Anda di halaman 1dari 10

LAHIRNYA VOC

MODUL SEJARAH INDONESIA

KELOMPOK 2

Disusun oleh:

Muh faidil Akbar

Muh Rifqi

Mia Febriyanti

Izzatul Adzkiyah Syam

Aini Nurul Rahma


Penjajahan Belanda di Indonesia bermula dari kedatangan para pedagang Belanda.

Para pedagang yang awalnya saling bersaing ini kemudian membentuk kongsi dagang yang kita
kenal sebagai Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC).

Bagaimana VOC bisa lahir dan membuka jalan penjajahan Belanda? Berikut sejarah singkat
kelahiran VOC seperti dikutip dari A History of Modern Indonesia since c. 1200 (2008) karya MC
Ricklefs:

Latar belakang lahirnya VOC

Di abad ke-16, wilayah-wilayah di Belanda berada di bawah kekuasaan Kerajaan Spanyol.


Namun Revolusi Belanda atau perang kemerdakaan sejak tahun 1560-an, mendorong Belanda
mempunyai jalur perdagangan sendiri.

Sebelumnya, Belanda hanyalah perantara atau pengecer rempah-rempah yang dibawa Portugis
dari Nusantara.

Maka pada 1598, Belanda melancarkan ekspedisinya untuk mencari 'Kepulauan Rempah-
rempah'.

Sebanyak empat kapal dengan 249 awak dan 64 pucuk meriam berangkat di bawah pimpinan
Cornelis de Houtman.

Pada Juni 1596, kapal-kapal de Houtman sampai di Banten, pelabuhan lada terbesar di Jawa
Barat.

Meski belum menemukan pusat rempah-rempah di timur Nusantara, de Houtman telah


mewariskan jalur pelayaran bagi penjelajah Belanda berikutnya.

Maka pada tahun berikutnya, Belanda kembali menggelar ekspedisi besar-besaran ke


Nusantara.

"Kini mulailah zaman yang dikenal sebagai zaman pelayaran-pelayaran liar atau tidak teratur
(wilde vaart), yaitu ketuka perusahaan-perusahaan ekspedisi Belanda saling bersaing berjuang
keras untuk memperoleh bagian dari rempah-rempah Indonesia," tulis Ricklefs.

Pada 1598, sebanyak 22 kapal milik lima perusahaan Belanda yang berbeda berlayar ke
Nusantara.

Armada pimpinan Jacob van Neck-lah yang pertama tiba di 'Kepulauan Rempah-rempah'
Maluku pada Maret 1599.

Kapalnya kembali ke Belanda pada 1599-1600 dengan mengangkut banyak rempah-rempah.


Keuntungan yang diperoleh mencapai 400 persen.

Banyaknya keuntungan itu memikat Belanda. Namun persaingan yang dilakukan para
pengusaha Belanda ini tidak sehat.

Harga naik dan terlalu banyak pengiriman ke Eropa. Keuntungan yang dihasilkan pun terlalu
kecil.
PEMBENTUKAN VOC

Pada 1598, parlemen Belanda (Staten Generaal) mengusulkan perusahaan yang saling bersaing
itu digabung menjadi sebuah kongsi dagang.

Maka pada Maret 1602, terbentuklah Perserikatan Maskapai Hindia Timur, Vereenigde Oost-
Indische Compagnie (VOC).

Enam wilayah di Belanda punya perwakilan/majelis di VOC. Setiap majelis punya sejumlah
direktur.

Jumlah direktur ada 17 dan disebut sebagai De Heeren XVII (Tuan-tuan tujuh belas).

Amsterdam sebagai ibu kota punya peranan yang sangat besar. Markas VOC juga terletak di
Amsterdam. Oleh karena itu Amsterdam dapat jatah delapan dari 17 direktur.
HAK OKTOROI DAN GUBERNUR JENDRAL

Parlemen Belanda memberikan VOC memiliki hak istimewa atau hak octrooi. Hak oktroi yang
dimaksud memberi kewenangan bagi VOC untuk:

-melakukan monopoli perdagangan rempah-rempah di wilayah antara Tanjung Harapan sampai


Selat Magellan termasuk Nusantara,

-merekrut pegawai atas dasar sumpah setia,

-membentuk angkatan perang,

-melakukan perang,

-membangun benteng,

-mengadakan perjanjian di seluruh Asia,

-mencetak dan mengeluarkan mata uang

Di awal operasi VOC, De Heeren XVII menangani semua urusan VOC dari Amsterdam. Tapi
mereka segera sadar bahwa hal ini sulit dilaksanakan. Jarak tempuh Amsterdam ke Nusantara
bisa memakan waktu dua hingga tiga tahun.

