Anda di halaman 1dari 14

SEJARAH

RANGKUMAN
BAB KOLONIALISME & IMPERIALISME BANGSA EROPA DI INDONESIA

Ditulis oleh
REVA ASMIA.D
Kelas XI.1

SMA NEGERI 1 MEULABOH


2023
BAB 1
KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BANGSA EROPA DI INDONESIA

A. Lahirnya Kolonialisme dan Imperialisme Bangsa Eropa


Secara etimologis kata dasar “koloni” berasal dari Bahasa latin colonia (tempat untuk
pertanian). Kolonialisme adalah upaya oleh satu negara untuk membangun pemukiman dan
memaksakan prinsip2 politik, ekonomi, dan budayanya diwilayah lain. Menurut kamus Besar
Bahasa Indonesia kolonialisme adalah paham tentang penguasaan oleh sesuatu negara atas daerah
atau bangsa lain dengan maksud untuk memperluas negara itu. Ini berarti bahwa kolonialisme
merupakan kebijakan suatu negara yang berusaha memperluas atau mempertahankan otoritasnya
atas penduduk/wilayah lain,umumnya dengan tujuan mendominasi pereonomian. Negara yang
menjajah berupaya mendapatkan manfaat dari negara/daratan yang terjajah. Dalam prosesnya,
penjajah memaksakan agama, ekonomi, dan praktik pengobatan pada penduduk asli.
Kolonialisme juga merupakan hubungan dominasi penduduk asli oleh penjajah asing dimana
penguasa mengejar kepentingan mereka.
Kata imperialime berasal dari kata latin imperium, yang berarti kekuatan tertinggi. Selama
tahun1870-an untuk pertama kalinya istilah imperialism menjadi istilah yang umum di Inggris
Raya, dan digunakan dengan konotasi negative, sebelemnya kata imperialism telah digunakan
untuk menggambarkan upaya napoleon III untuk mendapatkan dukungan politik melalui
intervensi militer asing. Istilah ini & terutama diterapkan pada dominasi politik dan ekonomi
barat(dan jepang) terutama di Asia Dan Africa, pada abad ke-19 dan ke-20. Namun keduanya
adalah contoh imperialisme.
Imperialime merupakan kebijakan atau ideologi untuk memperluas kekuasaan suatau negara
atas negara` asing, biasanya dengan menggunakan kekuataan militer atau dengan memperoleh
control politik dan ekonomi dari wilayah lain.
Pada awalnya kolonialisme dan imperialism eropa bukanlah dilatar belakangi oleh ambisi
untuk menguasai dan menjajah bangsa` di Asia Dan Africa. Tujuan utama kedatangan bangsa
Eropa adalah berdagang. Penjelajahan bangsa Eropa mengarungi Samudra dipelopori oleh bangsa
portugis yang melakukan pelayaran Samudra dengan semangat mengejar kekayaan perdagangan
(gold), membangun kekuasaan (glory), dan misi penyebaran agama kristen (gospel). Pangeran
Dom Henrique (1394-1460) atau yang dikenal sebagai Henry “sang navigator” mendorong para
pelaut portugis melakukan penjelajahan. Henry mendapatkan informasi bahwa diwilayah
pedalaman maroko, para pedagang arab mempertahankan emas. Para pedagang arab membawa
emas` itu dengan menggunakan caravan` unta. Oleh karena itu, henry memutuskan untuk
menjelajahi pantai barat Africa untuk menemukan Pelabuhan`` lainnya serta jalur` caravan yang
menuju ke dearah` produksi emas. Akibatnya, berangsur` para pelaut portugis mulai mengenal
jalur pelayaran dipantai barat afrika.
Ekspedisi laut bangsa portugis dibawah Dom Henry pada tahun 1415 berhasil menakhlukkan
Ceuta, sebuah Pelabuhan yang terlatak di afrika utara yang dikuasai para pedagang arab.
Ekspedisi ini dianggap berhasil karena dengan dikuasainya Ceuta maka portugis ini dengan
leluasa dapat berdagang dengan bangsa afrika secara langsung. Setelah yakin telah menemukan
jalur penghasil rempah` (india), raja portugis Dom Joao II mulai mengirim armada yang berhasil
salah satunya dipimpin oleh Bartolomeus Dias. Ia berlayar menyusuri pantai barat Africa
melintasi Ghana, Angola, dan Namibia. Setelah itu, Dias melanjutkan perjalanannya kepantai
timur afrika, dan di sini Kembali diperoleh informasi yang lebih jelas dari saudagar` arab tentang
kekayaan rempah` di india.
Pada awalnya, Dias bermaksud akan terus berlayar ke India, tetapi terpaksa Kembali karena
para awak kapalnya menolak melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan pulang inilah kapalnya
kemudian berlabuh disebuah tanjung yang menhadap Samudra atlantik. Oleh raja Dom Joao II,
wilayah tersebut dinamakan Tanjung Harapan. Dias melaporkan kepada raja bahwa ada
kemungkinan untuk menemukan jalur ke india melalui tanjung harapan.
Kesuksesan portugis mendorong Spanyol membiayai ekspedisi Christopher Columbus pada
1492. Sama dengan bangsa portugis, tujuan ekpedisi spanyol adalah menemukan rute alternatif ke
india. Colombus berlabuh di Bahama (benua Amerika), yang dikiranya india, dan lantas
dinamakan penduduk asli disana sebagai orang india. Jadi, colombus secara tidak sengaja
menemukan benua Africa.
