bijih timah yang diproduksi oleh Tersangka MBG
tersebut perolehannya berasal dari IUP PT Timah Tbk atas persetujuan
dari PT Timah Tbk. Kemudian, baik bijih maupun logam timahnya
dijual ke PT Timah Tbk. Untuk mengumpulkan bijih timah yang
ditambang secara ilegal, Tersangka MBG atas persetujuan Tersangka
SG alias AW membentuk perusahaan boneka yaitu CV Bangka Jaya
Abadi (BJA) dan CV Rajawali Total Persada (RTP). Total biaya yang
dikeluarkan oleh PT Timah Tbk terkait biaya pelogaman di PT SIP
selama tahun 2019 s/d 2022 yaitu senilai Rp975.581.982.776.
Sedangkan, total pembayaran bijih timah yakni senilai
Rp1.729.090.391.448.
Untuk melegalkan kegiatan perusahaan-perusahaan boneka
tersebut, PT Timah Tbk menerbitkan Surat Perintah Kerja Borongan
Pengangkutan Sisa Hasil Pengolahan (SHP) mineral timah, dimana
keuntungan atas transaksi pembelian bijih timah tersebut dinikmati
oleh Tersangka MBG dan Tersangka SG alias AW. Selain membentuk
perusahaan boneka, Tersangka MBG atas persetujuan Tersangka SG
alias AW juga mengakomodir penambang-penambang timah ilegal di
wilayah IUP PT Timah Tbk. Nantinya, mineral biji timah yang
diperoleh dikirimkan ke smelter milik Tersangka SG alias AW.
Perbuatan para Tersangka mengakibatkan kerugian keuangan negara
yang dalam proses penghitungannya melebihi kerugian negara dari

4
perkara korupsi lain seperti PT Asabri dan Duta Palma. Selain itu,
terdapat kerugian kerusakan lingkungan akibat adanya aktivitas
penambangan ilegal timah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
c. Seret Harvey Moeis
Kabar terbaru dalam kasus Timah semakin menggemparkan ketika
Kejaksaan Agung menetapkan pengusaha Harvey Moeis menjadi
tersangka dalam kasus korupsi dalam tata niaga komoditas timah
wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Timah Tbk tahun 2015-
2022. Suami aktris Sandra Dewi itu juga langsung ditahan oleh
penyidik 'Gedung Bundar' tersebut.
Harvey Moeis merupakan seorang pengusaha yang lahir pada 30
November 1985 berdarah keturunan Papua, Ambon, dan Makassar.
Sebagai seorang pengusaha, Harvey Moeis merupakan Presiden
Komisaris perusahaan batu bara PT Multi Harapan Utama. Selain itu,
dikabarkan memiliki saham di sejumlah perusahaan lain, seperti PT
Refined Bangka Tin, PT Sariwiguna Bina Sentosa, PT Stanindo Inti
Perkasa, CV Venus Inti Perkasa, dan PT Tinindo Inter Nusa.
Kehidupan pribadi Harvey Moeis memang dikenal sebagai orang yang
royal dan bergelimang harta kekayaan. Tapi pada 2021, Harvey pernah
menjadi duta produk Ferrari Roma, bersama dengan putranya.
Sebelumnya, Direktur Penyidikan pada Jaksa Agung Muda Bidang
Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Agung Kuntadi mengungkapkan
peran Harvey dalam perkara ini. Dia mengatakan sekitar 2018 sampai
2019, Harvey selaku perwakilan PT Refined Bangka Tin (RBT) diduga
menghubungi Direktur Utama PT Timah saat itu Mochtar Riza Pahlevi
Tabrani. Riza sebelumnya telah ditetapkan menjadi tersangka lebih
dahulu oleh Kejagung.
Menurut Kuntadi, Harvey meminta Riza mengakomodasi kegiatan
pertambangan liar di wilayah IUP PT Timah. Setelah beberapa kali
pertemuan, kata dia, disepakati kerja sewa-menyewa peralatan
processing peleburan timah di wilayah IUP PT Timah Tbk.

5
"Di mana Tersangka HM mengkondisikan agar smelter PT SIP, CV
VIP, PT SBS, dan PT TIN mengikuti kegiatan tersebut," kata Kuntadi.
Kuntadi mengatakan setelah itu Harvey diduga memerintahkan
para pemilik smelter menyisihkan sebagian keuntungan dari usahanya.
Keuntungan itu kemudian dibagi untuk Harvey dan sejumlah tersangka
lainnya. Kejaksaan menduga pemberian uang tersebut disamarkan
sebagai dana Corporate Social Responsibility. Dana tersebut disalurkan
kepada Harvey melalui perusahaan PT QSE yang difasilitasi oleh
tersangka lainnya, yakni Helena Lim.
"Pemberian diduga dilakukan kepada tersangka HM melalui PT QSE
yang difasilitasi tersangka HLN," kata dia.
Atas perbuatannya, Kejagung menjerat Harvey dengan Pasal 2
Ayat (1) dan Pasal 3 jo. Pasal 18 Undang-Undang RI tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Kejagung juga menahan
Harvey di Rumah Tahanan negara Salemba Cabang Kejaksaan Agung
untuk 20 hari pertama sejak 27 Maret hingga 15 April 2024.

