Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH MASA PENJAJAHAN BELANDA DAN PORTUGIS DI

INDONESIA

NAMA : RIRIN AYU LESTARI

KELAS : XI A

SMA AL-AZHAR MANDIRI PALU

TAHUN AJARAN 2017


DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
BELANDA
A. Sejarah Kedatangan Hindia-Belanda di Indonesia
B. Sejarah Kedatangan VOC di Indonesia
C. Kegiatan-kegiatan VOC di Indonesia
D. Bubarnya VOC di Indonesia
E. Lahirnya Pemerintahan Hindia-Belanda di Indonesia
F. Sistem Pemerintahan Hindia-Belanda di Indonesia
G. Perlawanan Indonesia Terhadap Pemerintah Hindia- Belanda
H. Berakhirnya Pemerintahaan Hindia-Belanda

PORTUGIS
A. Awal proses kedatangan bangsa Portugis ke Indonesia
B. Pengaruh bangsa Portugis di Indonesia
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
BELANDA

A. Latar Belakang
Latar belakang kedatangan Belanda ke Indonesia adalah akibat meletusnya
perang delapan puluh tahun antara Belanda dan Spanyol (1568-1648). Pada
awalnya, perang antara Belanda dan Spanyol bersifat agama karena Belanda
mayoritas beragama kristen protestan sedangkan orang Spanyol beragama kristen
katolik. Perang tersebut kemudian menjadi perang ekonomi dan politik. Raja
philip II dari Spanyol memerintahkan kota Lisabon tertutup bagi kapal Belanda
pada tahun 1585 selain karena faktor tesebut juga karena adanya petunjuk jalan ke
Indonesia dari Jan Huygen Van Lischoten, mantan pelaut Belanda yang bekerja
pada Portugis dan pernah sampai di Indonesia.
Tujuan kedatangan belanda ke indonesia adalah untuk berdagang rempah-
rempah. Setelah berhasil menemukan daerah penghasil rempah-rempah dan
keuntungan yang besar, belanda berusaha untuk mengadakan monopoli
perdagangan rempah-rempah dan menjajah. Untuk melancarkan usahanya,
belanda menempuh beberapa cara seperti pembentukan VOC dan pembentukan
pemerintahan kolonial Hindia-Belanda.
Pada awal abad XIX Jawa Setelah pemerintahan Inggris berakhir, yaitu
pada tahun 1816, Indonesia kembali dikuasai oleh Pemerintahan Hindia-Belanda.
Pada masa ”kedua” penjajahan ini, yang sangat terkenal adalah sistem tanam
paksa yang diterapkan oleh Van den Bosch. Pelaksanaannya pun dimulai pada
tahun 1830. Terdapat ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan sistem tanam paksa
tersebut. Namun pada akhirnya, dalam praktek sesungguhnya terdapat banyak
penyimpangan-penyimpangan.
Terdapat perbedaan antara penerapan sistem sewa tanah yang dilaksanakan
oleh Raffles serta sistem tanam paksa yang dilaksanakan oleh Van den Bosch.
Keduanya membawa dampak yang tidak sedikit bagi kehidupan bangsa Indonesia.
Dalam perkembangan sampai dengan paruh pertama abad ke-19,
kebijakan selain bidang perekonomian, dalam bidang pendidikan juga tidak
diabaikan oleh pemerintah Hindia-Belanda, tetapi itu hanya masih berupa rencana
dari pada tindakan nyata. Dalam periode itu pemerintah harus melakukan
penghematan anggaran, biaya untuk menumpas Perang Dipenogoro (1825-1830),
dan untuk pelaksanaan Culturstelsel.
Dalam rangka usahanya menguasai Indonesia,Belanda secara licik
menjalankan politik pecah belah,sehingga kerajaan-kerajaan yang saling
bertentangan itu menjadi lemah.Kesempatan inilah digunakan oleh Belanda untuk
menjajah Indonesia.
PORTUGIS
1.Latar Belakang

Kedatangan orang-orang Eropa pertama di kawasan Asia Tenggara pada


awal abad XVI kadang-kadang dipandang sebagai titik penentu yang paling
penting dalam sejarah kawasan ini. Pada abad XV bangsa Portugis merupakan
salah satu bangsa yang mencapai kemajuan-kemajuan di bidang teknologi. Bangsa
Portugis telah dapat membuat kapal-kapal yang lebih layak dan canggih di
bandingkan dengan kapal-kapal sebelumnya memungkinkan mereka melakukan
sebuah pelayaran dan melebarkan kekuasaaan ke seberang lautan.Dengan alasan
untuk menguasai impor rempah-rempah di kawasan Eropa, bangsa Portugis
mencari daerah kawasan penghasil rempah-rempah terbaik. Rempah-rempah di
kawasan Eropa merupakan kebutuhan dan juga cita rasa. Selama musim dingin di
Eropa, tidak ada salah satu cara pun yang dapat di jalankan untuk
mempertahankan agar semua hewan-hewan ternak dapat tetap hidup. Kerena itu
banyak hewan ternak yang disembelih dan dagingnya kemudian harus di awetkan.
Untuk itulah diperlukan sekali banyak garam dan rempah-rempah. Cengkih dari
Indonesia timur adalah yang paling berharga Indonesia juga menghasilkan lada,
buah pala, dan bunga pala. Kekayaaan alam Indonesia yang begitu melimpah
termasuk tanaman rempah-rempah menjadi alasan portugis ingin menguasai
daerah Indonesia sekaligus menguasai pasaran di eropa.

B. Rumusan Masalah
BELANDA
1. Bagaimana sejarah kedatangan bangsa asing di nusantara?
2. Bagaimana sejarah kedatangan VOC?
3. Apa saja kegiatan VOC di Indonesia?
4. Mengapa VOC dibubarkan?
5. Bagaimana sejarah lahirnya pemerintahan Hindia-Belanda di Indonesia?
6. Bagaimana sistem pemerintahan Hindia-Belanda di Indonesia?
7. Apa saja Perlawanan Rakyat terhadap pemerintahan Hindia-Belanda?
8. Apa penyebab berakhirnya sistem pemerintahan Hindia-Belanda di Indonesia?

PORTUGIS
1. Bagaimana sejarah kedatangan Portugis ke Indonesia?
2. Apa saja pengaruh bangsa Portugis bagi Indonesia?

