Anda di halaman 1dari 22

ASPEK HUKUM

BIOMEDIS
(Aborsi, Teknologi Reproduksi, KB, Transplantasi,
Bedah Mayat)

Etika Hukum Kesehatan


• Anisha P. Rahmadani
(B1B119040)
• Arfina Andrini (B1B119043)
• Indra Wati Suleman (B1B119047)
• Ehki Arca Pakiding (B1B119050)
KELOMPOK II
• Raihan Ummu Afifah (B1B119051)
• Ananda Fitria Ramadani
(B1B119055)
• Dhemelsi Lukas (B1B119059)
• Nurfitrah (B1B119062)
BIOMEDIS
Biomedis merupakan studi interdisipliner tentang
masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan di
bidang biologi dan ilmu kedokteraan baik skala
mikro maupun makro, masa kini dan masa datang
Biomedis memberi perhatian
besar terhadap kesehatan pada
manusia dan hewan percobaan
Salah satu contoh Aspek Hukum
Biomedis adalah Abosi, Teknik
Reproduksi Buatan, KB,
Transplantasi dan Bedah Mayat.
Abosi
Pada dasarnya masalah aborsi (pengguguran
kandungan) yang dikualifikasikan sebagai
perbuatan kejahatan atau tindak pidana
hanya dapat kita lihat dalam KUHP
walaupun dalam Undang-undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan memuat juga
sanksi terhadap perbuatan aborsi tersebut.
Aspek Hukum Abosi Di Indonesia

Salah satu kejahatan yang diatur didalam KUHP adalah masalah aborsi kriminalis. Ketentuan mengenai aborsi kriminalis
dapat dilihat dalam Bab XIV Buku ke-II KUHP tentang kejahatan terhadap nyawa (khususnya Pasal 346 – 349).
selengkapnya pasal-pasal tersebut :
1. Pasal 299 :
○ Barangsiapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya diobati dengan sengaja
memberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan,
diancam pidana penjara paling lama 4 tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.
○ Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai
pencarian atau kebiasaan atau jika ia seorang tabib, bidan, atau juru obat, pidananya tersebut ditambah
sepertiga.
○ Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencarian, maka dapat dicabut haknya
untuk melakukan pencarian.
2. Pasal 346 :
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu,
diancam dengan pidana penjara paling lama 4 tahun.
Aspek Hukum Aborsi Di Indonesia

3. Pasal 347 :
○ Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita
tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama 12 tahun.
○ Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikarenakan pidana penjara
paling lama 15 tahun.

● Pasal 75 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengatur mengenai aborsi
provokatus yang diperbolehkan di Indonesia, yakni abortusprovocatus atau indikasi medis atau
medicinalis (aborsi yang dilakukan untuk melnyelamatkan jiwa si ibu dan/atau janinnya).
Aspek Hukum Aborsi Di Indonesia
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:
● sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali
dalam hal kedaruratan medis
● oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki sertifikat yang
ditetapkan oleh menteri
● dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan
● dengan izin suami, kecuali korban perkosaan
● penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri.

● Pasal 31 sampai dengan Pasal 39 Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Reproduksi (“PP 61/2014”) menjelaskan tentang indikasi kedaruratan medis dan perkosaan
sebagai pengecualian atas larangan aborsi atau dengan kata lain memperbolehkan aborsi
berdasarkan indikasi kedaruratan medis atau akibat dari korban pemerkosaan. Untuk tindakan
aborsi akibat dari korban pemerkosaan, batas usia kehamilan haruslah tidak lebih dari 40 hari
dihitung sejak hari pertama haid terakhir.
Aspek Hukum Aborsi Di Indonesia
Kehamilan akibat perkosaan itupun juga harus dibuktikan dengan:
● usia kehamilan sesuai dengan kejadian perkosaan, yang dinyatakan oleh surat keterangan dokter;
dan
● keterangan penyidik, psikolog, dan/atau ahli lain mengenai adanya dugaan perkosaan.

● Pasal 194 UU Kesehatan : Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai
dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

● Pasal 194 UU Kesehatan tersebut dapat menjerat pihak dokter dan/atau tenaga kesehatan yang
dengan sengaja melakukan aborsi ilegal, maupun pihak perempuan yang dengan sengaja
melakukannya.
Reproduksi
Buatan
Reproduksi buatan adalah
penanganan terhadap gamet
(ovum,sperma), atau embrio
(konsepsi) sebagai upaya
untuk mendapatkan
kehamilan diluar cara
alamiah, tidak termasuk
tindakan.
Aspek Hukum Reproduksi Buatan Di Indonesia
Di Indonesia hukum dan perundangan yang mengatur tentang teknik reproduksi buatan diataur dalam:

1. Undang-undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 pasal 16, yang menyebutkan antara lain :
a) Hamil diluar cara alami dapat dilaksanakan sebagai upaya terakhir untuk membantu suami-istri
mendapatkan keturunan.
2. Upaya kehamilan diluar cara alami sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilkukan oleh pasangan
suami-istri yang sah dengan ketentuan :
b) Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami-istri yang bersangkutan, ditanam dalam rahim istri darimana
ovum berasal.
c) Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu pada sarana
kesehatan tertentu.
3. Ketentuan mengenai persyaratan penyelenggaraan kehamilan diluar acara alami sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dan (2) ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

