b. Kebijakan VOC
VOC mendirikan perusahaannya dengan markas yang berada di Batavia (saat ini disebut
Jakarta), tetapi sebelumnya, markas tersebut berada di Banten. Selain itu, terdapat daerah
lain di Indonesia yang juga dijadikan markas oleh VOC, khususnya pada daerah pedalaman
yang memiliki banyak potensi rempah-rempah, seperti Maluku. salah satu alasan tersebut
merupakan latar belakang VOC didirikan. Pada wilayah Maluku, VOC mengembangkan
usaha dagangnya dengan memperdagangkan pala dan fuli. Kegiatan ini juga tidak terlepas
dari kekerasan terhadap masyarakat lokal, termasuk pembunuhan massal. (Baca
juga: Sejarah perang Banten)
Kebijakan VOC di Indonesia
Jika membaca kembali awal penjajahan Belanda di Indonesia, tepatnya tahun 1592, maka
kita bisa melihat bahwa tidak sedikit hal-hal yang menyangkut Belanda yang masih
berpengaruh hingga kini. Selain itu, ada pula sebuah daerah di mana orang-orang Eropa bisa
berdagang dengan Jepang. Daerah tersebut merupakan terletak di Deshima, yaitu suatu
pulau buatan yang berada di Nagasaki. Kemudian, pada tahun 1603 VOC mendirikan kantor
perwakilan di Banten. Beberapa tahun setelahnya, tepatnya pada tahun 1603 seorang
Gubernur Jenderal VOC yang pertama diangkat, ialah Pieter Both, yang menjabat selama
empat tahun dan menjadikan Jakarta sebagai basis administrasi VOC.
Tidak hanya itu, Kebijakan VOC juga menargetkan sasaran kepada Kerajaan Banten dan
Mataram. Hal ini dilakukan lantaran pada wilayah kerajaan tersebut terdapat banyak potensi
yang nantinya akan menguntungkan bagi pihak Belanda guna menambah kas negara.
Potensi tersebut, di antaranya adalah bahan-bahan pokok, seperti gula merah, merica,
kacang-kacangan, dan beras. Berdasarkan hal tersebut, akhirnya VOC memutuskan dan
menetapkan beberapa kebijakan yang menyangkut sistem perdagangan dan juga daerah
kekuasaan. Apa saja Kebijakan VOC tersebut? Berikut uraiannya:
c. Pembubaran VOC
Pada pertengahan abad ke-18, VOC mengalami kemunduran karena beberapa sebab
sehingga dibubarkan. Alasannya adalah sebagai berikut:
1. Banyak pegawai VOC yang melakukan kecurangan dan korupsi
2. Banyak pengeluaran untuk biaya peperangan contoh perang melawan Hasanuddin dari
Gowa
3. Banyaknya gaji yang harus dibayar karena kekuasaan yang luas membutuhkan
pegawai yang banyak
4. Pembayaran dividen (keuntungan) bagi pemegang saham turut memberatkan setelah
VOC mengalami kekurangan pemasukan
5. Bertambahnya saingan dagang di Asia terutama Inggris dan Prancis
6. Perubahan politik di Belanda dengan berdirinya Republik Batavia 1795 yang
demokratis dan liberal menganjurkan perdagangan bebas.
Berdasarkan alasan di atas VOC dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799 dengan utang
136,7 juta gulden dan kekayaan yang ditinggalkan berupa kantor dagang, gudang, benteng,
kapal serta daerah kekuasaan di Indonesia. Aset-asetnya dialihkan kepada
pemerintahan Belanda.
2. Masa Pemerintahan Republik Bataaf
Kerajaan Belanda dipimpin Louis Napoleon, yang merupakan adik Napoleon Bonaparte,
mengangkat Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels pada tahun 1808 untuk
mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris. Tugas lainnya adalah memperbaiki nasib
rakyat selaras dengan cita-cita Revolusi Perancis. Adapun kebijakan Daendels adalah:
Sisi negatif pemerintahan Daendels adalah membiarkan terus praktik perbudakan serta hubungan
dengan raja-raja di Jawa yang buruk, sehingga menimbulkan banyak perlawanan. Daendels
ditarik ke Eropa, lalu digantikan Gubernur Jenderal Janssens pada tahun 1811. Masa
pemerintahannya tidak lama, karena pasukan Inggris datang menyerang. Janssens dan
pasukannya menyerah dengan ditandatanganinya Perjanjian Tuntang, sehingga selanjutnya
Nusantara berada di bawah kekuasaan Inggris.