C. Faktor Penyebap Korupsi


Penyebab korupsi, kata Ibnu Khaldun, sejarawan dan pemikir
muslim asal Tunisia ketika menulis soal ini sekitar abad ke-14, lantaran
nafsu hidup. Kalangan kelompok berkuasa memiliki nafsu hidup untuk
bermewah-mewah, katanya. Untuk menutupi pengeluaran yang serba
mewah itulah, mereka yang berkuasa melakukan korupsi (Robert
Klitgaart, 1988). Meski dirancang oleh pelaku sedemikian rupa, dengan
gerak-geriknya yang rahasia, cenderung melibatkan lebih dari satu orang,
ciri-ciri atau indikator korupsi tetap bisa terlacak oleh aparat penegak
hukum.
Menurut Cressey, ada tiga faktor yang membuat seseorang
melakukan korupsi, yaitu:
1. Pressure (tekanan)
Memiliki motivasi untuk melakukan tindakan korupsi karena adanya
tekanan, salah satunya karena motif ekonomi. Namun, tekanan ini

6
kadang tidak benar-benar ada, hanya pelaku saja yang berpikir kalau
mereka merasa tertekan dan tergoda pada bayangan insentif.

2. Opportunity (kesempatan)
Adanya kesempatan membuat seseorang tergiur untuk korupsi. Ini
terjadi akibat dari lemahnya sistem pengawasan yang pada akhirnya
menjerumuskan pelaku melakukan korupsi.
3. Rationalization (rasionalisasi)
Para pelaku selalu memiliki rasionalisasi atau pembenaran untuk
melakukan korupsi. Rasionalisasi ini ternyata dapat menipiskan rasa
bersalah yang dimiliki pelaku, dan merasa dirinya tidak mendapatkan
keadilan. Sebagai contoh "saya korupsi karena tidak digaji dengan
layak".

D. Dampak Korupsi Harvey Moeis


Kejaksaan Agung (Kejagung) turut buka suara terkait dengan
kemungkinan kerugian negara yang diakibatkan oleh dugaan tindak pidana
korupsi dalam tata niaga komoditas timah wilayah Izin Usaha
Pertambangan (IUP) PT Timah Tbk (TINS) untuk tahun 2015 s/d 2022.
Direktur Penyidik Jampidsus Kuntadi menjelaskan bahwa
pihaknya masih dalam proses perhitungan kerugian negara bersama
dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Tentang
perhitungan total kerugian keuangan negara, Kuntadi mengaku masih
dalam proses perhitungan. Adapun formulasinya masih dirumuskan
dengan rinci serta BPKP maupun dengan para ahli. Namun, Kuntadi juga
sempat menyebut bahwa perkiraan kerugian negara yang sudah dikaji dari
sisi pendekatan ahli lingkungan. Sebelumnya, sempat beredar bahwa
kerugian ekologis, ekonomi, dan pemulihan lingkungan dari korupsi
tersebut dari hasil perhitungan ahli lingkungan IPB Bambang Hero
Saharjo mencapai Rp 271 triliun. Adapun perhitungan tersebut dilakukan
sesuai ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri LHK Nomor

7
7/2014. Dalam perkara ini, nilai kerusakan lingkungan terdiri dari tiga
jenis.
1. Kerugian ekologis sebesar Rp 183,7 triliun.
2. Kerugian ekonomi lingkungan sebesar Rp 74,4 triliun.
3. Kerugian biaya pemulihan lingkungan yang mencapai Rp 12,1 triliun.
E. Respons Masyarakat dan Pemerintah
1. Reaksi Publik
- Masyarakat menunjukkan kemarahan dan kekecewaan yang besar
terhadap kasus korupsi yang melibatkan pejabat tinggi seperti Harvey
Moeis.
- Tuntutan publik untuk menindak tegas para koruptor dan memulihkan
kerugian negara semakin kuat, dengan berbagai aksi demonstrasi dan
kampanye anti-korupsi.
- Masyarakat sipil, LSM, dan media massa memainkan peran aktif
dalam mengawasi proses hukum dan menuntut transparansi serta
akuntabilitas.
- Timbul rasa skeptis dan pesimis di kalangan masyarakat terhadap
komitmen pemerintah dalam memberantas korupsi secara sungguh-
sungguh.
2. Upaya Pemerintah dan Lembaga Terkait
Belajar dari kasus tersebut, Menteri Koordinator Bidang
Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan
menyebut pemerintah akan meningkatkan pengawasan sektor
pertambangan timah, salah satunya dengan memanfaatkan aplikasi
digital Simbara (Sistem Informasi Mineral dan Batu bara). Melalui
Simbara, pemerintah akan memantau secara digital seluruh proses
manajemen mineral, termasuk izin pertambangan, pembayaran pajak,
dan ekspor, antara lain. Berbagai kementerian dan lembaga pemerintah
juga akan dapat memantau proses pengiriman serta pertukaran valuta
asing dari aktivitas ekspor secara real-time.

