Anda di halaman 1dari 9

Sejarah Singkat Pembentukan VOC

Awalnya, tujuan utama bangsa Eropa terutama Belanda melakukan perjalanan menuju Asia
termasuk Nusantara adalah untuk melakukan jual-beli saja. Misi dagang tersebut kemudian
berkembang dengan keinginan bangsa Belanda untuk membentuk pemukiman (kolonisasi) di
Nusantara supaya perdagangan menjadi lebih mudah.
Pada awal abad 16, perdagangan rempah-rempah Nusantara didominasi oleh Portugis dan Spanyol.
Namun, perdagangan tersebut tidak efisien karena tidak mampu menyuplai permintaan yang terus
meningkat, terutama pada rempah-rempah jenis lada, hingga menyebabkan harga menjadi meroket.
Selain itu, pihak Portugis dan Spanyol saat itu (1580) sedang dalam keadaan perang dengan
Belanda, sehingga menyebabkan kekhawatiran bagi pihak Belanda. Akhirnya, dari adanya beberapa
faktor tersebut, mendorong Belanda untuk rempah-rempah memasuki Nusantara demi perdagangan
rempah-rempah.

Jan Huyghen Van Linschoten dan Cornelis de Houtman menemukan “jalur rahasia” dari pelayaran
Portugis yang akhirnya dapat membawa mereka menuju Banten, yang menjadi pelabuhan utama
di pulau Jawa pada tahun 1595-1597.

Ekspedisi yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman akhirnya sampai ke Banten, tetapi mereka terlibat
dalam perseteruan pihak Portugis dan penduduk lokal. Perseturuan tersebut menyebabkannya
kehilangan beberapa awak kapalnya.

Akhirnya Belanda resmi mendirikan Veredigne Oost-Indische Compagnie (VOC) yang berarti
Perserikatan Dagang Hindia Timur di Amsterdam.

Lalu, pada 1602, Belanda kembali ke Nusantara dan mendirikan kongsi dagang bernama VOC
tersebut dan bersaing sengit dengan beberapa negara seperti Portugis, Spanyol, Inggris, dan
Perancis.

Kongsi dagang tersebut mendirikan markasnya di Batavia (sekarang menjadi Jakarta). Kemudian,
para anggotanya ikut mendirikan tempat di Indonesia, terutama di Maluku karena kaya akan
rempahrempahnya. Metode yang digunakan untuk mempertahankan monopoli dagang adalah
menggunakan kekerasan, pemerasan, hingga pembunuhan terhadap penduduk lokal.

Hingga pada 1603, VOC memperoleh izin di Banten untuk mendirikan kantor perwakilannya, lalu
pada 1610, Pieter Both diangkat menjadi Gubernur Jenderal VOC yang pertama. Pieter Both memilih
Jayakarta (Jakarta) sebagai kantor administrasi VOC.

Sementara itu, VOC cabang Ambon memilih Frederik de Houtman sebagai Gubernur Jenderalnya
pada 1605 hingga 1611.

Tujuan Pembentukan VOC

Tujuan utama dari pembentukan VOC telah tercantum dalam perundingan 15 Januari 1602, yakni
“menimbulkan bencana bagi musuh dan guna keamanan tanah air”. Kata “musuh” dalam
perundingan tersebut mengacu pada bangsa Portugis dan Spanyol karena dua negara tersebut
saling bergabung menjadi satu kekuasaan dan hendak merebut dominasi perdagangan di Asia
(sebelumnya dikuasai oleh Belanda). Sehingga, melalui adanya VOC, bangsa Belanda masih dapat
menjalin hubungan baik dengan masyarakat Nusantara.
Namun, tujuan utama tersebut perlahan menjadi beberapa tujuan lain, yakni,

1. Mengurangi persaingan antar sesama pedagang Belanda


Tujuan pertama dari pembentukan kongsi dagang VOC ini adalah untuk menggabungkan usaha dan
menghindari persaingan tidak sehat antar sesama pedagang Belanda. Hal tersebut dilakukan supaya
keuntungan yang diperoleh akan maksimal.

2. Menandingi persaingan dengan pedagang bangsa Eropa lain


Supaya dapat memperkuat posisi Belanda dalam perdagangan Asia, dibentuknya VOC adalah untuk
menghadapi persaingan dengan bangsa Eropa lain seperti Portugal dan Spanyol.

