Anda di halaman 1dari 5

Kolonialisme Imperealisme eropa di

Indonesia
A. Pengertian Kolonialisme dan Imperialisme
Kolonialisme berakar pada kata “Colony” yang berasal dari bahasa Latin yaitu Colon dan
ditujukan untuk petani, penanam, pekebun di daerah baru. Kolonialisme merupakan
kegiatan pengembangan kekuasaan suatu negara atas wilayah yang berasal dari batas
wilayah yang di identik dengan penjajahan dan suatu eksploitasi tanah, harta, serta sumber
daya alam.
Agar dapat mendominasi ekonomi sumber daya, tenaga kerja dan pasar wilayah. Sedangkan
imperialisme (berasal dari kata bahasa Latin “imperium” yang berarti mengomandani atau
kekuasaan tertinggi) adalah kebijakan dan praktek perluasan suatu negara melalui
pencaplokan atau penaklukan terhadap wilayah lain. Sehingga secara garis besar perbedaan
kolonialisme dan imperialisme terletak pada fokus kegiatannya masing-masing.
Kolonialisme lebih berfokus pada penguasaan wilayah yang kaya akan sumber daya alam sedangkan
imperialisme berfokus pada penguasaan politik dan memperluas pengaruh di suatu negara.

B. Pengertian Bangsa Barat


Bangsa barat adalah istilah yang sering digunakan untuk menyebut sekelompok orang yang berasal
dari Eropa atau sekelompok orang yang bukan berasal dari benua Asia maupun Afrika. Umumnya
digambarkan dengan ciri fisik berhidung mancung, berbadan tinggi, berkulit putih dan senang
mengembara.
Bangsa barat mulai melakukan pelayaran ke benua Asia pada abad ke-15 yang dimotivasi oleh
semangat 3G (Gold (emas), Gospel (agama) dan Glory (petualangan), perkembangan revolusi
industri, jatuhnya Konstantinopel ke tangan Dinasti Utsmani, dan munculnya tantangan teori
Heliosentris oleh Nicolaus Copernicus yang menyatakan bahwa pusat tata surya adalah matahari.

A. Bangsa Eropa Pertama Yang Tiba Di Indonesia


1. Portugis
Bangsa barat pertama yang sampai ke Indonesia adalah bangsa Portugis dan bangsa Spanyol, bangsa
Portugis memulai perjalanannya dipimpin oleh pelaut bernama Bartholomeus Diaz. Pada tahun
1486, ia ingin berlayar ke India namun gagal sehingga pelayarannya tersebut hanya berhasil sampai
di ujung selatan Afrika yang saat ini dikenal dengan sebutan “Tanjung Harapan Baik (Cape of Good
Hope)”.
Impian Bartolomeo kemudian dilanjutkan dan diwujudkan oleh Vasco da Gama yang berhasil
mencapai Kalikut, India pada tahun 1498.  Kemudian, Bangsa Portugis melanjutkan pelayaran ke
Malaka pada tahun 1511 dipimpin oleh Alfonso d’Albuquerque.
2. Spanyol
Pendorong semangat pelaut Spanyol melakukan pelayaran ke Asia adalah teori  Heliosentris.
Dipimpin oleh Juan Sebastian d’Elacano, bangsa Spanyol berhasil mencapai Maluku pada tahun
1521, namun sayangnya. Saat itu Portugis telah berada lebih awal di Maluku sehingga terjadi konflik
antara Spanyol-Portugis, yang kemudian dimenangkan oleh bangsa Portugis. Untuk menghindari
persaingan berkelanjutan, maka muncullah perjanjian Tordesillas yang melarang Spanyol melakukan
perdagangan di Maluku.
3. Kedatangan Inggris di Indonesia
Perdagangan Inggris di Asia tidak disponsori oleh pemerintah Inggris, melainkan didukung oleh EIC
(East Indian Company) persekutuan dagang yang terdiri pengusaha Inggris. Walaupun Indonesia
pernah dikuasai oleh Bangsa Inggris selama 5 tahun (tahun 1811-1816), tetapi pengaruh Inggris di
Indonesia tidak sekuat pengaruh Belanda sehingga Inggris lebih berfokus pada India, Singapura,
Malaysia, Asia selatan dan Asia timur.
4. VOC: Bukti Nyata Kejayaan Kolonialisme dan Keruntuhannya
Perjalanan pertama Belanda di Indonesia terjadi pada tahun 1596, ketika Cornelis de Houtman
bersama armadanya tiba di pelabuhan Banten melalui jalur Selat Malaka. Kemudian untuk
menghindari persaingan antara para pengusaha Belanda maka dibentuklah Verenigde Oost Indische
(Persekutuan Perusahaan Dagang Hindia Timur) yang disingkat VOC.
Ide ini berasal dari seorang parlemen Belanda bernama Johan van Oldenbarnevelt, VOC sendiri
didirikan pada 20 maret 1602 dan diberi hak istimewa berupa hak monopoli dan hak kedaulatan.
Namun, VOC tidak selamanya membawa kemakmuran dan kekayaan untuk negara asalnya karena di
dalam persekutuan dagang tersebut  terjadi korupsi pribadi maupun kelompok. Sehingga VOC  pun
dibubarkan pada tahun 1799 dan keberadaannya di Indonesia digantikan oleh pemerintah Belanda
di mulai pada  tahun 1800.