Di awal kedatangannya VOC sibuk memerangi Portugis yang datang lebih dulu. Begitu juga
perlawanan dari penduduk lokal.
Agar bisa menangani urusan perdagangan dan ekspansi lebih baik lagi, maka pada tahun 1610
diciptakan jabatan gubernur jenderal.

Gubernur jenderal yang memerintah di Hindia dipilih oleh Dewan Hindia (Raad van Indie).
Gubernur Jenderal pertama adalah Pieter Both (1602-1614).

VOC BANGUN MARKAS

Mulai tahun 1610, kegiatan Belanda di Asia dikendalikan oleh gubernur jenderal.Di Nusantara,
selama tiga masa kepemimpinan gubernur jenderal pertama (1610-1619), VOC bermarkas di
Ambon.Meski menjadi pusat rempah-rempah, Ambon tak masuk dalam jalur perdagangan Asia
yang strategis.

Maka untuk mendekatkan markas VOC dengan wilayah dagang lainnya mulai dari Afrika sampai
Jepang, VOC memindahkan pos pedagangannya ke Banten pada tahun 1610.

Di timur Banten, Pangeran Wijayakrama menyambut perdagangan VOC dan para pedagang dari
belahan dunia lain.

Maka pada 1611, Gubernur Jenderal Pieter Both mengadakan perjanjian dengan Pangeran
Wijayakrama untuk memanfaatkan Jayakarta dan Pelabuhan Sunda Kelapanya.

VOC membeli sebidang tanah seluas 50 x 50 vandem (satu vandem sama dengan 182
sentimeter) yang berlokasi di sebelah timur Muara Ciliwung.

Tanah ini menjadi cikal bakal Batavia yang menjadi pusat kekuasaan VOC di Nusantara.
VOC adalah Vereenigde Oost Indische Compagnie atau bisa disebut dengan "Perserikatan
Maskapai Perdagangan Hindia Timur atau Kongsi Dagang India Timur". Sejarah berdirinya VOC
dimulai dari masa penjajahan Belanda di Indonesia yang dibagi dalam 2 periode. Periode
pertama di tahun 1602 hingga 1799, sedangkan periode kedua terjadi pada tahun 1800 sampai
1942.

Pada tahun 1602 Belanda mendirikan VOC dengan tujuan yang paling utama adalah mencari
keuntungan sebesar-besarnya atau memonopoli Indonesia.

Saat memindahkan pusat administrasi dari Ambon ke Batavia, tujuan VOC semakin melebarkan
sayap. Batavia menjadi pelabuhan paling penting sekaligus sebagai pusat administratifnya. Dari
Batavia, VOC terus memperluas pengaruhnya ke wilayah lain di Indonesia.

Pemerintah Belanda juga memberikan hak-hak istimewa. Hak istimewa ini berupa hak
monopoli, perdagangan, hak mencetak uang sendiri, dan hak untuk membuat perjanjian
dengan penguasa lain. Hal ini membuat VOC seperti sebuah negara yang memiliki otonomi
sendiri dalam melakukan sebuah tindakan.

Setelah berjalan lebih dari 1 abad, keuntungan yang diperoleh semakin kecil. Di mana kasnya
semakin kecil, sementara anggaran belanja VOC semakin besar. Hal ini yang kemudian
membuat keadaan VOC semakin memburuk, akibatnya VOC harus membubarkan diri pada
tanggal 31 Desember 1799.