3. Memonopoli rempah-rempah di Asia


Tujuan pembentukan VOC jika dilihat lebih jelas adalah untuk menguasai dan memonopoli sistem
perdagangan rempah-rempah di Asia, terutama di Indonesia. Mengapa? Karena negara kita ini kaya
akan sumber daya rempah-rempahnya. Hal tersebut membuat Belanda ingin memonopoli
perdagangannya supaya mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda.

4. Memegang kekuasaan atas kerajaan-kerajaan di Indonesia

Setelah berusaha ingin menguasai sumber daya rempah-rempahnya, Belanda memiliki tujuan lain
dari pembentukan kongsi dagang ini, yakni menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia. Belanda ingin
mengambil alih tentara kerajaan untuk dijadikan prajurit perangnya, sehingga Belanda dapat
berpeluang menang dalam perang.

5. Memperkuat posisi Belanda di dunia internasional

Tujuan selanjutnya adalah keinginan Belanda untuk memperkuat posisinya di hadapan dunia
internasional. Dalam persaingan dagang terutama antara bangsa Eropa lainnya, kongsi dagang VOC
ini dapat membuat Belanda menjadi lebih disegani.

6. Menyokong anggaran dana kepada pemerintah Belanda

Dari keuntungan yang didapatkan oleh kongsi dagang tersebut, pihak VOC juga turut membantu
dana pemerintah Belanda yang tengah krisis akibat diduduki oleh pihak Spanyol.

7. Menduduki tempat-tempat strategis di Indonesia

Tujuan selanjutnya adalah dengan menguasai tempat-tempat strategis yang ada di Indonesia,
terutama pelabuhan. Sehingga pembentukan kongsi dagang VOC selain untuk menguasai sumber
daya Indonesia, juga untuk menguasai aset penting dalam pelabuhannya.

8. Menguasai lembaga pemerintahan kerajaan


Tujuan terakhir pembentukan VOC adalah ingin menguasai lembaga pemerintahan tradisional di
Indonesia. Lembaga-lembaga tersebut tetap dipertahankan supaya dapat mudah dipengaruhi.

VOC dipimpin oleh dewan yang beranggotakan 17 orang, disebut dengan “Dewan Tujuh Belas” (de
heeren XVII). Dalam menjalankan tugasnya, VOC memiliki wewenang dan hak-hak tertentu, antara
lain,
Wewenang dan Hak VOCV
Hak-hak istimewa tersebut tercantum dalam Oktrooi (Piagam) pada tanggal 20 Maret 1602, yang
meliputi:
• Hak monopoli
Untuk berdagang dan melakukan pelayaran di wilayah timur Tanjung Harapan dan wilayah barat
Selat Magelhaens. Selain itu hak tersebut adalah untuk menguasai perdagangan demi kepentingan
sendiri.

• Hak kedaulatan (souvereiniteit)


Hak ini membuat anggotanya dapat bertindak sebagai layaknya suatu negara.

• Hak memelihara angkatan perang


• Hak memaklumkan adanya perang dan mengadakan sebuah perdamaian
• Hak merebut dan menduduki daerah-daerah asing di luar negara Belanda
• Hak menetapkan atau mengeluarkan mata uang sendiri
• Hak memungut pajak
• Hak mengadakan perjanjian dengan raja-raja setempat
• Hak mendirikan benteng
Dalam hak kedaulatan tersebut, beberapa telah dilaksanakan di negara Indonesia dengan upayanya
sebagai berikut,

• Memindahkan markas VOC yang awalnya di Banten dan Ambon, ke Batavia.


• Melaksanakan pelayaran Hongi, yakni bentuk pelayaran dan pengawasan oleh pemerintahan
VOC demi menjaga keberlangsungan monopoli rempah-rempah.
• Mengadakan hak Ekstirpasi, yaitu hak untuk membinasakan tanaman rempah-rempah
(biasanya pala atau cengkeh) yang melebihi ketentuan.
• Adanya sistem penyerahan wajib atas rempah-rempah
• Adanya sistem Priangan (tanam paksa tumbuhan kopi)
• Adanya sistem Contingenten, yaitu kewajiban membayar pajak dalam bentuk hasil bumi.

