Anda di halaman 1dari 38

Bab I

Pendahuluan

A.       Latar Belakang


Latar belakang disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Sejarah sebagai
mana yang telah diperintahkan oleh guru Sejarah kami. Makalah ini membahas tentang dampak
ekonomi, sosial, dan budaya pada masa VOC. Disini kami berusaha menerangkan materi yang
dibutuhkan sebagai referensi agar dapat menyempurnakan topik yang akan diperbincangkan.

B.     Rumusan Masalah


1.       Bagaimanakah latar belakang berdirinya VOC ?
2.       Apakah dampak ekonomi masyarakat Indonesia pada masa VOC?
3.       Apa dampak sosial masyarakat Indonesia pada masa VOC?
4.       Apa dampak budaya masyarakat Indonesia pada masa VOC?

C.    Batasan Masalah


Maklah ini kami batasi hanya pada dampak ekonomi, sosial dan budaya masyarakat
Indonesia pada masa VOC.

D.    Tujuan Penelitian


Tujuan disusunnya makalah untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan juga sebagai
prasyarat agar dapat mengikuti Ujian Semester. Selain itu penyusunan ini juga untuk membuka
jendela pengetahuan tentang dampak ekonomi, sosial, dan budaya pada masa VOC . Harapan
kami adalah agar makalah ini tidak hanya bermanfaat bagi kami sendiri, akan tetapi bermanfaat
juga bagi meraka yang membutuhkan untuk referensi ataupun bahan bacaan semata.

E.     Metode Penelitian


Pada penyusunan karya tulis ini, penyusun menggunakan metode study kepustakaan
yaitu dengan membaca berbagai sumber yang relevan dan mencari masalah tersebut lewat
internet.
Bab II
Pembahasan

A.   Latar Belakang Berdirinya VOC


(Perserikatan Perusahaan Hindia Timur atau Perusahaan Hindia Timur Belanda) atau
VOC yang didirikan pada tanggal 20 Maret 1602 adalah perusahaan Belanda yang memiliki
monopoli untuk aktivitas perdagangan di Asia. Disebut Hindia Timur karena ada pula VWC
yang merupakan perserikatan dagang Hindia Barat. Perusahaan ini dianggap sebagai perusahaan
pertama yang mengeluarkan pembagian saham.
Meskipun sebenarnya VOC merupakan sebuah badan dagang saja, tetapi badan dagang
ini istimewa karena didukung oleh negara dan diberi fasilitas-fasilitas sendiri yang istimewa.
Misalkan VOC boleh memiliki tentara dan boleh bernegosiasi dengan negara-negara lain. Bisa
dikatakan VOC adalah negara dalam negara.
VOC terdiri 6 Bagian (Kamers) di Amsterdam, Middelburg (untuk Zeeland), Enkhuizen,
Delft, Hoorn dan Rotterdam. Delegasi dari ruang ini berkumpul sebagai Heeren XVII (XVII
Tuan-Tuan). Kamers menyumbangkan delegasi ke dalam tujuh belas sesuai dengan proporsi
modal yang mereka bayarkan, delegasi Amsterdam berjumlah delapan.
Di Indonesia VOC memiliki sebutan populer Kompeni atau Kumpeni. Istilah ini diambil
dari kata compagnie dalam nama lengkap perusahaan tersebut dalam bahasa Belanda. Tetapi
rakyat Nusantara lebih mengenal Kompeni adalah tentara Belanda karena penindasannya dan
pemerasan kepada rakyat Nusantara yang sama seperti tentara Belanda.
Datangnya orang Eropa melalui jalur laut diawali oleh Vasco da Gama, yang pada tahun
1497-1498 berhasil berlayar dari Eropa ke India melalui Tanjung Pengharapan (Cape of Good
Hope) di ujung selatan Afrika, sehingga mereka tidak perlu lagi bersaing dengan pedagang-
pedagang Timur Tengah untuk memperoleh akses ke Asia Timur, yang selama ini ditempuh
melalui jalur darat yang sangat berbahaya. Pada awalnya, tujuan utama bangsa-bangsa Eropa ke
Asia Timur dan Tenggara termasuk ke Nusantara adalah untuk perdagangan, demikian juga
dengan bangsa Belanda. Misi dagang yang kemudian dilanjutkan dengan politik pemukiman
-kolonisasi- dilakukan oleh Belanda dengan kerajaan-kerajaan di Jawa, Sumatera dan Maluku,
sedangkan di Suriname dan Curaçao, tujuan Belanda sejak awal adalah murni kolonisasi
(pemukiman). Dengan latar belakang perdagangan inilah awal kolonialisasi bangsa Indonesia
(Hindia Belanda) berawal.
Selama abad ke 16 perdagangan rempah-rempah didominasi oleh Portugis dengan
menggunakan Lisbon sebagai pelabuhan utama. Sebelum revolusi di negeri Belanda kota
Antwerp memegang peranan penting sebagai distributor di Eropa Utara, akan tetapi setelah tahun
1591 Portugis melakukan kerjasama dengan firma-firma dari Jerman, Spanyol dan Italia
menggunakan Hamburg sebagai pelabuhan utama sebagai tempat untuk mendistribusikan
barang-barang dari Asia, memindah jalur perdagangan tidak melewati Belanda. Namun ternyata
perdagangan yang dilakukan Portugis tidak efisien dan tidak mampu menyuplai permintaan yang
terus meninggi, terutama lada. Suplai yang tidak lancar menyebabkan harga lada meroket pada
saat itu. Selain itu Unifikasi Portugal dan Kerajaan Spanyol (yang sedang dalam keadaan perang
dengan Belanda pada saat itu) pada tahun 1580, menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi
Belanda. ketiga faktor tersebutlah yang mendorong Belanda memasuki perdagangan rempah-
rempah Interkontinental. Akhirnya Jan Huyghen van Linschoten dan Cornelis de Houtman
menemukan "jalur rahasia" pelayaran Portugis, yang membawa pelayaran pertama Cornelis de
Houtman ke Banten, pelabuhan utama di Jawa pada tahun 1595-1597.
Pada tahun 1596 empat kapal ekspedisi dipimpin oleh Cornelis de Houtman berlayar
menuju Indonesia, dan merupakan kontak pertama Indonesia dengan Belanda. Ekspedisi ini
mencapai Banten, pelabuhan lada utama di Jawa Barat, disini mereka terlibat dalam perseteruan
dengan orang Portugis dan penduduk lokal. Houtman berlayar lagi ke arah timur melalui pantai
utara Jawa, sempat diserang oleh penduduk lokal di Sedayu berakibat pada kehilangan 12 orang
awak, dan terlibat perseteruan dengan penduduk lokal di Madura menyebabkan terbunuhnya
seorang pimpinan lokal. Setelah kehilangan separuh awak maka pada tahun berikutnya mereka
memutuskan untuk kembali ke Belanda namun rempah-rempah yang dibawa cukup untuk
menghasilkan keuntungan.
Adalah para pedagang Inggris yang memulai mendirikan perusahaan dagang di Asia pada
31 Desember 1600 yang dinamakan The Britisch East India Company dan berpusat di Kalkuta.
Kemudian Belanda menyusul tahun 1602 dan Prancis pun tak mau ketinggalan dan mendirikan
French East India Company tahun 1604.
Pada 20 Maret 1602, para pedagang Belanda mendirikan Verenigde Oost-Indische
Compagnie - VOC (Perkumpulan Dagang India Timur). Di masa itu, terjadi persaingan sengit di
antara negara-negara Eropa, yaitu Portugis, Spanyol kemudian juga Inggris, Perancis dan
Belanda, untuk memperebutkan hegemoni perdagangan di Asia Timur. Untuk menghadapai
masalah ini, oleh Staaten Generaal di Belanda, VOC diberi wewenang memiliki tentara yang
harus mereka biayai sendiri. Selain itu, VOC juga mempunyai hak, atas nama Pemerintah
Belanda -yang waktu itu masih berbentuk Republik- untuk membuat perjanjian kenegaraan dan
menyatakan perang terhadap suatu negara. Wewenang ini yang mengakibatkan, bahwa suatu
perkumpulan dagang seperti VOC, dapat bertindak seperti layaknya satu negara.
Perusahaan ini mendirikan markasnya di Batavia (sekarang Jakarta) di pulau Jawa. Pos
kolonial lainnya juga didirikan di tempat lainnya di Hindia Timur yang kemudian menjadi
Indonesia, seperti di kepulauan rempah-rempah (Maluku), yang termasuk Kepulauan Banda di
mana VOC manjalankan monopoli atas pala dan fuli.
Metode yang digunakan untuk mempertahankan monompoli termasuk kekerasan
terhadap populasi lokal, dan juga pemerasan dan pembunuhan massal.Pos perdagangan yang
lebih tentram di Deshima, pulau buatan di lepas pantai Nagasaki, adalah tempat satu-satunya di
mana orang Eropa dapat berdagang dengan Jepang.
Tahun 1603 VOC memperoleh izin di Banten untuk mendirikan kantor perwakilan, dan
pada 1610 Pieter Both diangkat menjadi Gubernur Jenderal VOC pertama (1610-1614), namun
ia memilih Jayakarta sebagai basis administrasi VOC. Sementara itu, Frederik de Houtman
menjadi Gubernur VOC di Ambon (1605 - 1611) dan setelah itu menjadi Gubernur untuk
Maluku (1621 - 1623).
Pada abad ke-17 dan 18 tidak dikuasai secara langsung oleh pemerintah Belanda namun
oleh perusahaan dagang bernama Perusahaan Hindia Timur Belanda (bahasa Belanda: Verenigde
Oostindische Compagnie atau VOC). VOC telah diberikan hak monopoli terhadap perdagangan
dan aktivitas kolonial di wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada tahun 1602. Markasnya
berada di Batavia, yang kini bernama Jakarta.
Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan rempah-
rempah di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan terhadap
penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah, dan terhadap orang-orang non-
Belanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk tersebut. Contohnya, ketika penduduk
Kepulauan Banda terus menjual biji pala kepada pedagang Inggris, pasukan Belanda membunuh
atau mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan pulau-pulau tersebut
dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di perkebunan pala.
VOC menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada masa ini, dan bertempur dalam beberapa
peperangan yang melibatkan pemimpin Mataram dan Banten.

