Anda di halaman 1dari 19

Makala

Sejarah Indoneisa
B-C
Kelompok 2
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
1. Diandra Jovan Maualan
2. Yosep Kanandarias
3. Rizki Ramadhan
4. Muhammad Ariel Zacky Raihan
5. Aditya Wira Wicaksana Azhab
6. Rexelo
7. Muhammad Mufly
8. Muh Adlu Fattah Kurniawan
9. M. Zhilky Inzaghi
10. M. Yusran
Pendahulu

VOC(Vereenigde Oostindische Compagnie) Merupakan Perusahaan


Hindia Timur, VOC adalah persekutuan dagang asal Belanda yang
memiliki monopoli untuk aktivitas perdagangan di Asia. Disebut Hindia Timur
karena ada pula Geoctroyeerde Westindische Compagnie yang merupakan
persekutuan dagang untuk kawasan Hindia Barat. Perusahaan ini dianggap
sebagai perusahaan multinasional pertama di dunia sekaligus merupakan
perusahaan pertama yang mengeluarkan sistem pembagian saham.

Meskipun sebenarnya VOC merupakan sebuah persekutuan badan


dagang saja, tetapi badan dagang ini istimewa karena didukung oleh negara dan
diberi fasilitas serta hak-hak istimewa (octrooi). Misalnya VOC boleh memiliki
tentara, memiliki mata uang, bernegosiasi dengan negara lain hingga
menyatakan perang. Banyak pihak menyebut VOC sebagai negara di dalam
negara.

Penjajahan Belanda di Indonesia berlangsung selama 350 tahun atau 3,5


abad lamanya. Pada tahun 1596, bangsa Belanda pertama kali mendarat di
wilayah Banten, Indonesia, di bawah kepemimpinan Cornelis de Houtman.
Tujuan Belanda datang yakni untuk berdagang dan mendapatkan rempah-
rempah dengan harga murah.

Isi makalah ini berisi tentang Kekuasaan kongsi VOC, lahirnya VOC,
keserakahan dan kekejaman VOC, VOC gulung tikar, Penjajahan pemerintah
Belanda, masa pemerintahan Republik Bataaf, perkembangan kolonialisme
Inggris di Indonesia, dan dominasi pemerintahan belanda.
Isi

B.