Dampak Kebijakan VOC Terhadap Indonesia


1. Kekuasaan raja menjadi berkurang karena secara keseluruhan didominasi oleh VOC
2. Wilayah kerajaan menjadi terpecah-belah sehingga menyebabkan munculnya penguasa baru
di bawah kendali VOC
3. Hak-hak istimewa justru membuat masyarakat Indonesia menjadi semakin miskin dan
menderita
4. Rakyat Indonesia menjadi mengenal apa itu politik uang, sistem pertahanan benteng, hingga
etika perjanjian dan prajurit bersenjata modern (senjata api dan meriam)
5. Melalui pelayaran Hongi menyebabkan tindakan perampasan, perampokan, perbudakan,
hingga pembunuhan terhadap masyarakat Indonesia
6. Hak ekstirpasi justru menjadi ancaman bagi masyarakat Indonesia karena harus
membinasakan tanaman rempah-rempah yang melebihi ketentuan. Padahal hal tersebut
dapat dijadikan sumber penghasilan lebih bagi masyarakat Indonesia.

Alasan Pembubaran VOC


Pada pertengahan abad 18, VOC mengalami kemunduran karena beberapa penyebab, yakni,
1. Banyak pegawai VOC yang melakukan korupsi.
2. Meningkatnya anggaran pengeluaran untuk biaya peperangan. Misalnya saat ada
pemberontakan Hasanuddin dari Gowa.
3. Banyaknya gaji yang harus dibayar karena mempunyai pegawai yang banyak.
4. Adanya pembayaran Devident (keuntungan) bagi pemegang saham justru memberatkan
pihak VOC dan membuat pemasukan VOC berkurang.
5. Saingan dagang di Asia bertambah, yakni adanya Inggris dan Perancis.
6. Adanya perubahan politik Belanda dengan berdirinya Republik Bataaf pada 1795 yang
demokratis dan liberal sehingga lebih menganjurkan perdagangan bebas.

VOC akhirnya resmi dibubarkan pada 31 Desember 1799 dengan hutang yang mencapai 136,7 juta
golden. Kekayaan yang ditinggalkan di Indonesia berupa kantor dagang, gudang, benteng, kapal,
serta beberapa daerah kekuasaan.

Tokoh-Tokoh Dibalik VOC

1. Johannes Van Den Bosch

Johannes Van Den Bosch lahir pada 1 Februari 1780, merupakan Gubernur-Jenderal Hindia Belanda
yang ke-43. Pada masa pemerintahannya, Cultuurstelsel atau sistem tanam paksa mulai
dilaksanakan. Sistem tersebut dilaksanakan untuk menambah kas pemerintah kolonial maupun
negara Belanda yang tengah kehabisan dana akibat peperangan di Eropa maupun di Nusantara.

2. Herman Willem Daendels


Daendels lahir dengan nama Meester in de Rechten Herman Willem Daendels pada 21 Oktober 1762
di Hattern, Republik Belanda. Ia merupakan politikus Belanda yang sekaligus menjadi
GubernurJenderal Hindia Belanda ke-36. Pada saat ia menjabat Gubernur di Nusantara, negara
Belanda sedang dikuasai oleh pihak Perancis.

Daendels melindungi pulau Jawa dengan cara mengisi armada tentaranya dengan para pribumi. Selain itu,
Daendels juga membangun beberapa rumah sakit, barak militer, pabrik senjata, pabrik meriam, benteng,
hingga sekolah militer. Daendels memiliki proyek utama selama menjabat sebagai Gubernur, yakni
pembangunan Jalan Raya Pos dari Anyer hingga Panarukan.

Selain itu, Daendels juga berusaha mengubah sistem pemerintahan di keraton Solo dan Yogya dari yang
awalnya residen menjadi minister. Dari pihak keraton Solo, yakni Sunan Paku Buwono IV menerima ketentuan
tersebut, tetapi pihak keraton Yogyakarta yakni Sultan Hamengku Buwono II enggan menerimanya.

Di sisi lain, Daendels berhasil membuat birokrasi menjadi lebih efisien dan mengurangi korupsi. Meskipun saat
itu, dirinya mendapatkan tuduhan korupsi dengan memperkaya diri sendiri. Akhirnya, Daendels diminta untuk
kembali dan pemerintahan digantikan oleh Jan Willem Janssens.