C. TUJUAN
1. Untuk memenuhi tugas sejarah
2. Untuk mengetahui tentang sejarah panjajahan di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
BELANDA
A. Sejarah Kedatangan Hindia-Belanda di Indonesia
Bangsa belanda datang ke indonesia pertama kali pada tahun 1596.
Rombongan bangsa belanda yang dipimpinoleh Cornelis de Houtman dan Pieter
Keyzer ini membawa empat buah kapal. Setelah menempuh perjalanan selama
empat belas bulan, pada 22 Juni 1596, mereka berhasil mendarat di
Pelabuhan Banten. Inilah titik awal kedatangan Belanda diNusantara.. Kunjungan
pertama tidak berhasil karena sikap arogan Cornelis de Houtman. Pada 1 Mei
1598, Perseroan Amsterdam mengirim kembali rombongan perdagangannya ke
Nusantara di bawah pimpinan Jacobvan Neck, van Heemskerck, dan van
Waerwijck. Dengan belajar dari kesalahan Cornelis de Houtman, mereka berhasil
mengambil simpati penguasa Banten sehingga parapedagang Belanda ini
diperbolehkan berdagang di Pelabuhan Banten.
Tujuan kedatangan belanda ke indonesia adalah untuk berdagang rempah-
rempah. Setelah berhasil menemukan daerah penghasil rempah-rempah dan
keuntungan yang besar, belanda berusaha untuk mengadakan monopoli
perdagangan rempah-rempah dan menjajah.
B. Sejarah Kedatangan VOC di Indonesia
VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie) didirikan pada tanggal 20
Maret 1602 adalah perusahaan Belanda yang memiliki monopoli untuk aktifitas
perdagangan di Asia.Disebut Hindia Timur karena ada pula VWC yang
merupakan perserikatan dagang Hindia Barat.Perusahaan ini dianggap sebagai
perusahaan pertama yang mengeluarkan pembagiaan saham.Meskipun sebenarnya
VOC merupakan sebuah badan dagang saja,tetapi badan dagang ini istimewa
karena di dukung oleh negara dan diberi fasilitas-fasilitas sendiri yang
istimewa.Misalkan VOC boleh memiliki tentara dan boleh bernegosiasi dengan
negara-negara lain.Bisa dikatakan VOC adalah negara dalam negara.VOC terdiri
6 bagian (kamers),yang terdapat di Amsterdam,Miiddelburg (untuk Zeeland),
Enkhuizen, Delft, Hoom dan Rotterdam.
Pada abad ke-17 dan 18 Hindia-Belanda tidak dikuasai secara langsung
oleh pemerintah Belanda namun oleh perusahaan dagang bernama Perusahaan
Hindia Timur Belanda (bahasa Belanda: Verenigde Oostindische Compagnie atau
VOC). VOC telah diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan aktivitas
kolonial di wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada tahun 1602. Markasnya
berada di Batavia, yang kini bernama Jakarta.
Tujuan utama dari pembentukan VOC adalah sebagai berikut :
1. Menguasai pelabuhan penting.
2. Menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia.
3. Melaksanakan monopoli perdagangan di Indonesia.
4. Mengatasi persaingan antara Belanda dengan pedagang Eropa lainnya
Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan
rempah-rempah di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman
kekerasan terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah,
dan terhadap orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para
penduduk tersebut. Contohnya, ketika penduduk Kepulauan Banda terus menjual
biji pala kepada pedagang Inggris, pasukan Belanda membunuh atau
mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan pulau-
pulau tersebut dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di
perkebunan pala. VOC menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada masa ini,
dan bertempur dalam beberapa peperangan yang melibatkan pemimpin Mataram
dan Banten.

C. Kegiatan-kegiatan VOC di Indonesia


Kegiatan VOC di Indonesia mulai diorganisasi dan dimonopoli
perdagangan mulai diterapkan setelah ditetapkannya gubernur jendral yang
pertama yaitu Pieter Both. Pieter Both menentukan pusat kedudukan VOC di
Ambon. Pilihan itu didasari pertimbanagan bahwa dari ambon kegiatan untuk
menerapkan monopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku akan lebih mudah
dilakukan. Dalam perkembangannya Pieter Both memindahkan pusat kedudukan
VOC ke Jayakarta dengan alasan lebih srategis dan akan lebih mudah
menyingkirkan portugis yang berkedudukan di Malaka.
Sejak tanggal 31 Mei 1691,VOC memperoleh hak penuh atas Jayakarta,
dan sejak itu Jayakarta berubah menjadi Batavia. Melalui Batavia VOC
memperluas pengaruhnya ke berbagai wilayah di Indonesia. Perluasan pengaruh
itu disertai penerapan monopoli perdagangan. Dengan kekuatan militer dan
keahlian memecah belah,sejumlah wilayah tunduk pada pengaruh VOC. Untuk
menjalankan monopoli perdagangan VOC membuat peraturan sebagai berikut :
1. Petani rempah-rempah hanya boleh bertindak sebagai produsen hak jual-beli
hanya dimiliki VOC
2. Panen rempah-rempah harus di jual kepada VOC dengan harga yang ditentukan
oleh VOC.
3. Barang kebutuhan sehari-hari seperti peralatan rumah tangga,garam,dan kain
harus dibeli dari VOC dengan harga yang ditentukan VOC.
Perluasan pengaruh VOC berlangsung setelah VOC berkedudukan di
Batavia. Setelah menguasai Batavia,VOC menenamkan pengaruh politik di
kerajaan Banten. Kemudian,VOC bergerak ke timur dan berhasil memperlemah
kerajaan mataram di Jawa Tengah melalui perjanjian Giyanti dan perjanjian
Salatiga. Sedangkan Makassar,VOC berhasil menenamkan pengaruh politiknya
melalui perjanjian Bongaya.
Di Maluku,VOC menenamkan pengaruh politiknya melalui perjanjian
dengan penguasa setempat. Dengan itu,VOC mengadakan perjanjian untuk saling
membantu menghadang pengaruh Portugis. Dengan Ternate,VOC mengadakan
perjanjian dalam rangka menanamkan pengaruhnya di Selat Barat,Luhu,Kambelo,
dan Ludisi yang termasuk wilayah kekuasaan VOC.

