1. Faktor Utama
Gold (mencari kekayaan) adanya prospek ekonomi di dunia timur serta keinginan untuk
berdagang secara langsung dengan dunia timur. Bangsa Eropa memiliki keinginan untuk
berdagang secara langsung dengan dunia timur karena kondisi ekonomi-politik Eropa pada
waktu itu yang dapat digambarkan dalam dua hal yaitu:
1. Faktor Konstantinopel
Konstantinopel merupakan pusat dari perdagangan barang-barang dari Asia yang dijual
ke Eropa. Bangsa Eropa membeli barang-barang seperti emas, perak, rempah-rempah
sutera dll dari pedagang perantara seperti saudagar Arab dan pedagang dari Asia tengah.
Dari sinilah perlahan-lahan bangsa Eropa mengenal kekayaan dari timur dan ingin
berdagang secara langsung yang akhirnya melahirkan serangkaian eksplorasi, ekspedisi
dan penjelajahan ke dunia timur oleh bangsa barat pada abad ke 15. Bartholomeuz Diaz
pertama kali menemukan Tanjung Harapan di Afrika Selatan yang pada akhirnya
membuka jalan ekspedisi2 selanjutnya.
2. Faktor Merkantilisme
Di Eropa berkembang sebuah paham yaitu paham Merkantilisme. Merkantilisme adalah
teori ekonomi yang menyatakan bahwa kesejahteraan suatu negara ditentukan oleh
banyaknya asset atau modal yang dimiliki serta besarnya volume perdagangan global
suatu negara. Asset ekonomi itu berupa jumlah mineral berharga yang dimiliki oleh
sebuah negara. Modal ini bisa didapat dengan meningkatkan kegiatan ekspor dan
meminimalisir impor sehingga neraca perdagangan dengan negara lain selalu positif.
Glory: mencapai sebuah kejayaan sebagai bangsa. Portugis yang lama dikuasi oleh bangsa
Moor berkeinginan untuk bangkita dan membuktikan kepada bangsa lain bahwa Portugis
mampu membangun bangsanya dengan kekuatannya sendiri. Semangat itulah yang
melahirkan era penjelajahan samudera yang dipelopori oleh Portugis. Sebagai bukti
kejayaannya, Portugis selalu menancapkan “Padrao” suatu batu prasasti berukuran besar
yang melambangkan symbol kejayaan bangsa Portugis.
Gospel: menyebarkan agama Nasrasni. Portugis dan Spanyol merupakan negara yang
berlandaskan agama Katolik. Raja-rajanya sangat taat terhadap Paus, pemimpin gereja
Katolik seluruh dunia. Bagi mereka taat pada Paus dianggap identic taat terhadap Tuhan.
Sehingga salah satu misi penjelajahan Portugis adalah menyebarkan agama Nasrani. Dalam
setiap penjelajahan dan pendudukan, pelaut-pelaut Portugis dan Spanyol mengikutsertakan
banyak Misionaris Katolik.
2. Faktor Pendukung
Adanya penemuan baru dalam berbagai bidang termasuk dalam bidang tekhnologi maritim
seperti Kompas, navigasi, Kartografi (pembuatan peta) dan Karavel (perahu cepat berukuran
kecil yang bisa melawan arah angina).
Munculnya penemuan Galileo-Galilei yang menganut teori Copernicus bahwa dunia itu
bulat. Kisah perjalanan Marcopolo antara tahun 1271-1292 dalam buku The Travels Of
Marco Polo, yang mengisahkan tentang keajaiban dan kemakmuran wilayah dunia timur.
Portugis dan Spanyol menjadi tempat pengungsian pengusaha dan pekerja terampil asal
Konstantinopel yang ahli dalam hal seluk beluk perdagangan di Asia dan Afrika dan juga
terampil dalam bidang maritim sehingga dapat ikut membantu Portugis dan Spanyol
melakukan perluasan wilayah-wilayah baru diluar daratan Eropa dan Mediterania.