Keputusan Menteri Kesehatan No. 72/Menkes/Per/II/1999 tentang penyelenggaraan Teknologi reproduksi buatan yang
berisikan tentang : Ketentuan umum, peizinan, dan ketentuan penutup.
Keluarga Berencana
Keluarga berencana adalah suatu usaha
manusia secara sengaja untuk mengatur
atau merencanakan kehamilan dalam suatu
keluarga secara tidak melawan hukum dan
moral untuk kesejahteraan keluarga
Aspek Hukum Keluarga Berencana Di Indonesia
Beberapa pasal KUHP yang secara tegas bertentangan dengan metode pelaksanaan Keluarga Berencana.
Pasal 283:
● Dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan bulan atau dengan hukuman denda setinggi tingginya
sembilan ribu rupiah, barang siapa menawarkan atau memberikan untuk selamanya atau pun sementara, menyimpan
atau mempertunjukan suatu tulisan, gambar atau alat yang menyinggung kesusilaan atau suatu alat untuk mencegah
atau mengganggu kehamilan ataupun secara terbuka kehamilan kepada seorang anak dibawah umur, yang
diketahinya atau harus patut dapat diduganya bahwa anak tersebut belum mencapai usia tuju belas tahun yaitu
apabila mengetahui yang sebenarnya atau mengenai isi Tulisan, gambar atau mengenal alat tersebut.
● Dihukum dengan hukuman yang sama, barang siapa membacakan dengan kehadiran seseorang anak dibawah umur
seperti yag dimaksudkan didalam ayat tersebut, isi dari suatu tulisan yang menyinggung kesusilaan.
● Dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya empat bulan atau dengan hukuman kurungan selama-lamanya
tiga bulan, barang siapa menawarkan, memberikan untuk selamanya ataupun sementara, menyimpan atau
mempertumjukkan kepada seorang anak dibawah umur seperti yang dimaksudkan di dalam ayat 1. suatu tulisan ,
gambar atau alat yang menyinggung kesusilaan seperti yang dimaksudkan di dalam ayat 1 isi dari suatu tulisan
yang menyinggung kesusilaan , yaitu apabila ia secara patut harus dapat menduga, bahwa tulisan , gambar atau alat
itu adalah menyinggung kesusilaan ataupun bahwa alat itu adalah alat untuk mencegah atau untuk mengganggu
kehamilan. (Wipress KUHP, 2006 : 93.).
Aspek Hukum Keluarga Berencana Di Indonesia
Pasal 534:
● Barang siapa mempertunjukkan secara terbuka sesuatu alat untuk mencegah kehamilan atau secara
terbuka atau tanpa diminta menawarkan alat semacam itu atau upaya untuk mencegah kehamilan
ataupun secara terbuka atau dengan menyebarluaskan sesuatu tulisan tanpa diminta menawarkan
alat semacam itu atau upaya untuk mencegah kehamilan atau pun secara terbuka atau dengan
menyebarluaskan sesuatu tulisan tanpa diminta menyatakan sebagai dapat memperoleh di Hukum
dengan hukuman kurungan selama-lamanya dua bulan dengan hukuman denda setinggi-tingginya
tiga ribu rupiah.