Sejarah kekuasaan kongsi dagang VOC, lahirnya VOC dan VOC


mengalami gulung tikar serta keserakahan dan kekejaman VOC,
VOC(Vereenigde Oostindische Compagnie) Merupakan Perusahaan Hindia
Timur, VOC adalah persekutuan dagang asal Belanda yang
memiliki monopoli untuk aktivitas perdagangan di Asia.
Datangnya orang Eropa melalui jalur laut diawali oleh Vasco da Gama,
yang pada tahun 1497-1498 berhasil berlayar
dari Eropa ke India melalui Tanjung Harapan (Cape of Good Hope) di ujung
selatan Afrika. Sehingga mereka tidak perlu lagi bersaing dengan pedagang-
pedagang Timur Tengah untuk memperoleh akses ke Asia Timur, yang selama
ini ditempuh melalui jalur darat yang sangat berbahaya. Pada awalnya, tujuan
utama bangsa-bangsa Eropa ke Asia Timur dan Tenggara termasuk ke
Nusantara adalah untuk perdagangan, demikian juga dengan
bangsa Belanda. Misi dagang yang kemudian dilanjutkan dengan politik
permukiman (kolonisasi) dilakukan oleh Belanda dengan kerajaan-kerajaan
di Jawa, Sumatra dan Maluku, sedangkan di Suriname dan Curaçao, tujuan
Belanda sejak awal adalah murni kolonisasi (permukiman). Dengan latar
belakang perdagangan inilah awal kolonialisasi bangsa Indonesia (Hindia
Belanda) berawal.
Selama abad ke-16, perdagangan rempah-rempah didominasi oleh
Portugis dengan menggunakan Lisbon sebagai pelabuhan utama. Sebelum
revolusi di negeri Belanda, kota Antwerp memegang peranan penting sebagai
distributor di Eropa Utara, akan tetapi setelah tahun 1591 Portugis melakukan
kerja sama dengan firma-firma dari Jerman, Spanyol, dan Italia menggunakan
Hamburg sebagai pelabuhan utama sebagai tempat untuk mendistribusikan
barang-barang dari Asia, memindah jalur perdagangan menjadi tidak melewati
Belanda. Namun ternyata perdagangan yang dilakukan Portugis tidak efisien
dan tidak mampu menyuplai permintaan yang terus meninggi, terutama lada.
Suplai yang tidak lancar menyebabkan harga lada meroket pada saat itu. Selain
itu Unifikasi Portugal dan Kerajaan Spanyol (yang sedang dalam keadaan
perang dengan Belanda pada saat itu) pada tahun 1580, menimbulkan
kekhawatiran tersendiri bagi Belanda. Ketiga faktor tersebutlah yang
mendorong Belanda memasuki perdagangan rempah-rempah interkontinental.
Akhirnya Jan Huyghen van Linschoten dan Cornelis de Houtman menemukan
"jalur rahasia" pelayaran Portugis, yang membawa pelayaran pertama Cornelis
de Houtman ke Banten, pelabuhan utama di Jawa pada 1595-1597 dengan
kapal dan awak mereka mengalami banyak kerusakan.
Pada 1596, empat kapal ekspedisi dipimpin oleh Cornelis de Houtman berlayar
menuju Indonesia, dan merupakan kontak pertama Indonesia dengan Belanda.
Ekspedisi ini mencapai Banten, pelabuhan lada utama di Jawa Barat, di sini
mereka terlibat dalam perseteruan dengan orang Portugis dan penduduk lokal.
Houtman berlayar lagi ke arah timur melalui pantai utara Jawa, sempat
diserang oleh penduduk lokal di Sedayu berakibat pada kehilangan 12 orang
awak, dan terlibat perseteruan dengan penduduk lokal di Madura menyebabkan
terbunuhnya seorang pimpinan lokal. Setelah kehilangan separuh awak maka
pada tahun berikutnya mereka memutuskan untuk kembali ke Belanda namun
rempah-rempah yang dibawa cukup untuk menghasilkan keuntungan.
Pada 31 Desember 1600, Inggris memulai mendirikan perusahaan dagang di
Asia bernama Perusahaan Hindia Timur Britania dan berpusat di Kalkuta.
Kemudian Belanda menyusul tahun 1602 dan Prancis pun tak mau ketinggalan
dengan mendirikan Perusahaan Hindia Timur Prancis tahun 1604.
Pada 20 Maret 1602, para pedagang Belanda mendirikan Verenigde
Oostindische Compagnie. Di masa itu, terjadi persaingan sengit di antara
negara-negara Eropa, yaitu Portugis, Spanyol, Inggris, Prancis, dan Belanda,
untuk memperebutkan hegemoni perdagangan di Asia Timur. Untuk
menghadapai masalah ini,Staaten Generaal di Belanda, VOC diberi wewenang
memiliki tentara yang harus mereka biayai sendiri. Selain itu, VOC juga
mempunyai hak, atas nama Pemerintah Belanda yang waktu itu masih
berbentuk republik, untuk membuat perjanjian kenegaraan dan menyatakan
perang terhadap suatu negara. Wewenang ini yang mengakibatkan, bahwa
suatu perkumpulan dagang seperti VOC, dapat bertindak seperti layaknya satu
negara.
Perusahaan ini mendirikan markasnya di Batavia (sekarang Jakarta) di
pulau Jawa. Pos kolonial lainnya juga didirikan di tempat lainnya di Hindia
Timur yang kemudian menjadi Indonesia, seperti di kepulauan rempah-
rempah (Maluku), yang termasuk Kepulauan Banda di mana VOC
manjalankan monopoli atas pala dan fuli. Metode yang digunakan untuk
mempertahankan monopoli termasuk kekerasan terhadap populasi lokal, dan
juga pemerasan dan pembunuhan massal.
Pos perdagangan yang lebih tenteram terletak di Deshima, pulau
buatan di lepas pantai Nagasaki. Daerah ini adalah tempat satu-satunya di mana
orang Eropa dapat berdagang dengan Jepang.
Octrooi, piagam pendirian Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) yang
memuat hak-hak istimewa VOC di Nusantara.

Hak oktrooi adalah keistimewaan yang dimiliki VOC untuk


menjalankan perdagangan di kawasan Hindia. Isi hak oktroi Octrooi memuat
tujuan didirikannya VOC. Preambule octrooi berbunyi, "VOC dibentuk untuk
menyediakan arah dan memberikan navigasi bagi perdagangan di Hindia
Timur." Perdagangan di nusantara selama 200 tahun dikuasai VOC
berdasarkan piagam octrooi pada tahun 1598 perusahaan yang ada kala itu
digabungkan menjadi sebuah kongsi dagang.Pada bulan maret 1602 terbentuk
Perserikatan Maskapai Hindia Timur, François Valentijn dalam Oud En Nieuw
Oost-indien (1602) mencatat octrooi diberikan parlemen Belanda. Octrooi,
piagam pendirian Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) yang memuat
hak-hak istimewa VOC di Nusantara.
Pada 1603, VOC memperoleh izin di Banten untuk mendirikan kantor
perwakilan dan pada 1610, Pieter Both diangkat menjadi Gubernur
Jenderal VOC pertama (1610-1614), tetapi memilih Jayakarta sebagai pusat
administrasi VOC. Sementara itu, Frederik de Houtman menjadi Gubernur
VOC di Ambon (1605-1611) dan setelah itu menjadi Gubernur untuk Maluku
(1621-1623). Sehingga pada tanggal 31 Desember 1799 banyaknya pejabat
VOC yang terlibat korupsi menyebabkan beban utang VOC menjadi semakin
banyak, sehingga VOC sendiri bangkrut dan pailit. VOC dinyatakan bubar oleh
Gubernur Jendral VOC Van Overstraten, Semua utang piutang dan segala milik
VOC diambil alih oleh pemerintah Belanda.
VOC adalah perusahaan yang serakahah dia (VOC) berusaha
memonopoli perdagangan dan juga melakukan penguasaan daerah/wilayah
untuk membangun pusat perdagangan di berbagai daerah dan juga
menguasainya, melakukan pemecah belah dan berpura pura menjadi peneggah
dengan menawarkan perjanjian yang hanya menguntukan bagi pihak VOC.
Pada saat VOC memonopoli perdagangan perusahaan ini melakukan berbagai
kekejaman antara lain seperti pelayaran Hongi yang menghancurkan tanaman
rempah rempah rakyat, melanjarkan peperangan atau juga melakukan pemecah
belah untuk melakukan penaklukan kerajaan di Nusantara yang
melawan/menetang VOC, serta melakukan serangan kepada pedagang pesaing
dari negara/bangsa Eropa lain.

