Delegasi dari adanya suatu ruangan ini telah berkumpul yakni sebagai pasukan
XVII atau 17 tuan. Kamers berkontribusi pada tujuh belas delegasi sesuai
dengan bagian dari modal yang mereka bayarkan; Delegasi Amsterdam nomor
delapan.
Keberadaan VOC tidak hanya sebagai kongsi dagang, namun juga menjadi kekuatan
politik. VOC memiliki hak octrooi, yaitu monopoli perdagangan, mencetak mata uang
sendiri, mengadakan perjanjian, menyatakan perang dengan negara lain, menjalankan
kekuasaan kehakiman, memungut pajak, memiliki angkatan perang, dan mendirikan
benteng. VOC pun memiliki beberapa kebijakan, yaitu:
1. Contingenten: pajak wajib berupa hasil bumi yang langsung dibayarkan ke VOC.
Pada tahun 1799, VOC bangkrut karena pegawai VOC banyak yang melakukan korupsi,
menanggung utang akibat perang, dan kemerosotan moral para pegawai. Dengan
dibubarkannya VOC, maka kekuasaannya di Indonesia kemudian diambil alih oleh
pemerintah kerajaan Belanda yang saat itu dikuasai Prancis.
Hak octrooi dan gubernur jenderal
Sejarah VOC
Kedatangan orang Eropa lewat laut dimulai dengan Vasco da Gama, antara
tahun 1497 dan 1498 yakni telah berhasil berlayar untuk melintasi Tanjung
Harapan di ujung selatan Afrika dari Eropa ke India sehingga mereka tidak lagi
bersaing dengan para pedagang dari Timur Tengah. Memperoleh akses ke Asia
Timur, yang sejauh ini telah ditaklukkan di tanah yang begitu sangat berbahaya.
Awalnya, dalam sebuah tujuan utama dalam negara-negara Eropa ke Asia Timur
dan Tenggara termasuk kepulauan itu adalah sebuah perdagangan dengan
Belanda. Misi perdagangan, yang kemudian dilanjutkan dengan kebijakan dalam
sebuah pemukiman (Penjajahan), telah dilakukan terhadap Belanda dengan
Sumatra dan Maluku, kerajaan Jawa, sedangkan di Curaçao dan Suriname,
tujuan Belanda adalah penjajahan murni.
Pos dalam perdagangan yang lebih tenang yakni memiliki letak di wilayah
Deshima, sebuah pulau buatan di lepas pantai Nagasaki. Daerah ini merupakan
satu-satunya sebuah tempat di mana orang Eropa bisa berdagang terhadap
Jepang.
Pada 1603, VOC telah diizinkan mendirikan sebuah kantor perwakilan di Banten,
dan pada tanggal 1610 Pieter Keduanya dinobatkan sebagai Gubernur Jenderal
pertama VOC (1610-1614), tetapi ia memilih Jayakarta sebagai basis
administrasi VOC. Sementara itu, Frederik de Houtman menjadi gubernur VOC
di Ambon (1605-1611) dan Gubernur Maluku (1621-1623).
1. Faktor Internal
Korupsi dalam tingkatan, pejabat dari rendah ke tinggi.
Perdagangan ilegal (Black Market) tersebar dan sangat terluas.
Anggaran sebagai karyawan besar karena kekuatan yang begitu tersebar
luas.
Biaya perang yakni sebagai mengatasi perlawanan penduduk begitu
sangat tinggi.
Terdapat adanya sebuah kompetisi dari serikat pekerja lain seperti
CDI (Compagnie des Indes) dari wilayah Perancis dan EIC (East India
Companny) dari wilayah Inggris.
Para pejabat dan karyawan VOC melakukan korupsi dan dapat
menjatuhkan VOC dalam kompetisi sebuah perdagangan.
Penghasilan sangat rendah dengan adanya sejumlah akumulasi utang
menyulitkan VOC yakni sebagai menawarkan adanya suatu pengembalian
terhadap pemegang saham.
2. Faktor Eksternal
Pada 1795 Bonaparte mengambil kendali Belanda di bawah Napoleon setelah
menggulingkan Raja Willem V. Setelah diperintah dengan negara Prancis,
Belanda telah mengubah dirinya menjadi sebuah republik.