Pada 1493, colombus Kembali dari perjalannya ke benua Africa. Ia kemudian mengunjungi
Portugal dan menceritakan penemuannya kepada raja Dom Joao II. Hal ini memicu konflik antara
spanyol dan portugis oleh karena Dom Joao II bersikeras bahwa bangsa portugis merupakan
pihak yang berhak menjelajahi wilayah America.
Guna menyelesaikan konflik antara spanyol & Portugal diadakan perundingan dengan Paus
sebagai penengah. Pada 1494, perundingan tersebut mencapai kesepakatan yang melahirkan
Garis Tordesillas. Bagian barat dari garis itu adalah wilayah penjajahan spanyol dan bagian
timurnya adalah wilayah penjajahan Portugal. Ini berarti secara garis besar, benua Africa masuk
wilayah penjajahan Spanyol dan asia masuk wilayah penjajahan Portugal.
Ekspedisi portugis kemudian dilanjutkan oleh Vasco Da Gama (1469-1524) yang Kembali
menyusuri jalur perdagangan pendahuluannya. Ekpedisinya berhasil berlabuh di Kalikut,india
pada 1498. Ia kemudian membangun benteng serta membuka kantor dagang disana.
Penjelajahan Samudra oleh Spanyol dilanjutkan oleh Ferdinand Magellan (1480-1521). Ia
dikenal sebagai orang pertama yang mengelilingi dunia sekitar tahun 1519. Berlayar kearah barat
mengikuti jejak Colombus, rute yang ditempuhmya adalah Dari Tanjung Verde dilautan Atlantik,
menyebrang kearah selatan dan mencapai ujung benua amerika (selat Magellan). Dari tempat ini,
ia menyebrangi Samudra Pasifik kearah barat dan berhasil berlabuh di pulau Guam. Dari Guam,
ia berlayar ke Filipina dan meninggal disana pada 1521 setelah terlibat pertempuran dengan suku
setempat.
Misi ekspedisi Spanyol berikutnya dilanjut oleh Juan Sebastian Del Cano (1476-1526) dan
berhasil tiba di Maluku pada tahun 1521. Di maluku, mereka membeli rempah` dalam jumlah
banyak dan mengangkutnya ke Spanyol.keberhasilan ini dengan cepat tersiar ke seluruh negeri.
Hal ini kemungkinan mendorong armada Spanyol milih berganti dating ke maluku sampai tahun
1534. Selain mencari rempah` mereka juga menyebarkan agama Katolik, dibawah pimpinan
misionaris terkenal, Fransiskus Xaverius.
1. Konstantinopel Dikuasai Turki Usmani ( Ottoman)
Pada 1453, konstantinopel dikuasai oleh Kesultanan Turki Usmani (ottoman). Sultan
Mehmed II (1432-1481), penguasa ottoman, menjalankan politik yang mempersulit pedagang
eropa beraktivitas didaerah kekuasaannya. Akibatnya, satu`nya akses bangsa Eropa ke Asia
melalui darat terputus.
2. Berkembangnya Teknologi Pelayaran
Bangsa portugis mencapai kemajuan yang sangat pesat dalam teknologi, terutama teknologi
pelayaran. Mereka adalah bangsa Eropa pertama yang menggunakan rasi bintang Salib Selatan
(Gubug Penceng-Bahasa Jawa) untuk berlayar di sebelah Selatan khatulistiwa. Sebelumnya,
bangsa Eropa hanya menggunakan rasi bintang Polaris/Bintang Utara sebagai panduan untuk
berlayar di sebelah utara khatulistiwa.kemajuan tersebut didapat karena Henry “Sang Navigator”
mendirikan sekolah Kartografi.
Pada abad XV, bangsa Portugis dibawah Henry “Sang Navigator” juga mengembangkan
kapal penjelajah Samudra yang dikenal dengan Karavel. Kapal jenis ini mampu bergerak cepat
dan menjelajah jauh hingga menyebrangi Samudra Atlantik, namun memiliki daya angkut yang
kecil.
3. Berkembangnya Merkantilisme Di Eropa
Merkantilisme adalah teori ekonomi hang mneyatakan kesejahteraan suatu negara
ditentukan oleh banyaknya aset atau modal yang dimiliki serta besarnya volume perdagangan
global suatu negara. Merkantilisme juga mengajarkan pemerintahan suatu negarav harus
mencapai tujuan ini dengan melakukan perlindungan terhadap perekonomiannya. Hal ini dapat
dilakukan dengan mendorong ekspor dan mengurangi impor dengan memberlakukan taris yang
besar.
Merkantilisme berkembang pada abad ke-15 s/d ke-17 dan dianut oleh banyak negara di
Eropa termasuk Portugis, Spanyol, Inggris, Prancis dan Belanda. Awalnya mereka berdagang
dengan sesama bangsa eropa. Lambat laut, mereka mengarahkan perhatian ke luar Eropa (Asia-
Afrika-Amerika Selatan). Satu sama lain,bersaing mendapatkan emas dan perak sebanyak`nya.
Dalam perkembangannya, cengkih dan pala menjadi komoditas primadona, melebihi emas.
4. Kekayaan perdagangan (Gold), misi penyebaran agama Kristen (Gospel), dan membangun
kekuasaan (Glory)
 Gold
Pelayaran bangsa eropa didasari motif ekonomi , yaitu kegiatan perdagangan global dalam
mencari komoditas yang baru laku dipasar eropa, tetapi tidak dihasilkan oleh negara itu sendiri.
Hasil ekspedisi Portugis menjadi awal darib ditemukannya pusat rempah` dunia yang ternyata
berasal dari Kawasan timur (India dan Nusantara). Semangat gold juga didasari keinginan
pedagang Eropa untuk dapat memperoleh komoditas penting tersebut langsung dari pusatnya.

 Gospel
Gospel merupakan motif lain yang dilandasi adanya keinginan untuk menyebarkan agama
Kristen keseluruh dunia. Sebenarnya, tidak semua bangsa Eropa yang melakukan penjelajahan
Samudra didorong semangat menyebarkan agama. Bangsa yang memang melakukan pelayaran
Samudra didasari oleh semangat menyebarkan agama adalah Portugal dan Spanyol. Portugal
dan Spanyol adalah negara yang masyarakatnya beragama Katolik, dan raja sebagai kepala
pemerintahannya sangat menaati Paus, pemimpin gereja Katolik diseluruh dunia. Kehadiran
bangsa portugis di Asia dilambangkan dengan “benteng dan gereja”.

 Glory
Glory adalah semangat untuk membangun Kembali kejayaan bangsa dengan kekuatan sendiri.
Dahulu bangsa Portugis pernah dikuasai oleh kaum Muslim di bawah Dinasti Umayyah. Untuk
membangun Kembali kejayaan bangsanya, dalam setiap penakhlukan wilayah, bangsa portugis
akan menancapkan Pandrao, yaitu prasasti berukuran besar yang memuat lambang kerajaan
Portugal.

B. Perebutan Hegemoni Bangsa Eropa di Indonesia


1. Masuknya Bangsa Portugis di Indonesia
Masuknya Portugis masuk kenusantara dibawah Afonso de Albuquerque (1453-1515). Dalam
periode antara tahun 1511-1526, nusantara menjadi Pelabuhan maritim penting bagi bangsa
Portugis dengan Sumatra, Jawa, Banda, dan Maluku sebagai rute maritim dan perdagangan
rempah`
Afonso melakukan ekspedisi ke Nusantara tidak lama setelah diangkat sebagai gubernur
Portugis di India. Sebelumnya,bangsa Portugis sudah menguasai India dan mendirikan
pemerintahan disana. Ia juga berhasil menakhlukan Malaka. Setelah menguasai malaka, bangsa
portugis mengadakan hubungan dengan kerajaan Sunda Dan Pajajaran (Kerajaan Hindu).
Keduanya menandatangani perjanjian dagang, terutama perjanjian lada. Perjanjian dagang
tersebut kemudian diwujudkan pada 1522 dalam bentuk dokumen kontrak berupa prasastiyang
dikenal dengan Pandrao Sunda Kelapa. Pandrao ini diletakkan diatas tanah yang dituju sebagai
tempat untuk membangun benteng dan Gudang bagi orang Portugis (Sekarang Jl. Cengkeh Dan
Jl. Kali Besar Timur 1,Jakarta Barat).
Persekutuan bangsa Portugis-Pajajaran kemudian mencemaskan kesultanan Demak (1475-
1548). Khawatir akan pendudukan Jawa oleh bangsa Portugis, Demak menyerang Sunda Kelapa
pada tahun 1526. Pada tahun 1527, Demak berhasil mengusir bangsa portugis dari Sunda Kelapa.
Di Ternate, bangsa Portugis menjalin persahabatan dan persekutuan dengan kesultanan Ternate
yang bercorak islam. Kesultanan mengizinkan bangsa Portugis membangun benteng yang diberi
nama Benteng Sao Paulo / benteng Gamalama.
Sejarah mencatat, sejak kemunculannya pada pertengahan abad XIII, kesultanan Ternate &
Tidore sudah berebut hegemoni. Persaingan ini membuat mereka memilih mitra koalisasi asing
yang berbeda. Ternate merangkul bangsa Portugis pada tahun 1512, sedangkan Tidore bersekutu
dengan Spanyol 10 tahun kemudian.
Monopoli Portugis atas perdagangan rempah` di Nusantara berakhir sejak dikalahkan sultan
Baabullah dari Ternate pada tahun 1575. Selanjutnya bangsa portugis disingkirkan Belanda dari
ambon pada tahun 1599. Portugis kemudian menduduki Timor, Solor, dan Flores. Selanjutnya,
belanda ternyata memiliki keinginan menduduki wilayah` tersebut (Timor,Solor,dan Flores), yang
melahirkan sengketa baru antara kedua negara.sengketa itu baru berakhir pada tahun 1859 melalui
kesepakatan Lisabon, Ketika Portugal menyerahkan pulau Timor bagian Barat kepada Belanda.
2. Masuknya bangsa spanyol di Indonesia
Bangsa Spanyol tidak lama berada diNusantara, yaitu hanya sekitar 8 tahun (1521-1529).
Terlebih dahulu masuk kefilipina melalui Ferdinand Magellan, Spanyol berhasil mencapai
kep.Maluku pada tahun 1521 di bawah pimpinan kapten Sebastian Del Cano. Pelaut` Spanyol
kemudian berlabuh di Tidore, dan disambut baik oleh kesultanan Tidore. Sambutan baik ini
mengundang unsur politis.
Kesultanan Tidore yang lama terlibat persaingan ekonomi (khusunya perdanganan rempah`)
dan politik dengan kesultanan Ternate memerluka sekutu.tujuannya mengimbangi Ternate yang
sudah terlebih dahulu bersekutu dengan bangsa Portugis. Kedatangan Spanyol di Tidore membuat
bangsa Portugis merasa terganggu. Sebab hal ini berarti Spanyol akan terlibat juga dalam aktivitas
perdagangan rempah`, yang jelas` akan menggangu hak monopolinya. Maka terjadilah konflik
diantara ke2 negara tsb. Portugal menuding Spanyol melanggar perjanjian Tordesillas tahun 1494.
Sementara itu, Spanyol bersikeras, wilayah Maluku itu bagian dari wilayah Maluku itu bagian
dari wilayah kekuasaannya berdasarkan perjanjian yang sama.
Untuk menyelesaikan konflik, Portugal dan Spanyol melakukan perundingan di Saragosa,
Spanyol, pada 1529. Hasilnya Perjanjian Saragosa, yang ditandatangani pada 22 april tahun itu.
Perjanjian ini menentukan secara lebih tepat batas kearah Barat wilayah kekuasaan Spanyol dan
batas kearah Timur wilayah kekuasaan Portugis. Akhirnya disepakati bahwa Spanyol harus
meninggalkan Maluku untuk kemudian mendapatkan Filipina. Adapun Portugal tetap berkuasa di
kep. Maluku. Perjanjian ini mempertegas perjanjian Tordesillas yang ditandatangani tahun 1494.
3. Masuknya bangsa belanda ke Indonesia
Pada 1595, sebuah perusahaan Belanda yang bernama Compagnie Van Verre membiayai
ekspedisi Cornelis de Houtman ke Nusantara. Pada 22 juni, setelah berlayar selama 14 bulan,
mereka mendarat di Pelabuhan Banten. Disini mereka gagal karena sikap arogan Cornelis de
Houtman yang menimbulkan konflik dengan penguasa Banten.
Ekspedisi kedua terjadi dalam kurun waktu 1564-1600 dibawah pimpinan J.C. Van Neck
(1564-1638). Tidak seperti ekspedisi pertama, Neck disambut dengan baik oleh sultan Banten
dengan alasan untuk menjadi sekutu mereka untuk melawan Portugis. Sebelum Kembali ke
Belanda membawa rempah` dalam jumlah besar, Van Neck memerintahkan Sebagian kapal untuk
berlayar ke Kep.Maluku di bawah pimpinan Wybrand van Warwyck (1566/1570-1615),
rombongan Van Warwyck tiba di Ambon pada tahun 1599. Karena terbatasnya rempah` di
Ambon, rombongan tsb melanjutkan perjalanan ke Ternate dibawah pimpinan Van Warwyck
sendiri serta kep.Banda dibawah pimpinan Jacob van Heemskerck (1567-1607).
Pada tahun 1605, Belanda berhasil memaksa bangsa Portugis menyerahkan benteng
pertahanannya di Ambon kepada Steven van der Hagen dan di Tidore kepada Cornelisz
Sebastiansz.