Pada tahun 1598, pemerintah dan Parlemen Belanda (Staten Generaal) mengusulkan agar antar
kongsi dagang Belanda bekerja sama membentuk sebuah perusahaan dagang yang lebih besar

Karena apa? Karena persaingan yang cukup keras terjadi antar perusahaan dagang orang-orang
Belanda. Masing-masing ingin memenangkan kelompoknya agar mendapatkan keuntungan
yang lebih besar. Kenyataan ini mendapat perhatian khusus dari pihak pemerintah dan
parlemen Belanda, sebab persaingan antar kongsi Belanda akan merugikan Kerajaan Belanda
sendiri.

Usulan tersebut baru terealisasi 4 tahun berikutnya, yaitu pada 20 Maret 1602 secara resmi
dibentuklah persekutuan kongsi dagang Belanda di Nusantara sebagai hasil fusi antar kongsi
yang telah ada. Kongsi dagang Belanda ini diberi nama Vereenigde Oost Indische Compagnie
(VOC).Dengan demikian latar belakan didirikannya VOC adalah untuk menghindari terjadinya
persaingan tidak sehat antara kongsi-kongsi dagang yang berasal dari Belanda.

Tujuan didirikannya VOC di Indonesia:

1. Mengurangi Persaingan Sesama Pedagang Belanda


2. Salah satu tujuan didirikannya VOC adalah untuk menggabungkan usaha dari para pedagang
belanda. Hal ini juga bertujuan untuk mengurangi persaingan dagang antar sesama pedagang
Belanda guna mendapatkan keuntungan yang maksimal.

3. Mengatasi Persaingan dengan Pedagang Negara Eropa Lain

4. Dengan mengatasi persaingan tersebut, VOC dan para pedagang Belanda akan lebih
mendomininasi pasar dagang.

5. Memonopoli Perdagangan Rempah-Rempah

6. Seperti yg kalian ketahui, Indonesia merupakan negara yang kaya akan rempah-rempah.
Belanda pun berupaya memonopoli perdagangannya guna mendatangkan keuntungan finansial
berlipat-lipat.

7. Menguasai Kerajaan-kerajaan di Indonesia

8. Hal tersebut dilakukan untuk mengambil alih tentara kerajaan menjadi prajurit perang
Belanda. Dengan begitu, VOC dapat menguasai sumber daya manusia untuk meningkatkan daya
perang.

9. Memperkokoh Posisi Belanda di Dunia Internasional

10. Hal ini penting dalam keadaan persaingan dagang dengan negara-negara lain, terutama dari
Eropa. Dibentuknya VOC pun membuat bangsa Belanda menjadi lebih disegani.

11. Membantu Dana ke Pemerintah Belanda

12. Kenapa Belanda membutuhkan dana dari VOC? Karena Belanda saat itu sedang berjuang
melawan Spanyol yang masih menduduki Belanda. VOC menjadi penyumbang dana agar
Belanda menyelesaikan konflik dengan Spanyol.

13. Menguasai Pelabuhan-Pelabuhan di Indonesia

14. VOC datang ke Indonesia untuk menguasai aset-aset penting, seperti pelabuhan strategis
dan menguasai segala sumber daya yang dimiliki Indonesia.

Fyi, VOC dianggap sebagai perusahaan multinasional pertama di dunia, sekaligus merupakan
perusahaan pertama yang mengeluarkan sistem pembagian saham.

Produk yang di perjuan belikan VOC, antara lain: Rempah-rempah, sutra, keramik, logam,
hewan ternak, teh, padi, kedelai, tebu, anggur, kopi

Banyak pihak menyebut VOC sebagai negara di dalam negara. VOC memiliki enam bagian
(Kamers) di Amsterdam, Middelburg (untuk Zeeland), Enkhuizen, Delft, Hoorn, dan Rotterdam.
PARA PEMIMPIN VOC

Gubernur Jenderal yang dalam bahasa Belanda disebut dengan Gouverneur Generaal
merupakan jabatan penguasa paling tinggi selama pemerintahan Hindia Belanda yang diadakan
tahun 1691 sepanjang sejarah VOC Belanda. Sesudah VOC mengalami kebangkrutan tahun
1799, semua aset VOC di Hindia Belanda diserahkan ke pemerintahan Belanda sehingga mulai
saat itu Gubernur Jenderal dijadikan wakil dari pemerintahan Belanda. Berikut ini akan kami
berikan daftar pemimpin VOC selengkapnya.