D. Bubarnya VOC di Indonesia


Hampir 2 abad VOC mengalami kejayaan dan berkuasa mutlak di
Indonesia (abad ke-17 dan ke-18) banyak keuntungan dari monopoli perdagangan
rempah-rempah dan campur tangan secara politis di berbagai wilayah.
Pada akhir abad ke-18 organisasi ini mengalami kebangkrutan,dan tanggal
31 Desember 1799 VOC di bubarkan. Bangkrutnya VOC itu ditandai oleh
buruknya kondisi keuangan serikat dagang tersebut. Dengan kas yang kosong dan
utang yang menumpuk,VOC kemudian tidak dapat lagi menjalankan kegiatannya.
Berikut ini faktor-faktor penyebab bangkrutnya VOC :
1. Para pegawai VOC banyak yang melakukan korupsi.
2. Banyak pegawai VOC yang tidak cakap sehingga pengendalian monopoli
perdagangan tidak berjalan sebagaimana mestinya.
3. VOC banyak menanggung utang akibat peperangan yang dilakukan baik dengan
rakyat Indonesia maupun dengan Inggris.
4. Kemrosotan moral dikalangan para penguasa akibat sistem monopoli
perdagangan.
5. Tidak berjalannya verplichte leveranti (penyerahan wajib) dan preanger stelsel
(aturan pringan) yang di maksudkan untuk mengisi kas VOC yang kosong.
6. Banyak prajurit VOC yang mati akibat menghadapi perlawanan rakyat.

E. Lahirnya Pemerintahan Hindia-Belanda di Indonesia


Setelah Voc dibubarkan, Kaisar Prancis Napoleon Bonaperte mengangkat
saudaranya untuk dijadikan raja di Belanda. Saudaranya tersebut bernama Louis
Bonaperte. Atas kehendak Louis Bonaperte, diangkatlah Herman Willem
Daendels sebagai gubernur jendral di Indonesia. Tugas-tugas Daendels sebagai
gubernr di Indonesia adalah mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris,
mengatur pemerintahan di Indonesia dan membereskan keuangan. Untuk
melaksanakan tugas-tugasnya Daendels mengambil kebijakan menyangkut bidang
pertahanan, pemerintahan dan keuangan.
Tindakan Daendels menjual tanah-tanah negara kepada orang-orang partikelir
(swasta) dianggap telah melanggar undang-undang. Oleh karena itu, pada tahun
181 Daendels ditarik ke Eropa oleh Napoleon. Alasan yang dikemukakan oleh
Napoleon adalah Daendels akan diikut sertakan dalam penyerbuan ke Rusia pada
tahun 1812. Daendels kemudian digantikan oleh jansens. Akan tetapi jansens
belum sempat melaksanakan tugas-tugasnya, Belanda sudah dikalahkan oleh
Inggris. Pada tanggal 18 September 1811, Belanda dan Inggris menyepakati suatu
Perjanjian yang disebut Kapitulasi Tuntang.
F. Sistem Pemerintahan Hindia-Belanda di Indonesia
1. Struktur Pemerintahan Hindia-Belanda di Indonesia
a. Sistem Pemerintahan Desentralisasi
Pemerintahan Hindia-Belanda berupaya menggunakan sistem pemerintahan
desentralisasi untuk mengatur kekuasaan di wilayah jajahannya. Pada dasarnya
pemerintahan desentralisasi hindia-Belanda bertujuan untuk membuka
kemungkinan diadakannya daerah-daerah yang memiliki pemerintahan sendiri
namun tetap memiliki tanggung jawab dan berada di bawah pengawasan
pemerintah pusat.
Pada awalnya gubernur jenderal yang merupakan wakil ratu belanda memiliki
kekuasaan yang sanagt luas, sehingga untuk melaksanakan tugasnya dibantu oleh
organisasi-organisasi pemerintah yang diisi oleh pejabat-pejabat baik pusat
maupun daerah. Namun kekuasaan yang tak terbatas menuai protes dari
komunitas-komunitas pengusaha Belanda, karena mereka juga ingin menyuarakan
pendapatnya dalam menentukan kebijakan.
Untuk mengatasi hal itu diusulkan untuk membentuk gewestelijk raden, yaitu
suatu dewan dimana warga eropa dapat berbicara untuk menyuarakan isi hatinya.
Inilah yang mengawali terbentukany decentralisatie wet, kurang lebih pasalnya
berisi tentang pemerintah di daerah-daerah jajahan kerajaan Belanda.

