Peradilan Tata Usaha Negara menyebutkan bahwa sengketa tata usaha negara
adalah sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau
badan hukum perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di
Pada dasarnya sengketa Tata Usaha Negara terjadi karena adanya seseorang
atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu
Keputusan Tata Usaha Negara, yaitu suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan
oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata
yang bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi
seseorang atau badan hukum perdata. Gugatan yang diajukan oleh seseorang atau
Putusan, maka hal ini diatur dalam Pasal 109 ayat (1) UU Peradilan Tata Usaha
Maha Esa “.
d. Pertimbangan dan penilaian setiap bukti yang diajukan dan hal yang terjadi dalam
g. Hari, tanggal putusan, nama hakim yang memutus, nama panitera serta
Menurut hemat Penulis, Putusan Pengadilan Tata Usaha Negera Jambi Nomor: 01/
bagian isi dari suatu putusan sesuai Pasal 109 ayat (1) di atas.
Putusan sengketa tata usaha negara yang dalam hal ini terhadap Putusan
Pengadilan Tata Usaha Negara Jambi Nomor: 01/ G/ TUN/ 2003/ PTUN.JBI di
atas, maka Penulis akan mencoba menjelaskan atau menguraikannya satu persatu
Secara keseluruhan jika kita sudah pada tahap penganalisaan suatu Putusan
Pengadilan Tata Usaha Negara maka secara tidak langsung sudah menunjukkan
bahwa prosedur sebelumnya sudah terpenuhi, yaitu seperti mengenai syarat-syarat
dari suatu surat gugatan terutama syarat formil, yang jika dalam kasus sengketa
tata usaha negara pada contoh salinan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara
2003 dengan Register Perkara Nomor : 01/ G/TUN/ 2003/ PTUN.JBI . Tidak
mungkin suatu sengketa tata usaha negara dapat diperiksa, diadili, dan diputus di
PTUN jika tidak lulus dari pemeriksaan awal suatu surat gugatan di Kepaniteraan
Pengadilan Tata Usaha Negara syarat formilnya harus terpenuhi secara lengkap
terlebih dahulu, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 62 ayat (1) huruf b Jo Pasal
56 UU No.5 Tahun 1986. Beberapa hal lain yang perlu kita cermati adalah:
A. Kompetensi Mengadili
Sengketa Tata Usaha Negara pada contoh salinan Putusan Pengadilan Tata
Usaha Negara Jambi di atas, Penulis sependapat dengan eksepsi Tergugat dan
Usaha Negara. Maka Pengadilan Tata Usaha Negara Jambi tidak berwenang
B. Subjek Sengketa
di atur dalam Pasal 109 ayat (1) huruf b Jo Pasal 56 ayat (1) Undang-Undang
No.5 Tahun 1986, bahwa yang harus dicantumkan terkait subjek atau pihak-pihak
yang berperkara dalam proses Peradilan Tata Usaha Negara ini adalah Pertama;
Pada contoh kasus sengketa tata usaha di atas pihak yang berperkara adalah:
1. Penggugat
Nama : Sudjarwo
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jalan Imam Bonjol No.28 RT.18 RW.05, Kelurahan Pematang Kandis, Bangko
Berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor: 05/ TUN/ LBHDB/ II/ 2003 tanggal 4
Februari 2003 memberikan kuasa kepada Faidillah Darma SH, Budi Asmara SH,
2. Tergugat
Januari 2003 dan Surat Kuasa Khusus Nomor: 137/ SKH/HK&ORG/ 2003
tanggal 30 Januari 2003 Jo Nomor : B-78/ N.5.14/ G.31/ 2003 tanggal 30 Januari
2003 memberi kuasa kepada Irdam SH, Isnadil SH, Dedie Tri Hariyadi SH, Asep
Dahwan S. SH.