1. Pieter Both [1610 – 1614]

Pemimpin VOC pertama adalah Pieter Both yang merupakan Gubernur


Jenderal Hindia Belanda pertama yang menguasai Hindia Belanda. Pieter
Both memiliki beberapa kebijakan pada awal berdirinya VOC. Beberapa
kebijakan yang dilakukan adalah pendirian pos perdagangan di Banten
dan juga membuat perjanjian dengan Pulau Maluku untuk menguasai
rempah rempah.Pemerintahan Pieter Both terjadi pada tahun 1610
hingga 1614. Kebijakan yang sudah dibuatnya kemudian diteruskan oleh
gubernur jenderal berikutnya karena dianggap berhasil. Pieter Both
kemudian wafat pada tahun 1615 di Perairan Mauritius tidak lama
sesudah ia berhenti dari jabatannya.

2. Jan Pieterszoon Coen[1619 – 1623 dan 1627 – 1629]

Pemimpin VOC berikutnya adalah Jan Pieterszoon Coen yang


ketenarannya tidak kalah dengan gubernur VOC lainnya dan juga
masuk dalam sejarah berdirinya VOC. Gubernur jenderal Hindia
Belanda ke-4 ini merupakan orang yang memindahkan markas VOC
dai Banten ke Jayakarta dan kemudian nama Jayakarta tersebut
diubah menjadi Batavia.

Jan Pieterszoon Coen juga dikenal sebagai seorang pembesar VOC


yang cukup memiliki pengaruh di Hindia Belanda. Ia kemudian
dipercaya menjadi pemimpin organisasi VOC ke-6 karena dianggap
sukses ketika menjabat sebagai gubernur jenderal ke-4. Di masanya,
terjadilah perlawanan Sultan Agung Hanyoktokusumo yang dikenal
dengan nama Sultan Agung dari Kerajaan Mataran Yogyakarta. Perlawanan ini terjadi di tahun
1628 dan juga 1629 yakni Sultan Agung dan pasukannya menyerang Batavia.

Pasukan Mataram berhasil menyebarkan wabah kolera di Batavia dari Sungai Ciliwung yang
akhirnya menyebabkan banyak orang Belanda terjangkit penyakit tersebut dan wafat termasuk
juga salah satunya Jan Pieterszoon Coen yang wafat di tahun 1629 di Batavia.
3. Herman Willem Daendels [1808 – 1811]

Herman Willem Daendels merupakan gubernur jenderal


yang memerintah dari tahun 1808 hingga 1811 dimana
pemerintahannya adalahs ebagai wakil Perancis di Indonesia
sebab pada saat itu Belanda takluk dengan Perancis sehingga
semua tanah jajahan Belanda jatuh ke Perancis termasuk
salah satunya adalah Indonesia.

Di masa itu, Inggris juga sedang berperang dengan Perancis


sehingga akan menjadi ancaman besar jika Inggris masuk ke Indonesia kemudian ke Pulau Jawa.
Untuk itulah, tugas utama dari Herman Willem Daendels di Indonesia adalah untuk
mempertahankan Pulau Jawa yang menjadi pusat pemerintahan dari serangan Inggris yang
menjadi salah satu latar belakang VOC.Ketika melakukan tugasnya, Herman Willem Daendels
memiliki banyak kebijakan dan berikut beberapa kebijakan yang sudah dibuatnya:

-Membuat jalan dari Anyer sampai Panarukan yang disebut dengan Jalan Raya Pos.

-Membangun dermaga di Surabaya.

-Membangun pabrik senjata di Semarang untuk tujuan produksi senjata.

-Membangun benteng di Jakarta serta Surabaya untuk pertahanan.

Semua kebijakan ini dilakukan untuk menghindari serangan Inggris. Akan tetapi beberapa raja
yang berkuasa di Jawa serta beberapa orang Belanda menganggap jika Herman Willem
Daendels meruipakan orang yang otoriter. Untuk itu pada tahun 1811, Daendeks dipanggil
pulang ke Belanda.