b. Birokrasi Pada Masa Pemerintah Hindia-Belanda


Sebagai bangsa pendatang yang ingin menguasai wilayah nusantara, baik
secara politik maupun ekonomi, pemerintah kolonial menyadari bahwa
keberadaannya tidak selalu aman. untuk itu pemerintah kolonial menjalin
hubungan politik dengan pemerintah kerajaan yang masih disegani, hal ini
bertujuan untuk menanamkan pengaruh politiknya terhadap elite politik kerajaan.
Terjadi dualisme sistem birokrasi pemerintahan pada saat pemerintahan
kolonial berlangsung, yaitu mulai diperkenalkannya sistem administrasi kolonial
(Binnenlandsche Bestuur) yang memperkenalkan sistem administrasi dan
birokrasi modern yang puncaknya pada ratu Belanda dan sistem administrasi
tradisional (inheemche Bestuur) masih dipertahankan oleh pemerintah kolonial.
Dalam struktur pemerintahan di nusantara, Belanda menempatkan Gubernur
Jenderal yang dibantu oleh gubernur dan residen. Gubernur merupakan wakil
pemerintah pusat yang berkedudukan di batavia, setingkat wilayah propinsi.
Sedangkan untuk tingkat kabupaten terdapat asisen residen dan pengawas
(Controleur). keberadaan asisten residen diangkat oleh gubernur jenderal untuk
mengawasi bupati dan wedana dalam menjalankan pemerintahan sehari-hari.
Pengawasan dari raa hanya ditunjukkan pada saat-saat tertentu, seperti pengiriman
upeti kepada raja. bupati tidak memiliki kekuasaan yang otonom lagi, akan tetapi
selalu mendapat kontrol dari pengawas yang ditunjuk pemerintah pusat.
perubahan birokrasi pemerintahan tersebut mendorong Belanda untuk
mengadakan perubahan hak pemakaian tanah.
Struktur administrasi pemerintah kolonial belanda di indonesia sebagai
berikut. gubernur jenderal memegang kekuasaan tertinggi sebagai wakil dari Ratu
Belanda yang berkedudukan di propinsi. dikabupaten diperintah oleh gubernur,
sub kabupaten oleh residen, dibawahnya ada asisten residen yang mengawasi para
patih dan bupati, dibawahnya ada pengawas yang bertugas mengawasi wedana
dan asisten wedana.
2. Kebijakan-kebijakan pada Pemerintahan Hindia-Belanda
a. Kebijakan Pemerintahan pada Masa DAENDELS
Setelah VOC bubar,Herman Wiiliam Daendels menjadi Gubernur Jenderal di
Indonesia,dengan tugas pokoknya,antara lain :
1) Mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris
2) Mengatur pemerintahan di Indonesia
Untuk menjalankan tugas-tugasnya Daendels melakukan beberapa
tindakan,antara lain sebagai berikut :
1) Membentuk pasukan dari orang-orang Indonesia.
2) Mendirikan pabrik senjata di Semarang dan Surabaya.
3) Membangun pangkalan armada di Merak dan Ujung kulon.
4) Mendirikan benteng-benteng pertahanan.
5) Membangun Jalan Raya Anyer- Panarukan.
Beberapa cara yang di lakukan Daendels untuk mendapatkan dana agar dapat
menjalankan tugasnya antara lain :
1) Contingenten : mewajibkan penduduk untuk menyerahkan sebagian hasil
buminya sebagai pajak.
2) Verplichte Leverentie : mewajibkan penduduk menjual hasil buminya kepada
pemerintahan Belanda dengan harga yang di tentukan.
3) Menjual tanah negara kepada pihak swasta.
4) Pringer Stelsel : mewajibkan penduduk priangan untuk menanam kopi yang
hasilnya di serahkan kepada pemerintahan Belanda.
Pemerintahan Daendels di Indonesia menimbulkan penderitaan rakyat karena
Daendels bertindak kejam terhadap rakyat. Daendels mengeksploitasi kekayaan
alam dan tenaga rakyat Indonesia yang menimbulkan kebencian rakyat. Selain itu
Daendels melakukan kesalahan dengan menjual tanah pemerintahan kepada para
pengusaha swasta. Akibatnya pada tahun 1811 Daendels di tarik kembali ke
Belanda dan di gantikan oleh Janssens.
b. Kebijakan Pemerintahan Pada Masa JASSENS
Gubernur Jendral Janssens ternyata seorang Gubernur Jendral yang
lemah,buktinya ketika Inggris menyerang Janssens terpaksa harus menyerah dan
menandatangani perjanjian Kapitulasi Tuntang 17 Desember 1811.
Isi perjanjian Kapitulasi Tuntang adalah :
1) Seluruh militer Belanda menjadi tawanan Inggris.
2) Utang pemerintahan Belanda tidak di akui Inggris.
3) Indonesia harus diserahkan kepada Inggris.
Kekalahan Janssens disebabkan oleh :
1) Tidak terjalinnya hubungan kerjasama dengan raja-raja di Indonesia.
2) Angkatan perang warisan Daendels kurang kuat.
3) Janssens kurang cakap memimpin pemerintahan

c. Kebijakan Pemerintahan pada Masa RAFFLES


Dengan penandatangan Kapitulasi Tuntang tanggal 17 Desember
1811,Belanda harus menyerahkan Indonesia kepada Inggris di bawah pimpinan
Stamoford Raffles yang berkedudukan di Batavia.
Raffles menerapkan kebijakan-kebijakan antara lain :
1) Membagi pulau Jawa menjadi 16 karesidenan.
2) Melarang perdagangan budak
3) Menghapus segala bentuk penyerahan wajib semasa Daendels
4) Menghapus peran Bupati sebagai pemungut pajak
5) Memberlakukan sistem sewa tanah (Landrent)
Akan tetapi sistem pajak sewa tanah (Land rent) pada masa Raffles
mengalami kegagalan,sebab :
1) Sulit menentukan jumlah pajak yang harus di bayar
2) Tidak ada dukungan dari para Bupati
3) Pajak sewa tanah harus dibayar dengan uang,padahal rakyat belum mengenal
sistem peredaran uang.
Pemerintahan Raffles berakhir tahun 1816 dikarenakan berdasar perjanjian
London yang di tandatangani Inggris dan Belanda tahun 1814, Inggris harus
menyerahkan kembali tanah jajahan yang di rebut dari Belanda termasuk
Indonesia. Pada tanggal 19 Agustus 1816 Inggris di wakili John Fendell dan pihak
Belanda di wakili oleh Boyskes,Elout,dan Van Der Cappelen.
Dalam pemerintahannya yang singkat Raffles juga berjasa,yaitu :
1) Menyusun buku History of Java
2) Menemukan Bunga Raffesi
3) Merintis terbentuknya Kebun Raya Bogor.

