Anda di halaman 1dari 6

Nama:

- Ariz akhdan dineja


- Ishac Nathan irin
- M. nararya effendy
- Mutiara Hardin
- Oreza sitiva alfany

Kelas: XI IPA 4

Vereenigde Oostindische Compagnie


Perusahaan Hindia Timur Belanda, secara resmi bernama Persatuan Perusahaan Hindia
Timur (bahasa Belanda: Vereenigde Oostindische Compagnie; disingkat VOC) didirikan pada 20
Maret 1602.[1] VOC adalah persekutuan dagang asal Belanda yang memiliki monopoli untuk
aktivitas perdagangan di Asia. Disebut Hindia Timur karena ada pula Geoctroyeerde
Westindische Compagnie yang merupakan persekutuan dagang untuk kawasan Hindia Barat.
Perusahaan ini dianggap sebagai perusahaan multinasional pertama di dunia [2] sekaligus
merupakan perusahaan pertama yang mengeluarkan sistem pembagian saham.[3] Salah satu
pemegang saham VOC terbesar adalah Isaac Le Maire, seorang pengusaha dan investor
keturunan Yahudi asal Walonia (sekarang Belgia).
Meskipun sebenarnya VOC merupakan sebuah persekutuan badan dagang saja, tetapi badan
dagang ini istimewa karena didukung oleh negara dan diberi fasilitas serta hak-hak istimewa
(octrooi).[1] Misalnya VOC boleh memiliki tentara, memiliki mata uang, bernegosiasi dengan
negara lain hingga menyatakan perang.[1] Banyak pihak menyebut VOC sebagai negara di dalam
negara. VOC memiliki enam bagian (Kamers)
di Amsterdam, Middelburg (untuk Zeeland), Enkhuizen, Delft, Hoorn, dan Rotterdam.[4] Delegasi
dari ruang ini berkumpul sebagai Heeren XVII atau 17 tuan.[5] Kamers menyumbangkan delegasi
ke dalam tujuh belas sesuai dengan proporsi modal yang mereka bayarkan; delegasi Amsterdam
berjumlah delapan.
Di kalangan orang Indonesia bahkan juga di Malaysia, VOC memiliki sebutan
populer Kompeni atau Kumpeni.[6] Istilah ini berasal dari kesalahan orang Indonesia ketika
mengucapkan compagnie dalam bahasa Belanda yang merujuk pada makna perusahaan.
[6]
 Setelah VOC berakhir, istilah "Kompeni" kemudian mulai digunakan secara umum dalam
bahasa sehari hari untuk merujuk ke pemerintah dan tentara Belanda karena penindasannya
dan pemerasan kepada rakyat Indonesia.