8
Luhut mengatakan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) akan mengintegrasikan aktivitas pertambangan timah ke
dalam Simbara. Luhut menyebut aplikasi Simbara telah diberlakukan
dengan baik pada aktivitas pertambangan batu bara. “Jika data terkait
timah dan barang tambang lainnya sudah diintegrasikan ke dalam
Simbara, maka seluruh proses tata kelola dari mulai single identity dari
wajib pajak dan wajib bayar, proses perizinan tambang, rencana
penjualan, verifikasi penjualan, pembayaran PNBP, serta ekspor dan
pengangkutan atau pengapalan, dan devisa hasil ekspor bisa diawasi
secara realtime oleh lintas Kementerian dan Lembaga," kata Luhut
dalam unggahannya di Instagram, dikutip Jumat (5/4/2024). "Dengan
begitu bukan hanya efisiensi dan efektivitas pelayanan saja yang
mampu dicapai, tetapi juga penerimaan negara bisa bertambah serta
yang paling penting adalah mencegah praktik korupsi yang selama ini
marak terjadi di sektor industri pertambangan," tambah Luhut. Luhut
mengakui bahwa pemerintah cukup terlambat dalam mendorong
Simbara. Luhut menargetkan aktivitas pertambangan timah dapat
terpantau melalui Simbara dalam dua bulan ke depan. "Saya berharap
dalam dua bulan ke depan, Simbara akan segera ter-update dengan
memasukkan data terkait timah dan komoditas lainnya, sesuai arahan
dari Presiden Jokowi terkait penyelesaian Gov-tech, yaitu digitalisasi
di seluruh sektor pemerintahan," kata Luhut. Luhut mengeklaim
pendapatan negara dari bisnis batu bara meningkat hampir 40% setelah
Simbara mulai memantau produsen batu bara. Ada rencana untuk juga
memasukkan nikel ke dalam sistem.

F. Analisis
Kasus korupsi Harvey Moeis merupakan salah satu dari sejumlah
kasus korupsi yang mencuat di Indonesia. Harvey Moeis, seorang mantan
Deputi Bidang Pengembangan Infrastruktur Energi dan Sumber Daya
Mineral di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM),

9
diduga terlibat dalam kasus korupsi terkait proyek-proyek di sektor energi
dan sumber daya mineral.
Beberapa poin analisis terkait kasus ini dapat mencakup:

1. Skala Korupsi : Kasus ini mencerminkan skala korupsi yang mungkin


terjadi di sektor energi dan sumber daya mineral, yang memiliki
potensi besar untuk memberikan keuntungan finansial kepada para
pelaku.
2. Keterlibatan Pejabat Tinggi: Keterlibatan seorang mantan deputi
menyoroti masalah korupsi yang melibatkan pejabat tinggi dalam
pemerintahan. Hal ini menunjukkan bahwa korupsi tidak terbatas pada
tingkat rendah dalam birokrasi.
3. Dampak Terhadap Pembangunan: Korupsi dalam sektor energi dan
sumber daya mineral dapat memiliki dampak yang merugikan terhadap
pembangunan nasional, menghambat investasi, dan merugikan
kepentingan publik.
4. Pentingnya Transparansi dan Pengawasan: Kasus ini menekankan
pentingnya transparansi dan pengawasan yang ketat dalam pengelolaan
sumber daya alam, serta kebutuhan akan mekanisme pencegahan
korupsi yang efektif di sektor-sektor yang rentan terhadap praktik
korupsi.
5. Proses Hukum dan Keadilan: Pentingnya menjalankan proses hukum
yang adil dan transparan untuk menangani kasus korupsi, serta
memastikan bahwa pelaku korupsi dihukum sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku.