Abad ke-17
      Maret 1602 - Belanda berusaha memonopoli perdagangan rempah-rempah dengan membentuk
suatu kongsi dagang bernama VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie).
      1603 - VOC telah membangun pusat perdagangan pertama yang tetap di Banten namun tidak
menguntungkan kerena persaingan dengan para pedagang Tionghoa dan Inggris.
      Februari 1605 - Armada VOC bersekutu dengan Hitu menyerang kubu pertahanan Portugis di
Ambon dengan imbalan VOC berhak sebagai pembeli tunggal rempah-rempah di Hitu.
      1602 - Sir James Lancaster kembali ditunjuk memimpin pelayaran yang armada berisi orang-
orang The East India Company dan tiba di Aceh untuk selanjutnya menuju Banten.
      1604 - Pelayaran yang ke-2 maskapai Inggris yang dipimpin oleh Sir Henry Middleton,
maskapai ini berhasil mencapai Ternate, Tidore, Ambon dan Banda. Akan tetapi di wilayah yang
mereka kunjungi ini mendapat perlawanan yang keras dari VOC.
      1609 - VOC membuka kantor dagang di Sulawesi Selatan namun niat tersebut dihalangi oleh
raja Gowa. Raja Gowa tersebut melakukan kerjasama dengan pedagang-pedagang Inggris,
Prancis, Denmark, Spanyol dan Portugis.
      1610 - Ambon dijadikan pusat VOC, dipimpin seorang-gubernur jendral. Tetapi selama 3 orang
gubernur-jendral, Ambon tidak begitu memuaskan untuk dijadikan markas besar karena jauh dari
jalur-jalur utama perdagangan Asia.
      1611 - Inggris berhasil mendirikan kantor dagangnya di bagian Indonesia lainnya, di Sukadana
(Kalimantan barat daya), Makassar, Jayakerta, Jepara, Aceh, Priaman, Jambi.
      1618 - Des Banten mengambil keputusan untuk menghadapi Jayakarta dan VOC dengan
memaksa Inggris untuk membantu, dipimpin laksamana Thomas Dale.
      1619 - Ketika VOC akan menyerah pada Inggris, secara tiba-tiba muncul tentara Banten
menghalangi maksud Inggris. Karena Banten tidak mau pos VOC di Batavia diisi oleh Inggris.
Akibatnya Thomas Dale melarikan diri dengan kapalnya; Banten menduduki kota Batavia.
      12 Mei 1619 - Pihak Belanda mengambil keputusan untuk memberi nama baru Jayakarta
sebagai Batavia.
      Mei 1619 - Jan Pieterszoon Coen, seorang Belanda, melakukan pelayaran ke Banten dengan 17
kapal.
      30 Mei 1619 - Jan Pieterszoon Coen melakukan penyerangan terhadap Banten, memukul
mundur tentara Banten. Membangun Batavia sebagai pusat militer dan administrasi yang relatif
aman bagi pergudangan dan pertukaran barang-barang, karena dari Batavia mudah mencapai
jalur-jalur perdagangan ke Indonesia bagian timur, timur jauh, dari Eropa.
      1619 - Jan Pieterszoon Coen ditunjuk menjadi gubernur-jendral VOC. Dia menggunakan
kekerasan, untuk memperkokoh kekuasaannya dia menghancurkan semua yang merintangi. Dan
menjadikan Batavia sebagai tempat bertemunya kapal-kapal dagang VOC.
      1619 - Terjadi migrasi orang Tionghoa ke Batavia. VOC menarik sebanyak mungkin pedagang
Tionghoa yang ada di berbagai pelabuhan seperti Banten, Jambi, Palembang dan Malaka ke
Batavia. Bahkan ada juga yang langsung datang dari Tiongkok. Di sini orang-orang Tionghoa
sudah menjadi suatu bagian penting dari perekonomian di Batavia. Mereka aktif sebagai
pedagang, penggiling tebu, pengusaha toko, dan tukang yang terampil.
      1620 - Atas dasar pertimbangan diplomatik di Eropa VOC terpaksa bekerjasama dengan pihak
Inggris dengan memperbolehkan Inggris mendirikan kantor dagang di Ambon.
      1620 - Dalam rangka mengatasi masalah penyeludupan di Maluku, VOC melakukan
pembuangan, pengusiran bahkan pembantaian seluruh penduduk Pulau Banda dan berusaha
menggantikannya dengan orang-orang Belanda pendatang dan mempekerjakan tenaga kerja
kaum budak.
      1623 - VOC melanggar kerjasama dengan Inggris, Belanda membunuh 12 agen perdagangan
Inggris, 10 orang Inggris, 10 orang Jepang; 1 orang Portugis dipotong kepalanya.
      1630 - Belanda telah mencapai banyak kemajuan dalam meletakkan dasar-dasar militer untuk
mendapatkan hegemoni perniagaan laut di Indonesia.
      1637 - VOC yang telah beberapa lama di Maluku tidak mampu memaksakan monopoli atas
produksi pala, bunga pala, dan yang terpenting, cengkeh. Penyeludupan cengkeh semakin
berkembang, muncul banyak komplotan-komplotan yang anti dengan VOC. Gubernur-Jendral
Antonio van Diemen melancarkan serangan terhadap para penyeludup dan pasukan-pasukan
Ternate di Hoamoal.
      1638 - Van Diemen kembali ke Maluku dan berusaha membuat persetujuan dengan raja Ternate
dimana VOC bersedia mengakui kedaulatan raja Ternate atas Seram, Hitu serta menggaji raja
sebesar 4.000 real/tahun dengan imbalan bahwa penyeludupan cengkeh akan dihentikan dan
VOC diberi kekuasaan de facto atas Maluku. Akan tetapi persetujuan ini gagal.
      1643 - Arnold de Vlaming mengambil kesempatan kekalahan Ternate dengan memaksa raja
Ternate Mandarsyah ke Batavia dan menandatangani perjanjian yang melarang penanaman
pohon cengkeh di semua wilayah kecuali Ambon atau daerah lain yang dikuasai VOC. Hal ini
disebabkan pada masa itu Ambon mampu menghasilkan cengkeh melebihi kebutuhan untuk
konsumsi dunia.
      1656 - Seluruh penduduk Ambon yang tersisa dibuang. Semua tanaman rempah-rempah di
Hoamoal dimusnahkan dan akibatnya daerah tersebut tidak didiami manusia kecuali jika
ekspedisi Hongi (armada tempur) melintasi wilayah itu untuk mencari pohon-pohon cengkeh liar
yang harus dimusnahkan.
      1660 - Armada VOC yang terdiri dari 30 kapal menyerang Gowa, menghancurkan kapal-kapal
Portugis.
      Agustus-Desember 1660 - Sultan Hasanuddin, raja Gowa dipaksa menerima persetujuan
perdamaian dengan VOC, namun persetujuan ini tidak berhasil mengakhiri permusuhan.
      18 November 1667 - Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani perjanjian Bongaya, akan
tetapi Hasanuddin kembali mengobarkan pertempuran.
      April 1668 dan Juni 1669 - VOC melakukan serangan besar-besaran terhadap Goa dan setelah
pertempuran ini perjanjian Bongaya benar-benar dilakukan.
      1669 - Kondisi keadaan Nusantara bagian timur bertambah kacau, kehidupan ekonomi dan
administrasi tidak terkendalikan lagi.
      1670 - VOC telah berhasil melakukan konsolidasi kedudukannya di Indonesia Timur. Pihak
Belanda masih tetap menghadapi pemberontakan-pemberontakan tetapi kekuatannya tidak begitu
besar.
      1670 - VOC menebangi tanaman rempah-rempah yang tidak dapat diawasi, Hoamoal tidak
dihuni lagi, orang Bugis dan Makassar meninggalkan kampung halamannya. Banyak orang-
orang Eropa dan sekutu-sekutu yang tewas, semata-mata guna mencapai tujuan VOC untuk
memonopoli rempah-rempah.
      1674 - Pulau Jawa dalam keadaan yang memprihatinkan, kelaparan merajalela, berjangkit wabah
penyakit, gunung merapi meletus, gempa bumi, gerhana bulan, dan hujan yang tidak turun pada
musimnya.
      1680 - Di Jawa Barat, kerajaan Banten pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa mengalami masa
kejayaannya, Banten memiliki suatu armada yang dibangun menurut model Eropa. Kapal-
kapalnya berlayar memakai surat jalan menyelenggarakan perdagangan yang aktif di Nusantara.
Atas bantuan pihak Inggris, Denmark, Tiongkok orang-orang Banten dapat berdagang dengan
Persia, India, Siam, Vietnam, Tiongkok, Filipina dan Jepang. Banten merupakan penghasil lada
yang sangat kaya.
      1680 - VOC pada dasarnya hanya terbatas menguasai dataran-dataran rendah tertentu saja di
Jawa. daerah pegunungan seringkali tidak berhasil dikuasai dan daerah ini dijadikan tempat
persembunyian pemberontak. Tidak dapat dihindarkan lagi pemberontakan-pemberontakan
mengakibatkan kesulitan dan menguras dana VOC.
      1682 - Pasukan VOC dipimpin Francois Tack dan Isaac de Saint Martin berlayar menuju Banten
guna menguasai perdagangan di Banten. VOC merebut dan memonopoli perdagangan lada di
Banten. Orang-orang Eropa yang merupakan saingan VOC diusir. Orang-orang Inggris
mengundurkan diri ke Bengkulu dan Sumatera Selatan satu-satunya pos mereka yang masih ada
di Indonesia.
      1683-1710 - VOC mengalami masalah keuangan yang sangat berat di wilayah Asia selama
kurun waktu tersebut. Di antara 23 kantornya hanya tiga (Jepang, Surat dan Persia) yang mampu
memberikan keuntungan; sembilan menunjukkan kerugian setiap tahun termasuk Ambon,
Banda, Ternate, Makassar, Banten, Cirebon dan wilayah pesisir Jawa. VOC banyak
mengeluarkan biaya-biaya yang sangat tinggi akibat pemberontakan di samping pengeluaran
pribadi VOC yang tidak efesien, kebejatan moral, korupsi yang merajalela. VOC juga menuntut
semakin banyak kepada rakyat Jawa, yang mengakibatkan pemberontakan yang terus berlanjut
dan pengeluaran VOC bertambah tinggi.
      1684 - Gubernur-Jendral Speelman meninggal. Terbongkarlah korupsi dan penyalah gunaan
kekuasaan. Konon Speelman memerintah tanpa menghiraukan nasihat Dewan Hindia dan banyak
melakukan pembayaran dengan uang VOC yang pada dasarnya tidak pernah ada untuk pekerjaan
yang tidak pernah dilakukan. Selama masa kekuasaan Speelmen jumlah penjualan tekstil
menurun 90%, monopoli candu tidak efektif. Speelman juga banyak melakukan penggelapan
uang negara dan pada 1685 semua penunggalan Speelman disita negara.
      8 Februari 1686 - Dengan tipu muslihat Surapati berhasil membunuh Franois Tack dalam suatu
pertempuran. Tack tewas dengan dua puluh luka di tubuhnya.
      1690 - Belanda berusaha membalas kekalahan yang dialami Tack tetapi gagal karena Surapati
menguasai teknik-teknik militer Eropa dengan baik.