d. Sistem Tanam Paksa di Indonesia


Abad ke-19 pemerintahan Belanda mengalami kesulitan keuangan yang
disebabkan oleh :
1) Banyaknya hutang luar negeri yang di tanggung pemerintahan Belanda.
2) Banyaknya biaya yang dikeluarkan pemerintahan Belanda untuk perang
melawan rakyat Indonesia dan pemberontakan rakyat Belgia yang ingin
memerdekaan diri dari Belanda.
Untuk mengatasi Van Den Bosch mengusulkan pelaksanaan sistem tanam
paksa / Cultur Stelsel di Indonesia.
Dalam pelaksanaan tanam paksa telah diatur beberapa pokok ketentuaan
,akan tetapi dalam pelaksanaan sistem tanam paksa menyimpang dari aturan yang
telah ditetapkan. Penyimpangan itu disebabkan oleh adanya culture proceten yang
diberlakukan pemerintah Belanda. Culture procentan adalah hadiah / persen bagi
setiap pegawai tanam paksa yang dapat menyetorkan hasil tanaman melebihi
ketentuan yang telah ditetapkan. Hal tersebut mengakibatkan para pegawai tanam
paksa berusaha memaksa dan memeras rakyat.
Pelaksanaan sistem tanam paksa menimbulkan akibat yaitu :
1) Bagi Indonesia , menimbulkan penderitaan ,kelaparan,kemiskinan bagi rakyat
Indonesia terutama di daerah Demak, Grobogan, dan Cirebon.
2) Bagi Belanda, sistem tanam paksa menyebabkan pemerintahan Belanda
mengalami surplus keuangan.
Pelaksanaan sistem tanam yang menimbulkan penderitaan rakyat Indonesia
mendapat kritik keras dari tokoh liberal dan humanis Belanda.
Tokoh-tokoh penentang sistem tanam paksa adalah :
1) Douwes Dekker dengan nama samaran Empu Tatuli yang melukiskan
penderitaan rakyat Indonesia akibat sistem tanam paksa.
2) Frans Van der Putte yang menentang sistem tanam paksa dengan menulis buku
berjudul Suiker Contraction. Bersama dengan Baron Van Hoevel berjuang
menghapus sistem tanam paksa melalui parlemen Belanda.
Adanya kritikan-kritikan terhadap pelaksanaan sistem tanam paksa akhirnya
mendorong pemerintahan Belanda menghapus sistem tanam paksa secara resmi
tahun 1870.
e. Kebijakan Pelaksanaan Politik Pintu Terbuka
Sistem tanam paksa secara resmi dihapus tahun 1870 sejak saat itu
perekonomian Hindia-Belanda memasuki zaman liberal. Menurut kaum liberal
kehidupan perekonomian dan pihak swasta bebas melakukan tindakan ekonomi.
Pada tahun 1870 politik pintu terbuka/politik colonial liberal diberlakukan di
Indonesia yang di tandai dengan keluarnya undang-undang Agraria (Agrasche
Wet) tahun 1870.
Tujuan dikeluarkan undang-undang Agraria adalah :
1) Memberikan kesempatan kepada para pengusaha swasta asing untuk menyewa
tanah dari rakyat Indonesia.
2) Melindungi hak milik petani pribumi atas tanahnya dari penguasaan orang
asing.
Pokok-pokok aturan dalam Undang-undang Agraria adalah :
1) Gubernur Jendral tidak boleh menjual tanah pemerintah,tanah tersebut dapat
disewakan paling lama 75 tahun.
2) Gubernur Jendral tidak boleh mengambil tanah yang dibuka rakyat
3) Tanah milik pemerintah antara lain hutan yang belum dibuka,tanah yang berada
diluar wilayah milik desa,tanah milik adat.
4) Tanah milik penduduk antara lain semua sawah,ladang dan sejenisnya yang
dimiliki oleh penduduk desa,boleh disewa pihak swasta jangka panjang waktu 5
sampai 20 tahun.
Dengan adanya politik pintu terbuka tersebut berarti bangsa Indonesia terbuka
untuk penanaman modal asing. Pelaksanaan politik pintu terbuka di Indonesia
menimbulkan akibat atau dampak yang luas antara lain :
1) Tanah perkebunan semakin tambah luas
2) Rakyat terutama dipulau Jawa hidup dalam kemiskinan dan penderitaan
3) Usaha kerajinan rakyat terdesak oleh barang-barang impor
4) Rakyat pedesaan mulai mengenal arti pentingnya peredaraan uang.
5) Modal swasta asing mulai ditanam di Indonesia

G. Perlawanan Indonesia Terhadap Pemerintah Hindia-Belanda


a. Perang Patimura / Perang Maluku (1817)
Sebab terjadinya perang Maluku adalah
1) Penindasan Belanda terhadap rakyat Maluku
2) Kegelisahan rakyat Maluku terhadap Belanda yang diduga membebani rakyat
dengan berbagi pihak
3) Pendudukan Belanda atas bentang Duurtstede di Saparua
Dalam perjuangan Pattimura yang dikenal dengan Thomas Maltullessy
dibantu Thomas Pattiwael,Anthonie Rheboak,Said Parintah,Latumahina dan
Christina Marta Tiahahu. Akan tetapi perjuangan Pattimura mengalami kegagalan.
Tertangkapnya para pemimpin perjuangan rakyat Maluku perlawanan menjadi
melemah dan akhirnya dapat dikuasai oleh Belanda.
b. Perang Diponegoro (1825-1830)
Sebab-sebab umum terjadinya perang Diponegoro melawan pemerintah
kolonial Belanda antara lain :
1) Belanda turut campur dalam urusan keraton
2) Penderitaan rakyat akibat perlakuan pemerintahaan kolonial Belanda yang
sewenang-wenang
3) Kebencian kalangan istana karena Belanda semakin mempersempit wilayah
kerajaan
4) Kekecewaan kaum ulama terhadap sikap orang-orang Belanda yang
merendahkan
Adapun penyebab khusus terjadinya perang Diponegoro adalah
pemasangan tonggak-tonggak untuk membuat jalan yang melalui makan leluhur
Pangeran Diponegoro di Tegalrejo tanpa ijin lebih dahulu.
Dalam perjuangan Pangeran Diponegoro antara lain dibantu Kyai
Mojo,Sentot Prawirodirjo,dan Noto Projo menggunakan siasat gerilya.
Untuk menghadapi perang Diponegoro Belanda menerapkan sistem benteng
stelsel,dengan tujuan adalah :
1) Mempersempit ruang gerak Pangeran Diponegoro
2) Memecah belah pasukan Diponegoro
3) Menekan pertahanan Diponegoro agar cepat menyerah
Adanya benteng stelsel menyebabkan kedudukan Pangeran Diponegoro
menjadi terdesak. Tokoh-tokoh pemimpin pasukan Diponegoro satu-persatu
ditangkap Belanda. Bahkan Pangeran Diponegoro juga ditangkap Belanda dalam
perundingan tanggal 18 Maret 1830. Pangeran Diponegoro kemudian diasingkan
di Makassar hingga wafat tanggal 8 Januari 1855.
c. Perang Paderi (1821-1837)
Penyebab perang Paderi di Minangkabau Sumatera Barat adalah :
1) Pertentangan antara kaum Adat dan kaum Paderi yang berusaha menegakkan
agama Islam dari tidakan-tindakan yang menyimpang dari ajaran Islam
2) Belanda turut campur dalam pertentangan kaum Adat dan kaum Paderi dengan
cara membantu kaum Adat.

d. Perang Bali (1846-1863)


Penyebab terjadinya Perang Bali melawan pemerintah Belanda adalah :
1) Belanda menuntut kerajaan-kerajaan di Bali mengakui kekuasaan pemerintah
kolonial Belanda
2) Belanda menolak Hukum Tawan Karang ,yaitu hak raja-raja Bali merampas
semua kapal asing yang terdampar di wilayah kerajaanya
3) Kerajaan-kerajaan di Bali menolak tunduk kepada pemerintah Belanda

e. Perang Banjar (1859-1863)