G. Pelajaran yang dapat diambil untuk pencegahan korupsi dimasa


depan
Ada beberapa pelajaran yang bisa diambil untuk pencegahan korupsi
di masa depan dari kasus Harvey Moeis:
1. Penguatan Pengawasan dan Transparansi: Perlu adanya penguatan
sistem pengawasan dan transparansi dalam pengelolaan sektor energi

10
dan sumber daya mineral. Ini termasuk penerapan mekanisme
pelaporan yang jelas, audit yang teratur, dan publikasi informasi terkait
keputusan dan kontrak.
2. Penegakan Hukum yang Tegas: Kasus seperti ini menunjukkan
pentingnya penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku korupsi,
tanpa pandang bulu terhadap jabatan atau status sosial. Hukuman yang
berat dan tindak pidana harus diterapkan untuk memberikan efek jera
dan mencegah praktik korupsi di masa depan.
3. Pendidikan dan Kesadaran Anti-Korupsi: Penting untuk meningkatkan
pendidikan dan kesadaran anti-korupsi di masyarakat, termasuk di
kalangan pejabat pemerintah dan sektor swasta. Pelatihan etika dan
integritas serta promosi budaya anti-korupsi dapat membantu
mengubah norma-norma sosial dan perilaku yang merugikan.
4. Strengthening Institutions: Diperlukan langkah-langkah untuk
memperkuat lembaga-lembaga terkait yang bertanggung jawab atas
pencegahan dan penindakan korupsi, seperti Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) di Indonesia. Ini termasuk pemberian kekuasaan dan
sumber daya yang cukup untuk melakukan tugasnya dengan efektif.
5. Keterlibatan Publik: Mendorong keterlibatan publik dalam pemantauan
dan pengawasan terhadap penggunaan dana publik serta proyek-
proyek pembangunan. Ini dapat dilakukan melalui partisipasi dalam
proses pengambilan keputusan, pengawasan oleh media massa, dan
akses informasi yang lebih luas bagi masyarakat.
Dengan mengambil langkah-langkah ini, dapat mengurangi risiko korupsi
di masa depan dan membangun tata kelola yang lebih baik dalam
pengelolaan sumber daya nasional.

11
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesimpulannya, Harvey Moeis, seorang pengusaha sukses, terlibat
dalam kasus korupsi terkait penambangan ilegal timah, menyebabkan
kerugian finansial besar bagi negara. Faktor-faktor seperti tekanan
ekonomi, kesempatan, dan rasionalisasi turut mempengaruhi terjadinya
korupsi. Dampaknya mencakup kerugian keuangan dan lingkungan yang
serius. Respons masyarakat menuntut penindakan tegas terhadap koruptor,
sementara pemerintah berupaya meningkatkan pengawasan sektor
pertambangan. Kasus ini menyoroti pentingnya transparansi, penegakan
hukum yang tegas, dan penguatan kesadaran anti-korupsi untuk mencegah
kejadian serupa di masa depan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Xandra, JI. (2023). Biodata dan Agama Harvey Moeis, Suami Dewi
Sandra Kekayaannya Saingi Haji Isam. Suara.com.
(https://www.suara.com/lifestyle/2023/12/06/130958/biodata-dan-agama-
harvey-moeis-suami-dewi-sandra-kekayaannya-saingi-haji-isam).

CNBC Indonesia. (2024). Update Baru kronologi lengkap kasus timah


yang seret Harvey Moeis. Diakses tanggal 20 April 2024, dari
(https://www.cnbcindonesia.com/market/20240330095717-17-
526671/update-baru-kronologi-lengkap-kasus-timah-yang-seret-harvey-
moeis).

Ismiatun. M. (2024). Ramai kasus yang menyeret Harvey Moeis, ternyat


ini tiga faktor penyebap seseorang melakukan korupsi. PortalBrebes.
(https://portalbrebes.pikiran-rakyat.com/lifestyle/pr-1267901959/ramai-
kasus-yang-menyeret-harvey-moeis-ternyata-ini-tiga-faktor-penyebab-
seseorang-melakukan-korupsi?page=all).

Farah. N. (2024). Capai Rp 271 triliun, ini rician kerugian akibat korupsi
Harvey Moeis. Suara.com.
(https://www.suara.com/lifestyle/2024/03/29/201546/capai-rp-271-triliun-
ini-rincian-kerugian-akibat-korupsi-harvey-moeis-dkk).

Jayanty. NS. (2024). Belajar dari kasus Harvey Moeis, luhut bakal perkuat
pertambangan timah lewat simbara. Beritasatu.com.
(https://www.beritasatu.com/ekonomi/2809476/belajar-dari-kasus-harvey-
moeis-luhut-bakal-perkuat-pengawasan-pertambangan-timah-lewat-
simbara).

13

Anda mungkin juga menyukai