C. Kolonialisme bangsa belanda di Indonesia


1. Pembentukan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC)
Untuk mengatasi persaingan yang tidak sehat, dibentuklah suatu wadah yang merupakan
perserikatan dari berbagai perusahaan niaga yang tersebar di 6 kota di Belanda. Pada 20 Maret
1602, perserikatan tsb resmi dibentuk dengan nama Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).
Pada awal terbentuknya, VOC belum memiliki sarana dan prasarana yang memadai sebagai
sebuah persekutuan dagang, tetapi VOC memiliki kelebihan dalam bentuk system organisasi yang
sudah tertata baik. Kelebihan inilah yang membuat VOC berhasil dan mampu menguasai
perdagangan di Nusantara karena pemerintah belanda meberi hak` istimewa/hak oktrol kepada
VOC.
Beberapa tujuan dibentuknya VOC adalah sebagai berikut:

 Menghindari terjadinya persaingan tidak sehat diantara pedagang` (kongsi dagang) Belanda.
 Memperkuat posisi Belanda dalam menhadapi persaingan dengan serikat dagang eropa
lainnya.
 Memonopoli perdagangan rempah` di Nusantara.

2. Kebijakan- Kebijakan VOC Di Nusantara


Memperlakukan dua jenis pajak kepada rakyat, yaitu contingenten dan verplichte leverantie.
Contingen adalah pajak wajib berupa hasil bumi yang langsung dibayarkan kepada VOC.
Sementara itu, verplichte leverantie adalah penyerahan wajib hasil bumi dengan harga yang
telah ditentukan VOC.
Menyingkirkan pedagang` lain. Hal itu dilakukan untuk memonopoli penjualan dan
perdagangan rempah` di Indonesia
Menentukan luas areal penanaman rempah` serta menentukan jumlah tanaman rempah`.
Melakukan kebijakan ekstirpasi, yaitu menebang kelebihan jumlah tanaman agar produksinya
tidak berlebihan sehingga harga tetap dapat dipertahankan.
Mewajibkan kerajaan` yang telah terikat perjanjian dengan VOC untuk menyerahkan upeti
setiap tahun kepada VOC.
Mewajibkan rakyat menanam tanaman tertentu,dan hasilnya dijual kepada VOC dengan harga
yang telah ditentukan oleh VOC.
Agar kebijakan`nya dapat terlaksana dengan baik, VOC menerapkan dua hal penting sebagai
berikut.
VOC tidak segan` melakukan tindak kekerasan terhadap siapa saja yang berani menentang
kebijakan-kebijakannya.
VOC menerapkan politik pecah belah (divide et impera). Hal ini salah satu cara yang sering
dilakukan dengan mencampuri urusan internal kerajaan.
Selanjutnya, akan dibahas 2 gubernur jenderal VOC pada awal berdirinya.
a. Pieter both
Pieter both (1568-1615) ditunjuk sebagai gubernur jenderal VOC pertama pada November
1610-1614. Tugas utamanya adalah menciptakan monopoli perdagangan di pulau` di hindia
belanda. Ia lalu membangun markas VOC di ambon. Ia juga berhasil mengadakan perjanjian
dagang dengan maluku, menakhlukkan pulau timor, serta mengusir spanyol dari tidore. Meski
berpusat di ambon, both juga mendirikan kantor dagang yang mula` di Yogyakarta (1610)
kemudian di jayakarta (1611). Pendirian kantor tsb atas seizin kesultanan banten, yang pada
waktu itu menguasai jayakarta. Bangunan dinamakan Nassau Huis.
Pieter both lebih memilih jayakarta sebagai basis administrasi dan perdagangan VOC
daripada Pelabuhan banten. Alasannya, pada waktu itu di banten telah mendapat banyak kantor
pusat perdagangan bangsa Eropa lainnya, seperti Portugis, Spanyol, dan Inggris.
b. Jan Pieterszoon Coen
Pada tahun 1619, para petinggi VOC (Heeren Zeventien) menunjuk Jan Pieterszoon Coen
sebagai gubernur jenderal. Masa jabatannya berakhir pada 1626. Diantara masa itu, jabtan
gubernur jenderal sempat diisi oleh Pieter de Carpentier (1623-1627).
Langkah pertama Coen adalah memindahkan markas besar VOC dari ambon dari jayakarta
karena dianggap lebih strategis. Selain itu, selama periode tiga orang gubernur jenderal
sebelumnya, ambon ternyata tidak begitu memuaskan untuk dijadikan markas besar jauh dari
jalur` utama perdagangan Asia, yaitu Malaka, India(Goa), dan Jepang. Jayakarta waktu itu
dikuasai oleh kesultanan Banten.
Coen pun Menyusun siasat. Mula` ia mendirikan lagi bangunan serupa Nassau Huis yang
dinamai Mauritius Huis. Ia kemudian membangun tembok batu yang tinggi, yang
menghubungkan Nassau Huis dan Mauritius Huis. Di dalamnya, ia tempatkan beberapa Meriam.
Setelah itu, ia membangun lagi tembok setinggi 7 meter mengelilingi areal yang mereka sewa
sehingga benar` menjadi suatu benteng yang kukuh. Dari benteng ini, pada mei 1619, belanda
menyerang jayakarta, membumihanguskan keraton serta hamper seluruh pemukiman penduduk.
Kota jayakarta ini kemudian diganti Namanya menjadi Batavia. Sementara itu, penguasaan
jayakarta oleh belanda membuat orang banten Bersama saudagar Arab dan Tionghoa menarik diri
ke Banten.
Selanjutnya setelah mendirikan markas besar VOC di Batavia, Coen ingin merealisasikan
monopoli perdagangan pala dan cengkeh di maluku, termasuk Banda. Untuk itu ada 3 langkah
yang dilakukannya, yaitu :
1) Mengusir orang inggris di pulau Run yang diam` tetap melakukan perdagangan dengan
penduduk Banda.
2) Mengusir dan melenyapkan penduduk asli Banda.
3) Menerapkan kebijakan ekstirpasi, yaitu memusnahkan tanaman rempah`, seperti cengkeh dan
pala. Kebijakan ini ditegakkan dengan melakukan apa yang disebut Pelayaran Hongi.
Kebijakan ekstirpasi, misalnya, semakin gencar dilaksanakan oleh gurbenur Jenderal
Mattheus de Haan (1725-1729). Selain itu kebijakan` lain yang aktif dijalankan gurbenur`
jenderal Pasca-Coen sebagai berikut:
1) Mempertahankan monopoli.
2) Menerapakn pajak contingenten dan verplichte leverantie.
3) Mencegah penyeludupan cengkeh dan pala oleh para petani dan raja setempat.
4) Melanjutkan kebijakan ekstirpasi dan pelayaran hongi.
5) Menghancurkan dan menguasi pusat` perdagangan islam di nusantara dalam rangka
memperluas wilayah perdagangan dan monopoli.
6) Memperkuat pertahanan untuk mencegah penguasan nusantara oleh inggris, dengan
membangun banyak benteng dan pos pertahanan.
Dalam proses itu, banyak , VOC banyak menghadapi perlawanan dari masyarakat Nusantara.
Perlawanan` tersebut anatara lain sebagai berikut:
1) Perlawanan kesultanan Ternate di pimpinan Sultan Baabullah pada tahun 1570-1575. Sultan
Baabullah berhasil mengusir bangsa Portugis keluar dari Maluku pada tahun 1575.
2) Serangan kesultanan Mataram ke Batavia dibawah Sultan Agung pada tahun 1628-1629.
3) Perlawanan kesultanan Makassar dibawah Sultan Hasanuddin pada tahun 1666-1669 yang
berakhir dengan perjanjian Bongaya.
Pada tahun 1620, Belanda menyingkirkan Kapten Inggris Nathaniel Courthope (1585-1620),
yang memimpin basis pertahanan Inggris di pulau Run, dalam sebuah serangan yang diwarnai
tipu muslihat.
3. Berakhirnya kekuasaan VOC
Pada 31 desember 1799, VOC secara resmi dibubarkan dan pemerintahan VOC di nusantara
diambil alih oleh pemerintah Belanda.
a. Faktor eksternal
1) Terjadi korupsi di semua tingkatan birokrasi, dari pengawai rendah sampai pejabat tinggi
VOC. Korupsi itu dilakukan dengan:
a) Memotong keuntugan yang seharusnya menjadi hak VOC.
b) Memotong uang kas dan anggaran.
c) Mengajukan target setoran dibawah potensi yang nyata.
d) Melakukan pungutan dalam pengangkatan bupati/kepala desa.
e) Uang suap diberikan oleh mereka yang berbondong` ingin menjadi karyawan VOC.
2) Sebagai pegawai VOC ikut serta dalam kegiatan perdagangan rempah` demi kepentingan
pribadi.
3) Perdagangan gelap meraja lela yang menerobos monopoli perdagangan VOC.
4) Anggaran biaya untu para pengawai sangat besar karena makin meluasnya kekuasaan VOC.
5) Biaya perang yang digunakan untuk menanggulangi perlawanan rakyat.
6) Adanya persaingan antara perserikatan dagang lainnya.
7) Pemasukan yang kecil disertai hutang yang menumpuk menyulitkan VOC untuk memberikan
imbal hasil kepada para pemegang saham.
b. Faktor internal
Pada tahun 1795, prancis dibawah Napoleon Bonaporte menguasai Belanda dan mendirikan
Republik Bataaf (1759-1806). Sebelumnya , pada tahun yang sama, atas dukungan prancis, Raja
Belanda Williem V digulingkan oleh kaum republican (Belanda). Belanda pun menjadi republik.
Setelah itu, Raja Belanda Williem V menyingkir ke Inggris (1795). Republic baru ini semacam
negara bawahan (vassal) dari prancis. Sebagai republik, belanda menjadi sekutu prancis dalam
Gerakan anti-monarki untuk melawan inggris.
Pendudukan Ini merupakan bagian dari cita` imperialism Napoleon Bonaparte
menyebarluaskan hasil dan cita` revolusi prancis keseluruh negara eropa yang umumnya masih
menganut isitem pemerintahan monarki. Perubahan politik ini ikut memengaruhi kebijakan
belanda terhadap VOC. Pemerintahan republic Bataaf memandang apa yang dilakukan VOC
bertentangan dengat semangat kesetaraan dan kebebasan. Oleh karena itu, VOC harus dibubarkan.
VOC pun dibubarkan pada tahun 1799.

D. Masuknya Pengaruh Prancis Dan Inggris Di Indonesia


1. Herman willem daendels ( januari 1808-mei 1811)
Daendels memegang dua tugas utama, yaitu mempertahankan pulau jawa agar tidak jatuh ke
tangan Inggris-Prancis dan Inggris terlibat perang di Eropa yang berimbas pula ke daerah
koloninya, dan memperbaiki keadaan tanah jajahan dari berbagai aspek, terutama penyelewengan
kekuasaan dan korupsi.
Sejak awal Daendels menyadari kekuatan pasukannya tidak akan mampu menghadapi
pasukan inggris. Daendels menerapkan sejumlah kebijakan ditanah koloni ini sebagai upaya
menahan serbuan inggris ke jawa. Diantaranya:
1) Membangun jalan raya pos dari anyer (ujung barat jawa) sampai panarukan (ujung
timur jawa).
2) Mendirikan benteng` pertahanan, seperti benteng Lodewijk (louis) di Surabaya dan
benteng Meester Cornelis (jatinegara sekarang) di Batavia.
3) Membangun pangkalan Angkatan laut di merak dan ujung kulon.
4) Membangun Angkatan perang yang terdiri dari orang` pribumi,seperti Legiun
Mangkunegaran.
5) Mendirikan pabrik senjata di Surabaya, pabrik Meriam di semarang, dan sekolah militer
di Batavia.
6) Membangun rumah sakit dan tangsi` militer yang baru.
7) Membagi pulau jawa menjadi Sembilan prefektur (daerah)
8) Mengangkat para bupati dipulau jawa menajdi pengawai pemerintah
9) Menaikkan gaji para pengawai
10) Mendirikan badan pengadilan yang disesuaikan dengan adat istiadat yang berlaku.
Jika di zaman VOC para residen belanda diperlakukan sama seperti para penguasa daerah
yang menghadap raja` jawa,dengan duduk dilantai dan mempersembahkan sirih sebagai tanda
kehormatan kepada raja jawa, minister tidak layak lagi diperlakukan seperti itu. Minister berhak
duduk sejajar dengan raja, memakai payung seperti raja, tidak perlu membuka topi/
mempersembahkan sirih kepada raja, dan harus disambut oleh raja dengan berdiri dari takhtanya
Ketika minister datang. Ketika bertemu ditengah jalan dengan raja, minister tidak perlu turun dari
kereta, tetapi cukup membuka jendela kereta dan boleh berpapasan dengan kereta raja. Terhadap
kebijakan tersebut, Sultan Hamengkubuwono II membangkang. Maka dari itu, pada desember
1810, Herman W. Daendesl menyerbu Yogyakarta, menurunkan HamengKubuwono II dan
menggantinya dengan HamengKubuwono III.
Pada 1811, Daendels dipanggil ke belanda. Ada 2 versi tentang alasan pemanggilan ini.
Versi pertama mengatakan tenaganya dibutuhkan untuk memimpin tentara prancis menyerbu
rusia.adapun versi kedua menyebutkan pemerintahan Belanda–Prancis mendengar berita tentang
hubungan buruk daendels dengan para raja` dan penduduk pribumi. Hubungan yang buruk ini
dikhawatirkan akan merugikan belanda dalam menghadapi kemungkinan serangan inggris. Ia
kemudian digantikan oleh Gubernur Jenderal Jan Willem Jansses (menjabat 20 februari-18
september 1811).
Pada masa pemerintahan jansses, kekuatan Inggris menyerang Jawa melalui serangan darat
dan laut. Janssens Bersama pasukannya menyerah di Tuntang (Jawa Tengah). Penyerahan
kekuasaan ini ditandai dengan ditandatanganinya Perjanjian Tuntang (1811). Perjanjian tsb
antara lain:
1) Pulau Jawa dan sekitarnya (koloni Belanda) jatuh ketangan Inggris.
2) Semua tentara yang tadinya merupakan bagian dari pemerintahan Daendels menjadi tentara
Inggris.
3) Orang` belanda dapat diperkerjakan oleh Inggris.

2. Thomas Stanford Raffles (1811-1814)


Inggris menunjuk Thomas Stamford Raffles sebagai letnan gubernur di Hindia Timur
(Nusantara). Kekuasaaan inggris di Indonesia ini diwakili oleh kongsi dagang Inggris bernama
East Indian Company (EIC) yang berkedudukan di Kalkuta, India. Selama pemerintahanya,
Raffles sangat menekankan asas` liberal, yaitu kebebasan, kesetaraan derajat manusia, dan
supremasi hukum. Hal itu diwujudkannya dalam beberapa kebijakan, antara lain sebagai berikut.
1) Menhapus kerja paksa dan melarang perdagangan budak .
2) Memberi kebebasan pada rakyat untuk menentukan tanaman yang akan ditanam.
3) Menghapus contingenten dan verplichte leverantie yang sudah diterpakan oleh VOC.
4) Memperkenalkan system sewa tanah.
5) Pemungutan pajak sewa tanah dilakukan per kepala.
6) Bupati diangkat sebagai pegawai pemerintah, dan jabatan diwariskan secara turun temurun
dihapus.
7) Membagi pulau jaw menjadi 16 kepresidenan. System kepresidenan ini berlangsung sampai
tahun 1964
8) Membentuk system pemerintahan dan system peradilan yag mengacu pada system yang
dilaksanakan di inggris.
Raffles juga memiliki hobi dan bakat pribadi. Ia juga belajar bahaasa melayu dan meneliti
dokumen` sejarah melayu yang mengilhami pencariannya akan Borobudur. Hasil penelitiannya
dipulau jawa ia tulis dalam sebuah buku yang berjudul History Of Java (sejarah jawa).
E. Masa kekuasaan kerajaan belanda (1816-1942)
Kovensi London (1814) mengembalikan hak belanda atas koloni`nya, termasuk nusantara.
Akan tetapi, situasi sebelum dan setelah penyerahan ini sebetulnya tidak begitu baik bagi belanda.
Pemerintah belanda sedang mengalami krisis keuangan yang sangat parah. Krisis keuangan ini
terutama disebabkan banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk melawan pendudukan prancis serta
untuk membayar utang` VOC. Dengan latar belakang kas negara yang kosong dan beban utang
yang menumpuk ini, dikirimlah Van der Capellen (1816-1826) sebagai gurbenur jenderal. Ia
mengemban tugas penting, yaitu mengeksploitasi kekayaan alam nusantara sebesar`nya untuk
menutupi kas negara yang kosong itu.
Semntara utang VOC belum terlunasi, tuntutan untuk membiayai perang semakin membuat
belanda terbebani. Untuk menyelamatkan negeri belanda dari kesulitan ekonomi (krisis
keuangan) tsb, diutuslah Johannes van den Bosch sebagai gubernur jenderal yang baru. Tugas
utamanya mendapatkan dana semaksimal mungkin untuk menyelamatkann negara dari
kebangkrutan. Untuk melaksanakan tugas itu, van den Bosch memusatkan kebijakannya pada
peningkatan produksi tanaman` ekspor.
1. Kebijakan tanam paksa (cultuurstelsel) 1830-1870
Secara harfiah, cultuurstelsel berarti system budi daya. Oleh bangsa Indonesia system ini
sering disebut tanam paksa karena dalam praktiknya rakyat Indonesia dipaksa menanam
tanaman` ekspor yang hasilnya dijual kepada Belanda.
System tanam paksa ini diperkenalkan secara perlahan sejak tahun 1830 s/d 1835. Beberapa
kepresidenan/asistenan menjadi pusat areal tanam paksa, yitu banten, karawang, Cirebon, tegal,
pekalongan, banyumas, kedu, bagelen, semarang, jepara, rembang, Surabaya, pasuruan, besuki,
pacitan, madiun, dan kediri.sementara itu, didaerah Vorstenlanden atau wilayah` kerajaan, seperti
Surakarta dan Yogyakarta, system ini tidak diberlakukan. Berikut kebijakan` dasar Culturstelsel.
 Mewajibkan setiap desa menyisihkan Sebagian tanahnya (1/5 alias 20%) untuk ditanami
komoditas ekspor .
 Rakyat yang tidak memiliki tanah pertanian dapat menggantinya dengan bekerja di tanah`
pertanian milik pemerintah.
 Waktu mengerjakan tanaman pada tanah pemerintah hanya dalam kurun waktu 3 bulan.
 Kerusakan atau kerugian akibat gagal panen yang bukan disebabkan kesalahan petani akan
ditanggung pemerintah colonial.
 Pengawasan dalam penggarapan tanah pertanian dan penyerahan hasil tanaman culturstelsel
dilakukan atau disampaikan melalui para kepala desa.
Dalam pelaksanaan, tanah pertanian milik rakyat digunakan seluruhnya untuk ditanami
tanaman paksa/wajib, hasilnya diserahkan kepada pemerintahan colonial belanda seluruhnya,
tanah yang digunakan untuk tanaman paksa/wahib itu tetap dikenai pajak, dan warga yang tidak
memiliki lahan pertanian wajib bekerja selama setahun penuh dilahan pertanian. Wajib bekerja
selama setahun penuh dilahan pertanian.
Pada tahun 1850, kelaparan akibat kebijakan tanam paksa melanda jawa tenagh. Bencana
kelaparan itu terjadi karena fokus pada tanaman ekspor membuat rakyat tidak punya cukup waktu
menanam padi. Hal itu diperparah adanya pabrik gula yang menyita jatah air dan tanaman padi
penduduk untuk tanaman tebu. Akibatnya, timbul paceklik, harga beras naik, kelaparan, dan
musibah kematian terjadi dimana-mana.
System tanam paksa menuai kritik dari berbagai pihak, termasuk dari orang` belanda sendiri.
Kritik pertama kali muncul Ketika terjadi bencana kelaparam yang sangat hebat akibat penerapan
sistem ini menjelang tahun 1843 di Cirebon, jawa barat.
Salah seorang pengkritik terkenal sistem tanam paksa adalah seorang mantan asisten residen
di lebak, banten, yang bernama Eduard Douwes Dekker. Kritiknya ditulis dalam buku yang
berjudul Max Haveelar (1860), dengan menggunakan nama samara Multatuli. Buku ini
mengisahkan masyarakat petani yang menderita karena kebijakan sewenang` belanda.
Kritik terhadap sistem tanam paksa juga muncul dari kaum humanis, seperti jurnalis S.E.W.
Roorda van Eysinga dan pilitikus berairan liberal Wolter Robert Baron van Hoevell. Sistem
ini kemudian dihapus pada tahun 1870 setelah dikeluarkannya undang-undang agraria
(agrarische wet) dan Undang-Undang Gula (Suiker Wet). Tujuaan dikeluarkannya Undang`
Agraria adalah melindungi hak milik petani atas tanahnya dari penguasa dan pemodal asing. Hal
ini merupakan reaksi atas kesewenang`an pemerintahan colonial mengambil alih tanah rakyat
dalam sistem tanam paksa.
Undang` agrarian memberi peluang kepada pemodal asing untuk menyewa tanah dari
penduduk Hindia Belanda. Selain itu, penguasa swasta dapat menyewa tanah pemerintah hingga
jangka waktu 75 tahun. Sementara itu, undang` gula bertujuan untuk memberi kesempatan yang
lebih luas kepada para penguasa gula untuk mengambil alih pabrik` gula milik pemerintah.
2. Kebijakan pintu terbuka 1870-1900
a. Latar belakang
1) Perubahan politik di belanda
Pada tahun 1850, partai liberal belanda menenagkan pemilu, maka, sebagai pemenang,
partai ini berhak membentuk dan menjalankan pemerintahan. Pada tahun 1870, partai ini bahkan
meraih kemenangan mutlak. Berkembangnya paham liberialisasi di belanda tidak terlepas dari
revolusi prancis dan revolusi industry. Selanjutnya, dampak kemenangan partai ini dalam bidang
ekonomi adalah diterapkannya sistem ekonomi liberal atau liberialisme ekonomi, termsuk di
negeri jajahannya. Gagasan dasarnya adalah setiap individu harus diberi ruang selua`nya
(kebebasan) untuk melakukan kegiatan` ekonomi tanpa ada intervensi dan campur tangan dari
negara. Negara hanya berfungsi mengawasi.
2) Pengaruh revolusi industry
Pada masa ini, revolusi industry yang terjadi sejak tahun 1750 di inggris telah banyak
memberikan dampak positif bagi perekonomian belanda. Belanda menyambut baik hasil inovasi
teknologi di inggris, termasuk penggunaan mesin` baru dan canggih dalam industri. Revolusi
industri di belanda tidak terlepas dari lancarnya pasokan bahan mentah dari negari` jajahan,
termasuk Hindia Belanda.
Sistem tanam paksa memberikan sumbangan yang penting bagi perkembangan industry itu.
Oleh karena itu, gabungan dari dampak positif revolusi industri, berkembangnya aliran
liberialisme dalam ekonomi dan politik, serta kekayaan melimpah akibat sistem tanam paksa
membuat orang kaya baru dari pihak swasta di belanda banyak bermunculan. Orang` baru inilah
yang kelak menjadi pendukung sekaligus pelaku utama dari penerapan sistem ekonomi liberal di
hindia belanda.

