Disusun Oleh :
FAKULTAS HUKUM
ILMU HUKUM
2019
A. Aborsi dalam Perspektif Hukum Positif
Aborsi atau abortus menurut hukum pidana, yaitu kejahatan yang dilakukan
dengan suatu perbuatan yang mengakibatkan kandungan lahir sebelum waktunya
melahirkan menurut ketentuan medis. Pada tindak kejahatan terhadap pengguguran
kandungan ini diartikan juga sebagai pembunuhan anak yang berencana,dimana pada
pengguguran kandungan harus ada kandungan atau bayi yang hidup yang kemudian
dimatikan. Persamaan inilah yang juga menyebabkan tindak pidanan penguguran
(abortus).
Dengan adanya hak otonomi pasien. Dalam hak otonomi ini,pasien memiliki hak
dalam menentukan sendiri tindakan apa yang hendak dilakukan dokter terhadap
dirinya,maupun memiliki hak dalam menolaknya. Sedangkan jika tidak puas,maka pasien
akan berupaya untuk menuntut ganti rugi atas dasar kelalaian (malpraktek) yang
dilakukan dokter tersebut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aborsi adalah
pengguguran kandungan. Pada dasarnya, setiap orang dilarang melakukan aborsi
bedasarkan pasal 75 ayat (1) UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Sanski pidana bagi pelaku aborsi illegal diatur dalam pasal 194 UU Kesehatan
yang berbunyi “setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan
ketentuan sebagaimana maksdu dalam pasal 75 ayat (2) dipidana penjara paling lama 10
tahun dan denda paling banyak Rp. 1 milyar.” Pasal 194 UU Kesehatan tersebut dapat
menjerat para pihak dokter dan/atau tenaga kesehatan yang dengan sengaja melakukan
aborsi illegal,maupun pihak perempuan yang dengan sengaja melakukannya.
Selain itu,sanski pidana bagi pelaku aborsi illegal juga diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Ketentuannya antara lain sebagai berikut :
Pasal 229
1. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya
diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena
pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama
empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.
2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan
atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
3. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian maka
dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
Pasal 341
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan
atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam, karena
membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 342
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan
bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian
merampas nyawa anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan
rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain yang
turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
Pasal 347
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas
tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara
paling lama lima belas tahun.
Pasal 348
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun
enam bulan.
Pasal 349
Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut
pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang
diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat
ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam
mana kejahatan dilakukan.
Namun,tindakan aborsi yang diatur dalam pasal 75 ayat (2) UU kesehatan itu pun hanya
dapat dilakukan setelah melakukan konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan
diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten
dan berwenang.
B. Aborsi dalam perspektif Hukum Islam
Aborsi dalam bahasa arab disebut juga dengan Al-ijhadh;isqath abortion sepakat
seluruh ulama menggugurkan kandungannya (aborsi) tanpa sebab,jika usia kandungan
sudah mencapai setelah umur 120 hari dari awal kehamilannya maka hukumnya adalah
“haram”.
Islam merupakan agama yang menjunjung tinggi kesucian kehidupan. Hal ini
dibuktikan dengan sejumlah ayat dalam al-Quran yang menjelaskan hal tersebut.
Ketentuan-ketentuan ini dapat kita lihat dalam al-Quran, antara lain: “Barangsiapa yang
membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain atau bukan
karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh
manusia seluruhnya. Dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia,
Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. (QS. al-
Maidah:32) “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan.
kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya
membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar”. ( QS alIsro’: 31) “Dan janganlah
kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu
(alasan) yang benar”. (QS al – Isro’:33) Berdasarkan ayat-ayat tersebut, Islam
memberikan landasan hukum yang jelas bahwa kehidupan manusia itu suci sehingga
harus dipelihara dan tidak boleh dihancurkan (diakhiri) kecuali dilakukan karena suatu
sebab atau alasan yang benar, seperti dalam eksekusi hukuman mati, dalam perang atau
dalam pembelaan diri yang dibenarkan oleh syariat. Dalam bahasa arab, aborsi disebut
dengan al-ijhadh dan isqath alalham.
Menurut Imam Ar-Ramli (Imam Syamsuddin Ar-Ramli ulama Madzhab Imam Syafi'I
asal Mesir, w: 1004H/1596M, diantara karya beliau "Nihayah Aalmuhtaj Ila Syarh
Almuhtaj"): "Boleh menggugurkan kandungan selama janin belum ada ruh. Dan mutlak
hukumnya adalah "Haram" jika menggugurkan janin yang sudah memiliki ruh". Pendapat
ini sama dengan Madzhab Imam Hanafi.
Menurut Imam Al Ghazali (Abu Hamid Muhammad Alghazali ulama Madzhab Imam
Syafi'I, W: 505H/1111M): "Menggugurkan kandungan mutlak hukumnya adalah
"Haram", ini sama dengan perbuatan pidana pembunuhan terhadap bakal calon janin
manusia"
Pendapat madzhab Hanabilah sama dengan pendapat Madzhab Imam Hanafi. Mereka
perpegang bolehnya menggugurkan kandungan selama masa 4 bulan pertama (120 hari)
dari awal kehamilan. Namun jika janin berusia sudah mencapai lebih dari 120 hari atau
sudah ada ruh (tanda-tanda kehidupan) hukumnya adalah "Haram". (lihat dalam kitab,
Bujairimi Alkhatib, Syarah Shahih Muslim, Nihayah Almutaj, Tuhfatul Muhtaj Ibnu
Hajar, Ihya' Ulumuddin Imam Al-Ghazali, Alfiqhu Alislami Wa-Adillatuhu, dll)
D. Alasan medis melakukan aborsi (pro)
Kebanyakan kasus keguguran lebih berisiko bagi kesehatan wanita daripada aborsi. Misalnya
saja pendarahan, ketidaksuburan, dan rasa sakit yang berlebihan. Jadi ketika dokter mengetahui
bahwa janin pasti akan gugur (dengan ciri-ciri detak jantung janin sudah tidak ada atau kadar
darah menurun drastis), metode aborsi justru lebih dianjurkan untuk dilakukan.