C. Objek Sengketa
Tata Usaha Negara sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 3 Undang-
Undang No.5 Tahun 1986, yaitu suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha
bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi
Dalam perkara ini objek gugatan yang diajukan oleh Penggugat merupakan
suatu Keputusan Tata Usaha Negara yaitu berupa Surat Keputusan Bupati
Merangin No. 335 tahun 2002 tanggal 03 Desember 2002 tentang Pemberhentian
Penggugat ( Sudjarwo ) dari Jabatan Kepala Dinas Tata Kota Kabupaten Merangin
(eselon II/b) menjadi Kepala Bagian Tata Usaha Dinas Pariwisata Kabupaten
kedalam objek sengketa tata usaha negara, tepatnya sengketa kepegawaian yang
dapat diperiksa di Pengadilan Tata Usaha Negara Jambi, karena selain merupakan
suatu penetapan tertulis yang bersifat individual, konkret, dan final, juga pihak
menganalisis sebuah Putusan Tata Usaha Negara. Suatu Putusan Pengadilan Tata
dan Petitum gugatan berawal dari suatu surat gugatan, namun hal itu tidak
menghalangi kita untuk dapat mengetahui apa yang menjadi Posita maupun
Petitum dari gugatan Penggugat, karena hal tersebut tetap dicantumkan pada suatu
gugatan yang diuraikan secara ringkas, sederhana, dan harus jelas atau terang,
merupakan uraian dari duduk perkara suatu sengketa dan berisi fakta hukum
adalah kesimpulan gugatan yang berisikan hal-hal yang dituntut oleh Penggugat
Pada sengketa Tata Usaha Negara sesuai contoh Putusan Pengadilan Tata
Usaha Negara Jambi Nomor: 01/ G/ TUN/ 2003/PTUN.JBI di atas, yang menjadi
1. Posita
terkait duduk perkara yang tertuju pada dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha
Negara dapat dilihat dan dicermati pada halaman ke-2 dari Putusan TUN tersebut.
Bertitik tolak kepada ketentuan Pasal 53 ayat (2) Undang-Undang No.9 Tahun
2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.5 Tahun 1986, bahwa alasan-
a. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan peraturan
Pada contoh salinan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jambi di atas, alasan
yang menyebutkan bahwa “ untuk menjamin pembinaan karir yang sehat tidak
b. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan azas-azas
Pada contoh salinan Putusan PTUN di atas, hal ini dapat dilihat atau dibuktikan
mutasi yang dirasa merugikan Penggugat tersebut dinilai melanggar atau tidak
sesuai dengan azas kepatutan kepegawaian yang berlaku umum dan azas larangan
berbuat sewenang-wenang.
2. Petitum
Yang menjadi tuntutan Penggugat untuk diputuskan oleh Hakim terhadap perkara
b. Menyatakan batal atau tidak sah Surat Keputusan Bupati Merangin No. 335
Jabatan Kepala Dinas Tata Kota Kabupaten Merangin yang ditempatkan sebagai
Kepala Bagian Tata Usaha Dinas Pariwisata, Seni dan Kebudayaan Kabupaten
Merangin
tentang penundaan pelaksanaan lebih lanjut Surat Keputusan yang menjadi objek
perkara.
E. Tenggang Waktu
Tenggang waktu gugatan adalah batas waktu atau kesempatan yang diberikan
Usaha Negara.
Ketentuan mengenai tenggang waktu ini diatur dalam Pasal 55 Undang-
Undang No.5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yaitu “gugatan
dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu sembilan puluh hari terhitung sejak
saat diterimanya atau diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha
lambat 90 hari sejak diterima atau diumumkannya Keputusan Tata Usaha Negara.
Seperti yang diketahui bahwa bentuk kasus sengketa tata usaha negara dalam
Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jambi di atas adalah termasuk kedalam
bentuk sengketa kepegawaian, yaitu sengketa yang timbul dalam bidang Tata
Usaha Negara antara orang yang menduduki jabatan sebagai Pegawai Negeri
dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun di daerah
yang dapat berupa hukuman disiplin, dan atas dasar human disiplin tersebut
tersedia upaya administratif, yang dalam sengketa ini adalah berupa Banding
Administratif.
Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) jika seluruh upaya
Bupati Merangin No. 335 tahun 2002 yang diterbitkan tanggal 3 Desember 2002,
mengenai Surat Keputusan (SK) pemutasiannya dari Kepala Dinas Tata Kota
Kabupaten Merangin (eselon II/b) menjadi Kepala Bagian Tata Usaha Dinas
Banding Administratif dengan Nomor surat 800/ 873/DTK/ 2002 pada tanggal 31
Desember 2002, dan diteruskan oleh Tergugat kepada atasannya untuk memproses
surat keberatan tersebut tanggal 4 Januari 2003. Sebelum surat keberatan itu
diproses dalam waktu yang sudah ditentukan, Penggugat sudah terlebih dahulu
2003.
keberatan atau upaya administrasi tersebut berjalan sampai batas waktu yang
Pasal 20 ayat (1) PP No.30 Tahun 1980 yang menyebutkan bahwa “Kepada
Pejabat yang menerima surat keberatan, paling lama 3 (tiga) hari harus
meneruskan kepada instansi atasannya, dan kepada instansi atasan pejabat tersebut
diberi kesempatan untuk menjawab paling lama 1 (satu) bulan terhitung mulai
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) jika seluruh upaya administratif yang
bersangkutan telah digunakan”, Maka dapat dikatakan bahwa sengketa Tata Usaha
Negara pada contoh Putusan di atas, Pengadilan yang ditujukan Penggugat untuk
F. Pembuktian
dan fakta biasa yaitu kejadian-kejadian atau keadaan-keadaan yang juga ikut
menentukan adanya fakta hukum tertentu (Wiyono, 2007: 148). Fakta-fakta yang
putusan akhir.
Jika mencermati contoh putusan di atas, yang menjadi fakta biasa dalam
sengketa Tata Usaha Negara tersebut berdasarkan pada bukti-bukti yang ada
Kepala Dinas Tata Kota adalah kurang baik, hal ini dapat dilihat pada halaman ke-
bahwa dari semua saksi yang diajukan oleh Tergugat sebanyak 4 (empat) orang
Usaha Negara yang timbul dari adanya fakta biasa di atas diantaranya adalah
Merangin) berupa Surat Keputusan(SK) Bupati Merangin Nomor 335 Tahun 2002
II/b) menjadi Kepala Bagian Tata Usaha Dinas Pariwisata, Seni, dan Budaya
Pada Pasal 107 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara menyebutkan “ Hakim menetukan apa yang harus dibutikan, beban
sengketa Tata Usaha Negara memiliki kebebasan atau dapat menentukan sendiri
siapa yang harus dibebani pembuktian, serta Hakim tidak tergantung atau terikat
pada fakta dan hal yang diajukan oleh para pihak yang bersengketa.
b. Keterangan ahli
c. Keterangan saksi
e. Pengetahuan Hakim.
Atas dasar pengaturan terkait alat bukti sebagai pada pasal-pasal di atas, maka
pada contoh kasus/sengketa di atas menurut pencermatan Penulis alat bukti yang
a. Surat atau tulisan ; Bukti ini dapat diperhatikan dari uraian bukti-bukti surat yang
diajukan oleh Penggugat maupun Tergugat berupa foto copy yang telah dilegalisir,
bermaterai cukup atau dengan kata lain surat-surat yang sudah dianggap sah dan
b. Keterangan ahli ; Pada persidangan sengketa tata usaha negara tersebut pihak
c. Keterangan saksi ; Pada persidangan sengketa tata usaha negara tersebut juga
d. Pengetahuan Hakim ; Dalam hal ini adalah pengetahuan hakim mengenai azas-
penyelesaian suatu sengketa tata usaha negara, misalnya pada sengketa TUN
berdasarkan fakta yang ada bahwa jabatan Dinas Tata Kota merupakan institusi
pelayanan publik yang harus terus berjalan dan tidak boleh dibiarkan kosong.
Keputusan Tata Usaha Negara tidak dapat dikabulkan apabila kepentingan umum
Dari penjelasan di atas,maka menurut Penulis dengan adanya lebih dari dua alat
perkara, maka amar/putusan yang ditetapkan atau diambil oleh Hakim nantinya
pengjuan alat-alat bukti, kesimpulan), diman inti dari hasil pemeriksaan di sidang
Pengadilan mengenai sengketa Tata Usaha Negara itu adalah Pertama, Penggugat
dinyatakan batal atau tidak sah. Kedua, Tergugat mengajukan kesimpulan bahwa
Kini tibalah saatnya kita pada tahap pembahasan penjatuhan putusan akhir.