Abad ke-18
      1702 - Jumlah kekuatan serdadu militer Belanda yang berkebangsaan Eropa hanya tinggal
sedikit. Administrasi VOC kacau balau
      1706 - Surapati terbunuh di Bangil.
      1721 - VOC mengumumkan apa yang dinamakan komplotan orang-orang Islam yang
bermaksud melakukan pembunuhan terhadap orang-orang Eropa di Batavia dan juga orang-
orang Tionghoa.
      1722 - Perlakuan terhadap orang-orang Tionghoa bertambah kejam dan korup. Walaupun
demikian jumlah orang Tionghoa bertambah dengan pesat. VOC melakukan sistem kuota untuk
membatasi imigrasi, tetapi kapten-kapten kapal Tionghoa mampu menghindarinya dengan
bantuan dari pejabat VOC yang korupsi. Kebanyakan orang-orang Tionghoa pendatang yang
tidak memperoleh pekerjaan sebagian besar mereka bergabung menjadi gerombolan-gerombolan
penjahat di sekitar Batavia.
      1727 - Posisi ekonomi orang Tionghoa makin penting di satu pihak dan sering terjadinya
kejahatan oleh orang Tionghoa, menimbulkan perasaan tidak senang terhadap orang Tionghoa.
Rasa tidak senang menjadi semakin tebal di kalangan warga bebas, kolonis-kolonis Belanda
yang tidak dapat menandingi orang Tionghoa. Timbullah kemudian rasa permusuhan dan sikap
rasialis terhadap orang Tionghoa.
      1727 - Pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan peraturan bahwa semua orang Tionghoa
yang telah tinggal 10 sampai 12 tahun di Batavia dan belum memiliki surat izin akan
dikembalikan ke Tiongkok.
      1729 - Pemerintah kolonial memberikan kesempatan selama 6 bulan kepada orang Tionghoa
untuk mengajukan permohonan izin tinggal di Batavia dengan membayar 2 ringgit.
      1730 - Dikeluarkan larangan bagi orang Tionghoa untuk membuka tempat penginapan, tempat
pemadatan candu dan warung baik di dalam maupun di luar kota.
      1736 - Pemerintah kolonial mengadakan pendaftaran bagi semua orang Tionghoa yang tidak
memiliki surat izin tinggal.
      1740 - Terdapat 2.500 rumah orang Tionghoa di dalam tembok Batavia sedangkan jumlah orang
Tionghoa di kota dan daerah sekitarnya diperkirakan 15.000 jiwa. Jumlah ini setidak-tidaknya
merupakan 17% dari keseluruhan penduduk di daerah terebut. Ada kemungkinan bahwa orang-
orang Tionghoa sebenarnya merupakan unsur penduduk yang lebih besar jumlahnya. Ada pula
orang-orang Tionghoa di kota-kota pelabuhan Jawa dan Kartasura walaupun jumlahnya hanya
sedikit.
      1740 - Terjadi penangkapan terhadap orang Tionghoa, tidak kurang 1.000 orang Tionghoa
dipenjarakan. Orang Tionghoa menjadi gelisah lebih-lebih setelah sering terjadi penangkapan,
penyiksaan, dan perampasan hak milik Tionghoa.
      4 Februari 1740 - Segerombolan orang Tionghoa melakukan pemberontakan dan penyerbuan
pos penjagaan untuk membebaskan bangsanya yang ditahan.
      Juni 1740 - Kompeni Belanda mengeluarkan lagi peraturan bahwa semua orang Tionghoa yang
tidak memiliki izin tinggal akan ditangkapdan diangkut ke Sailan. Peraturan ini dilaksanakan
dengan sewenang-wenang.
      September 1740 - Tersiar berita bahwa segerombolan orang Tionghoa di daerah pedesaan sekitar
Batavia bergerak mendekati pintu gerbang Batavia. Mr. Cornelis di Tangerang dan de Qual di
Bekasi, memerintahkan memperkuat pos-pos penjagaan.
      7 Oktober 1740 - Pasukan bantuan yang dikirim ke Tangerang oleh pemerintah kolonial
diserang oleh gerombolan Tionghoa, sebagian besar dari pasukan tersebut tewas.
      Oktober 1740 - Berdasarkan bukti yang didapatkan VOC menarik kesimpulan bahwa orang-
orang Tionghoa sedang merencanakan sebuah pemberontakan.
      8 Oktober 1740 - Kompeni Belanda mengeluarkan maklumat, antara lain perintah menyerahkan
senjata kepada kompeni. Jam malam diadakan.
      9 Oktober 1740 - Dimulainya pembunuhan terhadap orang Tionghoa secara besar-besaran. Yang
banyak melakukan pembunuhan ini adalah orang-orang Eropa dan para budak. Dan pada
akhirnya ada sekitar 10.000 orang Tionghoa yang tewas. Perkampungan orang Tionghoa dibakar
selama beberapa hari. Kekerasan ini berhenti setelah orang Tionghoa memberikan uang premi
kepada serdadu-serdadu VOC guna melakukan tugasnya yang rutin.
      10 Oktober 1740 - Pertahanan kompeni Belanda di Tangerang diserang oleh sekitar 3.000 orang
pemberontak Tionghoa.
      Mei 1741 - Orang-orang Tionghoa yang berhasil lolos dari pembantaian di Batavia melarikan
diri ke arah timur menyusur sepanjang daerah pesisir. Mereka melakukan perebutan pos di
Juwana. Markas besar VOC dikepung dan pos-pos lainnya terancam.
      Juli 1741 - Pos VOC di Rembang dihancurkan oleh orang-orang Tionghoa yang membantai
seluruh personel VOC.
      Juli 1741 - Prajurit raja yang berada di Kartasura menyerang pos garnisun VOC. Komandan
VOC Kapten Johannes van Velsen dan beberapa serdadu lainnya tewas. Serdadu yang selamat
ditawari pilihan beralih ke agama Islam atau mati dan banyak yang memilih pindah agama.
      November 1741 - Pakubuwana II mengirim pasukan artileri ke Semarang. Pasukan prajurit-
prajurit tersebut bersatu dengan orang Tionghoa melakukan pengepungan terhadap pos VOC.
Pos VOC di Semarang ini dikepung oleh kira-kira 20.000 orang Jawa dan 3.500 orang Tionghoa
dengan 30 pucuk meriam. Orang Jawa dan Tionghoa bersatu melawan kompeni Belanda.
      Desember 1741-awal 1742 - VOC merebut kembali daerah-daerah lain yang terancam serangan.
      13 Februari 1755 - VOC menandatangani Perjanjian Giyanti. Isinya VOC mengakui
Mangkubumi sebagai Sultan Hamengkubuwana I, penguasa separuh wilayah Jawa Tengah.
      September 1789 - Belanda mendengar desas-desus bahwa raja Jawa akan melakukan
pembunuhan terhadap orang-orang Eropa, sehingga mengutus seorang residen yang bernama
Andries Hartsick dengan memakai pakaian Jawa menghadiri pertemuan rahasia di Istana Jawa.
      1 Januari 1800 - VOC secara resmi dibubarkan, didirikan Dewan untuk urusan jajahan Asia.
Belanda kalah perang dan dikuasai Perancis. Wilayah-wilayah yang dimiliki Belanda menjadi
milik Perancis.