Penyebab terjadinya perang Banjar melawan kolonial Belanda adalah :
1) Penangkapan Prabu Anom yang terkenal menentang VOC
2) Belanda campur tangan dalam urusan kerajaan Banjar dengan mengangkat
Pangeran Tamjidillah sebagai raja Banjar menggantikan Sultan Adam.
Perlawanan rakyat Banjar terhadap Belanda dipimpin oleh Pangeran
Antasari dan Pangeran Hidayat yang dibantu Kyai Demang Leman,Haji
Buyasin,dan Haji Nasrun. Akan tetapi perlawanan rakyat Banjar semakin lemah
setelah tokoh-tokoh pemimpin Banjar ditangkap Belanda. Akibatnya Banjar
menjadi wilayah kekuasaan Belanda.
f. Perang Aceh (1873-1904)
Penyebab terjadinya perang Aceh melawan pemerintah kolonial Belanda
adalah :
1) Belanda menuntut Aceh mengakui kekuasaan pemerintah Kolonial Hindia-
Belanda
2) Belanda turut campur dalam urusan luar negeri Aceh
Ditandatanganinya Traktat Sumatera tahun 1871 yang memberikan
kebebasan Belanda memperluas kekuasaan ke Sumatera termasuk Aceh.
Pemimpin perjuangan melawan Belanda antara lain : Teuku Umar,Teuku Cik Di
Tiro,Panglima Polim,Cuk Nyak Dien,dan Cuk Meutia.
Meskipun perang sudah berlangsung lama Belanda belum sepenuhnya
menguasai Aceh. Oleh karena itu Belanda mengirim Dr.Snouck Hurgronje untuk
meneliti kehidupan sosial budaya Aceh. Dr. Snouck Hurgronje dalam bukunya De
Atjeher menyarankan kepada pemerintah Belanda harus melakukan serangan
besar-besaran dalam menghadapi perang Aceh.
Pada tahun 1899 pasukan Belanda (Pasukan Marsose) yang dipimpin
kolonel Van Heutz menyerang Aceh secara besar-besaran sehingga para pemimpin
Aceh satu-persatu gugur dan tertangkap. Akhirnya Sultan Muhammad Daud Syah
dipaksa menandatangani perjanjian tersebut Aceh harus tunduk pada
pemerintahan Kolonial Hindia-Belanda.
g. Gerakan Protes Petani
Perjuangan rakyat Indonesia melawan Kolonial Belanda tidak hanya
dilakukan dalam bentuk perang, tetapi juga dalam bentuk gerakan protes petani.
Gerakan protes petani adalah gerakan yang dilakukan para petani sebagai
ungkapan protes kebijakan pemerintah kolonial.
Faktor-faktor pendorong timbulnya gerakan protes petani antara lain :
1) Kebencian para petani,adanya pemberlakuan berbagai pajak yang memberatkan
2) Para pengusaha bertindak sewenang-wenang
3) Adanya praktek penindasan dan perbudakan
4) Adanya keyakinan datangnya ratu adil yang akan embebaskan mereka.
Gerakan protes petani,misalnya :
1) Di Ciamis 1886 dipimpin oleh Mohammad Idris
2) Di Condet 1912 dipimpin oleh Entong Gendut
3) Di Surabaya 1916 dipimpin oleh Sadikin.