Sejarah
Datangnya orang Eropa melalui jalur laut diawali oleh Vasco da Gama, yang pada tahun 1497-
1498 berhasil berlayar dari Eropa ke India melalui Tanjung Harapan (Cape of Good Hope) di
ujung selatan Afrika.[7] Sehingga mereka tidak perlu lagi bersaing dengan pedagang-pedagang
Timur Tengah untuk memperoleh akses ke Asia Timur, yang selama ini ditempuh melalui jalur
darat yang sangat berbahaya. Pada awalnya, tujuan utama bangsa-bangsa Eropa ke Asia Timur
dan Tenggara termasuk ke Nusantara adalah untuk perdagangan, demikian juga dengan
bangsa Belanda.[8] Misi dagang yang kemudian dilanjutkan dengan politik permukiman
(kolonisasi) dilakukan oleh Belanda dengan kerajaan-kerajaan di Jawa, Sumatra dan Maluku,
sedangkan di Suriname dan Curaçao, tujuan Belanda sejak awal adalah murni kolonisasi
(permukiman). Dengan latar belakang perdagangan inilah awal kolonialisasi bangsa Indonesia
(Hindia Belanda) berawal.
Selama abad ke-16, perdagangan rempah-rempah didominasi oleh Portugis dengan
menggunakan Lisbon sebagai pelabuhan utama. Sebelum revolusi di negeri Belanda, kota
Antwerp memegang peranan penting sebagai distributor di Eropa Utara, akan tetapi setelah
tahun 1591 Portugis melakukan kerja sama dengan firma-firma dari Jerman, Spanyol, dan Italia
menggunakan Hamburg sebagai pelabuhan utama sebagai tempat untuk mendistribusikan
barang-barang dari Asia, memindah jalur perdagangan menjadi tidak melewati Belanda. Namun
ternyata perdagangan yang dilakukan Portugis tidak efisien dan tidak mampu menyuplai
permintaan yang terus meninggi, terutama lada. Suplai yang tidak lancar menyebabkan harga
lada meroket pada saat itu. Selain itu Unifikasi Portugal dan Kerajaan Spanyol (yang sedang
dalam keadaan perang dengan Belanda pada saat itu) pada tahun 1580, menimbulkan
kekhawatiran tersendiri bagi Belanda. Ketiga faktor tersebutlah yang mendorong Belanda
memasuki perdagangan rempah-rempah interkontinental. Akhirnya Jan Huyghen van
Linschoten dan Cornelis de Houtman menemukan "jalur rahasia" pelayaran Portugis, yang
membawa pelayaran pertama Cornelis de Houtman ke Banten, pelabuhan utama di Jawa pada
1595-1597 dengan kapal dan awak mereka mengalami banyak kerusakan. [9]
Pada 1596, empat kapal ekspedisi dipimpin oleh Cornelis de Houtman berlayar menuju
Indonesia, dan merupakan kontak pertama Indonesia dengan Belanda. Ekspedisi ini mencapai
Banten, pelabuhan lada utama di Jawa Barat, di sini mereka terlibat dalam perseteruan dengan
orang Portugis dan penduduk lokal. Houtman berlayar lagi ke arah timur melalui pantai utara
Jawa, sempat diserang oleh penduduk lokal di Sedayu berakibat pada kehilangan 12 orang
awak, dan terlibat perseteruan dengan penduduk lokal di Madura menyebabkan terbunuhnya
seorang pimpinan lokal. Setelah kehilangan separuh awak maka pada tahun berikutnya mereka
memutuskan untuk kembali ke Belanda namun rempah-rempah yang dibawa cukup untuk
menghasilkan keuntungan.[10]
Pada 31 Desember 1600, Inggris memulai mendirikan perusahaan dagang di Asia
bernama Perusahaan Hindia Timur Britania dan berpusat di Kalkuta. Kemudian Belanda
menyusul tahun 1602 dan Prancis pun tak mau ketinggalan dengan mendirikan Perusahaan
Hindia Timur Prancis tahun 1604.
Pada 20 Maret 1602, para pedagang Belanda mendirikan Verenigde Oostindische Compagnie.
Di masa itu, terjadi persaingan sengit di antara negara-negara Eropa, yaitu Portugis, Spanyol,
Inggris, Prancis, dan Belanda, untuk memperebutkan hegemoni perdagangan di Asia Timur.
Untuk menghadapai masalah ini,Staaten Generaal di Belanda, VOC diberi wewenang memiliki
tentara yang harus mereka biayai sendiri. Selain itu, VOC juga mempunyai hak, atas nama
Pemerintah Belanda yang waktu itu masih berbentuk republik, untuk membuat perjanjian
kenegaraan dan menyatakan perang terhadap suatu negara. Wewenang ini yang
mengakibatkan, bahwa suatu perkumpulan dagang seperti VOC, dapat bertindak seperti
layaknya satu negara.
Perusahaan ini mendirikan markasnya di Batavia (sekarang Jakarta) di pulau Jawa. Pos kolonial
lainnya juga didirikan di tempat lainnya di Hindia Timur yang kemudian menjadi Indonesia,
seperti di kepulauan rempah-rempah (Maluku), yang termasuk Kepulauan Banda di mana VOC
manjalankan monopoli atas pala dan fuli. Metode yang digunakan untuk mempertahankan
monopoli termasuk kekerasan terhadap populasi lokal, dan juga pemerasan dan pembunuhan
massal.
Pos perdagangan yang lebih tenteram terletak di Deshima, pulau buatan di lepas
pantai Nagasaki. Daerah ini adalah tempat satu-satunya di mana orang Eropa dapat berdagang
dengan Jepang.
Octrooi, piagam pendirian Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) yang memuat hak-hak istimewa
VOC di Nusantara.