B.   Dampak penjajahan pada masa VOC


1.      Bidang Ekonomi
a)        Komersialisme, dan Industrialisasi
Komersialisme yang terjadi di Indonesia awalnya disebabkan karena Kemerosotan VOC,
kekosongan kas negara Belanda serta hutang yang sangat besar dengan saldo kerugian sebesar
134,7 juta Gulden. Untuk mengatasi masalah tersebut maka diberlakukanlah tanam paksa
dibawah pimpinan Van den Bosh pada 1830-1870.
b)   Masa Tanam Paksa
Pada masa Tanam Paksa yang dikomersilkan dari Indonesia oleh Belanda adalah :
Tanah rakyat yang awalnya milik pribadi diambil dan dikuasai oleh pemerintah Belanda untuk
dijadikan sebagai lahan tanam paksa. Dimana tanah rakyat tersebut wajib ditanami tanaman yang
laku dipasaran Eropa (Ekspor) yang jenisnya telah ditentukan oleh pemerintah Belanda, seperti
kopi, gula, teh, tembakau, kapas, nila (indigo). Hasil dari tanam paksa tersebut diserahkan lepada
pemerintah Belanda dan hanya dihargai sangat rendah sehingga segala hasil keuntungan
sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah. Tanah rakyat yang bebas dari tanam paksa hanya 1/5
itupun rakyat masih dibebankan membayar pajak perorangan.
Selain tanahnya diambil, rakyat masih harus bekerja di lahan tanam paksa tersebut
dengan jangka waktu yang tidak terbatas bahkan hampir seluruh waktu digunakan untuk bekerja
dilahan tanam paksa. Sehingga rakyat tidak sempat untuk mengerjakan tanahnya sendiri.
Akibat dari tanam paksa tersebut:
a)         Tanah rakyat dieksploitasi
b)        Rakyat harus menanggung beban berat akibat tanam paksa.
c)         Selain itu rakyat masih dibebankan kerja rodi/ kerja paksa untuk pemerintah. Yang terberat
adalah rodi untuk membangun dan memelihara benteng pertahanan.
d)        Kemiskinan dan daya tahan rakyat dalam menghadapi berbagai bencana yang terlalu kecil
menyebabkan ketika terjadi musim kekeringan berarti bencana yang besar bagi rakyat.
Akibatnya terjadi kelaparan dimana-mana dan kematian, sehingga jumlah penduduk mengalami
penurunan yang tajam.
Contohnya:
Tahun 1843 1849-1850
Daerah Demak Grobogan
Sebelum Bencana 336.000 juta 89.500 jiwa
Setelah Bencana 120.000 juta 9.000 jiwa
e)         Tanam Paksa memang membawa keuntungan bagi Belanda tetapi rakyat Indonesia benar-benar
tenderita. Oleh karena itu dilakukan upaya penghapusan tanam paksa diawali dengan
penghapusan tanam paksa lada (1860) . Tahun 1870, secara resma tanam paksa dihapuskan di
Indonesia dengan dikeluarkan Undang-undang Gula, tetapi baru pada 1917 tanam paksa kopi
dapat dihapuskan.
f)         Saldo untung untuk Belanda mulai mengalami penurunan Sejas tahun 1867, dan pada 1870
benar-benar lenyap. Saldo keuntungan tersebut disebabkan karena pemerintah terlalu berhemat.

c)    Masa Liberalisme (1870-1900)


Penghapusan tanam paksa menyebabkan munculnya sistem ekonomi liberal, dimana
Indonesia dijadikan sebagai tempat untuk menanamkan modal mereka. Pada masa Liberalisme,
komersialisme terhadap bangsa Indonesia tampak dengan Indonesia dijadikan tempat untuk
mencari bahan mentah untuk kepentingan Industri orang-orang Eropa Indonesia dijadikan
sebagai tempat untuk menanamkan modal bagi para pengusaha swasta asing. Dengan cara
menyewa tanah rakyat untuk dijadikan perkebunan-perkebuan besar. Indonesia juga dijadikan
sebagai tempat untuk memasarkan hasil-hasil Industri Eropa.
Pada masa Liberalisme ini pulalah merupakan awal munculnya industrialisasi di
Indonesia. Munculnya Industrialisasi ditandai dengan:
Dikeluarkannya Undang-undang Agraria (Agrarische Wet) tahun 1870 ,yang memberikan
peluang bagi pengusaha asing (pengusaha dari Inggris, Belgia, Perancis, Amerika Serikat, Cina,
dan Jepang) untuk menyewa tanah dari rakyat Indonesia tetapi tidak boleh menjualnya. Mereka
mulai datang ke Indonesia untuk menanamkan modal dan untuk memperoleh keuntungan yang
besar. Tanah penduduk Indonesia yang awalnya merupakan milik pribadi tersebut harus disewa
untuk jangka waktu tertentu (25 tahun untuk tanah pertanian, 75 tahun untuk tanah ladang) oleh
para pemilik modal swasta asing. Penduduk hanya mendapatkan uang sebagai uang sewa tanah
tersebut dari hasil tersebut.
Tanah yang disewa kemudian dijadikan `perkebunan-perkebunan besar yang dilengkapi dengan
pabrik-pabrik untuk mengolah hasil perkebunan tersebut. Perkebunan-perkebunan tersebut
diantaranya Perkebunan Kopi, Teh, Gula, Kina dan Tembakau. Di Deli, Sumatra Timar.
Industri di Indonesia awalnya memang hanya industri perkebunan tetapi perkembangannya di
Indonesia terdapat industri mesin, industri tambang, dsb. Para pengusaha Indonesia tidak mampu
mengalah pengusaha swasta asing.
   Pelaksanaan Industrialisasi di Indonesia berkembang pesat didukung dengan:
Dibukanya Terusan Suez(1869) yang berfungsi untuk memperpendek jarak tempuh antara Eropa
ke Indonesia.
   Di Indonesia dibangun pelabuhan, seperti Tanjung Prior (1886),dilengkapi dengan jalan raya, jalan
kereta api, jembatan, serta sarana telekomonilasi.
Dengan sarana transportasi tersebut proses industrialisasi di Indonesia berjalan semakin pesat.
   Selain itu dibangun saluran irigasi dan waduk-waduk.
Selama masa Industrialisasi selain perkebunan besar di Indonesia berkembang pula:
- Nederlandsch Handels Maatschappij (NHM)
- Bank Perkebunan (Cultuur Banker), Pusat perkreditan, dan Kantor pegadaian.