C.
Penjajahan Belanda di Indonesia berlangsung selama 350 tahun atau 3,5
abad lamanya. Pada tahun 1596, bangsa Belanda pertama kali mendarat di
wilayah Banten, Indonesia, di bawah kepemimpinan Cornelis de Houtman.
Tujuan Belanda datang yakni untuk berdagang dan mendapatkan
rempah-rempah dengan harga murah. Namun, kedatangan belanda ini tidak
diterima oleh penduduk Banten karena tindakannya buruk dan sering
menimbulkan keributan. Saat itu, bangsa Belanda pun kembali ke negaranya.
Sejak saat itu, bangsa Belanda lainnya kembali berdatangan ke
Indonesia. Tak cuma di Banten, mereka pun berhasil mendapatkan rempah-
rempah di Maluku pada tahun 1599. Di tahun itu, Maluku masih dikuasai
Portugis.
Untuk mendapatkan tujuannya, Belanda pun mendirikan benteng
pertahanan yang disebut Benteng Afar. Di saat yang sama, kapal-kapal dagang
bangsa Belanda mulai memperkuat diri dengan mendirikan Verenigde Oost-
Indische Compagnie (VOC), yakni Kongsi Dagang.
Sejak VOC didirikan, Belanda melakukan monopoli perdagangan di
pelabuhan-pelabuhan dan pusat perdagangan di Indonesia. Selain itu, Belanda
juga menanamkan kekuasaan dan pengaruhnya pada rakyat di daerah yang
didatanginya.
Tahun 1619, Belanda berhasil menguasai Batavia (kini menjadi Jakarta).
Dalam beberapa tahun, Batavia berkembang cukup pesat karena menjadi pusat
VOC.
Sayangnya, monopoli perdagangan dan sikap bangsa Belanda ini hanya
membuat kerugian pada rakyat Indonesia. Untuk melawan penjajahan ini,
rakyat Indonesia berusaha melakukan perlawanan untuk mengusir Belanda dari
daerah masing-masing.
Akibar revolusi Prancis tahun 1789, kekuasaan VOC berubah dari
pemerintah ke Kolonial Belanda. Setahun kemudian, VOC bubar karena
gelombang revolusi ini serta agresi Inggris ke Indonesia.
Tahun 1808, Herman Willem Daendels, seorang politikus Belanda,
diangkat menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Di bawah
kepemimpinanya, dia membagi Pulau Jawa menjadi sembilan daerah dan
menerapkan sistem perbudakan dan kerja paksa yang disebut rodi.
Sejak pemerintahan Deandels, banyak rakyat yang menderita, kelaparan,
bahkan meninggal dunia. Tindakan Deandels ini mendapat kecaman dari
bangsa Indonesia dan Belanda. Ia pun digantikan oleh Gubernur Jenderal
Jansens tahun 1811.
Jansens berusaha memulihkan keadaan pertahanan yang belum stabil.
Belum selesai bekerja, Jansens harus menyerah pada Inggris yang berhasil
menguasai Indonesia.

Berikut Masa Pemerintahan Republik Bataaf Yang Lebih Lengkap:

Masa Pemerintahan Republik


Bataaf di Indonesia (1795 –
1806)
Pada periode sekitar tahun 1795 terjadi berbagai konflik di Eropa, dan
pada saat itu pula terjadi perubahan di negara Belanda. Muncul kelompok yang
menamakan kaum patriot. Kaum ini mendapat pengaruh dari Perancis
yaitu liberte (kemerdekaan), egalite (persamaan) dan fraternite (persaudaraan).
Paham tersebut kemudian dikenal dengan Paham Revolusi Perancis yang
menyuarakan adanya negara keatuan di tubuh pemerintahan Belanda. Pada
tahun 1795 terjadi penyerbuan Perancis atas Belanda. Belanda takluk dan Raja
Willem V selaku kepala pemerintahan Belanda melarikan diri ke Inggris.
Belanda dikuasai Perancis.