Diktum atau Amar Putusan adalah apa yang diputuskan secara final oleh
pengadilan dan merupakan titik akhir yang terpenting bagi Penggugat atau
Tergugat, dengan kata lain Diktum atau amar putusan juga dapat dikatakan
tersebut pada tingkat pengadilan tertentu. Berdasarkan Pasal 97 ayat (7) bentuk
1. Gugatan ditolak
2. Gugatan dikabulkan
4. Gugatan gugur.
Pada contoh sengketa Tata Usaha Negara dalam Putusan Pengadilan Tata Usaha
Negara Jambi Nomor: 01/ G/ TUN/ 2003/ PTUN.JBI di atas yang menjadi
Majelis Hakim pada hari Rabu tanggal 7 Mei 2003 yaitu, mengadili:
2. Mencabut Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Jambi Nomor: 01/ G/
ditentukan tidak dipenuhi oleh gugatan yang diajukan oleh Penggugat dan Diktum
putusan tersebut tidak membawa perubahan apa-apa dalam hubungan hukum yang
ada antara Penggugat dengan Tergugat, artinya keadaan tetap seperti yang berlaku
semula, dimana Penggugat ( Sudjarwo ) tetap pada posisi jabatannya ketika
dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara yang menjadi Objek sengketa dan
Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan oleh Tergugat (Bupati Merangin)
tetap berlaku atau sah menurut hukum, yaitu dengan adanya Putusan Hakim
mencabut Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Jambi Nomor: 01/ G/
Lebih Lanjut Surat Keputusan tanggal 3 Desember 2002 Nomor 335 Tahun 2002.
Penulis sudah tepat, karena berdasarkan Pasal 100 Undang-Undang No.5 Tahun
sebagian dihukum membayar biaya perkara”. Lebih lanjut Pasal 111 UU No.5
Tahun 1986 mengatur, yang termasuk dalam biaya perkara itu adalah:
b. Biaya saksi, ahli, dan alih bahasa dengan catatan bahwa pihak yang meminta
pemeriksaan lebih dari lima orang saksi harus membayar biaya untuk saksi yang
c. Biaya pemeriksaan di tempat lain dari ruangan sidang dan biaya lain yang
Yang perlu ditekankan dalam penjatuhan putusan adalah bahwa Majelis Hakim
memeriksa dan memutus sengketa Tata Usaha Negara dengan tiga orang Hakim”.
Jika kita cermati, pada contoh Putusan sengketa Tata Usaha Negara di atas sudah
memenuhi aturan Pasal tersebut, dapat terlihat pada bagian penutup Putusan
PTUN, Majelis Hakim yang memutus tersebut adalah M.Arif Nurdu’a,SH Ketua
Pengadilan Tata Usaha Negara Jambi selaku Hakim Ketua Majelis, R.Basuki
Pasal 108 ayat(1) dan(2) Undang-Undang No.5 Tahun 1986 mengatur bahwa
Putusan Pengadilan harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum dan jika
hal tersebut tidak terpenuhi maka akan mengakibatkan putusan Pengadilan tidak
sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum. Jika berpandangan pada pasal
tersebut, contoh Putusan sengketa Tata Usaha Negara di atas adalah sah dan
yang dinyatakan terbuka untuk umum pada hari Kamis tanggal 8 Mei 2003 oleh
Majelis Hakim dan dibantu oleh Bowo Winoto, SH sebagai Panitera sidang yang
Kekuatan hukum dari Putusan sengketa Tata Usaha Negara di atas adalah
semua orang dan/atau semua badan hukum, baik badan hukum perdata maupun
badan hukum publik, karena Putusan Hakim di lingkungan Peradilan Tata Usaha
Negara mengikuti azas Erga Omnes, yang artinya putusan berlaku bagi semua
orang.
KESIMPULAN
Dari uraian analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa Putusan Tata Usaha
Negara Jambi Nomor: 01/ G/ TUN/ 2003/ PTUN.JBI. terkait sengketa Tata Usaha
undangan, baik dari segi isi putusan maupun maupun sistematika putusan, begitu
sudah tepat. Sehingga hal tersebut mengindikasikan bahwa Putusan Tata Usaha