Perkembangan tanaman perkebunan mulai mengalami kemunduran karena jatuhnya harga


kopi dan gula di dunia pada 1885 dikarenakan di Eropa mulai ditanam Gula Bit. Selain itu pada
1891 harga tembakau mengalami penuruan. Krisis 1885 mengakibatkan perubahan yang cukup
besar bagi kehidupan ekonomi Hindia Belanda.

2.      Bidang Sosial


A.    Penggolongan Sosial
Penggolongan Sosial merupakan pembedaan anggota masyarakat, golongan secara
horizontal atas dasar perbedaan ras, jenis kelamin, agama, profesi, dsb. Pada masa colonial
penggolongan masyarakat didasarkan pada perbedaan ras.
1.    Golongan Eropa
Terdiri dari orang Belanda, Inggris, Amerika, Belgia, Swiss, dan Perancis.Golongan
Eropa merupakan golongan pendatang yang sangat minoritas. Mereka memiliki kekuasaan yang
besar di Indonesia. Status sosial mereka lebih tinggi dibandingkan dengan golongan-golongan
lain yang ada. Mereka adalah para pemilik modal yang menanamkan modalnya di perusahaan
perkebunan Indonesia.
Perkawinan antara orang Eropa orang Indonesia disebut golongan Indo-Eropa.
2.        Golongan Asia dan Timar Asing
Terdiri dari bangsa Cina, India, dan Arab. Mereka memiliki kedudukan sosial yang lebih
tinggi dan istimewa daripada kaum pribumi. Status ekonomi merekapun tinggi sehingga
membuat pemerintah Belanda memberikan banyak kemudahan bagi golongan tersebut dalam
sektor perdagangan. Sebagai pedagang, mereka menguasai perdagangan eceran, tekstil, dan
mesin elektronik. Perkawinan antara kaum Timur Asing dengan orang Indonesia disebut
golongan Indo Timur Asing/ Peranakan.
3.        Golongan Pibumi
Golongan Pribumi merupakan kelompok mayoritas dan merupakan pemilik negeri ini.
Mereka merupakan penduduk asli Indonesia. Tetapi merupakan orang yang tertindas dan
terjajah. Kedudukannya adalah yang paling rendah (lapisan terbawah) dan dibebankan banyak
kewajiban tetapi hanya kurang diperhatikan.

B.    Stratifikasi Sosial / Pelapisan Sosial


Stratifikasi Sosial merupakan struktur sosial atau susunan masyarakat yang dibedakan ke
dalam lapisan-lapisan secara bertingkat.
Sebelum pemerintahan kolonial di Indonesia telah mengenal 4 lapisan masyarakat,
yaitu:
1.    Golongan Raja dan keluarganya
Golongan raja memiliki pengaruh yang sangat besar dalam masyarakat pada suatu
wilayah. Hal ini disebabkan karena kkedudukannya ssebagai penguasa dalam suatu wilayah.
Golongan ini sangat dihormati dan disegani oleh rakyatnya. Raja memerintah secara turun-
temurun.
2.    Golongan Elite
Golongan elite merupakan sekelompok masyarakat yang mempunyai kedudukan
terkemuka di masyarakat maupun di lingkungan kerajaan. Terdiri dari golongan bangsawan,
tentara, kaum keagamaan, serta golongan pedagang. Merreka memiliki kehidupan ekonomi,
sosial, dan budaya yang berbeda dengan masyarakat non elite. Mereka hidup seperti keluarga
kerajaan yang dilengkapi dengan pegawai dan Hamba Sahaya.
3.    Golongan Non Elite
Golongan non Elite merupakan gologan masyarakat kebanyakan dengan jumlahnya
paling besar. Mereka memiliki berbagai keahlian seperti dalam bidang pertanian, pertukangan,
pedagang kecil/kelontong sebagian besar mereka tinggal di desa. Sedangkan masyarakat non
elite yang tinggal di kota adalah para seniman.
4.    Golongan Hamba Sahaya
Golongan Hamba Sahaya merupakan masyarakat lapisan paling bawah. Mereka
mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang paling berat. Mereka dapat menjadi golongan Hamba
Sahaya jika mereka tidak dapat membayar hutang, tawanan perang, serta mereka yang diperoleh
dengan membeli (Budak Belian). Perlakuan terhadap mereka tergantung kepada orang yang
menjadi majikannya mereka dapat membebaskan diri jika majikannya memberikan kebebasan
padanya.
Adapun Sistem Pelapisan Sosial masa Pemerintahan Kolonial sebagai berikut:
1.    Golongan Penjajah dan Terjajah
Golongan penjajah merupakan golongan bangsa asing yang menguasai Indonesia dan
memiliki peran yang penting dalam menentukan arah kekuasaan dan jalannya pemerintahan.
Mereka sekedar menjajah untuk mendapatkan keuntungan dan menghalalkan segala cara.
Golongan terjajah merupakan golongan yang menjadi tempat penindasan dan pemerasan
yang dilakukan oleh penjajah. Mereka yang mengalami penderitaan dan kesengsaraan akibat
penindasan dan pemerasan selalu dialaminya.

2.    Golongan Majikan dan Buruh


Golongan majikan terdiri dari para pengusaha swasta asing. Pemilik perusahaan.
Golongan buruh terdiri dari masyarakat yang bekerja pada perusahaan-perusahaan. Dari
perkebunan-perkebunan tersebut hanya kaum pemilik modal yang memperoleh keuntungan
sedangkan kaum buruh memperoleh upah yang kecil.

C.    Mobilitas Sosial Penduduk dan Perubahan Demografi


a)        Mobilitas sosial
Mobilitas sosial merupakan gerakan masyarakat atau perpindahan penduduk atau
masyarakat dari satu daerah ke daerah lain.
Mobilitas sosial yang terbesar di Indonesia terjadi karena :
  Pada masa tanam paksa orang melakukan mobilitas sosial untuk menghindari berbagai kewajiban
yang harus mereka jalani seperti kewajiban kerja paksa dan tanam paksa. Mereka berpindah ke
daerah-daerah yang tidak ada kewajiban tanam paksanya.
  Pada masa tanam paksa mereka melakukan mobilitas penduduk juga untuk menghindari diri dari
bahaya kelaparan dan kekeringan yang melanda desa mereka. Sehingga mereka pergi ke daerah
yang tidak terkena kekeringan.
  Berkembangnya perkebunan-perkebunan besar di Indonesia menyebabkan munculnya tuntutan
akan pemenuhan tenaga kerja.
  Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja tersebut maka pemerintah melakukan mobilitas sosial
yaitu dengan mendatangkan para pekerja dari daerah ke pusat-pusat perkebunan.
Contohnya sejak tahun 1870 terjadi pengiriman buruh secara besar-besaran dari Jawa ke
perkebunan di Sumatra Timur. Sehingga banyak penduduk Pulau Jawa yang bekerja ke luar
Jawa.
  Para pekerja Indonesia dibayar dengan harga murah sehingga para pengusaha perkebunan bersedia
mengikat mereka dengan Koeli Ordonatie (kuli kontrak) yang disertai denagn Poenale
Sanctie(ancaman hukuman bagi yang tidak mau bekerja dan meninggalkan perkebunan), ini
merupakan kebijakan dari pemerintah.
  Mobilitas sosial terjadi juga karena lahan-lahan pertanian di desa digunakan untuk industri dan
perkebunan  besar sehingga penduduk yang awalnya bekerja sebagai petani beralih profesi
menjadi buruh. Mereka meninggalkan desanya menuju ke tempat-tempat industri.
  Munculnya kota-kota baru yang mendukung berbagai aktivitas masyarakat memungkinkan
berbagai sarana prasarana ada di kota tersebut sehingga masyarakat pergi kekota untuk
memenuhi kebutuhan mereka. Seperti kebutuhan akan pendidikan yang hanya ada di kota.
  Banyaknya orang Indonesia yang mengenyam pendidikan pada akhirnya memunculkan golongan
cendekiawan yang bekerja pada kantor-kantor milik pemerintah yang letaknya di kota. Hal ini
menyebabkan mereka meninggalkan desa untuk bekerja menjadi pejabat di kota.

Hal-hal yang mempercepat terjadinya mobilitas sosial adalah sebagai berikut.


