Anda di halaman 1dari 9

1.

Kekuasaan Belanda (VOC)


a. Latar Belakang Berdiri VOC
Perdagangan rempah-rempah yang dilakukan bangsa Portugis ini sangat besar
pengaruhnya terhadap bangsa Belanda. Terlebih lagi para pedagang Belanda tidak
diperkenankan lagi untuk melakukan kegiatannya di bandar perdagangan Lisboa (Lisabon,
Portugis). Para pedagang Belanda berusaha sendiri untuk mencari dan menemukan sumber
rempah-rempah yang ada di dunia timur. Tahun 1596 di bawah pimpinan Cornelis de Houtman,
para pedagang bangsa Belanda tiba di Banten (Indonesia). Dari bandar Banten pelaut Belanda
melanjutkan pelayarannya ke arah timur dan mereka kembali dengan membawa rempah-rempah
dalam jumlah yang cukup banyak. Belanda semakin ramai datang ke Indonesia. Keadaan seperti
ini telah menyebabkan timbulnya persaingan di antara para pedagang sendiri. Pemerintah
Belanda membentuk badan usaha atau kongsi dagang yang diberi nama Vereenigde Oost Indiche
Compagnie (VOC) yaitu persekutuan dagang hindia timur. VOC berdiri pada tahun 1602 yang
juga lebih sering disebut oleh bangsa Indonesia dengan sebutan Kompeni Belanda. Para
petualang Belanda beruntung karena mereka memperoleh informasi perjalanan bangsa Portugis
ke Asia dan Indonesia dari Jan Huygen Van Linschoten, seorang penjelajah Belanda yang ikut
pelayaran Portugis sampai di Indonesia. Ia menulis buku yang berjudul “Itinerario, Voyage Ofte
Schipvert naer Oost ofte Portugaels Indiens “ (catatan perjalanan ke Timur, atau Hindia
Portugis). Pada tahun 1596, Cornelis de Houtman dengan empat buah kapal berawak kapal 249
orang mendarat di Banten. Kehadiran Belanda di Nusantara mengawali penjajahan di Indonesia
ditandai dengan terbentuknya VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) tahun 1602. d.
Kedatangan bangsa Inggris di indonesia Di India Timur, para pedagang Inggris mendirikan
kongsi dagang yakni East India Company (EIC) pada tahun 1600, dengan India sebagai daerah
operasinya. Pusat kekuasaan EIC adalah di Kalkuta (India) dan dari kota inilah Inggris
meluaskan wilayahnya ke Asia Tenggara. Lambang VOC. Persekutuan dagang Hindia Timur ini
berdiri pada tahun 1602 yang juga lebih sering disebut oleh bangsa Indonesia dengan Kompani
Ada juga piring yang dicap lambang VOC. Huruf V besar, lalu huruf O dan C pada masing-
masing sisi huruf V. MASA KOLONIAL DI INDONESIA

b. Kebijakan VOC

VOC atau Vereenidge Oostindische Compagnie  didirikan 20 Maret 1602, merupakan


perkumpulan dagang orang-orang Belanda, perkumpulan ini bertujuan ingin memonopoli
aktivitas perdagangan di Asia. Dalam pelaksanaannya, VOC tidak hanya memiliki
kebebasan dalam perdagangan, akan tetapi juga memiliki hak-hak istimewa yang disebut
hak octrooi. Hak-hak tersebut di antaranya memiliki mata uang sendiri, maupun hak untuk
melakukan perang.