3. Masa Pemerintahan Inggris
5. Tanam Paksa
Apa sih yang dimaksud Tanam Paksa Secara sederhana, Tanam Paksa (cultuurstelsel) ialah
suatu sistem atau peraturan yang dijalankan oleh pemerintah Kolonial Belanda kepada
penduduk untuk menanam tanaman tertentu yang sangat laku di pasaran internasional dan hasil
tanamannya wajib diserahkan kepada pemerintah kolonial Belanda melalui perantara penguasa
setempat.
Pada masa sistem tanam paksa ini, para penduduk wajib menanam aneka tanaman diantaranya
tebu, kopi, teh, dan nila karena tanaman-tanaman tersebut memiliki nilai jual yang sangat tinggi
khususnya dipasaran Eropa. Selain itu, sistem ini juga mengatur tentang sistem pajak tanah yang
harus dibayar dalam bentuk hasil bumi penduduk setempat. Sistem ini merupakan gabungan
antara sistem VOC yang dilaksanakan di Jawa Barat, dengan sistem pajak tanah. Sistem ini
adalah merupakan hasil kebijakan yang dikeluarkan oleh Van den Bosch yang pada waktu itu
menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
a. Latar Belakang Tanam Paksa
Ada beberapa hal yang melatarbelakangi pelaksanaan sistem tanam paksa di Indonesia
antara lain adalah sebagai berikut:
Dimana anggaran belanja di Negara Belanda pada waktu itu mengalami defisit akibat terjadi
Perang Kemerdekaan Belgia dan Perang Diponegoro yang banyak menghabiskan biaya.
Dimana suasana pemerintahan antara tahun 1816-1830 di Jawa banyak yang gagal
menghasilkan keuntungan dan pundi-pundi bagi Negara induk.
Dimana Perdagangan dan pelayaran Belanda melalui perusahaan N.H.M (Nederlansche
Hwendels Maatschappij) yang didirikan tahun 1824 mengalami kemunduran. Perusahan
tersebut menangani perdagangan, pembuatan kapal, dan pemberian kredit kepada pihak
lain dengan maksud untuk membangun kembali perekonomian Negeri Belanda.
Van den Bosch memberlakukan sistem tanam paksa (cultuur stelsel) sejak tahun 1830.
Penerapan cultuur stelsel banyak mengalami penyimpangan, seperti waktu tanam yang
melebihi usia tanam padi, tanah yang seharusnya bebas pajak tetap kena pajak, hingga
rakyat harus menyediakan sampai setengah tanahnya. Meski begitu, Tanam Paksa juga
berdampak positif karena rakyat Indonesia mengetahui jenis-jenis tanaman baru dan
mengetahui cara tanam yang baik.
Pada tahun 1870 Tanam Paksa dihapus dan diganti Politik Pintu Terbuka yang tertuang
dalam UU Agraria 1870 yang mengatur tentang kepemilikan tanah pribumi dan pemerintah.
Di sini, mulai diberlakukan politik pintu terbuka, investor asing mulai muncul, terjadi
pengembangan usaha perkebunan di luar Jawa, dan sistem kerja paksa diganti dengan sistem
kerja bebas.
Agama Katolik dibawa oleh kaum misionaris Portugis, salah satunya St. Fransiskus Xaverius
(1506-1552) yang mengunjungi Ambon, Ternate dan Halmahera pada tahun 1546-1547. Selain
Portugis, Belanda juga menyebarkan agama Protestan oleh Ludwig Ingwer Nommensen. Ia
berhasil melakukan kristenisasi di Sumatera Utara. Hingga kini, Protestan merupakan agama
yang dominan di Provinsi Sumatera Utara.