Kedatangan Islam
Teori kedatangan Islam dari India (Gujerat), Arab, China dan Iran
Dari India;
Ditemui batu nisan lain di pesisir utara Sumatera bertarikh 17 Dzulhijjah 831 H atau 27 September 1428
M. Makam ini memiliki batu nisan serupa dari Cambay, Gujarat, dan menjadi nisan pula untuk makam
Maulana Malik Ibrahim, salah satu Walisongo, yang wafat tahun 1419.
Dari Arab
Bukti yang diajukan Hamka adalah naskah kuno dari Cina yang menyebutkan bahwa sekelompok bangsa
Arab telah bermukim di kawasan Pantai Barat Sumatera pada 625 M. Di kawasan yang pernah dikuasai
Kerajaan Sriwijaya itu juga ditemui nisan bertuliskan nama Syekh Rukunuddin, wafat tahun 672 M.
Dari China
Jean A. Berlie (2004) dalam buku Islam in China menyebut relasi pertama antara orang-orang Islam dari Arab
dengan bangsa Cina terjadi pada 713 M. Diyakini bahwa Islam memasuki Nusantara bersamaan migrasi orang-
orang Cina ke Asia Tenggara. Mereka dan memasuki wilayah Sumatera bagian selatan Palembang pada 879
atau abad ke-9 M.
Bukti lain adalah banyak pendakwah Islam keturunan Cina yang punya pengaruh besar di Kesultanan Demak,
kerajaan Islam pertama di Jawa, seiring dengan keruntuhan Kemaharajaan Majapahit pada perjalanan abad ke-
13 M. Sebagian dari mereka disebut Wali Songo.
Dari Iran
Teori bahwa ajaran Islam masuk ke Nusantara dari bangsa Persia (atau wilayah yang kemudian menjadi negara
Iran) pada abad ke-13 Masehi dikemukakan oleh Umar Amir Husen dan Husein Djajadiningrat.
Abdurrahman Misno dalam Reception Through Selection-Modification: Antropologi Hukum Islam di Indonesia
(2016pula menyatakan , Djajadiningrat berpendapat bahawa tradisi dan kebudayaan Islam di Indonesia
memiliki persamaan dengan Persia. Salah satu contohnya adalah seni kaligrafi yang terpahat pada batu-batu
nisan bercorak Islam di Nusantara. Ada pula budaya Tabot di Bengkulu dan Tabuik di Sumatera Barat yang
serupa dengan ritual di Persia setiap tanggal 10 Muharam.
Hubungan antara perdagangan dan Islam juga terlihat dalam
perkembangan di pulau Ternate – dikenali sebagai Maluku di
kawasan timur Indonesia. Ternate (mirip dengan Tidore) menjadi
daerah kaya kerana cengkih.
Jawa
Memperluaskan tanaman utama spt tebu, kopi & nila
Menggalakkan penanaman tanaman lain spt the tembakau kayu manis, kocineral, lada hitam,
sutera dan kapas.
Memajukan sistem perhubungan cth pada 1830- pembinaan jalan raya timur-barat oleh Daendels.
Masyarakat
Rakyat miskin (tenaga dan tanah utk pemerintah Belanda)
Pekerjaan bersawah jadi tertangguh krn lbh kpd tnmn komersil
Petani mengalami tekanan fizikal dan mental
Timbul penyakit dan meningkatnya jumlah kematian akibat penindasan
Keuntungan kepada orang Eropah dan Cina yang memainkan peranan sebagai orang
tengah, pemborong, pengilang, pengedar dsb.
Tenaga buruh Cina telah diambil untuk mengerjakan kawasan baru terutama di
zon kultur di mana berlaku kekurangan penduduk yg menyebabkan kekurangan
tenaga buruh. Antara tahun 1885-1931 lbh krg suku juta buruh cina di ambil dari
melalui Belawan sama ada dari Swataw atau dari Pulau Pinang/Singapura.
Dasar liberal 1870-1900
Perubahan pentadbiran di Belanda – kepada kelompok Liberal
Para pentadbir lebih memainkan peranan sebagai pemerhati dalam
hubungan antara pengusaha Eropah dengan masyarakat pedalaman
di Jawa.
Keadaan tidak jauh beza dengan zaman sistem kultur.
Hanya pengurusan yang ditukar tetapi sistem masih kekal.
Kontraktor gula misalnya menganggap kampung itu sebagai satu unit.
Belanda berusaha untuk memperluaskan pengaruhnya atau
kekuasaannya untuk terus bersaing dengan kuasa Eropah yang lain.
Perjanjian Sumatera 1871
Belanda menguasai daerah Aceh, yang dinilai sangat strategis dalam perdagangan
internasional. Terusan Suez dibuka pada 1869, oleh itu Belanda blh mendapat akses keluar
masuk Selat Malaka dengan mudah melalui Aceh, yang mana kedudukannya dekat dengan
Selat Malaka.
Antara isi penjanjian:
British tidak keberatan jika Belanda mengakui dan menguasai wilayah Pulau Sumatera serta
membatalkan perjanjian London 1824.
British blh melakukan pelayaran serta perdagangan di daerah Kesultanan Siak serta di seluruh
kesultanan lainnya yang bertanggung jawab kepada Belanda.
Undang-undang Agraria1870 & Ordinan sewa 1871
*menjelang 1900 pulau jawa kekurangan hasil. Tumpuan belanda beralih kepada
meningkatkan taraf hidup orang jawa supaya dapat menyekat kejatuhan yg lebih teruk.