3. Thomas Stamford Bingley Raffles

Thomas Stamford Bingley Raffles lahir di Jamaica, Inggris pada 6 Juli 1781. Raffles adalah Gubernur-Jenderal
Hindia Belanda yang terbesar. Bahkan Raffles ini merupakan pendiri negara Singapura.

Bahkan di Singapura, didirikan patung Raffles sebagai bentuk peringatan atas berdirinya negara Singapura.

Raffles diangkat sebagai Letnan Gubernur pulau Jawa pada 1811 saat pihak Kerajaan Inggris mengambil alih
wilayah jajahannya dari Belanda.
Masa Pemerintahan Inggris
Pemerintahan Inggris di Indonesia dipimpin oleh Sir Thomas Raffles, dari 1811 hingga 1814. Pemerintah Raffles
cenderung mendapat penerimaan positif dari rakyat Indonesia yang saat itu tidak menyukai Dandaels dengan
kerja rodinya. Selain itu, orang Pribumi boleh menjadi pegawai dan pemimpin karesidenan. Juga, Raffles
menghapus pajak hasil bumi, bahkan membebaskan petani untuk mengekspor hasil panennya. Juga, Raffles
menghapus kerja rodi dan perbudakan masa itu. Raffles hanya memerintah Pulau Jawa yang sesuai dengan
kesepakatan dengan Belanda-Inggris waktu itu.
Seperti tercatat dalam sejarah, Indonesia pernah berada dalam jajahan Inggris. Inggris secara resmi menjajah
Indonesia lewat perjanjian Tuntang (1811) dimana perjanjian Tuntang memuat tentang kekuasaan belanda
atas Indonesia diserahkan oleh Janssens (gubernur Jenderal Hindia Belanda) kepada Inggris.
Indonesia mulai tahun 1811 berada dibawah kekuasaan Inggris. Inggris menunjuk Thomas Stanford Raffles
sebagai Letnan Gubernur jenderal di Indonesia. Pada saat Indonesia dijajah Inggris pusat kekuasaan Inggris di
Timur jauh ialah Kalkuta dengan Lord Minto sebagai Gubernur Jenderalnya.

Indonesia mulai tahun 1811 berada dibawah kekuasaan Inggris. Inggris menunjuk Thomas Stanford Raffles
sebagai Letnan Gubernur jenderal di Indonesia. Beberapa kebijakan Raffles yang dilakukan di Indonesia antara
lain:

o Jenis penyerahan wajib pajak dan rodi harus dihapuskan.

o Rakyat diberi kebebasan untuk menentukan tanaman yang ditanam.

o Tanah merupakan milik pemerintah dan petani dianggap sebagai penggarap tanah tersebut.

o Bupati diangkat sebagai pegawai pemerintah.

Akibat dari kebijakan diatas, maka penggarap tanah harus membayar pajak kepada pemerintah sebagai ganti
uang sewa. Sistem tersebut disebut Lnadrent atau sewa tanah. Sistem tersebut memiliki ketentuan, antara lain:

o Petani harusmenyewa tanah meskipun dia adalah pemilik tanah tersebut.

o Harga sewa tanah tergantung kepada kondisi tanah.

o Pembayaran sewa tanah dilakukan dengan uang tunai.

o Bagi yang tidak memiliki tanah dikenakan pajak kepala.

Sistem landrent ini diberlakukan terhadap daerah-daerah di Pulau jawa, kecuali daerah-daerah sekitar Batavia
dan parahyangan. Hal itu disebabkan daerah-daerah Batavia pada umumnya telah menjadi milik swasta dan
daerah-daerah sekitar Parahyangan merupakan daerah wajib tanam kopi yang memberikan keuntungan yang
besar kepada pemerintah. Selama sistem tersebut dijalankan, kekuasaan Bupati sebagai pejabat tradisional
semakin tersisihkan karena trgantikan oleh pejabat berbangsa Eropa yang semakin banyak berdatangan.

Raffles berkuasa dalam waktu yang cukup singkat. Sebab sejak tahun 1816 kerajaan Belanda kembali berkuasa
di Indonesia. Pada tahun 1813, terjadi prang Lipzig antar Inggris melawan Prancis. Perang itu dimenangkan
oleh Inggris dan kekaisaran Napoleon di Prancis jatuh pada tahun 1814. Kekalahan Prancis itu membawa
dampak pada pemerintahan di negeri Belanda yaitu dengan berakhirnya pemerintahan Louis Napoleon di
negeri Belanda. Pada tahun itu juga terjadi perundingan perdamaian antara Inggris dan Belanda.

Perundingan itu menghasilkan Konvensi London atau Perjanjian London (1814), yang isinya antara lain
menyepakati bahwa semua daerah di Indonesia yang pernah dikuasai Belanda harus dikembalikan lagi oleh
Inggris kepada Belanda, kecuali daerah Bangka, Belitung dan Bengkulu yang diterima Inggris dari Sultan
Najamuddin. Penyerahan daerah kekuasaan di antara kedua negeri itu dilaksanakan pada tahun 1816. Dengan
demikian mulai tahun 1816, Pemerintah Hindia-Belanda dapat kembali berkuasa di Indonesia.
Pada tahun 1591 satu ekspedisi yang terdiri dari tiga buah kapal bertolak dari Plymouth dipimpin oleh George
Raymond dan James Lancaster, tujuannya adaalh ke India Timur melalui Tanjung Harapan. Penjelajahan ini
tidak begitu berhasil karena hanya satu kapal yang berhasil melanjutkan perjalanan yaitu kapal yang dipimpin
oleh Lancaster. George Raymond tenggelam, sedangkan sebuah kapal terpaksa kembali.

Lancaster melanjutkan perlayaran sampai ke Selat Malaka dan Pulau Pinang, tetapi beliau ditawan kapal oleh
perampok dari Perancis. Pelayaran James Lancaster ini dinilai penting artinya bagi perkembangan pelayaran
kemudian hari. Berita berhasilnya Cornelis de Houtman sampai di Banten menggugah semangat pelaut Inggris
untuk menggunakan Tanjung Harapan kembali dalam perjalanan jauh ke Dunia Timur.

Pada tanggal 31 Desember 1600 didirikan East India Company. Berdasarkan piagam raja Maskapai dagang
mempunyai hak monopoli perdagangan antara Tanjung Harapan dan Selat Magelhaen selama 15 tahun.
Perlayaran pertama dilakukan dengan modal 68.000 pounsterling, ekspidisi ini dipimpin oleh James Lancaster
dan Jhon Davis. Ekspidisi ini berhasil sampai di Aceh pada tahun 1602 selanjutnya berlayar menuju Banten.
Mereka sangat kaget karena kedatangan mereka di Nusantara disambut sebagai lawan oleh Belanda
sedangkan di Eropa pada saat itu Belanda adalah sekutu Inggris.

Ekspedisi kedua dibawah pimpinan Henry Middleton sampai di Banten pada tahun 1604. Middleton berlayar
terus sampai ke Ambon dan berunding dengan Portugis untuk memperoleh hak dagang tapi armada Belanda
melarangnya. Ketika Middleton berhasil mendapatkan muatan cengkeh di Ternate dan pala di Banda, armada
Belanda memaksanya kembali ke Banten.

Sejak tahun 1610 hubungan antara Inggris dan Belanda semakin memburuk. Nampak kekuatan Belanda
semakin unggul dibandingkan dengan kekuatan yang dibangun oleh Inggris. Usaha untuk menghilangkan
perselisihan antara VOC dan EIC dengan jalan perdamaian ternyata gagal. Walaupun Inggris berusaha
menjelaskan kepada Belanda bahwa kedatangan Inggris lebih dahulu dibandingkan dengan kedatangan
Belanda. Namun Belanda tiding menghiraukan pernyataan tersebut.

Belanda mengemukakan bahwa alasan mereka mendapatkan hak perdagangan ini setelah mereka
mengeluarkan cukup besar dalam persaingan melawan Portugis dan Spanyol.

Sementara itu perhatian Inggris terbagi dua. Perhatian mereka lebih dicurahkan ke India. Pada tahun 1611 EIC
telah membuka pusat perdagangan di Masuliptam dan kemudian membuka hubungan dagang dengan Siam
dan Myanmar. Sementara itu Inggris telah berhasil menjalin hubungan dengan Aceh, Makasar, Pariaman,
Jambi, Jayakarta, Jepara dan Sukadana. Mereka telah juga mendirikan kantor-kantor untuk perdagangan
mereka. Diantara pemimpin perdagangan Inggris yang dianggap paling membahayakan kedudukan Belanda di
Nusantara adalah Jhon Jourdei.