3. Faktor Pemicu
Jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453. Jatuhnya kota Konstantinople, ibukota Romawi
Timur, pada tahun 1453 mengakhiri kekaisaran Romawi Timur dan menutup jalur
perdagangan ke Eropa di kota itu. Dengan dikuasainya kota ini oleh bangsa Turki Usmani,
orang Eropa tidak bisa bebas membeli rempah-rempah lagi. Kalaupun bisa mereka harus
membayar pajak besar ke Turki Usmani. Akibatnya orang Eropa terpacu untuk mencari jalur
alternatif. Selain itu jatuhnya Konstantinople juga memacu menyebarnya para Ilmuwan
Yunani yang sebelumnya tinggal di kota itu. mereka mengungsi ke Eropa dan membawa
ilmu pengetahuan, termasuk geografi dan astronomi, ke Eropa yang membantu
perkembangan teknologi pelayaran di Eropa. Oleh karena itu, bangsa barat berusaha keras
mencari sumber dan rute baru mendapatkan rempah-rempah yang dikenal dengan masa
Penjelajahan Samudera.
PENJELAJAHAN SAMUDERA
1. Portugis
a. Bartholomeu Diaz
Bartholomeu Dias berangkat dari Lisabon (Portugis) pada bulan Agustus 1487. Ketika sampai di
ujung Selatan benua Afrika, kapal Dias terkena badai topan. Setelah badai reda, Diaz kembali ke
Portugis. Oleh Diaz dan rombongannya, ujung Selatan Benua Afrika dinamai Tanjung Badai.
Namun, Raja Portugal Joao II mengganti namanya menjadi Tanjung Harapan (Cape of Good
Hope) karena untuk menghilangkan kesan menakutkan dan tempat tersebut dianggap
memberikan harapan bagi bangsa Portugis untuk menemukan Hindia
b. Vasco Da Gama
Pada tanggal 8 Juli 1497, Raja Portugis Manuel I memerintahkan Vasco da Gama mengikuti
jejak Dias. Ekspedisinya dilakukan melalui laut sepanjang pantai Afrika Barat. Dalam
pelayarannya, Vasco da Gama sempat singgah di pantai Afrika Timur. Atas petunjuk mualim
Moor, da Gama melanjutkan ekspedisinya memasuki Samudra Hindia dan Laut Arab. Perjalanan
Vasco da Gama tiba di Calcuta pada tanggal 22 Mei 1498. Di Calcuta, Vasco da Gama berupaya
mendirikan pos perdagangan. Ia membeli rempah-rempah untuk dikirim ke Portugis dan sebagian
dijual ke negara- negara Eropa lainnya
c. Alfonso d’ Albuquerque
Setelah beberapa lama menduduki Calcuta, orang Portugis sadar bahwa penghasil rempah-
rempah bukan India. Ada tempat lain yang menjadi pusat perdagangan rempah-rempah di Asia,
yaitu Malaka. Oleh karena itu ekspedisi ke Timur dilanjutkan kembali. Bagi Portugis, cara
termudah menguasai perdagangan di sekitar Malaka adalah dengan merebut atau menguasai
Malaka. Oleh karena itu, dari Calcuta, Portugis mengirimkan ekspedisi ke Malaka di bawah
pimpinan Alfonso d’ Albuquerque. Ekspedisi d’ Albuquerque tersebut berhasil menaklukkan
Malaka pada tahun 1511
2. Spanyol
a. Christopher Columbus
Pada tanggal 3 Agustus 1492, dengan menggunakan tiga buah kapal yaitu Santa Maria, Nina, dan
Pinta, Columbus mulai berlayar mencari sumber rempah-rempah di dunia Timur. Setelah
berlayar lebih dari 2 bulan mengarungi Samudra Atlantik, sampailah Columbus di Pulau
Guanahani yang terletak di Kepulauan Bahama, Karibia. Ia merasa telah sampai di Kepulauan
Hindia Timur yang merupakan sumber rempah-rempah. Ia menamai penduduk asli di kawasan
itu sebagai Indian. Selanjutnya Kepulauan Bahama dikenal sebagai Hindia Barat. Columbus
bersama seorang penyelidik bernama Amerigo Vespucci antara tahun 1492 – 1504, berlayar
terhitung 4 kali. Mereka menemukan benua baru yang diberi nama Amerika. Jadi penemu Benua
Amerika adalah Christopher Columbus. Sejak Columbus menemukan benua Amerika, menyusul
pelaut-pelaut Spanyol seperti Cortez dan Pizzaro. Cortez menduduki Mexico pada tahun 1519
dengan menaklukkan suku Indian yaitu Kerajaan Aztec dan suku Maya di Yucatan. Pizzaro, pada
tahun 1530 menaklukkan kerajaan Indian di Peru yaitu suku Inca.