1.    Dibangunnya jaringan infrastruktur seperti jalan raya,  jalan kereta api, pelabuhan, kapal, kereta
apai,dsb. Semua itu ditujukan untuk menunjang kegiatan perkebunan, pengangkutan barang,
serta  tenaga kerja dari satu tempat ke tempat yang lain.
2.    Munculnya kota-kota baru yang lahir sebagai dampak munculnya kota-kota perkebunan. Kota-
kota dipesisr contohnya: Tuban, Gresik,Batavia, Surabaya, Semarang, Banten, dsb. Kota-kota di
Pedalaman, seperti Bandung, Malang, Sukabumi.
3.    Munculnya kebangkitan Nasional Indonesia dan lahirnya kesadaran kebangsaan dan bernegara di
kalangan penduduk menimbulkan mobilitas sosial penduduk sebagai upaya untuk melakukan
perlawanan menentang penjajahan.

b)       Perubahan Demografi


Perubahan Demografi merupakan perkembangan perubahan jumlah penduduk.
Pola kependudukan di Indonesia mengalami perkembangan seiring dengan kemajuan
ekonomi di Indonesia. Pola kependudukan tersebut mengikuti pola kependudukan modern. Hal
ini terliaht dengan:
1.        Lahirnya desa-desa dan kota-kota modern menggantikan ibu kota kerajaan sebagai pusat
aktivitas masyarakat Indonesia.
2.        Kota-kota baru yang muncul merupakan pusat pemerintahan, kantor-kantor dagang, dan pusat-
pusat perkebunan.
3.        Desa merupakan daerah pertanian yang mendukung aktivitas di daerah perkotaan.
4.        Hubungan desa dan kota pada masa Belanda merupakan hubungan yang berdasarkan
kepentingan ekonomi. Pejabat pemerintahan merupakan kaki tangan Belanda dalam
memperlancar urusan perdagangan.

Masalah kependudukan selalu berkaitan dengan masalah tanah serta perubahan


fungsinya. Hal ini terlihat pada:
Masa Tanam Paksa, perubahan tampak dengan tanah-tanah yang semula adalah milik
rakyat selanjutnya menjadi tanah perkebunan milik pemerintah dengan ditanami tanaman yang
laku dipasaran Eropa. Tanah-tanah tersebut harus dikerjakan secara paksa oleh rakyat sehingga
tentu saja menimbulkan penderitaan bagi rakyat.
Masa Liberalisme, tanah-tanah milik penduduk dijadikan perkebunan-perkebunan besar
yang ditanami tanaman yang menguntungkan, seperti gula, tembakau. Tanah milik petani
menjadi objek kapitalisme, seiring munculnya perkebunan-perkebunan swasta asing. Perkebunan
tersebut kemudian dijadikan tempat/tujuan untuk bekerja dan mendapatkan upah sehingga
muncul mobilitas penduduk yang akhirnya memunculkan lahirnya kota-kota baru sebagai tempat
perkembangan perekonomian penduduk.
D.    Kedudukan dan Peran Perempuan
Berkembangnya pendidikan di Indonesia mampu merubah keadaan bangsa Indonesia
demikian pula dengan kondisi kaum perempuan pada masa itu.
Perempuan Indonesia pada zaman dulu memiliki peran:
           Hanya  sebagai ibu rumah tangga, ibu untuk anak-anak mereka dan istri serta pelayan suami.
           Kaum perempuan Indonesia dibelenggu oleh aturan-aturan tradisi dan adat yang membatasi
perannya dalam kehidupan masyarakat.
           Mereka tidak boleh mengenyam pendidikan, pendidikan yang boleh mereka peroleh terbatas
pada usaha untuk persiapan menjadi ibu rumah tangga.
           Mereka hanya dapat pasrah menunggu serta menerima apa yang ditentukan oleh adat yang
didominasi oleh kaum laki-laki.
           Mereka tidak boleh menentukan jodohnya sebab jodoh telah ditentukan oleh orang tuanya.

Kedudukan perempuan zaman dulu:


  Perempuan selalu dipandang rendah, dianggap tidak berguna apa-apa.
  Kedudukannya dipandang dibawah laki-laki sehingga perempuan selalu diperlakukan kurang
sopan.
  Perempuan tidak mempunyai hak tetapi mempunyai banyak sekali kewajiban.
  Perempuan adalah kaum yang terbelakang, tidak perlu diperhitungkan.

Masuknya budaya barat dengan kemodernisasiannya mampu membukakan pikiran bagi


kaum wanita Indonesia yang dipelopori oleh R.A Kartini (21 April 1879-13 September 1904). Ia
sadar bahwa perempuan pribumi terlalu terikat dengan tradisi dan adat istiadat. Perempuan selalu
terbelakang dan terlalu berpandangan sempit. Kartini ingin menampilkan sebuah perubahan bagi
kaum perempuan Indonesia. Karena pergaulannya ketika sekolah di E.L.S. (Europese Lagere
School) atau tingkat sekolah dasar dan ilmu yang dia peroleh selama sekolah maka Kartini
berkeinginan untuk mengangkat kedudukan kaumnya. Ia mulai mendirikan sekolah khusus
perempuan di kota Jepara dan di Rembang (tempat tinggal suaminya, Raden Adipati
Joyodiningrat). Kartini sendiri yang menjadi guru disekolah tersebut. Apa yang dilakukan
Kartini tersebut akhirnya diikuti oleh teman-temannya yang mendirikan Sekolah Wanita di
Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Perkembangan
pendidikan untuk kaum wanita semakin berkembang dengan diberlakukannya Politik Etis oleh
pemerintah Belanda (1900-1922).

3.         Bidang Budaya


A.    Pengaruh Westernisasi
Westernisasi (Pembaratan) merupakan proses pemasukkan pengaruh budaya Barat bagi
rakyat.Masuknya pengaruh budaya Barat tersebut tentu saja berbeda dengan nilai-nilai dari
kebudayan asli bangsa Indonesia. Westernisasi masuk melalui jalur pemerintahan dan
pendidikan. Pengaruh Westernisasi bagi bangsa Indonesia tampak pada:
1.    Penggunaan bahas Belanda dalam pergaulan sehari-hari di kalangan rakyat Indonesia.
2.    Gaya berpakaian rakyat Indonesia meniru cara berpakaian model barat, tampak dengan
dikenalnya rok, jas, dasi, topi,dsb.
3.    Tata cara pergaulan dan lingkungan pergaulan yang meniru cara barat dimana telah lebih terbuka
dan bebas.
4.    Sistem jabatan dan kepangkatan, dimana orang Indonesia mulai menduduki jabatan tertentu dan
menyandang pangkat tertentu.
5.    Adanya Pendidikan model Eropa/Barat menjadi prioritas utama bagi rakyat Indonesia yang ingin
mengenyam pendidikan.
6.    Model bangunan dan arsitektur serta sarana penunjang kehidupan meniru model Eropa sehingga
lebih modern bahkan tata kotapun meniru model barat.

Pengaruh Westernisasi sangat terlihat bagi kalangan bangsawan dan birokrat kolonial,
sedangkan bagi sebagian besar rakyat Indonesia masih tetap menjalankan dengan cara lama
(feodal-tradisional).

B.    Perkembangan Pendidikan


Sebelum masuknya kolonialisme Barat di Indonesia :
o    Sistem pendidikan masih bersifat tradisional yang hanya bisa dinikmati oleh beberapa orang dan
biasanya kangan elite tertentu dalam masyarakat.
o    Pusat pendidikan terbatas di lingkungan keraton dan tempat-tempat penyebaran agama , seperti
pondok pesantren.
o    Berkembangnya Politik Etis menyebabkan berdirinya sekolah-sekolah untuk kaum pribumi.
Tujuan didirikan sekolah-sekolah tersebut awalnya untuk mendidik calon-calon birokrat
pemerintah bangsa Indonesia.

Jenis-jenis sekolah yang didirikan:


  Sekolah Calon Birokrat bernama OSVIA (Opleidingschool Voor Inlandische Ambtenaren) yang
didirikan di Bandung, Magelang, dan Probolinggo, untuk kalangan elite tertentu.
  Pada tahun 1848, dibuka sekolah secara massal disetiap kabupaten, meskipun masih terbatas untuk
kalangan tertentu, seperti:
  HIS (Hollandsch Inlandsche School)
  MULO (Meer Ultgebreid Lager Onderwijs)
  AMS (Algemeene Middelbare School)
  HBS (Hoogere Burgerschool)
  Pada tahun 1851 dibuka sekolah guru Kweekschool dan Hogere Kweekschool.
  Dibuka sekolah dokter STOVIA.
  Akhir tahun 19 dibuka sekolah untuk kaum pribumi disebut Sekolah Angka 1 dan Sekolah Angka
2 bersifat umum dan memberikan pelajaran dasar seperti membaca, menulis, berhitung, ilmu
bumi, sejarah, dan ilmu alam.
Dalam pendidikan Eropa diajarkan dengan menggunakan metode pendidikan Barat,
diperkenalkan pula nilai-nilai seperti disiplin, taat pada aturan serta tata cara Barat yang
sebelumnya tidak dikenal dalam sistem pendidikan pribumi.