B. Perlawanan lokal rakyat Indonesia terhadap kolonialisme dan


imperialisme
1. Maluku
Perlawanan Maluku terhadap kolonialisme dimulai saat terjadi persaingan antara Ternate dan
Tidore, tetapi kedua kerajaan tersebut menyadari bahwa adanya Portugis dapat membahayakan
kekuasaan mereka. Di pimpin Dajalo, rakyat Ternate mencoba mengusir Portugis namun gagal. 27
januari 1570 Portugis dan Ternate melakukan perjanjian perdamaian tetapi perjanjian tersebut
diingkari oleh Portugis membuat sultan Kahirun terbunuh.
Pada tahun 1575, Sultan Baabullah Daud Syah berhasil mengusir Portugis dari Maluku, Portugis pun
berpindah ke Timor Leste dan Flores.
2. Gowa
Setelah Maluku jatuh ke dalam kekuasaan VOC, VOC selanjutnya mengincar kerajaan Gowa karena
saat itu kerajaan Gowa merupakan kerajaan yang memiliki armada kuat dan besar. Untuk
mengalahkan kerajaan Gowa, VOC memanfaatkan antara kerajaan Gowa dan kerajaan Bone.
Walaupun Sultan Hasanuddin dari kerajaan Gowa pernah melakukan perlawanan terhadap VOC,
namun sayangnya. Perlawanan tersebut berbuah kegagalan sehingga kerajaan Gowa dan VOC
melakukan perjanjian Bongaya.

Perlawanan rakyat Banten dan juga Belanda telah terjadi pada masa awal kedatangan Cornelis de
Houtman di Banten, pada tahun 1680 Sultan Ageng menyatakan perang terhadap VOC karena telah
penganiayaan terhadap pedagang Banten. Saat itu terjadi perselisihan antara Sultan Ageng dan
putra mahkota Sultan Haji karena perebutan tahta. Belanda memanfaatkan situasi tersebut hingga
akhirnya kekuasaan Sultan Ageng digulingkan dari kekuasaannya. Sultan Haji dan Belanda pun
membuat perjanjian yang mana perjanjian tersebut berisikan tentang hak Belanda dalam monopoli
perdagangan, hak kekuasaan Belanda atas Cirebon dan ganti rugi perang.