H. Berakhirnya Pemerintahaan Hindia-Belanda


Sejarah panjang masa berakhirnya pemerintahan Hindia Belanda sebenarnya
telah mulai muncul karena diberlakukannya Politik Etis . Dengan dilakukannya
Politik Etis tersebut justru mengancam kedudukan pemerintahan Hindia Belanda
karena Politik Etis dapat menghadirkan lahirnya golongan terpelajar. Golongan
terpelajar inilah yang mempelopori lahirnya Pergerakan Nasional, gerakan-
gerakan anti penjajahan banyak bermunculan pada masa ini. Dimulai dari masa
pembentukan (1908-1920) berdiri organisasi seperti Budi Utomo, Sarekat Islam
dan Indische Partij, masa radikal/nonkooperasi (1920-1930) berdiri organisasi
seperti Partai Komunis Indonesia (PKI), Perhimpunan Indonesia (PI) dan Partai
Nasional Indonesia (PNI) serta pada masa moderat/kooperasi (1930-1942) berdiri
organisasi seperti Parindra, Partindo, dan GAPI. Di samping itu juga berdiri
organisasi keagamaan, organisasi pemuda, dan organisasi perempuan.
Pihak Hindia Belanda mulai menjalankan tingkat penindasan baru untuk
menanggapi perkembangan tersebut. Dalam masalah politik, gerakan anti
penjajahan melanjutkan langkah-langkah yang tidak menghasilkan apa-apa.
Pemerintahan Hindia Belanda memasuki tahapan yang paling menindas dan
paling konservatif dalam sejarahnya pada abad XX.
Tanda-tanda runtuhnya pemerintahan Hindia Belanda semakin menguat ketika
berkobar Perang Dunia II di Eropa yang ditandai dengan penyerbuan Jerman atas
Polandia pada tanggal 1 September 1939, kemudian Jerman yang pada saat itu
dipimpin oleh Hitler menyerbu negeri Belanda pada tanggal 10 Mei 1940 yang
menyebabkan pemerintah Belanda lari ke pengasingan ke London. Pada bulan
September 1940, Pakta Tiga Pihak mengesahkan persekutuan Jepang-Jerman
Italia. Prancis dikalahkan oleh Jerman pada bulan Juni 1940. Pada bulan
September, pemerintah Prancis di Vichy yang bekerja sama dengan pihak Jerman
memperbolehkan Jepang membangun pangkalan-pangkalan militer di Indo-Cina
yang merupakan jajahan Prancis. Pada saat itu pemimpin-pemimpin Jepang mulai
terang-terangan tentang “pembebasan” Indonesia. Di Den Haag sebelum jatuhnya
negeri Belanda dan di Batavia sesudah itu, Jepang mendesak agar Belanda
memperbolehkan memasuki Indonesia seperti mereka diperbolehkan di Indocina,
tetapi perundingan-perundingan itu akhirnya mengalami kegagalan pada bulan
Juni 1941 dan pada bulan Juli balatentara Jepang di Indocina diperkuat. Bulan
Oktober 1941, Jenderal Hideki Tojo menggantikan Konoe sebagai Perdana
Menteri. Sebenarnya, sampai akhir tahun 1940, pimpinan militer Jepang tidak
menghendaki melawan beberapa negara sekaligus, namun sejak pertengahan
tahun 1941 mereka melihat, bahwa Amerika Serikat, Inggris dan Belanda harus
dihadapi sekaligus, apabila mereka ingin menguasai sumber daya alam di Asia
Tenggara. Apalagi setelah Amerika melancarkan embargo minyak bumi, yang
sangat mereka butuhkan, baik untuk industri di Jepang, maupun untuk keperluan
perang.
Kini peperangan di Asia sudah diambang pintu. Admiral Isoroku Yamamoto,
Panglima Angkatan Laut Jepang, mengembangkan strategi perang yang sangat
berani yaitu mengerahkan seluruh kekuatan armadanya untuk dua operasi besar.
Seluruh potensi Angkatan Laut Jepang mencakup 6 kapal induk (pengangkut
pesawat tempur), 10 kapal perang, 18 kapal penjelajah berat, 20 kapal penjelajah
ringan, 4 kapal pengangkut perlengkapan, 112 kapal perusak, 65 kapal selam serta
2.274 pesawat tempur. Kekuatan pertama, yaitu 6 kapal induk, 2 kapal perang, 11
kapal perusak serta lebih dari 1.400 pesawat tempur dan pada akhirnya pada
tanggal 8 Desember 1941 (7 Desember di Hawaii), Jepang menyerang basis
perang Amerika Serikat di Pearl Harbour, mereka juga menyerang Hongkong,
Filipina dan Malaysia yang dilakukan oleh kekuatan kedua yaitu sisa kekuatan
Angkatan Laut yang mereka miliki yang mendukung Angkatan Darat dalam
Operasi Selatan atau Filipina dan Malaysia tersebut yang kemudian penyerangan
itu akan dilanjutkan ke Jawa.
Karena penyerangan itu pulalah negeri Belanda mengikuti jejak sekutu-
sekutunya menyatakan perang terhadap Jepang. Pada tanggal 10 Januari 1942
penyerbuan Jepang ke Indonesia dimulai. Pada tanggal 15 Februari, pangkalan
Inggris di Singapura juga menyerah. Pada akhir bulan Februari tepatnya tanggal
27 Februari 1942 balatentara Jepang berhasil menghancurkan armada gabungan
Belanda, Inggris, Australia dan Amerika dalam pertempuran di laut Jawa. Tanggal
28 Februari 1942, Tentara ke 16 di bawah pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi
Imamura mendarat di tiga tempat di Jawa Banten, Eretan Wetan dan Kragan dan
segera menggempur pertahanan tentara Belanda. Setelah merebut Pangkalan
Udara Kalijati, Letnan Jenderal Imamura membuat markasnya di sana. Imamura
memberikan ultimatum kepada Belanda, bahwa apabila tidak menyerah, maka
tentara Jepang akan menghancurkan tentara Belanda.
Kemudian pada 8 Maret 1942, pihak Belanda di Jawa menyerah dan Gubernur
Jenderal Hindia Belanda Tjarda van Starkenborgh Stachouwer ditawan oleh pihak
Jepang. Dengan demikian, bukan saja de facto, melainkan juga de jure, seluruh
wilayah bekas Hindia Belanda sejak itu berada di bawah kekuasaan dan
administrasi Jepang. Dann pada saat itulah kekuasaan Hindia Belanda di
Indonesia berakhir.
PORTUGIS
A. Awal proses kedatangan bangsa Portugis ke Indonesia
Bangsa portugis merupakan bangsa eropa pertama yang mencapai kepulauan
nusantara. Pencarian mereka untuk mendominasi sumber perdagangan rempah-
rempah yang menguntungkan pada abad ke 16 dan usaha penyebaran katolik
roma. Percobaan awal bangsa portugis mendirikan koalisi dan perjanjian damai
pada tahun 1512 dengan kerajaan Sunda di Parahyangan gagal akibat sikap
permusuhan yang ditunjukkan oleh sejumlah pemerintahan islam di Jawa, seperti
demak dan banten. Bangsa Portugis mengalihkan arah ke kepulauan Maluku, yang
terdiri atas berbagai perkumpulan negara yang awalnya berperang satu sama lain
namun memelihara perdagangan antar pulau dan internasional. Melalui
penaklukan militer dan persekutuan dengan penguasa setempat mereka
mendirikan pos, benteng, dan misi perdagangan di Indonesia timur, termasuk
pulau ternate, ambon, dan solor.
Motivasi bangsa Portugis memulai petualangan ke timur menurut ahli
sejarah dan arkeolog islam Uka Tjandrasasmita dalam buku Indonesia-Portugal
“five hundred years of historical relation ship (Cepesa, 2002) :
1. Feitoria : emas
2. Fortaleza : kejayaan
3. Igreja : gereja