C.    Bidang Ideologi dan Agama


a)         Bidang Ideologi
Pendidikan yang diperoleh masyarakat Indonesia mampu menyadarkan mereka mengenai
kondisi bangsa Indonesia akibat penjajahan dan apa yang seharusnya dilakukan oleh rakyat.
Tujuan pemberian pendidikan sebagai strategi politik etis Belanda tetapi akhirnya menjadi sarana
penyadaran nasionalisme Indonesia.
Dengan pendidikan mampu:
   Menumbuhkan nilai-nilai kebangsaan, kejuangan, dan ke-Indonesiaan di kalangan perintis
pergerakan nasional Indonesia. Munculnya Nasionalisme dikalangan rakyat Indonesia.
   Menumbuhkan kesadaran mengenai makna kemerdekaan, kebebasan dan hak untuk menentukan
nasib sendiri di kalangan pribumi dan membawa Indonesia menuju kemerdekaan.
   Mulai dibentuklah organisasi pergerakan nasional seperti, Budi Utomo.
   Nilai-nilai baru tersebut mulai dilembagakan dan menjadi dasar perjuangan mereka. Sejak saat itu
Indonesia memasuki tahap pergerakaan nasional.
b)        Bidang Agama

Masyarakat Indonesia mayoritas memeluk agama Islam, kegiatan keagamaan dikontrol


dan dibatasi oleh pemerintah kolonial.
Hal tersebut didasarkan pada ketakutan pemerintah Belanda akan munculnya gerakan
yang dapat menghambat kepentingan perdagangan dan politiknya.
Cara pengontrolan pemerintah kolonial dilakukan dengan :
a)        Orang Muslim yang naik haji juga dibatasi karena dianggap sebagai cikal bakal munculnya
tokoh-tokoh Muslim yang radikal.
Kebijakan tersebut menyebabkan munculnya perlawanan dari masyarakat Muslim Indonesia.
Untuk meneliti dan mempelajari seluk beluk masyarakat Muslim Indonesia, Belanda mengirim
Snouck Hurgronje ke Aceh.
b)        Belanda juga membatasi kelompok-kelompok agama Katolik, dan Protestan. Belanda melihat
kegiatan keagamaan yang dilakukan para missionaris, pastor, dan pendeta melalui lembaga
pendidikan sebagai penghalang bagi kepentingan perdagangan dan kekuasaan pemerintah
Belanda.
c)        Pemerintah membuat laporan bahwa setiap kegiatan keagamaan harus dilaporkan dan mendapat
perizinan dari pemerintah Belanda.

C. Runtuhnya VOC
Sejak tahun 1780-an terjadi peningkatan biaya dan menurunnya hasil penjualan, yang
menyebabkan kerugian perusahaan dagang tersebut. Hal ini disebabkan oleh korupsi, kolusi dan
nepotisme yang dilakukan oleh para pegawai VOC di Asia Tenggara, dari pejabat rendah hingga
pejabat tinggi, termasuk para residen. Misalnya beberapa residen Belanda memaksa rakyat untuk
menyerahkan hasil produksi kepada mereka dengan harga yang sangat rendah, dan kemudian
dijual lagi kepada VOC melalui kenalan atau kerabatnya yang menjadi pejabat VOC dengan
harga yang sangat tinggi.
Karena korupsi, lemahnya pengawasan administrasi dan kemudian konflik dengan
pemerintah Belanda sehubungan dengan makin berkurangnya keuntungan yang ditransfer ke
Belanda karena dikorupsi oleh para pegawai VOC di berbagai wilayah, maka kontrak VOC yang
jatuh tempo pada 31 Desember 1979 tidak diperpanjang lagi dan secara resmi dibubarkan tahun
1799. Setelah dibubarkan, plesetan VOC menjadi Vergaan Onder Corruptie (Hancur karena
korupsi).
Setelah VOC dibubarkan, daerah-daerah yang telah menjadi kekuasaan VOC, diambil
alih –termasuk utang VOC sebesar 134 juta gulden- oleh Pemerintah Belanda, sehingga dengan
demikian politik kolonial resmi ditangani sendiri oleh Pemerintah Belanda. Yang menjalankan
politik imperialisme secara sistematis, dengan tujuan menguasai seluruh wilayah, yang kemudian
dijadikan sebagai daerah otonomi yang dinamakan India-Belanda ( Nederlands-Indie ) di bawah
pimpinan seorang Gubernur Jenderal.
Gubernur Jenderal VOC terakhir, Pieter Gerardus van Overstraten (1797 – 1799),
menjadi Gubernur Jenderal Pemerintah India-Belanda pertama (1800 – 1801).

Bab III
Penutup

A.   Kesimpulan
1.       Bidang Ekonomi
a)      Komersialisme yang terjadi di Indonesia awalnya disebabkan karena Kemerosotan VOC,
kekosongan kas negara Belanda .Untuk mengatasinya diberlakukanlah tanam paksa dibawah
pimpinan Van den Bosh pada 1830-1870.
b)      Tanah rakyat yang awalnya milik pribadi diambil dan dikuasai oleh pemerintah Belanda untuk
dijadikan sebagai lahan tanam paksa. Akibatnya Tanah rakyat dieksploitasi.
c)      Sistem ekonomi liberal, dimana Indonesia dijadikan sebagai tempat untuk menanamkan modal
mereka. Pada masa Liberalisme, komersialisme terhadap bangsa Indonesia tampak dengan
Indonesia dijadikan tempat untuk mencari bahan mentah untuk kepentingan Industri orang-orang
Eropa.
2.       Bidang Sosial
a.         Penggolongan Sosial merupakan pembedaan anggota masyarakat, golongan secara horizontal
atas dasar perbedaan ras, jenis kelamin, agama, profesi, dsb.
b.         Stratifikasi Sosial merupakan struktur sosial atau susunan masyarakat yang dibedakan ke dalam
lapisan-lapisan secara bertingkat.
c.         Mobilitas sosial merupakan gerakan masyarakat atau perpindahan penduduk atau masyarakat
dari satu daerah ke daerah lain.
dang Budaya
a.         Pengaruh Westernisasi bagi bangsa Indonesia yaitu Penggunaan bahas Belanda dalam pergaulan
sehari-hari di kalangan rakyat Indonesia. Dan gaya berpakaian rakyat Indonesia meniru cara
berpakaian model barat, tampak dengan dikenalnya rok, jas, dasi, topi,dsb.
b)      Sistem pendidikan masih bersifat tradisional yang hanya bisa dinikmati oleh beberapa orang dan
biasanya kangan elite tertentu dalam masyarakat. Dan berkembangnya politik etis menyebabkan
berdirinya sekolah-sekolah untuk kaum pribumi. Tujuan didirikan sekolah-sekolah tersebut
awalnya untuk mendidik calon-calon birokrat pemerintah bangsa Indonesia.
c)      Pendidikan yang diperoleh masyarakat Indonesia mampu menyadarkan mereka mengenai
kondisi bangsa Indonesia akibat penjajahan dan apa yang seharusnya dilakukan oleh rakyat. Dan
Masyarakat Indonesia mayoritas memeluk agama Islam, kegiatan keagamaan dikontrol dan
dibatasi oleh pemerintah kolonial.

2.      Saran
Kita sebagai generasi penerus bangsa, harus meneruskan perjuangan para pahlawan
yang telah gugur dengan menjaga Indonesia ini, agar tidak terjajah lagi. Dan berusaha untuk
menjunjung tinggi nama baik bangsa dan berusaha mewujudkan tercapainya cita-cita negara kita,
negara Indonesia tercinta.

Daftar Pustaka

http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2009/06/pemanasan-global-global-warming.html
http://mustaqimzone.wordpress.com/2010/02/07/perubahan-ekonomi-sosial-dan-budaya-masyarakat-
indonesia-sebagai-dampak-kekuasaan-bangsa-bangsa-eropa-di-indonesia/
http://rinahistory.blog.friendster.com/2009/03/perubahan-ekonomi-sosial-dan-budaya-masyarakat-
indonesia-sebagai-dampak-kekuasaan-bangsa-bangsa-eropa-di-indonesia/
http://rinamenoreh.blogspot.com/2010/02/runtuhnya-voc-penjajahan-pemerintah.html
http://www.indonesiaindonesia.com/f/2380-indonesia-era-voc/


Mengakhiri
Nama Foto Memulai Jabatan Keterangan
Jabatan

Masa VOC (1610-1799)


1. Pieter Both 19 Desember 1610 6 November
1614

2. Gerard Reynst 7 November 1614 1615

3. Laurens Reael 1615 20 Mei 1619

4. Jan Pieterszoon 25 Oktober 1617 31 Januari


Coen (diangkat) 1623
30 April 1618
(dikonfirmasikan)
21 Mei 1619
(resmi)

5. Pieter de 1 Februari 1623 30


Carpentier September
1627

6. Jan Pieterszoon 3 Oktober 1624 21


Coen (diangkat) September
30 September 1629
1627 (resmi)
Mengakhiri
Nama Foto Memulai Jabatan Keterangan
Jabatan

7. Jacques Specx 22 September 17 April


1629 1632

8. Hendrik 18 April 1632 1 Januari


Brouwer 1636

9. Antonio van 1 Januari 1636 19 April


Diemen 1645

10. Cornelis van der 19 April 1645 7 Oktober 1645: Sementara menggantikan
Lijn 10 Oktober 1646 1650 Antonio van Diemen yang meninggal
(resmi) dunia.