Lalu lintas perdagangan dunia sebelum


kolonialisme imperealisme eropa
1. Perdagangan melalui Jalan Sutra
Jauh sebelum bangsa-bangsa Barat memelopori apa yang disebabkan dengan era penjelahan
samudera yang kemudian diikuti era klonialisme-imperialisme, aktivitas perdagangan antarbangsa di
dunia sudah berjalan. Aktivitas perdagangan ini menghubungkan bangsa-bangsa di Asia timur dan
Tenggara, wilayah Mediterania, serta Eropa dengan melewati apa yang disebut Jalan Sutra (The Silk
Road).
Disebut "Jalan Sutra" karena pada awalnya komoditas utama diperdagankan adalah sutra dari Cina.
Dalam perkembangannya, banyak juga komoditas lain diperdagankan sepanjang rute itu, dengan
sarana pengangkut utama adalah unta.
Jalan Sutra dirintis di Cina sekitar tahun 139 SM ketika Cina bersatu di bawah Dinasti Han. Sebagian
ahli berpendapat lalu lintas perdagangan itu bahkan telah dimulai sejak 100 tahun sebelum itu. Jalan
ini dikenal sebagai rute perdagangan dengan kurun waktu paling lama dan dengan jarak paling
panjang dalam sejarah manusia, yaitu digunakan selama sekitar 1500 tahun dengan panjang 6.400
km.
Selain para saudagar, rute ini digunakan juga oleh para diplomat dan penjelajah Inggris dan negara-
negara Eropa lain dalam perjalanannnya menuju Cina dan Jepang.
Jalan Sutra diramaikan tidak saja karena banyak saudagar Cina yang berdagang di sepanjang jalain
itu, melainkan karena dalam kurun waktu yang sama para pedagang dari Seleukia, Antiokia,
Alexandria, dan Persepolis--semuanya wilayah taklukan Romawi-- juga terlibat dalam kegiatan
perdaganan di sepanjang rute jalan Sutra.
Perdagangan melalui Jalan Sutra dimulai di Changan (Xian) di Cina, melewati kota-kota perdagangan
di Asia Tengah seperti Samarkand (Uzbekistan) dan kota "sumber air" Kashgar di Cina yang berbatas
dengan Tajikistan Kyrgyzstan, dan berakhir di Antiokia ataupun konstantinopel (istanbul). Antiokia
dan Konstantinopel sekarang menjadi bagian dari Turki. Pada saat ini, Kashgar menjadi salah satu
kota di Cina mayoritas penduduknya beragama Islam, sebagaimana juga Ubekistan, Rajikistan, dan
Kyrgyzstan.
Perjalanan yang panjang itu terkadang melawati padang rumput yang luas (steppa), yang diselingi
alam yang cukup ganas seperti padang gurun Gobi dan Takla Makan di Cina. Dengan alasan
mendapatkan perbekalan, kondisi alam yang keras, serta keamana, para kafilah-saudagar itu kerap
berhenti dan beristirahat di satu kota atau tempat yang memiliki sumber air sebelum melanjutkan
perjalanan ke kota-kota lainnya
Akan tetapi, jarang sekali para kafilah ini menempuh perjalanan yang sangat jauh. Di berbagai kota
yang sudah disinggahi, sudah banyak pedagang perantara (middlemen), yang siap menjual barang-
barang ke kota-kota lainnya, Jadi, sudah ada semacam sistem perdagangan berantai.
Komoditas yang diperdagangkan antara lain sutra, emas, batu giok (jade), teh, dan rempah-rempah.
Hanya barang-barang mewah semacam itu yang diperdagangkan oleh karena jarak yang jaug, biaya
tinggi, dan seringkali tidak aman. Cina, misalnya, menyuplai Asia Barat dan wilayah Mediterania
dengan sutra, sementara rempah-rempah didapatkan dari Asia Selatan.
Kota-kota yang dilewati Jalan Sutra ini berubah dengan cepat menjadi kota perdagangan yang ramai.
Kota-kota itu juga menjadi pusat ilmu pengetahuan, budaya, dan seni. Orang-orang dari berbagai
latar belakang suku dan budaya dan berinteraksi, berbaur, bertukar gagasan, pandangan, dan
bahkan agama--awalnya agama Budhha dan kemudian Islam. Kondisi seperti ini memungkinkan
peradaban Eropa, Timur Tengah, dan Asia berinteraksi satu sama lain.
Dalam perkembangannya kemudian, para kafilah ini menggunakan jalur alternatif, yaitu jalur laut.
Jalur laut pertama kali digunakan ketika bangsa Romawi menguasai dunia termasuk Dunia Timur.
Jalur laut ini menghubungkan wilayah Mediterania dan India. Rute laut utama dimulai di Canton
(Guangzhou), Cina, melintasi Asia tenggara, Samudera Hindia, dan Laut Merah, kemudian mencapai
Alexandria.
Antara abar ke-1 dan abad ke-6 M, kapal-kapal dagan, termasuk kapal-kapal dagan arab, lalu-lalang
melintasi laut Merah dan India. Barang-barang yang diperdagangkan dikapalkan di Kota Berenike--
nama sebuah kota kuno di wilayah Epirus yaitu wilayah Yunani dan Albania sekarang-- di sepanjang
Laut Merah dan diangkut menggunakan unta ke daerah pedalaman sampai ke Sungai Nil. Dari situ,
perahu-perahu sungai mengangkut barang-barang tersebut ke Alexandria, dan dari Alexandria
diperdagangkan ke seluruh wilayah kekaisaran Romawi.
Sejak abad ke-9 M, ketika Kekaisaran Romawi runtuh, rute laut atau maritim dikendalikan leh
saudagar-saudagar Arab. Perlahan-lahan, penggunaan Jalan Sutra ditinggalkan. Penggunaan rute laut
lebih memungkinkan terjadinya pengiriman dan perdagangan barang dalam jumlah besar dan
beraneka ragam, sesuatu yang sulit dilakukan melalui Jalan Sutra
Jalan Sutra kembali ramai selama kejayaan Kekaisaran Mongol pada abad ke-13

2. Perdagangan di Nusantara
Menurut Poesponegoro dan Notosusanto adalah penduduk Indonesia yang dikenal sebagai pelayar-
pelayar yang tangguh dan sanggup mengarungi lautan lepas untuk melakukan perdaganan pada
tahun 1993. Pusat-pusat perdagangan tumbuh dengan pesat di pesisir Sumatera dan Jawa. Pada
masa kerajaan Hindu-Budha semakin berkembang dan makin berkembang lagi pada era kerajaan-
kerajaan Islam. Pada masa ini, kerajaan-kerajaan

Nusantara banyak berhubungan dengan India, Cina, Tanah Genting Kra, Pahang, Vientam, dan
Thailand. Rempah-rempah dari Kepulauan Maluku banyak dijual ke kerajaan-kerajaan di Sumatera
ataupun saudagar-saudagar asing dari Cina, India, dan Arab.

Anda mungkin juga menyukai