VOC mendirikan perusahaannya dengan markas yang berada di Batavia (saat ini disebut
Jakarta), tetapi sebelumnya, markas tersebut berada di Banten. Selain itu, terdapat daerah
lain di Indonesia yang juga dijadikan markas oleh VOC, khususnya pada daerah pedalaman
yang memiliki banyak potensi rempah-rempah, seperti Maluku. salah satu alasan tersebut
merupakan latar belakang VOC didirikan. Pada wilayah Maluku, VOC mengembangkan
usaha dagangnya dengan memperdagangkan pala dan fuli. Kegiatan ini juga tidak terlepas
dari kekerasan terhadap masyarakat lokal, termasuk pembunuhan massal. (Baca
juga: Sejarah perang Banten)
Kebijakan VOC di Indonesia

Jika membaca kembali awal penjajahan Belanda di Indonesia, tepatnya tahun 1592, maka
kita bisa melihat bahwa tidak sedikit hal-hal yang menyangkut Belanda yang masih
berpengaruh hingga kini. Selain itu, ada pula sebuah daerah di mana orang-orang Eropa bisa
berdagang dengan Jepang. Daerah tersebut merupakan terletak di Deshima, yaitu suatu
pulau buatan yang berada di Nagasaki. Kemudian, pada tahun 1603 VOC mendirikan kantor
perwakilan di Banten. Beberapa tahun setelahnya, tepatnya pada tahun 1603 seorang
Gubernur Jenderal VOC yang pertama diangkat, ialah Pieter Both, yang menjabat selama
empat tahun dan menjadikan Jakarta sebagai basis administrasi VOC.
Tidak hanya itu, Kebijakan VOC juga menargetkan sasaran kepada Kerajaan Banten dan
Mataram. Hal ini dilakukan lantaran pada wilayah kerajaan tersebut terdapat banyak potensi
yang nantinya akan menguntungkan bagi pihak Belanda guna menambah kas negara.
Potensi tersebut, di antaranya adalah bahan-bahan pokok, seperti gula merah, merica,
kacang-kacangan, dan beras. Berdasarkan hal tersebut, akhirnya VOC memutuskan dan
menetapkan beberapa kebijakan yang menyangkut sistem perdagangan dan juga daerah
kekuasaan. Apa saja Kebijakan VOC tersebut? Berikut uraiannya:

1. Membangun benteng dan menguasai beberapa pelabuhan guna menjalankan monopoli


perdagangan. Salah satu pelabuhan yang pernah dikuasai VOC adalah pelabuhan
Jayakarta. Pada mulanya, pelabuhan ini dikuasai oleh Kesultanan Banten, kemudian
VOC merebutnya dan mendirikan pelabuhan Jayakarta. Pada pelabuhan ini juga
didirikan sebuah pusat kota bernama Batavia, yang sekarang dikenal sebagai Jakarta.
Setelahnya, melalui kota pelabuhan tersebut, VOC semakin mengendalikan
perdagangannya di nusantara.
2. Menunjuk seorang Gubernur-Jenderal yang bertujuan untuk menguasai dan memperkuat
posisi. Pada masa itu, tepatnya tahun 1610 hingga 1614, Pieter Both
merupakan pemimpin VOC yang pertama, di mana bersamaan dengan itu Pieter Both
mengeluarkan kebijakan-kebijakan. Salah satunya adalah didirikannya sebuah pos
perdagangan di wilayah Banten dan juga perjanjian penguasaan rempah-rempah di
wilayah Maluku. Kebijakan ini terus berlanjut hingga masa pemerintahan Gubernur-
Jenderal yang baru karena menuai keberhasilan.
3. VOC Melaksanakan semua hak-hak octrooi yang sepenuhnya diberikan oleh pemerintah
Belanda. Hak tersebut berupa hak monopoli perdagangan, hak untuk memiliki mata
uang sendiri, hak dalam membentuk perjanjian dengan pemimpin maupun penguasa
lokal, hak membentuk Angkatan perang dan juga melakukan perang, serta hak
memungut pajak.
4. Mendirikan markas VOC di Banten dan Ambon, yang kemudian dipindahkan ke Jakarta
atas perintah seorang Gubernur Jan Peterzoon Coen . Pembangunan markas di Banten
ini didirikan pada tahun 1603, setahun setelah VOC didirikan. Hal ini bertujuan untuk
memperlancar aktivitas dagang. Selain Malaka dan Makassar, Banten juga termasuk
dalam wilayah pusat perdagangan rempah-rempah di nusantara.
5. Melakukan pelayaran Hongi. Pelayaran ini jelas diawasi oleh VOC agar
keberlangsungan monopoli rempah-rempah tetap berjalan dengan baik. Orang-orang
juga diwajibkan memberikan kora-kora kepada pihak VOC yang akan digunakan ke
pulau lain untuk berdagang.
6. Melancarkan rencana perpecahan devide et impera politik terhadap kerajaan-kerajaan
yang ada di Indonesia. Rencana ini merupakan strategi politik dan ekonomi yang
memiliki tujuan untuk mendapatkan kekuasaan dengan memecah suatu kelompok besar
menjadi lebih kecil. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan penyerangan untuk
tujuan penguasaan. Missal, apabila terdapat dua kerajaan yang berseteru, maka VOC
mengambil bagian dengan membantu satu pihak. Dari jasa bantuan yang diberikan,
maka VOC mendapat imbalan berupa wilayah kekuasaan. Oleh karena itu, semakin
banyak wilayah yang dikuasai koloni Belanda di Indonesia.
7. Adanya hak Ekstirpasi untuk memusnahkan rempah-rempah yang melebihi ketentuan.
Pada pelayaran ini VOC membuat aturan dan perjanjian dengan meminta kepada raja
dan pemimpin negeri untuk memusnahkan pala dan cengkih.
8. Adanya kewajiban yang disebut verplichte leverantie, yaitu suatu kewajiban yang
dibebankan oleh pemerintah Belanda kepada rakyat Indonesai agar menjual rempah-
rempah dengan harga yang telah ditetapkan. Rempah-rempah tersebut berupa hasil
bumi, seperti tembakau dan kopi.
9. Berlakunya sistem yang disebut sistem priangan (Preanger Stelsel) yang merupakan
aturan larangan menjual kopi ke pedagang swasta. Selain itu, VOC juga menetapkan
sebuah aturan di mana kepala wilayah agar secara rutin melakukan setoran wajib dalam
menanam kopi.
Dengan adanya kebijakan-Kebijakan VOC tersebut, tentu saja menimbulkan pengaruh yang
besar dan juga . Beberapa pengaruhnya adalah sebagai berikut:
1. Karena kerajaan-kerajaan di Indonesai ditangani oleh VOC maka beberapa kerajaan
akhirnya terbagi dan lahir kerajaan baru yang dikuasai oleh VOC.
2. Rakyat Indonesia mengakui sistem intelektual, mata uang, kemajuan modern, dan senjata
api termasuk meriam yang berasal dari pemerintah Belanda.
3. Adanya hak-hak istimewa bagi Belanda membuat rakyat Indonesia menderita dan miskin.
4. Adanya ancaman kematian bagi rakyat atas hak pemudaran
5. Pelayaran hongi mengandung unsur perampokan, penyitaan, pembunuhan, dan juga
perbudakan.
Dalam pelaksanaannya, pemerintahan VOC menerapkan sebuah sistem pemerintahan yang
tidak langsung yang disebut sistem feodalisme. Sistem ini sudah lama diterapkan dan
berkembang di Indonesia, di mana memiliki struktut kekuasaan yang dijalankan oleh kalangan
bangsawan. Struktur ini bertugas mengendalikan kerja sama dengan pemimpin lokal di
berbagai wilayah. Pada artikel ini, kami telah memberikan informasi tentang kebijakan-
kebjakan VOC yang pernah berkuasa di Indonesia. Semoga artikel ini bisa menambah
pengetahuan Anda tentang masa penjajahan VOC.

c. Pembubaran VOC
Pada pertengahan abad ke-18, VOC mengalami kemunduran karena beberapa sebab
sehingga dibubarkan. Alasannya adalah sebagai berikut:
1. Banyak pegawai VOC yang melakukan kecurangan dan korupsi
2. Banyak pengeluaran untuk biaya peperangan contoh perang melawan Hasanuddin dari
Gowa
3. Banyaknya gaji yang harus dibayar karena kekuasaan yang luas membutuhkan
pegawai yang banyak
4. Pembayaran dividen (keuntungan) bagi pemegang saham turut memberatkan setelah
VOC mengalami kekurangan pemasukan
5. Bertambahnya saingan dagang di Asia terutama Inggris dan Prancis
6. Perubahan politik di Belanda dengan berdirinya Republik Batavia 1795 yang
demokratis dan liberal menganjurkan perdagangan bebas.
Berdasarkan alasan di atas VOC dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799 dengan utang
136,7 juta gulden dan kekayaan yang ditinggalkan berupa kantor dagang, gudang, benteng,
kapal serta daerah kekuasaan di Indonesia. Aset-asetnya dialihkan kepada
pemerintahan Belanda.
2. Masa Pemerintahan Republik Bataaf

Kerajaan Belanda dipimpin Louis Napoleon, yang merupakan adik Napoleon Bonaparte,
mengangkat Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels pada tahun 1808 untuk
mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris. Tugas lainnya adalah memperbaiki nasib
rakyat selaras dengan cita-cita Revolusi Perancis. Adapun kebijakan Daendels adalah:

Sisi negatif pemerintahan Daendels adalah membiarkan terus praktik perbudakan serta hubungan
dengan raja-raja di Jawa yang buruk, sehingga menimbulkan banyak perlawanan. Daendels
ditarik ke Eropa, lalu digantikan Gubernur Jenderal Janssens pada tahun 1811. Masa
pemerintahannya tidak lama, karena pasukan Inggris datang menyerang. Janssens dan
pasukannya menyerah dengan ditandatanganinya Perjanjian Tuntang, sehingga selanjutnya
Nusantara berada di bawah kekuasaan Inggris.
3. Masa Pemerintahan Inggris

Pada 1811, pimpinan Inggris di India, Lord Minto, memerintahkan Thomas Stamford


Raffles yang berada di Penang untuk menguasai Pulau Jawa. Penjajahan bangsa Inggris tidak
berlangsung lama. Sejak 1816 Inggris menyerahkan kembali kekuasaannya kepada Belanda.
Indonesia kembali berada di bawah kekuasaan Belanda.

4. Masa Pemerintahan Belanda

Van der Capellen ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal, menerapkan kebijakan dalam


menghapuskan peran penguasa tradisional, menerapkan pajak yang memberatkan rakyat,
sehingga muncul banyak perlawanan dari rakyat. Belanda juga mengutus Johannes van den
Bosch untuk meningkatkan penerimaan negara Belanda yang kosong akibat perang dengan
masyarakat Nusantara dan Bangsa Eropa lainnya.

5. Tanam Paksa
Apa sih yang dimaksud  Tanam Paksa  Secara sederhana, Tanam Paksa (cultuurstelsel) ialah
suatu sistem atau peraturan yang dijalankan oleh pemerintah Kolonial Belanda kepada
penduduk  untuk menanam tanaman tertentu yang sangat laku di pasaran internasional dan hasil
tanamannya wajib diserahkan kepada pemerintah kolonial Belanda melalui perantara penguasa
setempat.
Pada masa sistem tanam paksa ini, para penduduk wajib menanam aneka tanaman diantaranya
tebu, kopi, teh, dan nila karena tanaman-tanaman tersebut memiliki nilai jual yang sangat tinggi
khususnya dipasaran Eropa.  Selain itu, sistem ini juga mengatur tentang sistem pajak tanah yang
harus dibayar dalam bentuk hasil bumi penduduk setempat. Sistem ini merupakan gabungan
antara sistem VOC yang dilaksanakan di Jawa Barat, dengan sistem pajak tanah. Sistem ini
adalah merupakan hasil kebijakan yang dikeluarkan oleh Van den Bosch yang pada waktu  itu
menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
a. Latar Belakang Tanam Paksa
Ada beberapa hal yang melatarbelakangi pelaksanaan sistem tanam paksa  di Indonesia
antara lain adalah sebagai berikut:
 Dimana anggaran belanja di Negara Belanda pada waktu itu mengalami defisit akibat terjadi
Perang Kemerdekaan Belgia dan Perang Diponegoro yang banyak menghabiskan biaya.
 Dimana suasana pemerintahan antara tahun 1816-1830 di Jawa banyak yang  gagal
menghasilkan keuntungan dan pundi-pundi bagi Negara induk.
 Dimana Perdagangan dan pelayaran Belanda melalui perusahaan N.H.M (Nederlansche
Hwendels Maatschappij) yang didirikan tahun 1824 mengalami kemunduran. Perusahan
tersebut menangani perdagangan, pembuatan kapal, dan pemberian kredit kepada pihak
lain dengan maksud untuk membangun kembali perekonomian Negeri Belanda.

b. Ketentuan Pokok Sistem Tanam Paksa


Adapun ketentuan pokok dari sistem tanam paksa di Indonesia diatur dalam Lembaran
Negara Belanda (Staatsblad) No 22 tahun 1834. Peraturan tersebut berbunyi:
1. Penduduk wajib menanami seperlima tanahnya dengan tanaman yang diwajibkan oleh
pemerintah.
2. Tanah tersebut dibebaskan dari tuntutan pajak tanah.
3. Tanah akan dikerjakan selama seperlima tahun (66 hari dalam setahun)
4. Segala resiko penanaman ditanggung oleh pemerintah.
5. Hasil dari tanaman yang diwajibkan ini harus diangkut sendiri ke pabrik dan mendapat
ganti rugi dari pemerintah.
6. Kelebihan dari hasil yang diwajibkan akan diganti sepenuhnya oleh pemerintah.
7. Waktu menaman tanaman wajib ini tidak boleh lebih lama dari pekerjaan menaman
padi.
8. Bagi mereka yang tidak memiliki tanah akan diwajibkan bekerja di perkebunan milik
pemerintah lebih dari 60 hari.

c. Pelaksanaan Sistem Tanam Paksa


Sistem tanam paksa tidak terlalu memberatkan, tetapi pelaksanaannya sangat menekan dan
membebani orang. Kehadiran cultuur Procent dalam hal upah yang diberikan kepada
penguasa pribumi atas dasar besar kecilnya setoran ternyata menjadi beban bagi rakyat.
Dalam rangka meningkatkan upah yang diterima, para penguasa pribumi mencoba untuk
meningkatkan setoran, maka penggelapan penyimpangan, seperti berikut :
 Tanah yang disediakan melebihi 1/5, yaitu 1/3 bahkan 1/2, ada secara keseluruhan,
karena seluruh desa dianggap subur untuk tanaman wajib.
 Kegagalan panen menjadi tanggung jawab petani.
 Pekerjaan yang harus dibayar oleh pemerinah tidak dibayar.
 Waktu yang diperlukan melebihi waktu penanaman padi.
 Bekerja di perkebunan atau di pabrik, menjadi lebih sulit daripada di sawah.
 Hasil kelebihan harus dikembalikan kepada petani, ternyata tidak dikembalikan
d. Tujuan Tanam Paksa
Sistem tanam paksa, yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan besar dan memiliki kewajiban
untuk menanam tanaman yang dijual dan diperlukan di pasar Eropa. Contohnya termasuk kopi, teh,
tebu, nila, kayu manis dan kapas.

Contoh Penyimpangan Tanam Paksa di Indonesia


Banyak sekali Penyimpangan yang ditimbulkan dalam tanam paksa yang memberatkan
rakyat. Contoh penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan sistem tanam paksa ini yaitu
sebagai berikut:
1. Tanah yang digunakan untuk tanam paksa dalam praktiknya melebihi dari seperlima,
sampai ada yang setengahnya.
2. Tanah yang ditanami ditentukan oleh pemerintah ternyata masih dikenai pajak.
3. Tanah yang dipilih umumnya tanah yang subur, sedangkan yang tidak subur untuk
digunakan rakyat.
4. Lamanya bekerja melebihi waktu yang targetkan, sehingga waktu kerja yang diperlukan
rakyat untuk nafkahi keluarga semakin berkurang
5. Panen yang gagal, walaupun bukan karena kesalahan rakyat, pada praktik yang
sebenarnya mejadi tanggungan rakyat.
6. Adanya sebuah sistem cultuurprocenten(hadiah) kepada pemerintah setempat
pengawas bupati dan kepala desa yang berhasil atau melampaui target produksi yang
dibebankan kepada tiap desa. Hal ini sangat membebankan rakyat banyak.

e. Dampak dari Sistem Tanam Paksa di Indonesia


Pelaksanaan sistem tanam paksa di Indonesia banyak menyimpang dari aturan pokoknya
dan cenderung terjadi eksploitasi agrarisyang luar biasa. Oleh karena itu, sistem ini
menimbulkan dampak sebagai berikut:
1. Sawah ladang menjadi tidak terurus karena rakyat diwajibkan kerja rodi secara
berkepanjangan sehingga penghasilan menurun drastis.
2. Beban rakyat semakin sulit dan berat karena harus menyerahkan sebagian tanah dan
hasil panennya, membayar pajak, mengikuti kerja rodi atau paksa, dan menanggung
risiko apabila gagal panen
3. Karena bermacam-macam beban menimbulkan tekanan fisik dan mental yang sangat
berkepanjangan.
4. Timbulnya kemiskinan yang makin merajalela dimana-mana.
5. Timbulnya kelaparan dan wabah penyakit di mana-mana sehingga angka kematian
meningkat sangat tajam.

f. Ketentuan Sistem Tanam Paksa


 Warga harus menanam seperlima dari daerah tersebut dengan yang wajib.
 Tanah ditanam adalah wajib, bebas pajak.
 Waktu yang dihabiskan untuk panen wajib tidak melebihi penanaman padi.
 Jika harga panen setelah penjualan adalah wajib, jumlah pajak properti melebihi,
surplus akan dikembalikan kepada penduduk.
 Kegagalan Panen tanaman wajib bukan salah penduduk, tetapi merupakan tanggung
jawab pemerintah Belanda
 Para penduduk dari pekerjannya dipimpin oleh penguasa pribumi, sementara pegawai
Eropa sebagai pengawas, pemungut dan pengangkut.
 Penduduk yang tidak memiliki tanah harus bekerja dan menerima upah sebesar
seperlima (66 hari).

Van den Bosch memberlakukan sistem tanam paksa (cultuur stelsel) sejak tahun 1830.
Penerapan cultuur stelsel banyak mengalami penyimpangan, seperti waktu tanam yang
melebihi usia tanam padi, tanah yang seharusnya bebas pajak tetap kena pajak, hingga
rakyat harus menyediakan sampai setengah tanahnya. Meski begitu, Tanam Paksa juga
berdampak positif karena rakyat Indonesia mengetahui jenis-jenis tanaman baru dan
mengetahui cara tanam yang baik.

Pada tahun 1870 Tanam Paksa dihapus dan diganti Politik Pintu Terbuka yang tertuang
dalam UU Agraria 1870 yang mengatur tentang kepemilikan tanah pribumi dan pemerintah.
Di sini, mulai diberlakukan politik pintu terbuka, investor asing mulai muncul, terjadi
pengembangan usaha perkebunan di luar Jawa, dan sistem kerja paksa diganti dengan sistem
kerja bebas.

6. Perkembangan Agama Kristen

Agama Katolik dibawa oleh kaum misionaris Portugis, salah satunya St. Fransiskus Xaverius
(1506-1552) yang mengunjungi Ambon, Ternate dan Halmahera pada tahun 1546-1547. Selain
Portugis, Belanda juga menyebarkan agama Protestan oleh Ludwig Ingwer Nommensen. Ia
berhasil melakukan kristenisasi di Sumatera Utara. Hingga kini, Protestan merupakan agama
yang dominan di Provinsi Sumatera Utara.

Perkembangan kolonialisme dan imperialisme Bangsa Eropa tentunya memiliki berbagai


dampak bagi Indonesia, Squad. Di samping dampak negatif, banyak dampak positif yang kita
dapat. Meski begitu, hidup di bawah bayang-bayang bangsa lain pasti nggak enak, kan? Kalian
juga bisa lho nonton materi ini lewat video animasi

Anda mungkin juga menyukai