b. Ferdinand Magelhaens (Magellans)
Pada tanggal 10 Agustus 1519, Magelhaens berlayar ke Barat didampingi oleh Kapten Juan
Sebastian del Cano (Sebastian del Cano) dan seorang penulis dari Italia yang bernama Pigafetta.
Penulis inilah yang mengisahkan perjalanan Magelhaens-del Cano mengelilingi dunia yang
membuktikan bahwa bumi itu bulat seperti bola. Pada tahun 1520, setelah menyeberangi
Samudra Pasifik, sampailah rombongan Magelhaens di Kepulauan Massava. Kepulauan ini
kemudian diberi nama Filipina, mengambil nama Raja Spanyol, Philips II. Dalam suatu
pertempuran melawan orang Mactan, Magelhaens gugur (27 April 1521). Akibat peristiwa itu
rombongan bergegas meninggalkan Filipina dipimpin oleh Sebastian del Cano, menuju
Kepulauan Maluku. Magelhaens dianggap sebagai orang besar dalam dunia pelayaran karena
menjadi orang yang pertama kali berhasil mengelilingi dunia. Raja Spanyol memberi hadiah
sebuah tiruan bola bumi. Pada tiruan bola bumi itu dililitkan pita bertuliskan ‘Engkaulah yang
pertama kali mengitari diriku’.
3. Inggris
Tercatat, ada 4 bangsa besar yang terlebih dahulu melakukan kegiatan kolonialisme dan
imperialisme di Indonesia. Ketiga bangsa itu ialah Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda. Indonesia dikenal
sebagai daerah penghasil rempah-rempah. Rempah-rempah dicari bangsa Eropa karena manfaatnya sebagai
penghangat dan bisa dijadikan pengawet makanan. Selain karena harganya yang mahal, memiliki rempah-
rempah juga menjadi simbol kejayaan seorang raja pada saat itu. Dari faktor-faktor itu, banyak Bangsa
Eropa yang berusaha untuk menemukan daerah penghasil rempah-rempah, salah satunya Indonesia.
1. Menghindari terjadinya persaingan yang tidak sehat diantara kongsi-kongsi dagang Belanda
2. Memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan dengan bangsa-bangsa Eropa lainnya
seperti kamar dagang milik Inggris, EIC
3. Memonopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia
4. Membantu pemerintah Belanda yang sedang berjuang melawan pendudukan Spanyol
Keberadaan VOC tidak hanya sebagai kongsi dagang, namun juga menjadi kekuatan politik. VOC
memiliki hak Oktroi atau hak istimewa yang diberikan oleh pemerintah Belanda, yaitu:
a. Menjadi wakil sah pemerintah Belanda di Asia
b. Melakukan monopoli perdagangan
c. Mencetak dan mengedarkan uang sendiri
d. Mengadakan perjanjian serta memaklumkan perang dengan negara lain
e. Menjalankan kekuasaan kehakiman
f. Melakukan pemungutan pajak
g. Memiliki angkatan perang sendiri
h. Menyelenggarakan pemerintahan sendiri
1. Memberlakukan dua jenis pajak kepada rakyat yaitu Contingenten dan Verplichte Leverentie.
Contingenten adalah pajak wajib berupa hasil bumi yang langsung dibayarkan kepada VOC. Pajak
ini diterapkan di daerah jajahan langsung VOC, misalnya di Batavia. Verplichte Leverentie adalah
penyerahan wajib hasil bumi dengan harga yang telah ditentukan VOC. Kebijakan ini berlaku di
daerah jajahan yang tidak secara langsung dikuasai VOC, misalnya Kesultanan Mataram
2. Menyingkirkan pedagang-pedagang lain serta bermaksud memonopoli perdagangan rempah-rempah
di Indonesia. sebagai bagian dari kebijakannya, VOC melarang para pedagang Maluku menjual
rempah-rempahnya kepada bangsa Eropa lain seperti Inggris.
3. Menentukan luas areal penanaman rempah-rempah serta jumlah tanaman rempah-rempah. Kebijakan
ini secara khusus diberlakukan di Maluku untuk tanaman cengkeh dan pala.
4. Melakukan kebijakan Ekstirpasi yaitu menebang kelebihan jumlah tanaman agar produksinya tidak
berlebihan sehingga harga dapat dipertahankan. Untuk mendukung kebijakan Ekstirpasi, Belanda
memberlakukan Pelayaran Hongi yaitu Pelayaran dengan perahu kora-kora untuk memantau
penanaman dan perdagangan rempah-rempah oleh petani
5. Mewajibkan kerajaan-kerajaan yang telah terikat perjanjian dengan VOC untuk menyerahkan upeti
setiap tahun kepada VOC.
6. Mewajibkan rakyat menanam tanaman tertentu (Tanam Paksa), terutama kopi dan hasilnya dijual ke
VOC dengan harga yang sudah ditentukan oleh VOC
Untuk mendukung kebijakan-kebijakannya, secara garis besar VOC melakukan dua hal sebagai berikut:
a. VOC tidak segan-segan menggunakan cara-cara kekerasan untuk menghukum siapa saja yang
menentang kemauan dan kebijakannya.
b. VOC menggunakan taktik Devide et Impera yang berarti politik pecah belah. Salah satu bentuknya
adalah dengan cara mencampuri urusan dalam negeri setiap kerajaan.
a. Faktor Internal
Korupsi di semua tingkatan yaitu dari pegawai rendah sampai pejabat tinggi VOC
Sebagian pegawai dan pejabat VOC ikut serta dalam kegiatan perdagangan rempah-rempah
demi kepentingan dirinya sendiri.
Perdagangan gelap merajalela
Anggaran biaya untuk para pegawai sangat besar karena makin meluasnya kekuasaan VOC
Biaya perang untuk menanggulangi perlawanan rakyat sangat besar sehingga menambah
hutang VOC
Adanya persaingan dari perserikatan dagang lainnya seperti EIC (Inggris) dan Compagnie
des Indes (Perancis)
Pemasukan yang kecil disertai hutang yang menumpuk menyulitkan VOC untuk
memberikan hasil kepada para pemegang saham
b. Faktor Eksternal
Pada tahun 1975, Perancis dibawah Napoleon Bonaparte menguasai Belanda dan mendirikan
Republik Bataaf (1975-1806). Perubahan politik ini mempengaruhi kebijakan Belanda terhadap
VOC. Pemerintah Republik Bataaf memandang apa yang dilakukan VOC bertentangan dengan
semangat kesetaraan dan kebebasan termasuk untuk ber usaha dan karena itu harus dibubarkan. VOC
dububarkan pada tahun 1799.
Sisi negatif pemerintahan Daendels adalah membiarkan terus praktik perbudakan serta hubungan dengan
raja-raja di Jawa yang buruk, sehingga menimbulkan banyak perlawanan. Daendels ditarik ke
Eropa, lalu digantikan Gubernur Jenderal Jan Willeam Janssenspada tahun 1811. Masa
pemerintahannya tidak lama, karena pasukan Inggris datang menyerang. Janssens dan pasukannya
menyerah dengan ditandatanganinya Perjanjian Tuntang, sehingga selanjutnya Nusantara berada di
bawah kekuasaan Inggris. Isi perjanjian Tuntang antara lain:
1. Pulau jawa dan sekitarnya (koloni Belanda) jatuh ke tangan Inggris
2. Semua tantara yang tadinya merupakan bagian dari pemerintahan Daendels menjadi tantara
Inggris
3. Orang-orang Belanda dapat dikerjakan oleh Inggris
B. Masa Pemerintahan Inggris
Pada 1811, pimpinan Inggris di India, Lord Minto, memerintahkan Thomas Stamford
Raffles yang berada di Penang untuk menguasai Pulau Jawa. Penjajahan bangsa Inggris tidak
berlangsung lama. Sejak 1816 Inggris menyerahkan kembali kekuasaannya kepada Belanda.