Dialah yang paling banyak terlibat permusuhan dengan J. P. Ceon, gubernur jendral VOC. Dengan tegas
Jordaen menegaskan bahwa perdagangan di Maluku adalah bebas baik untuk Belanda maupun Inggris.
Permusuhan nantara VOC dan EIC terjadi ketika perlayaran George Cokayne dan George Ball dipimpin oleh
Gerard Reynest, peristiwa itu terjadi pada tahun 1615. Dalam kontak senjata ini, Belanda mengalami
kekalahan. Pada tahun1616 juga terjadi ketegangan antara kapal-kapal Inggris di bawah kepemimpinan
Samuel Castleton dengan armada VOC dibawah pimpinann Jan Dirkszoon Lam. Karena kekuatan VOC lebih
besar, maka Inggris pun mengalah.
Tahun 1623 Belanda menuduh Inggris telah berkomplot untuk menentang Belanda. Tahun 1623 Inggris
melaukan penyiksaan dan pembunuhan terhadap beberapa orang Inggris, peristiwa ini kemudian dikenal
dengan “Amboyna Massacre” (pembunuhan di Ambon). Tindakan kekerasan rupa-rupanya dimaksudkan
Belanda agar Inggris segera keluar dari Maluku.

Pemerintah Inggris rupanya tidak mempersiapkan peperangan untuk kepentingan EIC dikepulauan Nusantara.
Inggris kemudian menarik diri dari kegiatan perdagangan di Asia Tenggara. Pada tahun 1628 kantor dagang
Inggris dipindahkan dari Jayakarta ke Banten bahkan pada tahun 1628 Inggris di usir dari Banten oleh Belanda.
Pada tahun 1684 Inggris mendirikan Port York di Bengkulu.
Inilah daerah kekuasaan Inggris yang tetap bertahan terhadap ancaman Belanda. Pada tahun 1417 karena
kesulitan alam, Inggris terpaksa memindahkan kedudukannya dan mendirikan benteng baru Port
Marlborough, tidak jauh dari tempat semula. Didaerah inilah kekuasaan Inggris tetap bertahan sampai tahun
1824. Pada tahun inilah setelah ditandatangani Treaty of London, Inggris keluar dari Bengkulu bertukar
dengan Malaka yang semulanya telah diduduki Belanda.

Langkah-Langkah Di Ambil Raffles


Adapun langkah-langkah yang diambil Raffles sebagai berikut :

Membagi Pulau Jawa menjadi 16 karesidenan.



 Para bupati dijadikan pegawai negeri.
 Melaksanakan perdagangan bebas.
 Melaksanakan land rente ( pajak sewa tanah ) dan Raffles menjual tanah kepada
swasta.
 Menghapuskan perbudakan
 Dan kekuasan para raja dikurangi.

Di Yogyakarta, Pangeran Notokusumo diangkat sebagai Paku Alam pada tahun 1813,
akibatnya Mataram Yogyakarta pecah menjadi dua yaitu :
 Kesultanan Yogyakarta di bawah HB III
 Dan Paku Alaman di bawah Paku Alam I
Pada tanggal 13 Agustus 1814, di Eropa ditanda tangani perjanjian London oleh Inggris dan
Belanda yang isinya Belanda memperoleh kembali sebagian besar daerah koloninya,
termasuk Indonesia. Oleh karena itu pada tahun 1816, Raffles meninggalkan Indonesia dan
Belanda kembali berkuasa di Indonesia.
Tentang Politik Ekonomi Liberal Tanam Paksa dan Politik etis