Pasal 283 :
● Apabila orang yang bersalah telah melakukan salah satu dari kejahatan kejahatan yang seperti
yang diatur di dalam pasal-pasal 282 dan 283 itu di dalam pekerjaannyadan pada waktu
melakukan kejahatan tersebut belum lewat waktu dua tahun sejak iadijatuhi hukuman yang telah
mempunyai kekuatan yang tetap karena telah melakukansalah satu dari kejahatan-kejahtan
tersebut, maka ia dapat dicabut haknya untukmelakukan pekerjaan itu.
Transplantasi
Transplantasi organ adalah transplantasi
atau pemindahan seluruh atau sebagian
organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain,
atau dari suatu tempat ke tempat yang lain
pada tubuh yang sama. Transplantasi ini
ditujukan menggantikan organ yang rusak
atau tak befungsi pada penerima dengan
organ lain yang masih berfungsi dari
donor. Donor organ dapat orang yang
masih hidup atau meninggal.
Aspek Hukum Transplantasi Di Indonesia
Dalam PP No.18 tahun 1981 tentana bedah mayat klinis, beda mayat anatomis dan transplantasi alat
serta jaringan tubuh manusia tercantum pasal tentang transplantasi sebagai berikut: (Hanafiah M.J dan
Amir Amri, 1999: 219)
Pasal 10: Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia dilakukan dengan memperhatikan ketentuan
yaitu persetujuan harus tertulis penderita atau keluarga terdekat setelah penderita meninggal
dunia.
Pasal 11 :
● Transplantasi organ dan jaringan tubuh hanya boleh dilakukan oleh dokter yang ditunjuk oleh
menteri kesehatan.
● Transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia tidak boleh dilakukan oleh dokter yang merawat
atau mengobati donor yang bersangkutan.
Pasal 12:
● Penentuan saat mati ditentukan oleh 2 orang dokter yang tidak ada sangkut paut medik dengan
dokter yang melakukan transplantasi.
Pasal 13:
● Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksudkan yaitu dibuat diatas kertas materai dengan 2(dua)
orang saksi.
Aspek Hukum Transplantasi Di Indonesia
Pasal 14:
● Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau bank mata dari
korban kecelakaan yang meninggal dunia,dilakukan dengan persetujuan tertulis dengan keluarga
terdekat.
Pasal 15:
● Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia diberikan oleh donor
hidup,calon donor yang bersangkutan terlebih dahulu diberitahu oleh dokter yang
merawatnya,termasuk dokter konsultan mengenai operasi, akibat-akibatya ,dan
kemungkinankemungkinan yang terjadi.
● Dokter sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus yakin benar,bahwa calon donor yang
bersangkutan telah meyadari sepenuhnya arti dari pemberitahuan tersebut.
Pasal 16:
● Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak dalam kompensasi material apapun
sebagai imbalan transplantasi.
Pasal 17 :
● Dilarang memperjual belikan alat atau jaringan tubuh manusia.
Pasal 18:
● Dilarang mengirim dan menerima alat dan jaringan tubuh manusia dan semua bentuk ke dan dari luar
negeri.
Bedah Mayat
Berdasarkan ketentuan dari KUHAP Pasal 133 dan 134, dapat
disimpulkan bahwa : Autopsi merupakan kewenangan
penyidik, yang sifatnya hak (bukan kewajiban), bisa
digunakan dan bisa juga tidak.
Penggunaan kewenangan ini bergantung pada masih kurang
atau sudah cukupnya alat bukti yang diperlukan untuk
kepentingan peradilan. pada pasal 133 ayat (2) bisa
disimpulkan bahwa autopsi tidak harus dilakukan secara
menyeluruh terhadap tubuh korban, namun autopsi cukup
dilakukan terhadap bagian-bagian tubuh yang sekiranya bisa
membuktikan adanya pelengkap dari sejumlah “rangkaian
petunjuk”, sebagai salah satu alat bukti sah
Aspek Hukum Bedah Mayat Di Indonesia
Masalah bedah mayat di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
dan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta
Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 pasal 70 berbunyi:
● Dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan dapat dilakukan bedah mayat untuk penyelidikan
sebab penyakit dan atau sebab kematian serta pendidikan tenaga kesehatan.
● Bedah mayat hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu dan dengan memperhatikan norma yang berlaku dalam masyarakat.
● Ketentuan mengenai bedah mayat sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2 ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.46 Sebab kematian tidak dapat ditentukan hanya dari pemeriksaan luar saja.
Sehingga perlu dilakukan autopsi atau bedah mayat untuk mengetahui penyebab kematian seseorang
dimana sebelumnya pihak penyidik wajib memberitahukan kepada pihak keluarga korban bahwa
prosedur itu harus dilakukan untuk kepentingan peradilan.
Aspek Hukum Bedah Mayat Di Indonesia
Mengenai hal ini diatur dalam :
KUHAP pasal 134 ayat ( 1 )
● “Dalam hal sangat diperlukan di mana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi
dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban”
KUHAP pasal 134 ayat ( 2 )
● “Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan dengan sejelas – jelasnya tentang
maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut.”

Jika setelah penyidik menerangkan kepada keluarga korban tentang maksud dan tujuan pembedahan mayat
dengan sejelas – jelasnya tetapi keluarga korban tetap keberatan maka keluarga dianggap dengan sengaja
menghalang – halangi, merintangi atau menggagalkan pemeriksaan mayat untuk pengadilan maka
perbuatan itu diancam dengan pidana seperti dalam pasal 222 KUHP: “Barang siapa dengan sengaja
mencegah, menghalangi atau menggagalkan pemeriksaan mayat untuk pengadilan dihukum dengan penjara
selamalamanya sembilan bulan atau denda paling banyak tiga ratus ribu rupiah“.
Aspek Hukum Bedah Mayat Di Indonesia

● Penyidik menetapkan waktu dua hari untuk menanti tanggapan dari keluarga jenazah
yang akan di autopsi, maupun untuk mencari keluarga jenazah yang tidak dikenal. Jika
dalam waktu dua hari itu tidak ada tanggapan dari pihak keluarga atau keluarga jenazah
tidak ditemukan maka autopsi akan tetap dilaksanakan segera sesuai dengan permintaan
penyidik.
● Hal ini diatur dalam KUHAP pasal 134 ayat ( 3 ):“Apabila dalam waktu dua hari tidak
ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak yang perlu diberitahu tidak diketemukan,
penyidik segera melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat ( 3
) undang-undang ini”.
SEKIAN &
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai