RANGKUMAN
BAB KOLONIALISME & IMPERIALISME BANGSA EROPA DI INDONESIA
Ditulis oleh
REVA ASMIA.D
Kelas XI.1
Gospel
Gospel merupakan motif lain yang dilandasi adanya keinginan untuk menyebarkan agama
Kristen keseluruh dunia. Sebenarnya, tidak semua bangsa Eropa yang melakukan penjelajahan
Samudra didorong semangat menyebarkan agama. Bangsa yang memang melakukan pelayaran
Samudra didasari oleh semangat menyebarkan agama adalah Portugal dan Spanyol. Portugal
dan Spanyol adalah negara yang masyarakatnya beragama Katolik, dan raja sebagai kepala
pemerintahannya sangat menaati Paus, pemimpin gereja Katolik diseluruh dunia. Kehadiran
bangsa portugis di Asia dilambangkan dengan “benteng dan gereja”.
Glory
Glory adalah semangat untuk membangun Kembali kejayaan bangsa dengan kekuatan sendiri.
Dahulu bangsa Portugis pernah dikuasai oleh kaum Muslim di bawah Dinasti Umayyah. Untuk
membangun Kembali kejayaan bangsanya, dalam setiap penakhlukan wilayah, bangsa portugis
akan menancapkan Pandrao, yaitu prasasti berukuran besar yang memuat lambang kerajaan
Portugal.
Menghindari terjadinya persaingan tidak sehat diantara pedagang` (kongsi dagang) Belanda.
Memperkuat posisi Belanda dalam menhadapi persaingan dengan serikat dagang eropa
lainnya.
Memonopoli perdagangan rempah` di Nusantara.
Eksploitasi manusia
Ekploitasi manusia yang dimaksud berupa pengerahan tenaga manusia yang diwarnai tipu
daya dan paksaan serta ketidakadilan dan kesewenang`an yang dialami mereka diperkebunan` itu.
Pemerintah hindia belanda mengeluarkan peraturan baru yang mendukung dan menjamin agar
para pemilik perkebunan dapat memperoleh, memperkerjakandan mempertahankan kuli yang
bekerja di perkebunan mereka sesuai kebutuhan. Peraturan itu diberi nama Koeli Ordonantie
1881. Semula Koeli Ordonantie berlaku untuk wilayah Sumatra timur, kemudia meluas untuk
semua wilayah hindia belanda di luar pulau jawa.
Untuk memberikan kekuatan pada peraturan` dalam Koeli Ordonantie, dimasukkan juga
peraturan` tentang hukum`an yang bisa dikenakan kepada pelanggaran perjanjian kontrak, baik
dari pihak majikan maupun pihak perkerja, seperti Poenale Sanctie. Dalam praktiknya, ancaman
hukuman itu hanya berlaku untuk para buruh, sedangkan ancaman hukum yang bisa dikenakan
terhadap pihak majikan hanya diatas kertas belaka dan jarang atau tidak pernah dilaksanakan.
Jacobus Nienhuys (1836-1927), pemilik Deli Maatschappij, yaitu perusahaan budi daya
tembakau seluas 120.000 hektare,, misalnya menghukum cambuk tujuh kulinya sampai
meninggal. Hal ini membuatnya panik dan langsung bergegas meninggalkan Sumatra timur
Eksploitasi agrarian
Eksploitasi agrarian tampak dalam bentuk penggunaan lahan-lahan, baik lahan produktif yang
sedang dikerjakan rakyat maupun lahan kosong yang masih berupa hutan, untuk dijadikan
perkebunan serta areal pertambangan. Pemanfaatan lahan` produktif umumnya terjadi di Jawa,
sedangkan perkebunan` disumatra umumnya menggunakan laha` yang masih kosong.
Terdapat 4 dampak negatif bagi masyarakat Jawa, yaitu sebagai berikut:
a) Para priayi dan biokrat kerajaan, menyewakan tanah lungguh yang menjadi sumber hidup
masyarakat kepada pengusaha` perkebunan (ondernemer) swasta asing.
b) Di lahan` perkebunan yang mereka Kelola sebelumnya itu, rakyat jawa dijadikan tenaga kerja
dengan sistem pengupahan serta kondisi kerja yang tidak adil.
c) Sebagian masyarakat Jawa dikirim secara paksa ke Suriname untuk bekerja di perkebunan`
belanda disana.
d) Para bupati di delapan belas wilayah keresidenan di Jawa ikut menyewekan Sebagian tanah
yang berada di wilayah kekuasaannya kepada pengusaha` perkebunan swasta asing.
b. Reaksi terhadap kebijakan pintu terbuka
Praktik eksploitasi dalam penerapan kebiajkan pintu terbuka memunculkan sebutan baru
terhadap kebijakan ini, yaitu politik pintu terbuka. Kebijakan pintu terbuka yang pada praktiknya
sangat eksploitatif membuat kaum humanis bersuara lantang. Mereka mendesak pemerintah
Belanda untuk memperbaiki nasib rakyat Hindia Belanda. Menurut mereka, Belanda sudah
menerima banyak dari kekayaan alam Hindia Belanda selama penjajahannya berabad`, dan sudah
seharusnya Belanda membalasnya dengan memajukan penduduk negeri tersebut. Itulah gagasan
dasar yang mendorong lahirnya politik etis.