4. Thomas Stamford Raffles [1811 – 1816]

Thomas Stamford Raffles merupakan pemimpin VOC atau gubernur


Jenderal Inggris yang memerintah dari tahun 1811 hingga 1816. Karena
Kapitulasi Tuntang, ini berarti mengakhiri kekuasan Belanda di Hindia
Belanda untuk sementara waktu dan Inggris yang berkuasa di Hindia
Belanda. Thomas Stamford Raffles juga turut membuat beberapa
kebijakan, yaitu:

-Bidang politik: Membentuk Pulau Jawa menjadi 16 karisidenan.

-Bidang ekonomi: Mengenalkan mata uang, menghapus pajak hasil bumi


dan sistem penyerahan wajib.

-Bidang budaya dan ilmu pengetahuan: Penemuan tanaman Rafflesia Arnoldi, penemuan dan
pemugaran Candi Borobudur, mendirikan Kebun Raya Bogor, menulis buku History of Java
tentang sejarah Pulau Jawa di masanya serta mendukung Bataviaach Genootschap yakni
perkumpulan budaya dan ilmu pengetahuan.

-Bidang sosial: Menghapus kerja rodi yang dibuat di masa Daendels, menghapus perbudakan.
Kekuasaan Thomas Stamford Raffles di Indonesia berakhir secara resmi pada tahun 1816 dan
berakhirnya kekuasaan Raflles juga menjadi tanda berakhirnya Inggris di Indonesia.

5. Van Der Capellen [1816 – 1826]

Van Der Capellen merupakan gubernur jenderal Hindia


Belanda pertama yang memerintah sesudah kekuasaan Inggris
berakhir di Indonesia atau Hindia Belanda. Kebijakan yang
dibuat juga bisa dikatakan cukup berpengaruh seperti
mengurangi monopoli rempah di Pulau Maluku serta
menghentikan sewa tanah yang ada di Kerajaan Mataram
Yogyakarta untuk membantu petani. Van Der Capellen juga
membuat Departemen Pertanian, seni dan juga ilmu pengetahuan di Pulau Jawa dan bisa
dikatakan kebijakan yang dibuat tersebut pro pada rakyat tidak seperti akibat penjajahan
Belanda yang dilakukan pimpinan VOC lainnya.

Namun, ia dianggap lemah oleh Belanda sehingga Van Der Capellen dipanggil pulang ke Belanda
lalu digantikan dengan Markus De Kock. Pada masa pemerintahan Capellen, juga terjadi Perang
Diponegoro atau Perang Jawa tahun 1825 dan berakhir tahun 1830.

6. Van Den Bosch [1830 – 1834]

Van Der Capellen menjadi pemimpin VOC terkenal ketiga


sesudah Herman Williem Daendels dan Thomas Stamford
Raffles. Kebijakannya yang paling terkenal adalah Sistem
Tanam Paksa atau Cultuurstelsel. Ia sendiri yang membuat
Sistem Tanam Paksa untuk mengisi kosongnya kas Belanda
karena Perang Diponegoro dan juga Perang Kemerdekaan
Belgia.

Rakyat pribumi dipaksa menanam lada, kopi, teh dan juga tebu yang kemudian akan dipanen,
diangkut dan dijual oleh Belanda. Namun dalam praktek Cultuurstelsel ini, peraturan yang
ditetapkan ternyata tidak sesuai dengan prakteknya. Pada salah satu peraturan menyebutkan
jika rakyat yang tidak mempunyai tanah pertanian diwajibkan bekerja di kebun milik
pemerintah Belanda selama 66 hari atau 1/5 tahun. Akan tetapi pada kenyataannya, rakyat
yang tidak memiliki tanah tetap dipaksa bekerja di perkebunan lebih dari 66 hari.

Penyimpangan tersebut kemudian menuai kritik dari kaum liberal dan intelektual Belanda.
Dalam sistem Tanam Paksa tersebut, Van Den Bosch juga berusaha untuk memadamkan
perlawanan Pangeran Diponegoro dan juga Kaum Paderi di Sumatera Barat.

Anda mungkin juga menyukai