Indonesia kembali berada di bawah kekuasaan Belanda.
Pada tahun 1870 Tanam Paksa dihapus dan diganti Politik Pintu Terbuka yang tertuang
dalam UU Agraria 1870 yang mengatur tentang kepemilikan tanah pribumi dan pemerintah. Di sini,
mulai diberlakukan politik pintu terbuka, investor asing mulai muncul, terjadi pengembangan usaha
perkebunan di luar Jawa, dan sistem kerja paksa diganti dengan sistem kerja bebas
2. Kebijakan Pintu Terbuka
Pengertian politik pintu terbuka ialah pemberlakukan politik kolonial liberal di negara
Indonesia. Dalam kebijakan politik pintu terbuka ini, pemerintahan Belanda berpendapat bahwa
pemerintah hanya berperan sebagai pengawas dalam bidang ekonomi, sedangkan pihak swasta
berperan dalam kegiatan ekonomi di negara Indonesia. Pada akhirnya terdapat politik batig slog
yang berfungsi untuk memperoleh keuntungan besar. Namun pada tahun 1860an politik tersebut
ditentang oleh golongan humanitaris dan liberalis. Pemerintah mengeluarkan 2 undang-undang
yaitu Undang-undang Agraria dan Undang-undang Gula pada tahun 1870.
Pertama kali pemerintahan hindia belanda mengeluarkan kebijakan politik pintu terbuka yang berupa
Undang Undang Agraria pada tahun 1870. Pengeluaran Undang Undang tersebut sebagai bukti taraf
kehidupan rakyat kaum liberal yang semakin membaik pada jaman penjajahan Belanda. Dibawah ini
terdapat beberapa isi Undang Undang Agraria yaitu:
1. Rakyat pribumi diberikan kebebasan untuk memiliki hak tanah dan dapat disewakan kepada
pengusaha swasta.
Kebijakan politik pintu terbuka dalam pemerintahan hindia belanda sesuai dengan Undang Undang
Agraria memberikan dampak positif bagi rakyat. UU Agraria tersebut memberikan dorongan dalam
pelaksanaan politik di Pulau Jawa untuk membuka perusahaan swasta. Bahkan pemerintahan kolonial juga
memberikan kebebasan untuk pengusaha dalam menyewa tanah. Selain itu pengusaha juga akan dijamin
keamanan dan kebebasannya. Tanah milik penduduk memang hanya boleh disewakan dan tidak
diperbolehkan untuk dijual kepada pihak asing. Hal ini bertujuan untuk melindungi tanah milik penduduk
serta memberikan lahan untuk memproduksi tanaman yang nantinya akan diekspor ke Eropa
Kebijakan politik pintu terbuka dalam pemerintahan Hindia Belanda juga mengeluarkan Undang
Undang Gula atau Suiker Wet pada tahun 1870. Undang Undang ini bertujuan untuk memberikan
kesempatan bagi pengusaha perkebunan gula agar lebih berkembang. Di bawah ini terdapat beberapa isi
Undang Undang Gula yang meliputi:
2. Pihak swasta akan mengambil alih seluruh perusahaan gula milik pemerintah pada tahun 1891.
Pada dasarnya tujuan kebijakan politik pintu terbuka ialah untuk menyejahterakan rakyat. Namun
kenyataannya malah membuat rakyat lebih menderita. Rakyat semakin sengsara dan menderita meskipun
eksploitasi sumber pertanian dan sumber tenaga manusia semakin hebat. Di bawah ini terdapat beberapa
dampak politik pintu terbuka bagi Belanda dan Indonesia yaitu:
A. Bagi Belanda :
Pemerintahan Kolonial dan kaum swasta Belanda memperoleh keuntungan yang cukup besar.