Selanjutnya di Belanda dibentuk pemerintahan baru bernama Republik


Bataaf (1795-1806) yang dipimpin oleh Louis Napoleon saudara Napoleon
Bonaparte. Di sisi lain, Raja Willem V ditempatkan di salah satu kota di
Inggris dan mengeluarkan perintah agar Belanda menyerahkan wilayahnya ke
Inggris, bukan kepada Perancis melalui surat – surat kew.
Pihak Inggris kemudian bergerak cepat dengan mengambil alih wilayah
– wilayah jajahan Belanda di Hindia Belanda salah satunya Padang pada tahun
1795, selanjutnya Ambon dan Banda pada tahun 1796. Inggris juga
memperkuat armada laut untu memblokade Batavia. Pemerintahan Belanda
yang ada di Indonesia seakan di dikendalikan oleh Perancis dan semua
kebijakan tidak lepas dari campur tangan Perancis. Untuk mempertahankan
wilayah kepulauan Nusantara, Louis Napoleon memberikan mandat kepada
Herman Willem Daendels yang merupakan salah satu tokoh revolusioner untuk
mempertahankan tanah Jawa dari serangan Inggris.

Daftar Isi
 PEMERINTAHAN HERMAN WILLEM DAENDELS (1808 – 1811)
o Bidang Pertahanan dan Keamanan
o Bidang Pemerintahan
o Bidang Peradilan
o Bidang Ekonomi
 PEMERINTAHAN JAN WILLEM JANSSENS (1811)
 Video Pembahasan

PEMERINTAHAN HERMAN WILLEM


DAENDELS (1808 – 1811)
Daendels memimpin sebagai Gubernur Jendral Hindia Belanda pada
periode 1808 hingga 1811. Daendels ditugaskan untuk mempertahankan
wilayah Nusantara dari serangan Inggris. Daendels dituntut memperkuat
pertahanan dan memperbaiki administrasi pemerintahan serta meningkatkan
ekonomi khususnya di tanah Jawa. Daendels merupakan seorang tokoh dari
kaum patriot yang dipengaruhi ajaran Revolusi Perancis. Berikut ini adalah
kebijakan – kebijakan yang dikeluarkan Daendels selama memerintah.

Bidang Pertahanan dan Keamanan

Untuk mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris, Daendels


mengeluarkan kebijakan diantaranya :
 Membangun benteng – benteng pertahanan
 Membangun angkatan laut di Anyer dan Ujung Kulon. Pada
perkembangannya pembangunan pangkalan di Ujung Kulon tidak
berhasil
 Meningkatkan jumlah tentara dengan merekrut pribumi menjadi
pasukan Belanda
 Pembangunan jalan Anyer hingga Panarukan

Dengan adanya kebijakan – kebijakan yang dilakukan Daendels, seolah


merubah pandangan dari Daendels yang dikenal sebagai tokoh muda yang
demokratis dan menjiwai panji – panji Revolusi Perancis menjadi seorang yang
diktator dan bertangan besi. Daendels memaksa kerja rodi untuk pembangunan
jalan raya yang menyebabkan banyaknya orang – orang yang jatuh sakit dan
meninggal.
Ja
lan Anyer Panarukan

Bidang Pemerintahan

Pada bidang pemerintahan, Daendels banyak melakukan perubahan


dalam tata cara dan adat istiadat kerajaan – kerajaan di Jawa. Jika sebelumnya
VOC ketika menyambangi Kasunana Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta
masih menggunakan tata cara tertentu seperti memberi hormat, tidak
menggunakan payung emas, membuka topi ketika duduk dan duduk di kursi
yang lebih rendah dari raja, Daendels menolak menjalani hal – hal tersebut.

Pakubuwono IV bahkan terpaksa menerima, sedangkan


Hamengkubuwono II menolak. Adanya penolakan dari Hamengkubuwono
menyebabkan perseturuan dengan pihak Belanda. Daendels berhasil
mempengaruhi Mangkunegara II untuk membentuk pasukan Legiun
Mangkunegara yang sewaktu – waktu dapat membantu Daendels ketika
dibutuhkan. Dengan adanya kekuatan Belanda dan dukungan dari beberapa
kerajaan, Daendels bersikap congkak dan banyak melakukan intervensi dengan
ikut campur dalam internal kerajaan seperti pada saat pergantian raja.

Melihat adanya intervensi dari Daendels, Raden Rangga yang


merupakan kepala pemerintahan Mancanegara dibawah Kesultanan Yogyakarta
mulai melakukan perlawanan. Hamengkubuwono II mendukung sepenuhnya
perlawanan Raden Rangga. Namun sayangnya perlawanan Raden Rangga
mampu ditumpas dan Raden Rangga terbunuh dalam perlawanannya sendiri.

Setelah mampu menumpas perlawanan Raden Rangga, Daendels


memberi ultimatum kepada Hamengkubuwono II untuk mengangkat Danureja
II menjadi patih dan Hamengkubuwono II harus mengganti rugi kepada
pemerintah Belanda atas perlawanan Raden Rangga. Sultan Hamengkubuwono
II menolak ultimatum tersebut dan akhirnya terjadi perseturuan untuk kedua
kalinya.
Pada tahun 1810, Daendels membawa 3.200 pasukan ke Yogyakarta.
Dengan pasukan ini, Hamengkubuwono II akhirnya tunduk dan turun tahta
digantikan Hamengkubuwono III. Hamengkubuwono II lebih sering disebut
Sultan Raja dan Hamengkubuwono III disebut Sultan Sepuh (Sepuh /
Tua). Hamengkubuwono II masih diizinkan untuk tinggal di keraton.

Selain itu, Daendels menerapkan kebijakan – kebijakan untuk memperkuat


kedudukannya, diantaranya :
 Membatasi kekuasaan raja – raja di Nusantara
 Membagi pulau Jawa menjadi sembilan daerah prefectuur / prefektur.
 Kedudukan bupati yang sebelumnay berdiri sendiri diubah menjadi
pegawai pemerintahan Belanda yang digaji. Sekalipun begitu, bupati
masih memiliki hak penuh dalam mengelola pemerintahannya.
 Kerajaan Banten dan Cirebon dihapus dan daerahnya dinyatakan sebagai
wilayah pemerintahan kolonial Belanda

Bidang Peradilan

Untuk mengatur ketertiban dan keberlangsungan pemerintahan Belanda,


Daendels memberlakukan perbaikan di bidang peradilan diantaranya
 Penerapan tiga jenis peradilan : (1) peradilan untuk orang Eropa; (2)
peradilan untuk orang Timur Asing; (3) peradilan untuk orang pribumi.
Khusus untuk peradilan pribumi dibentuk di setiap prefektur seperti di
Batavia, Surabaya dan Semarang.
 Peraturan tentang pemberantasan korupsi tanpa memandang kasta baik
itu orang Eropa maupun Timur Asing

Bidang Ekonomi

Sepeninggal VOC dengan segala carut marut keuangan, hutang dan korupsi,
Daendels dituntut memperbaiki sistem dan mengembalikan kestabilan ekonomi
Hindia Belanda sembari mengumpulkan uang untuk biaya perang. Daendels
melakukan beberapa kebijakan diantaranya :
 Memaksa para penguasa di Jawa untuk menggabungkan diri ke dalam
wilayah pemerintahan kolonial
 Melakukan pemungutan pajak
 Meningkatkan hasil bumi berupa tanaman – tanaman yang laku di
pasaran dunia
 Penyerahan wajib hasil pertanian bagi pribumi
 Melakuakan penjualan tanah kepada pihak swasta
PEMERINTAHAN JAN WILLEM
JANSSENS (1811)
Pada Bulan Mei tahun 1811, Daendels dipanggil oleh Louis Napoleon
untuk kembali ke negara Belanda. Sepeninggal Daendels sebagai Gubernur
Jendral, ia digantikan oleh Jan Willem Janssens yang sebelumnya menjabat
sebagai Gubernur Jendral di Tanjung Harapan (Afrika Selatan) pada tahun
1802 – 1806. Pada tahun 1806, Janssens terusir dari Tanjung Harapan karena
Tanjung Harapan jatuh ke tangan Inggris.

Pada tahun 1810, Janssens ditunjuk menggantikan Daendels untuk


memimpin Jawa dan resmi menjadi Gubernur Jendral di Hindia Belanda pada
tahun 1811. Janssens berusaha memperbaiki keadaan di Hindia Belanda,
namun Inggris sebagai musuh dari Belanda pada saat itu telah
menguasai beberapa wilayah di Nusantara. Disisi lain, Lord Minto
memerintahkan Thomas Stamford Raffles (pemimpin serangan Inggris) untuk
menguasai pulau Jawa. Raffles pun menyiapkan serangan dan pergi ke Jawa.
Pengalaman pahitpun dirasakan Janssens untuk kedua kalinya karena dalam
perkembangannya ia terusir dari tanah jajahannya.

Pada tanggal 4 Agustus 1811, sebanyak 60 kapal Inggris sudah berada di


Batavia. Kemudian pada 26 Agustus 1811, Batavia mampu dikuasai Inggris
dibawah kepemimpinan Raffles. Janssens kemudian lari ke Semarang dan
bergabung dengan Legiun Mangkunegara serta prajurit Yogyakarta dan
Surakarta. Pasukan Inggris masih mengejarnya hingga berhasil dipukul mundur.
Janssens kemudian lari ke daerah Salatiga tepatnya di Tuntang. Janssens
kemudian menyerah kepada Inggris dan ditandai dengan adanya perjanjian
Kapitulasi Tuntang.

Berikut ini perkembangan Masa Kolonialisme Di Indonesia:

Kekuasaannya Inggris di Indonesia dimulai pada 18 September 1811,


yang menjadikan Thomas Stamford Raffles sebagai penguasanya.

Inggris memakai Batavia sebagai pusat pemerintahan dan mulai


mempersiapkan lahkah-langkah dalam memperkuat kedudukannya di tanah
jajahan.

Nah, kali ini kita akan membahas mengenai masa kolonialisme Inggris di
Indonesia yang merupakan materi sejarah kelas 11 SMA bab 1.

Raffles memegang tiga prinsip dalam menjalankan pemerintahannya, yaitu:

- Menghapus penyerahan wajib dan kerja rodi dan menggantinya dengan


penanaman bebas oleh rakyat.

- Peranan bupati masuk menjadi bagian pemerintah kolonial bukan lagi sebagai
pemungut pajak.

- Memiliki pandangan tanah milik pemerintah, membuat rakyat penggarap


dianggap sebagai penyewa.

“Inggris memulai kekuasaannya setelah berhasil merebut


wilayah dari Belanda pada 18 September 1811.”

a. Kebijakan Bidang Pemerintahan

Raffles dalam menjalankan tugasnya didampingi oleh para penasihat yang


terdiri dari Mutinghe, Gillespie, dan Crassen.
Jawa secara geopolitik dibagi menjadi 16 daerah karesidenan dan Raffles
mengambil strategi untuk menjalin hubungan baik dengan para penguasa yang
membenci Belanda.

Startegi pemerintahan Raffles ini dilakukan untuk mempercepat penguasaan


pulau Jawa sebagai tempat kekuatan untuk menguasai kepulauan Nusantara.

Nah, bentuk realisasinya Raffles berhasil menjalin hubungan baik dengan raja-
raja di Jawa dan palembang dengan mengusir Belanda dari Indonesia.

Akan tetapi setelah itu, Raffles tidak memiliki rasa balas budi dengan tidak
simpati terhadap para tokoh yang membantunya mengusir Belanda.

b. Tindakan di Bidang Ekonomi

Raffles merupakan tokoh pembaru dalam menata tanah jajahannya, yang


memiliki pandangan revolusioner di bidang ekonomi.

Raffles melakukan beberapa tindakan dengan tujuan memajukan ekonomi di


Indonesia, tetapi tujuan sebenarnya untuk meningkatkan keuntungan kolonial.

“Raffles pada masa pemerintahannya berhasil menjalin kerja sama


dengan raja-raja Jawa dan Palembang untuk mengusir Belanda.”

Berikut ini adalah kebijakan yang dijalankan Raffles untuk memajukan


perekonomian di Indonesia, di antaranya:

1. Menghapus penyerahan wajib atas hasil bumi.

2. Menghapus kerja rodi dan sistem perbudakan.

3. Menghapus sistem monopoli perdangangan.

4. Meletakkan desa sebagai salah satu unit administrasi penjajahan.

5. Melaksanakan sistem sewa tanah atau pajak tanah.

Kebijakan sewa tanah yang dilakukan Raffles berkaitan dengan pandangannya


bahwa status tanah sebagai faktor produksi dan milik pemerintah.

Nah, oleh karena itu Raffles beranggapan bahwa penduduk menjadi penyewa
tanah dengan membayar pajak sewa tanah dari tanah yang diolah kepada
pemerintah.
“Pajak yang dibayarkan penduduk diharapkan oleh Raffles berupa uang,
akan tetapi bisa juga dibayar menggunakan barang lain.”

Penempatan desa sebagai unit administrasi pelaksanaan pemerintah bertujuan


untuk menjadikan desa menjadi lebih terbuka agar bisa berkembang.

Menurut Raffles, jika desa bisa berkembang maka produksi akan meningkat,
sehingga hidup rakyat akan bertambah baik dan hasil pajak tanah akan
bertambah.

Nah, Raffles juga memberikan kebebasan bagi petani untuk menanam tanaman
yang lebih laku di pasar dunia, seperti kopi dan tebu.

Tujuan Raffles sendiri ingin memperbaiki tanah jajahannya dan berpandangan


maju untuk meningkatkan kemakmuran rakyat.

Akan tetapi dalam pelaksanaan di lapangan memiliki banyak kendala yang


berbenturan dengan kebudayaan dan kebiasaan para petani yang susah diubah.

Selain itu kurangnya pengawasan dari pemerintah dalam mengatur rakyat serta
kepala desa dan bupati masih lebih kuat dari asisten residen.

Hal ini membuat Raffles susah melepaskan kultur sebagai penjajah, di mana
masih adanya kerja rodi, perbudakan, dan monolopoli perdangan.

Dominasi Pemerintahan Belanda Setelah Akhir Pemerintahan


Inggris:

akhir pemerintahan Inggris di Indonesia membuat dominasi


pemerintahan Belanda kembali terjadi di Indonesia.

Pemerintahan Raffles sebagai gubernur jenderal Inggris di Indonesia berakhir


pada 1816 setelah pada 1814 terjadi Konvensi London.

Hasil Konvensi London inilah yang membuat Belanda berhasil kembali ke


Indonesia dan melanjutkan kekuasaannya.

Nah, setelah 1816 saat Belanda kembali menduduki Indonesia, pemerintahan


kolonial Belanda dimulai.

Pemerintahan Belanda ini membuat kebijakan-kebijakan baru yang berbeda


dari masa penjajahan Belanda sebelumnya di Indonesia.
Gubernur jenderal pertama Belanda setelah kembali lagi ke Indonesia bernama
Van der Capellen (1816-1826).

Hal ini diperkuat dengan diberlakukannya UU pada 22 Desember 1818 yang


mengeaskan bahwa penguasa tertinggi di tanah jajahan adalah gubernur
jenderal.

Nah, Van der Capellen kemudian ditunjuk sebagai gubernur jenderal Belanda.

Awalnya Van der Capellen ingin melanjutkan strategi jalan tengah, akan tetapi
kebijakan itu berkembang ke arah sewa tanah.

Sewa tanah yang diterapkan Van der Capellen ini menghapus peran penguasa
tradisional seperti bupati dan penguasa setempat.

Selain itu, Van der Capellen juga menarik pajak tetap yang sangat
memberatkan rakyat Indonesia.

Saat Menghadapi krisis ekonomi, salah satu tokoh Belanda yaitu Van den
Bosch mengusulkan untuk menerapkan sistem penanaman tanaman yang laku
di pasar dunia.

Sistem penanaman tanaman yang diusulkan Van den Bosch ini sifatnya wajib
dan rakyat harus melakukannya.

Nah, orang Indonesia mengenal sistem penanaman ini dengan istilah sistem
tanam paksa.

Prinsip yang digunakan Van den Bocsh adalah daerah jajahan berfungsi
sebagai tempat bagi negara induk untuk mengambil keuntungan.

Gubernur sudah diganti oleh Leonard Pierre Joseph Du Bus De Gisignies


(1826-1830) dan di ganti lagi oleh Johanes van den Bosch (1830-1833).

Sejak awal abad ke-19, pemerintah Belanda mengeluarkan biaya yang sangat
besar untuk membiayai peperangan, baik di Negeri Belanda sendiri maupun di
Indonesia sehingga Negeri Belanda harus menanggung hutang yang sangat
besar.

Untuk menyelamatkan Negeri Belanda dari bahaya kebrangkrutan maka


Johanes van den Bosch diangkat sebagai gubernur jenderal di Indonesia dengan
tugas pokok menggali dana semaksimal mungkin untuk mengisi kekosongan
kas negara, membayar hutang, dan membiayai perang. Untuk melaksanakan
tugas yang sangat berat itu, Van den Bosch memusatkan kebijaksanaannya
pada peningkatan produksi tanaman ekspor. Oleh karena itu, yang perlu
dilakukan ialah mengerahkan tenaga rakyat jajahan untuk melakukan
penanaman tanaman yang hasil-hasilnya dapat laku di pasaran dunia secara
paksa.

Jadi, Bosch beranggapan bahwa Indonesia harus dieksploitasi semaksimal


mungkin agar Belanda bisa mendapatkan banyak keuntungan untuk
menyelesaikan masalah ekonominya.

Nah, saat penerapan sistem tanam paksa ini rakyat Indonesia benar-benar
dimanfaatkan oleh Belanda untuk mengambil keuntungan.

Ketentuan mengenai tanam paksa diatur dalam lembaran negara tahun 1834
No.22 yang isinya di antaranya:

- Penduduk harus menyediakan sebagian tanahnya untuk sistem tanam paksa.

- Tanah pertanian yang disediakan penduduk untuk tanam paksa tidak boleh
lebih dari seperlima tanah pertanian yang dimiliki penduduk.

- Waktu dan pengerjaan tanam paksa tidak boleh melebihi pekerjaan yang
diperlukan untuk menanam padi.

- Tanah yang digunakan untuk tanam paksa dibebaskan dari pajak tanah.

- Hasil tanaman yang terkait dengan tanam paksa harus diserahkan kepada
Belanda.
Kesimpulan
VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) Merupakan perusahaan
atau Persekutuan dagang asal belanda yang memiliki monopoli untuk aktivitas
perdagangan di Asia. Perusahaan Hindia Timur Belanda secara resmi (VOC)
didirikan pada 20 Maret 1602, pendirinya adalah Johan Van Oldenbarnevelt,
kantor pusatnya di Amsterdam/Belanda, cabang di Batavia, Hindia Belanda,
dan tujuan didirikannya VOC adalah untuk mengatasi persaingan antara
pedagang Belanda dengan Porugis atau lawan dagangmya. Agar
perusahan/serikat dagang ini dapat berkembang dengan baik pemerintahnya
mendukung penuh dan memberi hak istimewa yaitu bertindak layaknya suatu
negara. Pada 31 Desember 1799 VOC dinyatakan bangkrut dan bubar oleh
Gubernur Jendral VOC Van Overstraten, Semua utang piutang dan segala milik
VOC diambil alih oleh Pemerintah Belanda. VOC bangkrut dengan utang
136,7 juta gulden. Penyebab bangkrutnya VOC adalah karena banyaknya
penjabat VOC yang terlibat korupsi menyebabkan beban utang VOC semakin
banyak sehingga VOC sendiri bangkrut dan pailiti.