2. Bayi cacat
Teknologi membantu ahli medis untuk mendeteksi apakah ada yang tidak beres dengan
kehamilan wanita. Melalui pemeriksaan ultrasonik, tes darah, dan metode lainnya, wanita bisa
tahu apakah anaknya berisiko lahir cacat atau tidak. Jika risiko cacat cukup tinggi, biasanya
dokter menyarankan untuk melakukan aborsi. Sebab jika dipaksakan untuk melahirkan, anak
juga akan menderita atau bahkan langsung meninggal dan tidak punya kesempatan hidup dalam
waktu lama.
Kondisi medis tertentu yang muncul selama hamil kemungkinan bisa membahayakan nyawa ibu.
Penyebabnya bisa jadi adalah karena kehamilan itu sendiri atau penyakit lain (seperti kanker
yang baru terdeteksi). Dalam kasus seperti ini, wanita pun diberi pilihan apakah harus tetap
menjaga janin dalam kandungannya tetapi nyawanya sendiri yang terancam atau aborsi demi
menyelamatkan ibu.
1. Aborsi boleh atau dapat dilakukan jika bayi tidak berkembang ( Abortus Provokatus
Medisinalis )
Fakta aborsi yang pertama adalah aborsi bisa dilakukan karena faktor medis seperti terjadinya
kehamilan di luar rahim (kehamilan ektopik). Hal ini pun harus berdasarkan rekomendasi dokter
terlebih dahulu sebelum melakukan prosedur aborsi.
2. Aborsi di lakukan saat usia kandungnagan tidak lebih dari 24 minggu
Aborsi tak bisa dilakukan seenaknya kapan pun diinginkan oleh wanita. Di beberapa negara
dokter diperbolehkan melakukan aborsi pada saat usia kandungan masih sangat muda, pada
trimester pertama dan ada yang memperbolehkannya sampai trimester kedua. Meski begitu,
melakukan aborsi pada usia kandungan mencapai trimester ketiga dilarang karena berkaitan
dengan kehidupan janin dan ibu yang tengah mengandung.
Sebagian orang berpikir aborsi bisa menyebabkan ketidaksuburan bagi wanita. Namun, pada
nyatanya hal tersebut tidak demikian. Pasalnya hanya satu hal yang dapat mempengaruhi
kehamilan seorang wanita jika sebelumnya pernah melakukan aborsi, yaitu memiliki risiko yang
lebih tinggi untuk mengalami keguguran. Meski begitu, ini adalah kasus yang sangat langka.
Secara keseluruhan, aborsi tidak akan akan mempengaruhi kemampuan seorang wanita untuk
hamil, maupun kesehatan ibu dan janin pada saat kehamilan selanjutnya
1. Aborsi tidak membunuh bayi apabila dilakukan dilakukan sebelum kandungan atau janin
belum mencapai 4 bulan atau 120 hari ,
Apabila janin telah berumur empat bulan di dalam perut seorang ibu, maka roh akan ditiupkan
oleh malaikat atas perintah Allah. Yang demikian seperti yang disebutkan di dalam hadits yang
shahih:
ط ِن ِف ْي خلقُهُ يُجْ َم ُع أ َ َحدَ ُكم إن ْ طفَةً َي ْو ًما أ َ ْر َب ِعيْنَ أ ُ ِِّم ِه َب
ْ ُن، ذَلِكَ ِمثْ َل َع َلقَةً َي ُك ْونُ ثُم، ضغَةً َي ُك ْونُ ثُم َ ْال َملَكُ ِإلَ ْي ِه ي ُْر
ْ ذَلِكَ ِمث َل ُم، س ُل ثُم
ُّ َك ِل َمات بِأ َ ْربَعِ َويُؤْ َم ُر: ب
الر ْو َح فِ ْي ِه فيَ ْنفُ ُخ، ِ ْر ْزقِ ِه بِ َكت، ِ وأ َ َج ِل ِه،
َ و َع َم ِل ِه،
َ ش ِقي َ س ِعيْد أ َ ْو َو
َ ،
“Sesungguhnya salah seorang diantara kalian dipadukan bentuk ciptaannya dalam perut ibunya
selama empat puluh hari (dalam bentuk mani) lalu menjadi segumpal darah selama itu
DAFTAR PUSTAKA
K. Bertens, 2002, Aborsi Sebagai Masalah Etika, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
https://hukumkes.wordpress.com/2010/12/16/aborsi-menurut-hukum-di-indonesia/
https://carapedia.com/definisi_jenis_aborsi_keguguran_kehamilan
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/51596/Chapter%20II.pdf;sequence=3
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt588ab88330a47/jerat-pidana-bagi-penjual-obat-
aborsi lifestyle.kompas.com/read/2016/02/26/161500423/Begini.Aturan.Aborsi.di.Indonesia
http://scdc.binus.ac.id/himslaw/2017/03/pengguguran-kandungan-menurut-hukum-di-indonesia/
http://m.hukumonline.com/klinik/detail/cl1733/pasal-untuk-menjerat-ibu-yang-membunuh-
bayinya-karena-malu-
https://www.google.com/amp/m.tribunnews.com/amp/metropolitan/2016/02/24/lakukan-aborsi-
diancam-hukuman-penjara-10-tahun-dan-denda-rp-1-miliar