Tahun 1487, Bartolomeus Dias mengitari Tanjung Harapan dan memasuki


perairan Samudra Hindia. Selanjutnya pada tahun 1498, Vasco da Gama sampai di
India. Namun, orang-orang Portugis ini segera mengetahui bahwa barang-barang
dagangan yang hendak mereka jual tidak dapat bersaing di pasaran India yang
canggih dengan barang-barang yang mengalir melalui jaringan perdagangan Asia.
Karena itu, mereka sadar harus melakukan peperangan di laut untuk
mengukuhkan diri.
Setelah perjanjian Thordesillas (1492) pelaut-pelaut portugis dibawah
pimpinan Bartholomeus Diaz mencoba mencari jalan keluar untuk menemukan
dunia timur (pusat rempah-rempah). Namun pelayarannya hanya sampai di ujung
afrika selatan (1496). Hal ini disebabkan oleh besarnya gelombang ombak
samudera hindia, sehingga kapal-kapal yang dibawa Bartholomeus Diaz tidak
berhasil melewatinya. Oleh Bartholomeus Diaz tanjung ini dinamakan Tanjung
Pengharapan (Cape oge Good Hope atau Tanjung Harapan sekarang).
Pada tahun 1498, raja portugis mengirim ekspedisinya dibawah pimpinan
Vasco Da Gama. Ekspedisi ini berhasil mendarat di kalkuta (india) pada tahun
1498. Kemudian pada tahun 1511 dari india bangsa portugis mengirim
ekspedisinya dibawah pimpinan Alfonso d’Alburquerque, mengikuti perjalanan
para pedagang islam. Pada tahun itu juga portugis berhasil menduduki malaka,
pusat perdagangan islam di Asia Tenggara. Kemudian portugis tiba di
Ternate(maluku) tahun 1512. Awalnya masyarakat Maluku menyambut baik dan
saling berebut menanamkan pengaruh kepada portugis agar portugis dapat
membeli rempah-rempah dan membantu masyarakat Maluku menghadapi para
musuh.
Kedatangan bangsa Portugis diterima baik oleh sultan ternate adalah :
1. Portugis dianggap sebagai pembeli rempah-rempah dengan harga tinggi.
2. Portugis dimintai bantuan untuk bersama sama menyerang tidore.
Pada saat itu, kesultanan ternate di Maluku diperintah oleh Kaicil Darus
meminta bantuan Portugis untuk mendirikan sebuah benteng agar terhindar dari
serangan daerah lain. Tahun 1522 Portugis mengabulkan permintaan sultan ternate
dengan mendirikan benteng Saint John. Benteng tersebut harus dibayar mahal
dengan perjanjian monopoli perdagangan rempah-rempah, perjanjian tersebut
ternyata menimbulkan kesengsaraan rakyat tidak boleh menjual rempah dengan
harga bebas karna harga sudah ditetapkan portugis dengan harga murah. Akibat
nya terjadi permusuhan antara Ternate dan Portugis.
Sebab-sebab perlawanan rakyat ternate terhadap Portugis :
1. Portugis melakukan monopoli perdagangan rempah-rempah di Ternate
sehingga merugikan rakyat.
2. Portugis memaksa sultan Ternate mengakui kekuasaannya di Ternate.
3. Portugis membunuh sultan Hairun sebagai raja Ternate.
Lalu Bangsa Spanyol pun tiba di Maluku, timbul lah pertentangan antara bangsa
Portugis dan Spanyol, pertikaian tersebut sejalan dengan adanya pertentangan
sultan Ternate dan Tidore.
Untuk menyelesaikan pertikaian kedua bangsa kulit putih itu, Paus turun tangan
dan pada tahun 1529 dilakukan perjanjian Saragossa (Zaragosa).
Isi perjanjian itu antara lain:
1. Bumi ini dibagi atas dua pengaruh yaitu pengaruh bangsa spanyol dan
portugis.
2. Wilayah kekuasaan spanyol membentang meksiko ke arah barat sampai ke
kepulauan Filipina dan wilayah kekuasaan portugis membentang dari Brazillia
kearah timur sampai ke kepulauan Maluku.
B. Pengaruh bangsa Portugis di Indonesia
Pengaruh Portugis dalam bidang kebudayaan terhadap Indonesian :
1. Berkembangnya agama kristen dan katholik di Maluku yang disebarkan oleh
Franciscus Xaverius. Di dusun baluk kec. Bola kab. Sikka ia menancapkan sebuah
salib setinggi 3m diatas sebuah batu karang yang diberi nama “Watu Krus” tahun
1630.
Adapun keturunan Portugis yang beragama islam terdapat di Lamno, Aceh.
2. Berkembangnya musik keroncong dari Portugis.
3. Peninggalan benteng-benteng Portugis
4. Nama-nama orang Indonesia yang menggunakan nama Portugis.
5. Banda seperti meriam yang ditempatkan di museum.
Selama berada di Maluku, orang-orang Portugis meninggalkan beberapa pengaruh
kebudayaan mereka seperti balada-balada keroncong romantis yang dinyanyikan
dengan iringan gitar berasal dari kebudayaan Portugis. Kosa kata Bahasa
Indonesia juga ada yang berasal dari bahasa Portugis yaitu pesta, sabun, bendera,
meja, Minggu, dll.Hal ini mencerminkan peranan bahasa Portugis disamping
bahasa Melayu sebagai lingua franca di seluruh pelosok nusantara sampai awal
abad XIX.Bahkan di Ambon masih banyak ditemukan nama-nama keluarga yang
berasal dari Portugis seperti da Costa, Dias, de Fretas, Gonsalves, Mendoza,
Rodriguez, da Silva, dll. Pengaruh besar lain dari orang-orang Portugis di
Indonesia yaitu penanaman agama Katolik di beberapa daerah timur di Indonesia.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Belanda datang pertama kali ke Indonesia pada tahun 1596-1811,dan yang
kedua kalinya pada tahun 1814-1904. Tujuan kedatangan Belanda ke Indonesia
adalah untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia. Dan untuk
melancarkan usahanya, Belanda menempuh beberapa cara yaitu membentuk VOC
pada tahun 1902 dan membentuk pemerintahan kolonial Hindia-Belanda. Setelah
masa penjajahan itu usai, Belanda meninggalkan kebudayaan dan kebijakan-
kebijakan yang sebagian masih di pakai oleh Indonesia.
Indonesia pada masa pemerintahan Hindia-Belanda abad XIX sudah
mengalami berbagai pergantian Gubernur Jendral tetapi yang paling
menyengsarakan rakyat yaitu pada masa Gubjen, Rafles, Daendels, Van den
Bosch, dan van Hogendrop. Yang menerapkan system tanam paksa, penyerahan
wajib hasil pertanian, penyewaan tanah kepada rakyat, penyewaan desa pada
pihak swasta dan pembuatan jalan dari Anyer sampai Panarukan.
Beberapa negara pernah menjajah Indonesia sangat lama hingga berabad-
abad. Namun ada juga yang hanya menjajah selama beberapa tahun. Pemerintah
penjajah kadang juga berjasa dalam pembangunan beberapa fasilitas umum seperti
jalan, jembatan, perkebunan, rel kereta api, saluran irigrasi, dan beberapa fasilitas
lain. Namun penjajahan tetap saja harus dihentikan karena menimbulkan
penderitaan bagi negara yang dijajah, namun di lain pihak negara yang menjajah
akan semakin makmur.

B. Saran
Berdasarkan sejarah diatas sebaiknya kita sebagai warga Indonesia tetap
menghargai jasa para pahlawan yang telah berjuang untuk mengusir para penjajah.
Walaupun selama masa penjajahan tesebut meninggalkan banyak sekali
peninggalan yang berharga, setidaknya kita harus tetap waspada agar tidak
mengalami masa tersebut. Tapi kita juga harus tetap menghargai negara-negara
yang pernah menjajah indonesia dan tidak membenci negara-negara tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Kantaprawira, Rusadi, 1999, Sistem Poloitik Indonesia: Suatu Model Pengantar,


Bandung, Sinar Baru Algensindo.
Budiardjo Miriam, 2010, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta, PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Wardono, Agus, 2006, Sejarah, Klaten, Viva Pakarindo.
http://maurendyayanklewinsca.blogspot.co.id/

Anda mungkin juga menyukai