Penerapan dan dampak kebijakan pintu terbuka


Di nusantara, sistem ekonomi liberal diwujudkan dalam maksud utama kebijakan ini,yaitu untuk
membuka ruang (pintu) seluas`nya bagi pihak swasta untuk melakukan kegiatan ekonomi.
Melalui kebijakan ini, belanda untuk pertama kalinya memberikan keleluasaan kepada pemilik
modal swasta mengembangkan usaha atau bisnis di hindia belanda. Sebagai landasannya,
parlemen belanda meluncurkan undang` agrarian dan undang`gula pada 1870. Bagi belanda dan
kaum swasta asing,kebijakan ini berhasil menarik minat banyak pengusaha swasta baik asing
maupun pengusaha Tionghoa untuk menanamkan modal di Indonesia.
Para penguasa itu menanamkan modalnya secara besar`an tidak saja dalam bidang perkebunan,
tetapi juga pertambangan. Beberapa contoh perkebunan milik swasta asing yang ada di hindia
belanda adalah sebagai berikut.
1) Perkebunan tembakau
2) Perkebunan tebu
3) Perkebunan kina
4) Perkebunan karet
5) Perkebunan kelapa sawit
6) Perkebunan teh
Bersamaan dengan itu, para pengusaha itu juga mendirikan pabrik` dan pertambangan.untuk
mendukung pelaksanaan dan pengembangan usaha swasta, dibangun sarana dan prasarana.
Angkutan laut juga dikembangkan melalui pembangunan jembatan.angkatan laut dilayani oleh
perusahaan pengangkutan belanda bernama Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM).
Bagi kerajaan belanda dan rakyat Indonesia, kebijakan ini memiliki dampak yang saling
bertolak belakang, yaitu kemakmuran bagi belanda serta para pengusaha asing yang dibawanya,
tetapi penderitaan bagi rakyat nusantara. Sebagaimana pengusaha` swasta, belanda semakin kaya
akibat pajak` perkebunan dan pertambangan itu. Keuntungan belanda dikabarkan berkisar 151
juta gulden pada tahun 1877.
Bagi rakyaat nusantara kesempatan` ekonomi yang baru terbuka itu tidak membawa dampak
apapun selain beban penderitaan yang semakin besar. Kebijakan ini menjadi sarana eksploitasi
baru, yang tidak kalah buruknya dengan kebijakan tanam paksa. Ekploitasi itu terdiri atas dua
bentuk, yaitu eksploitasi manusia dan eksploitasi agrarian.

 Eksploitasi manusia
Ekploitasi manusia yang dimaksud berupa pengerahan tenaga manusia yang diwarnai tipu
daya dan paksaan serta ketidakadilan dan kesewenang`an yang dialami mereka diperkebunan` itu.
Pemerintah hindia belanda mengeluarkan peraturan baru yang mendukung dan menjamin agar
para pemilik perkebunan dapat memperoleh, memperkerjakandan mempertahankan kuli yang
bekerja di perkebunan mereka sesuai kebutuhan. Peraturan itu diberi nama Koeli Ordonantie
1881. Semula Koeli Ordonantie berlaku untuk wilayah Sumatra timur, kemudia meluas untuk
semua wilayah hindia belanda di luar pulau jawa.
Untuk memberikan kekuatan pada peraturan` dalam Koeli Ordonantie, dimasukkan juga
peraturan` tentang hukum`an yang bisa dikenakan kepada pelanggaran perjanjian kontrak, baik
dari pihak majikan maupun pihak perkerja, seperti Poenale Sanctie. Dalam praktiknya, ancaman
hukuman itu hanya berlaku untuk para buruh, sedangkan ancaman hukum yang bisa dikenakan
terhadap pihak majikan hanya diatas kertas belaka dan jarang atau tidak pernah dilaksanakan.
Jacobus Nienhuys (1836-1927), pemilik Deli Maatschappij, yaitu perusahaan budi daya
tembakau seluas 120.000 hektare,, misalnya menghukum cambuk tujuh kulinya sampai
meninggal. Hal ini membuatnya panik dan langsung bergegas meninggalkan Sumatra timur

 Eksploitasi agrarian
Eksploitasi agrarian tampak dalam bentuk penggunaan lahan-lahan, baik lahan produktif yang
sedang dikerjakan rakyat maupun lahan kosong yang masih berupa hutan, untuk dijadikan
perkebunan serta areal pertambangan. Pemanfaatan lahan` produktif umumnya terjadi di Jawa,
sedangkan perkebunan` disumatra umumnya menggunakan laha` yang masih kosong.
Terdapat 4 dampak negatif bagi masyarakat Jawa, yaitu sebagai berikut:
a) Para priayi dan biokrat kerajaan, menyewakan tanah lungguh yang menjadi sumber hidup
masyarakat kepada pengusaha` perkebunan (ondernemer) swasta asing.
b) Di lahan` perkebunan yang mereka Kelola sebelumnya itu, rakyat jawa dijadikan tenaga kerja
dengan sistem pengupahan serta kondisi kerja yang tidak adil.
c) Sebagian masyarakat Jawa dikirim secara paksa ke Suriname untuk bekerja di perkebunan`
belanda disana.
d) Para bupati di delapan belas wilayah keresidenan di Jawa ikut menyewekan Sebagian tanah
yang berada di wilayah kekuasaannya kepada pengusaha` perkebunan swasta asing.
b. Reaksi terhadap kebijakan pintu terbuka
Praktik eksploitasi dalam penerapan kebiajkan pintu terbuka memunculkan sebutan baru
terhadap kebijakan ini, yaitu politik pintu terbuka. Kebijakan pintu terbuka yang pada praktiknya
sangat eksploitatif membuat kaum humanis bersuara lantang. Mereka mendesak pemerintah
Belanda untuk memperbaiki nasib rakyat Hindia Belanda. Menurut mereka, Belanda sudah
menerima banyak dari kekayaan alam Hindia Belanda selama penjajahannya berabad`, dan sudah
seharusnya Belanda membalasnya dengan memajukan penduduk negeri tersebut. Itulah gagasan
dasar yang mendorong lahirnya politik etis.

Anda mungkin juga menyukai