11. Carel Reyniersz 26 April 1650 19 Mei 1653


(diangkat)
8 Oktober 1651
(resmi)

12. Joan 19 Mei 1653 1678


Maetsuycker

13. Rijkloff van 1678 24


Goens November
1681
Mengakhiri
Nama Foto Memulai Jabatan Keterangan
Jabatan

14. Cornelis 25 November 11 Januari


Speelman 1681 1684

15. Johannes 11 Januari 1684 24


Camphuys September
1691

16. Willem van 17 Desember 1690 14 Agustus


Outhoorn (diangkat) 1704
24 September
1691 (resmi)

17. Johan van Hoorn 15 Agustus 1704 29 Oktober


1709

18. Abraham van 30 Oktober 1709 17


Riebeeck November
1713

19. Christoffel van 17 November 12


Swol 1713 November
1718

20. Hendrick 13 November 7 Juli 1725 1718: Sementara menggantikan


Zwaardecroon 1718 Christoffel van Swol yang meninggal
10 September dunia.
1720 (resmi)
Mengakhiri
Nama Foto Memulai Jabatan Keterangan
Jabatan

21. Mattheus de 16 Oktober 1724 1 Juni 1729


Haan (diangkat)
8 Juli 1725 (resmi)

22. Diederik Durven 1 Juni 1729 28 Mei 1732

23. Dirk van Cloon 28 Mei 1732 10 Maret


1735

24. Abraham Patras 11 Maret 1735 3 Mei 1737

25. Adriaan 3 Mei 1737 6 November


Valckenier 1741

26. Johannes 6 November 1741 28 Mei 1743


Thedens

27. Gustaaf Willem 29 Mei 1743 1 November


baron van 1750
Imhoff
Mengakhiri
Nama Foto Memulai Jabatan Keterangan
Jabatan

28. Jacob Mossel 1 November 1750 15 Mei 1761

29. Petrus Albertus 15 Mei 1761 28


van der Parra Desember
1775

30. Jeremias van 28 Desember 1775 3 Oktober


Riemsdijk 1777

31. Reinier de Klerk 4 Oktober 1777 1 1777: Sementara menggantikan


9 Oktober 1778 September Jeremias van Riemsdijk yang
(resmi) 1780 meninggal dunia.

32. Willem Alting Maret 1780 17 Februari


(pejabat 1797
sementara)
1 September 1780
(resmi)

33. Pieter Gerardus 16 Agustus 1796 31 Pada masa pemerintahannya terjadi


van Overstraten (diangkat) Desember peralihan kekuasaan dari VOC ke
17 Februari 1797 1799 pemerintahan Kerajaan Belanda di
(ambil alih) bawah kekuasaan Napoleon
22 Januari 1798 Bonaparte.
(resmi)
Mengakhiri
Nama Foto Memulai Jabatan Keterangan
Jabatan

Masa kekuasaan Perancis/Belanda (1800-1811)

Di bawah kekuasaan Napoleon di Perancis


33. Pieter Gerardus 1 Januari 1800 22 Agustus
van Overstraten 1801

34. Johannes Siberg 22 Agustus 1801 1805 1801: Sementara menggantikan


22 Agustus 1802 Pieter Gerardus van Overstraten
(resmi) yang meninggal dunia.

35. Albertus 1805 4 Januari


Hendricus Wiese 1808

36. Herman Willem 5 Januari 1808 15 Mei 1811


Daendels

37. Jan Willem 11 November 18 Ia ditangkap oleh tentara Kerajaan


Janssens 1810 (diangkat) September Inggris pada pertempuran di
15 Mei 1811 1811 Buitenzorg (sekarang Bogor) pada
(resmi) tanggal 18 September 1811 yang
secara otomatis mengakhiri
kekuasaannya atas wilayah Hindia
Belanda.
Mengakhiri
Nama Foto Memulai Jabatan Keterangan
Jabatan

Masa kekuasaan Inggris (1811-1816)


38. Lord Minto 18 September 1811
1811

39. Thomas 1811 11 Maret


Stamford Raffles 1816

40. John Fendall 11 Maret 1816 15 Agustus Pada masa pemerintahannya terjadi
1816 pengambilalihan kembali kekuasaan
atas wilayah Hindia Belanda antara
Kerajaan Inggris dengan Kerajaan
Belanda, yang diwakili oleh dirinya
(sebagai wakil dari Kerajaan Inggris)
kepada G.A.G.Ph. van der Capellen
(sebagai wakil dari Kerajaan
Belanda).

Masa kekuasaan Belanda kedua (1816-1949)


41. G.A.G.Ph. van 16 Agustus 1816 1 Januari
der Capellen (ambil alih) 1826
19 Agustus 1816
(resmi)

42. Leonard Pierre 2 Januari 1826 16 Januari


Joseph du Bus (diangkat) 1830
de Gisignies 4 Februari 1826
(resmi)
Mengakhiri
Nama Foto Memulai Jabatan Keterangan
Jabatan

43. Johannes van 17 Januari 1830 1833


den Bosch

44. J.C. Baud 1833 1836

45. Dominique 1836 1840


Jacques de
Eerens

46. C.S.W. van 1840 1841


Hogendorp

47. P. Merkus 1841 1844

48. Jan Cornelis 1844 1845


Reijnst

49. Jan Jacob 1845 1851 Pada 28 September 1849, ia datang


Rochussen ke Pengaron di Kesultanan Banjar
guna meresmikan pembukaan
tambang batu bara milik
pemerintahan Hindia Belanda yang
pertama yang dinamakan "Tambang
Batu Bara Oranje-Nassau Bentang
Emas".
Mengakhiri
Nama Foto Memulai Jabatan Keterangan
Jabatan

50. A.J. Duymaer 1851 1856


van Twist

51. Charles 1856 1861


Ferdinand
Pahud

52. Ary Prins 1861 1861 Gubernur-Jenderal sementara.

53. Ludolph Anne 1861 1866


Jan Wilt Sloet
van de Beele

54. Ary Prins 1866 1866 Gubernur-Jenderal sementara.

55. Pieter Mijer 1866 1872


Mengakhiri
Nama Foto Memulai Jabatan Keterangan
Jabatan

56. James Loudon 1872 1875

57. J.W. van 1875 1881


Lansberge

58. Frederik s'Jacob 1881 1884

59. Otto van Rees 1884 1888

60. Cornelis 1888 1893


Pijnacker
Hordijk

61. Carel Herman 1893 1899


Aart van der
Wijck
Mengakhiri
Nama Foto Memulai Jabatan Keterangan
Jabatan

62. Willem 1899 1904


Rooseboom

63. Johannes 1904 1909


Benedictus van
Heutsz

64. A.W.F. Idenburg 1909 1916

65. Johan Paul van 1916 1921


Limburg Stirum

66. Dirk Fock 1921 1926


Mengakhiri
Nama Foto Memulai Jabatan Keterangan
Jabatan

67. Andries Cornelis 1926 1931


Dirk de Graeff

68. Bonifacius 1931 1936


Cornelis de
Jonge

69. A.W.L. Tjarda 1936 1942


van
Starkenborgh
Stachouwer

70. Hubertus 1942 28 Oktober Semenjak pendudukan wilayah


Johannes van 1948 Hindia Belanda oleh tentara
Mook Kekaisaran Jepang, praktis sejak saat
itu pula kaum penguasa Belanda
tidak lagi memiliki otoritas dalam
menjalankan kekuasaannya.

71. Louis Joseph 29 Oktober 1948 18 Mei 1949 Sebagai Komisaris Tinggi atau dalam
Maria Beel bahasa Belanda: "Hoge
Commissaris".

72. A.H.J. Lovink 19 Mei 1949 27 Sebagai Komisaris Tinggi atau dalam
Desember bahasa Belanda: "Hoge
1949 Commissaris".
Masa kekuasaan Jepang (1942-1945)

 Gubernur Militer di Jawa

1. Maret 1942-November 1942 - Hitoshi Imamura


2. November 1942-November 1944 - Kumashaki Harada
3. November 1944-September 1945 - Shigeichi Yamamoto

 Gubernur Militer di Sumatera

1. Maret 1942-Juli 1942 - Tomoyuki Yamashita


2. Juli 1942-April 1943 - Yaheita Saito
3. April 1943-Agustus 1945 - Moritake Tanabe

Anda mungkin juga menyukai