Hak oktrooi adalah keistimewaan yang dimiliki VOC untuk menjalankan perdagangan di kawasan
Hindia.[11] Isi hak oktroi Octrooi memuat tujuan didirikannya VOC. Preambule octrooi berbunyi,
"VOC dibentuk untuk menyediakan arah dan memberikan navigasi bagi perdagangan di Hindia
Timur." Perdagangan di nusantara selama 200 tahun dikuasai VOC berdasarkan piagam octrooi
pada tahun 1598 perusahaan yang ada kala itu digabungkan menjadi sebuah kongsi
dagang.Pada bulan maret 1602 terbentuk Perserikatan Maskapai Hindia Timur, François
Valentijn dalam Oud En Nieuw Oost-indien (1602) mencatat octrooi diberikan parlemen Belanda.
Octrooi, piagam pendirian Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) yang memuat hak-hak
istimewa VOC di Nusantara.[12]
Pada 1603, VOC memperoleh izin di Banten untuk mendirikan kantor perwakilan dan pada
1610, Pieter Both diangkat menjadi Gubernur Jenderal VOC pertama (1610-1614), tetapi
memilih Jayakarta sebagai pusat administrasi VOC. Sementara itu, Frederik de Houtman
menjadi Gubernur VOC di Ambon (1605-1611) dan setelah itu menjadi Gubernur untuk Maluku
(1621-1623). Sehingga pada tanggal 31 Desember 1799 banyaknya pejabat VOC yang terlibat
korupsi menyebabkan beban utang VOC menjadi semakin banyak, sehingga VOC sendiri
bangkrut dan pailit. VOC dinyatakan bubar oleh Gubernur Jendral VOC Van Overstraten, Semua
utang piutang dan segala milik VOC diambil alih oleh pemerintah Belanda.

Hak Istimewa
Hak-hak istimewa yang tercantum dalam Oktrooi (piagam/charter) tanggal 20 Maret 1602
meliputi:

 Hak monopoli untuk berdagang dan berlayar di wilayah sebelah timur Tanjung


Harapan dan sebelah barat Selat Magelhaens serta menguasai perdagangan untuk
kepentingan sendiri;
 Hak kedaulatan (soevereiniteit) sehingga dapat bertindak layaknya suatu negara
untuk:

1. Memelihara angkatan perang,


2. Memaklumkan perang dan mengadakan perdamaian,
3. Merebut dan menduduki daerah-daerah asing di luar Negeri Belanda,
4. Memerintah daerah-daerah tersebut,
5. Menetapkan/mengeluarkan mata-uang sendiri, dan
6. Memungut pajak.

Garis Waktu
Pada 1652, Jan van Riebeeck mendirikan pos di Tanjung Harapan (ujung selatan Afrika,
sekarang ini Afrika Selatan) untuk menyediakan kapal VOC untuk perjalanan mereka ke Asia
Timur. Pos ini kemudian menjadi koloni sungguhan ketika lebih banyak lagi orang Belanda dan
Eropa lainnya mulai tinggal di sini. Pos VOC juga didirikan
di Persia (sekarang Iran), Benggala (sekarang Bangladesh) dan
sebagian India), Ceylon (sekarang Sri Lanka), Malaka (sekarang Malaysia), Siam
(sekarang Thailand), Cina daratan (Kanton), Formosa (sekarang Taiwan) dan selatan India.
Pada 1662, Koxinga mengusir Belanda dari Taiwan.
Pada 1669, VOC merupakan perusahaan pribadi terkaya dalam sepanjang sejarah, dengan
lebih dari 150 perahu dagang, 40 kapal perang, 50.000 pekerja, angkatan bersenjata pribadi
dengan 10.000 tentara, dan pembayaran dividen 40%.
Perusahaan ini hampir selalu mengalami konflik dengan pihak Inggris; hubungan keduanya
memburuk ketika terjadi Pembantaian Ambon pada tahun 1623. Pada abad ke-18,
kepemilikannya dipusatkan di Hindia Timur. Setelah peperangan keempat antara Provinsi
Bersatu dan Inggris (1780-1784), VOC mendapatkan kesulitan finansial, dan pada 17
Maret 1798, perusahaan ini dibubarkan, setelah Belanda diinvasi oleh tentara Napoleon
Bonaparte dari Prancis. Hindia Timur diserahkan kepada Kerajaan Belanda oleh Kongres
Wina di 1815.