Penjajahan Belanda di Indonesia berlangsung selama 3,5 abad atau 350 tahun.
Masa Pemerintahan Republik Bataaf, masa Pemerintahan Republik Bataaf di
Indonesia pada tahun 1795-1806 di pimpin oleh Herman Willem Daendels
Daendels adalah kaum patriot dan berpandangan liberal.vdalam rangka
mengemban tugas gubernur jendral dan memenuhi pesan dari pemerintahan
induk Republik Bataaf , Daendels melakukan beberapa langka strategis
terutama menyangkut bidang pertahanan keamana, administarasi pemerintahan,
dan sosial ekonomi. Pada bulan Mei 1811 Daendels di gantikan oleh Jan
Willem Janssen, dan pada tanggal 26 Agustus 1811 Batavia jatuh ke tangan
Inggris. Perkembangan Kolonialisme Inggris di Indonesia tahun 1811-1816,
pada tanggal 18 September 1811 adalah tanggal dimulainya kekuasaan Inggris
di Hindia, Gubernur Jendral Lord Minto secara resmi mengangkat Thomas
Stamford Raffles sebagai penguasa, dalam rangka menjalankan
pemerintahanyya Raffles berpegang pada 3 prinsip, pertama segala bentuk
kerja rodi dan penyerahan wajib di hapus, diganti penanaman bebas olah rakyat,
kedua peranan para bupati sebagai pemungut pajak dihapuskan dan para bupati
dimasukkan sebagai bagian pemerintahan kolonil,ketiga atas dasar pandangan
bahwa tanah itu milik pemerintah,maka rakyat penggarap dianggap sebagai
penyewa.berangkat dari 3 prinsip itu Raffles melakukan beberapa langka baik
yang menyangkut bidang politik pemerintahan mauapun bidang sosial ekonomi.
akhir pemerintahan Inggris di Indonesia membuat dominasi pemerintahan
Belanda kembali terjadi di Indonesia. Pemerintahan Raffles sebagai gubernur
jenderal Inggris di Indonesia berakhir pada 1816 setelah pada 1814 terjadi
Konvensi London.Hasil Konvensi London inilah yang
membuat Belanda berhasil kembali ke Indonesia dan melanjutkan
kekuasaannya.Nah, setelah 1816 saat Belanda kembali menduduki Indonesia,
pemerintahan kolonial Belanda dimulai.Pemerintahan Belanda ini membuat
kebijakan-kebijakan baru yang berbeda dari masa penjajahan Belanda
sebelumnya di Indonesia. Gubernur jenderal pertama Belanda setelah kembali
lagi ke Indonesia bernama Van der Capellen (1816-1826). Hal ini diperkuat
dengan diberlakukannya UU pada 22 Desember 1818 yang mengeaskan bahwa
penguasa tertinggi di tanah jajahan adalah gubernur jenderal. Nah, Van der
Capellen kemudian ditunjuk sebagai gubernur jenderal Belanda. Awalnya Van
der Capellen ingin melanjutkan strategi jalan tengah, akan tetapi kebijakan itu
berkembang ke arah sewa tanah. Sewa tanah yang diterapkan Van der Capellen
ini menghapus peran penguasa tradisional seperti bupati dan penguasa setempat.
Selain itu, Van der Capellen juga menarik pajak tetap yang sangat
memberatkan rakyat Indonesia.Saat Menghadapi krisis ekonomi, salah satu
tokoh Belanda yaitu Van den Bosch mengusulkan untuk menerapkan sistem
penanaman tanaman yang laku di pasar dunia. Sistem penanaman tanaman
yang diusulkan Van den Bosch ini sifatnya wajib dan rakyat harus
melakukannya. Nah, orang Indonesia mengenal sistem penanaman ini dengan
istilah sistem tanam paksa. Prinsip yang digunakan Van den Bocsh
adalah daerah jajahan berfungsi sebagai tempat bagi negara induk untuk
mengambil keuntungan.Gubernur sudah diganti oleh Leonard Pierre Joseph Du
Bus De Gisignies (1826-1830) dan di ganti lagi oleh Johanes van den Bosch
(1830-1833). Sejak awal abad ke-19, pemerintah Belanda mengeluarkan biaya
yang sangat besar untuk membiayai peperangan, baik di Negeri Belanda sendiri
maupun di Indonesia sehingga Negeri Belanda harus menanggung hutang yang
sangat besar. Untuk menyelamatkan Negeri Belanda dari bahaya kebrangkrutan
maka Johanes van den Bosch diangkat sebagai gubernur jenderal di Indonesia
dengan tugas pokok menggali dana semaksimal mungkin untuk mengisi
kekosongan kas negara, membayar hutang, dan membiayai perang. Untuk
melaksanakan tugas yang sangat berat itu, Van den Bosch memusatkan
kebijaksanaannya pada peningkatan produksi tanaman ekspor. Oleh karena itu,
yang perlu dilakukan ialah mengerahkan tenaga rakyat jajahan untuk
melakukan penanaman tanaman yang hasil-hasilnya dapat laku di pasaran
dunia secara paksa. Jadi, Bosch beranggapan bahwa Indonesia harus
dieksploitasi semaksimal mungkin agar Belanda bisa mendapatkan banyak
keuntungan untuk menyelesaikan masalah ekonominya. Nah, saat penerapan
sistem tanam paksa ini rakyat Indonesia benar-benar dimanfaatkan oleh
Belanda untuk mengambil keuntungan.

Anda mungkin juga menyukai