Semakin banyak hasil produksi tambang dan perkebunan yang mengalir ke negara Belanda.
Belanda dijadikan sebagai pusat perdagangan karena hasil tanah dari negara jajahannya.
B. Bagi Indonesia :
Pada tahun 1885 terjadi krisis perkebunan yang mengakibatkan kondisi penduduk semakin buruk
karena harga gula dan kopi yang semakin jatuh.
Pertumbuhan penduduk Jawa semakin meningkat pesat, namun kosumsi bahan pangan seperti beras
semakin menurun.
Usaha kerajinan rakyat semakin menurun karena kalah saing dengan barang impor Eropa.
Penghasilan pengangkutan gerobak semakin menurun karena telah muncul angkutan kereta api.
Rakyat semakin menderita karena penerapan hukuman berat bagi pelanggaran peraturan Penale
Sanctie dan penerapan kerja rodi.
Praktik eksploitasi dalam penerapan kebijakan Politik Pintu Terbuka membuat kaum Humanis
bersuara lantang. Mereka mendesak pemerintah Belanda untuk memperbaiki nasib rakyat Indonesia karena
menurut mereka Belanda sudah banyak menerima kekayaan alam Indonesia selama penjajahannya di
Indonesia, sehingga sudah seharusnya Belanda membalasnya dengan memajukan bangsa Indonesia. Hal
inilah yang mendorong gagasan lahirnya Politik Etis
POLITIK ETIS
Kebijakan politik Etis lahir setelah sistem tanam paksa di Hindia Belanda dikritik oleh Conrad
Theodore Van Deventer, seorang ahli hukum Belanda dan kemudian menjadi tokoh politik etis. Politik etis
atau politik balas budi merupakan pemikiran yang menyatakan bahwa pemerintah Belanda memegang
tanggung jawab moral bagi kesejahteraan masyarakat pribumi. Kebijakan politik etis serta program Trias
van Deventer diterapkan di Indonesia pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Alexander W.F. Idenburg
(1909-1916)
Trias Van Deventer meliputi:
1. Irigasi (Pengairan) yaitu membangun dan memperbaiki pengairan dan bendungan untuk
keperluan pertanian
2. Migrasi yaitu mengajak masyarakat untuk bertransmigrasi sehingga terjadi keseimbangan
penduduk
3. Edukasi yaitu menyelenggarakan Pendidikan dengan memperluas bidang pengajaran dan
Pendidikan.
Terlihat sekilas bahwa Trias Van Deventer berhasil dan bertujuan mulia namun dilapangan berbicara
lain, yaitu:
1. Irigasi: pengairan dialirkan hanya ke tanah-tanah perkebunan swasta, bukan ke tanah-tanah pertanian
rakyat
2. Edukasi: diselenggarakan dua macam pengajaran. Pertama untuk anak-anak pegawai negeri,
bangsawan dan orang-orang yang mampu dengan Bahasa Belanda sebagai pengantarnya. Kedua
untuk rakyat biasa yang hanya diajarkan menulis, membaca dan berhitung dengan bahsa Melayu
sebagai pengantarnya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan tenaga administrasi yang murah untuk
dipekerjakan di kantor pemerintahan.
Pelaksanaan pengajaran yang diskriminatif kelak mendoronglahirnya banyak sekolah swasta seperti
Taman Siswa, Pendidikan Muhammadiyah dan Pendidikan untuk kaum perempuan yang dipelopori
oleh RA. Kartini
3. Migrasi keluar pulau Jawa ternyata ditujukan ke perkebunan-perkebunan swastadan perkebunan
milik pengusaha Belanda dan swasta asing. Rakyat yang mengikuti program ini dijadikan sebagai
kuli kontrak.
a. Bidang Politik
Dalam bidang politik, bentuk pemerintahan di Indonesia pada saat ini merupakan “warisan” dari
pemerintahan kolonial Belanda. Zaman dahulu, sistem kepemimpinan masih bersifat pamong praja.