Tujuan
Tujuan utama dibentuknya VOC seperti tercermin dalam perundingan 15 Januari 1602 adalah
untuk “menimbulkan bencana pada musuh dan guna keamanan tanah air”. Yang dimaksud
musuh saat itu adalah Portugis dan Spanyol yang pada kurun Juni 1580 – Desember
1640 bergabung menjadi satu kekuasaan yang hendak merebut dominasi perdagangan di Asia.
Untuk sementara waktu, melalui VOC bangsa Belanda masih menjalin hubungan baik bersama
masyarakat Nusantara.

Kebangkrutan dan pembubaran


Pada pertengahan abad ke-18, VOC mengalami kebangkrutan karena beberapa sebab sehingga
dibubarkan. Penyebab kebangkrutan VOC sendiri disebabkan karena maraknya korupsi di dalam
organisasi VOC yang dilakukan oleh petingginya. Di saat yang bersamaan VOC juga harus
berperang menghadapi Inggris yang berakhir dengan direbutnya semua kantor VOC. [14] Heeren
Zeventien juga dianggap bertanggungjawab terhadap kebangkrutan VOC, mereka dianggap lalai
karena membiarkan para pejabat menjalankan bisnis pribadi namun pada praktiknya mereka
mengambil keuntungan lebih untuk memperkaya diri. Heeren Zeventien juga dianggap tidak
sigap dalam menanggapi keluhan pegawainya, seperti saat mereka enggan menyediakan
serdadu dan kelasi kapal yang baik mutunya. Selain itu, keterlibatan VOC dalam perang
di Jawa, Sumatra, dan Maluku menjadi penyebab kebangkrutan VOC.[15] Hingga akhirnya VOC
dibubarkan pada 31 Desember 1799 dengan meninggalkan utang sebesar 136,7 juta gulden
Kapal VOC
 Kapal VOC Amsterdam
 Kapal VOC Batavia

Daftar Gubernur jendral VOC


1. Pieter Both: 1610-1614

2. Gerard Reynst: 1614-1615

3. Laurens Reael: 1615-1619

4. Jan Pieterszoon Coen: 1617 (diangkat), 1618 (dikonfirmasi), 1619 (resmi), 1623 (akhir jabatan)

5. Pieter de Carpentier: 1623-1627

6. Jan Pieterszoon Coen: 1624 (diangkat kembali), 1627 (resmi), 1629 (akhir jabatan)

7. Jacques Specx: 1629-1632

8. Hendrik Brouwer: 1632-1636

9. Antonio van Diemen: 1636-1645

10. Cornelis van der Lijn: 1645 (diangkat), 1646 (resmi), 1650 (akhir jabatan)

11. Carel Reyniersz: 1650 (diangkat), 1651 (resmi), 1653 (akhir jabatan)

12. Joan Maetsuycker: 1653-1678

13. Rijckloff van Goens: 1678-1681

14. Cornelis Speelman: 1681-1684

15. Johannes Camphuys: 1684- 1691

16. Willem van Outhoorn: 1690 (diangkat), 1691 (resmi), 1704 (akhir jabatan)

17. Joan van Hoorn: 1704-1709

18. Abraham van Riebeeck: 1709-1713

19. Christoffel van Swol: 1713-1718

20. Hendrick Zwaardecroon: 1718 (diangkat), 1720 (resmi), 1725 (akhir jabatan)
21. Mattheus de Haan: 1724 (dinagkat), 1725 (resmi), 1729 (akhir jabatan)

22. Diederik Durven: 1729-1732

23. Dirk van Cloon: 1732-1735

24. Abraham Patras: 1735-1737

25. Adrian Valckenier: 1737-1741

26. Johannes thedens: 1741-1743

27. Gustaaf Willem Baron van Imhoff: 1743-1750

28. Jacob Mossel: 1750- 1761

29. Petrus Albertus van der Parra: 1761-1775

30. Jeremias van Riemsdijk: 1775-1777

31. Reinier de Klerk: 1777 (diangkat), 1778 (resmi), 1780 (akhir jabatan)

32. Willem Arnold Alting: 1780 (pejabat sementara), 1780 (resmi), 1797 (akhir jabatan).

Anda mungkin juga menyukai