Sekitar tahun 1850 di Belanda mulai muncul gerakan menentang kesewenang-wenangan Belanda
dalam menerapkan Sistem Tanam Paksa (1830-1870). Tanam Paksa sangat menguntungkan bagi
Belanda, akan tetapi membawa kesengsaraan bagi bangsa Indonesia. Berbagai golongan liberalis di
Belanda menuntut agar tanam paksa dihapuskan. Baik itu kaum humanis maupun kapitalis menolak
adanya sistem tanam paksa. Kaum Humanis didasarkan pada sistem tanam paksa tidak
berperikemanusiaan, sedangkan kaum kapitalis berlandaskan bahwa sistem tanam paksa tidak
menciptakan sistem ekonomi yang sehat.
Politik ekonomi liberal dilatarbelakangi oleh hal-hal sebagai berikut :
Pelaksanaan tanam paksa memberi keuntungan yang besar kepada Belanda,tetapi menimbulkan
penderitaan rakyat pribumi.Berkembangnya faham liberalisme di Eropa.Kemenangan partai liberal di
Belanda.Adanya Traktar Sumatera 1871,yang memberikan kebebasan bagi Belanda untuk
meluaskan wilayahnya ke Aceh.
Pelaksanaan politik ekonomi liberal ditandai dengan beberapa peraturan antara lain :
Reglement op het belied der regering in Nedherlandsh Indie (1854) : Berisi tentang tata cara
pemerintahan di Indonesia.Indishe Comtabiliteit Wet (1867) : Berisi tentang perbendaharaan negara
Hindia BelandaSuiker Wet : Yaitu UU gula yang menetapkan bahwa tanaman tebu adalah monopoli
pemerintah yg secara berangsurangsur akan dialihkan kepada fihak swasta.Agrarish Wet (undang-
undang Agraria) 1870: isinya :
Undang-undang Agraria 1870: isinya :

Isi undang-undang Agraria tahun 1870 : 1) gubernur jenderal tidak diperbolehkan menjual tanah milik
pemerintah, tanah dapat disewakkan paling lama 75 tahun, 2) tanah milik pemerintah antara lainh
hutan yang belum dibuka, tanah yang berada diluar wilayah milik desa dan penghuninya, dan tanah
milik adat, 3) tanah milik penduduk antara lain sawah, ladang dan sejenisnya yang dimiliki langsung
oleh penduduk desa. tanah semacam ini boleh disewakan kepada swasta selama 5 tahun. Tujuan
UU Agraria 1870 adalah : melindungi hak milik petani atas tanahnya dari penguasaan pemodal asing,
member peluang kepada pemodal asing untuk menyewa tanah dari penduduk Indonesia dan
membuka kesempatan kerja kepada penduduk Indonesia, terutama menjadi buruh di perkebunan

Setelah UU Agraria 1870 diterapkan,di Indonesia memasuki Imperalisme modern dengan diterapkan
Opendeur Politiek,yaitu politik pintu terbuka terhadap modal-modal swasta asing,hal itu berati
Indonesia dijadikan tempat untuk berbagai kepentingan yaitu:
mendapatkan bahan mentah atau bahan baku industri di Eropa.mendapatkan tenaga kerja yg
murah.menjadi tempat pemasaran barang-barang produksi Eropa.menjadi tempat penanaman modal
asing.
Dampak Politik Pintu Terbuka
Memberikan keuntungan yg besar bagi kaum swasta BelandaHasil-hasil produksi perkebunan dan
pertambangan mengalir ke Belanda.Negeri Belanda menjadi pusat perdagangan hasil dari tanah
jajahan.Kemerosotan tingkat kesejahteraan penduduk.Adanya krisis perkebunan pada tahun 1885
karena jatuhnya harga gula dan kopi.Menurunnya konsumsi bahan makanan,terutama
beras.Menurunnya usaha kerajinan rakyat karena telah tersaingi dengan Import dari
Eropa.Pengangkutan dengan gerobak menjadi merosot penghasilannya setelah adanya angkutan
kereta api.Rakyat menderita karena masih diterapkan kerja rodi dan adanya hukuman yg berat bagi
yg melanggar peraturan poenalie sanctie. Pada tahun 1888 pemerintah Hindia Belanda
mengeluarkan peraturan yang disebut Koeli Ordannantie. Peraturan ini memberikan jaminan bagi
majikan apabila pekerja melarikan diri sebelum masa kerja mereka berakhir. Hukuman yang
diberikan kepada para pekerja di perkebunan Belanda disebut Poenalie santie. Hukuman ini
khususnya di perkebunan Belanda di daerah Sumatera Timur.

Anda mungkin juga menyukai