Jabatan yang sifatnya turun-temurun dan upetinya didapat dari rakyat. Artinya, hanya keturunan Raja
yang bisa menjadi penguasa.
Daendels dan Raffles kemudian mengubahnya menjadi pemerintahan modern. Bupati dijadikan
pegawai negeri dan digaji. Bagi mereka, bupati adalah alat kekuasaan. Belanda maupun Inggris
melakukan intervensi terhadap kerajaan. Akibatnya, elit kerajaan kurang leluasa dalam pergerakan
politik.
Imperialisme dan kolonialisme yang pernah mendera Indonesia juga mengakibatkan hal lain yaitu
aktivitas pemerintahan berpusat di jawa. Hal ini akhirnya terbawa sampai sekarang. Meskipun saat
ini kita sudah melakukan desentralisasi, tapi tetap terasa bahwa wilayah Jawa seakan adalah pusat
pemerintahan.
Pada saat pemerintah kolonial Belanda menguasai Indonesia, tidak sedikit perlawanan yang
dilakukan oleh rakyat Indonesia. Salah satunya bentuk perlawanannya adalah melalui dunia politik.
Kebanyakan rakyat bergerak melalui organisasi dalam maupun luar negeri.
b. Bidang Sosial Budaya
Kedatangan kolonial memperburuk sosial budaya di Indonesia. Adanya Belanda membuat
masyarakat terbiasa hidup terkotak-kotak. Mereka, dengan sengaja membuat kasta antargolongan.
Belanda menganggap bahwa bangsa eropa adalah yang tertinggi. Disusul Asia, Timur Jauh, dan,
kasta terendah adalah kaum pribumi.
Tidak hanya itu, penindasan dan pemerasan secara kejam juga terjadi. Upacara adat di istana-istana
kerajaan dihilangkan. Merka menggantinya dengan tradisi pemerintahan Belanda.
Kebiasaan pemerintah Kolonial menggunakan bahasa Belanda membawa pengaruh tersendiri.
Sedikit banyak kita punya bahasa serapan yang berasal dari bahasa Belanda. Kantor yang berasal
dari kata “Kantoor”. Dan koran yang berasal dari kata “krant”. Pengaruh lain dari Belanda ada pada
karya sastra. Belanda memperkenalkan surat kabar pada tahun 1659 yang tentunya membantu dalam
penyebaran informasi. Bahkan, penyebaran Katolik dan Protestan juga dapat ditemui dari koran
a. Bidang Ekonomi
Kedatangan Belanda yang memiliki tujuan di Indonesia untuk mencari rempah-rempah, membuat
mereka harus membangun infrastruktur untuk mengangkut pasokan bahan makanan. Oleh sebab itu
Belanda memiliki andil dalam pembuatan pembangunan rel kereta dan jalan raya. Bahkan
mereka juga membangun waduk dan saluran irigasi. Selain itu, Mereka juga membangun industri
pertambangan dengan membuka kilang minyak bumi di Tarakan, Kalimantan Timur.
Kebijakan tanam paksa dan ekonomi liberal yang Belanda terapkan di Indonesia membuat rakyat
Indonesia dipaksa menjadi penghasil bahan mentah aja. Monopoli perdagangan yang dibuat VOC
membuat perdagangan Nusantara di kancah internasional jadi mundur. Karena rakyat Indonesia
hanya bisa membuat bahan mentah, tapi tidak tahu cara mengolah lebih lanjut.
a. Bidang Pendidikan
Di bidang pendidikan, Pemerintah Kolonial berhasil memanfaatkan rakyat Indonesia untuk dijadikan
pegawai administrasi yang terdidik, terampil, tapi dihargai murah. Secara pendidikan formal,
Belanda menyusun kurikulum pengajarannya sendiri sampai abad ke-19. Sehingga ada
kecenderungan politik dan kebudayaan Belanda dimasukkan melalui pendidikan. Belanda membuat
kasta dalam Pendidikan bagi rakyat pribumi. Hanya kalangan bangsawan, keturunan raja dan
pengusaha kaya yang dapat memperoleh Pendidikan.