Tujuan Pembelajaran
Indikator Pencapaian Kompetensi Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini peserta
didik mampu:
Dalam materi 1 kegiatan belajar 5 ini Anda akan mempelajari kondisi lalu lintas
perdagangan dunia sebelum era kolonialisme-imperialisme Eropa dan latar belakang
lahirnya kolonialisme-imperialisme Barat. Setelah Anda mempelajari salah satu bagian
dari materi pembelajaran dan berkeinginan untuk mempelajari materi selanjutnya,
silahkan pilih materi pelajaran yang lainnya di halaman ini. Namun, materi ini sebaiknya
dipelajari secara berurutan, agar Anda dapat menguasai secara keseluruhan kompetensi
yang dipersyaratkan pada mata pelajaran ini.
Sumber: https://www.eduspensa.id/sejarah-lengkap-kolonialisme-dan-imperialisme-di-
indonesia/ diakses tanggal 19-Januari-2018, Pukul 15.14 WIB.
Kolonialisme dan Imperialisme sudah membuat para leluhur bangsa kita menjadi tersiksa,
penjajahan yang mereka lakukan terhadap bangsa Indonesia mungkin masih bisa kita
rasakan sampai sekarang walau bukan secara fisik.
Kolonialisme berasal dari dua kata yaitu “colonia” dalam bahasa Latin yang berarti “tanah
jajahan” dan “isme” yang berarti paham. Maka, kolonialisme adalah paham tentang penguasaan
oleh suatu negara atas daerah atau bangsa lain dengan maksud untuk memperluas negara itu.
Imperialisme berasal dari dua kata yaitu “imperator” dalam bahasa Latin yang berarti
“memerintah” dan “isme” yang berarti paham. Maka, imperialisme adalah sistem politik yang
bertujuan menjajah negara lain untuk mendapatkan kekuasaan dan keuntungan yang lebih besar.
Sumber: https://peradabankuno.wordpress.com/napak-tilas/jalur-sutra/catatan-di-jalur-sutra-
2/ diakses pada 19 Januari 2018, pukul 21.13 WIB.
Jalur ini memiliki panjang +/- 6.400 KM yang membentang dari wilayah Xian (China)
sampai Konstantinopel (Istanbul, Turki). Dinamakan “jalur sutra” karena pada awalnya
komoditas/barang yang diperdagangkan adalah kain sutra dari China. Sarana pengangkut
utamanya adalah hewan unta. Jalur ini dirintis dari China sekitar tahun 139 SM pada masa
Dinasti Han. Jalur ini digunakan selama 1500 tahun oleh para pedagang dari Asia, Afrika,
dan Eropa.
Jalur sutra tidak hanya digunakan untuk berdagang, namun digunakan pula oleh para
diplomat-diplomat dan penjelajah Inggris dan negara Eropa lain dalam perjalanannya menuju
Cina dan Jepang. Jalur perjalanan yang dilewati kebanyakan berupa padang rumput yang luas
(stupa) yang merupakan alam yang cukup ganas seperti padang gurun Gobi & Takla Makan
di Cina. Dengan alasan untuk mendapatkan perbekalan, kondisi alam yang keras, serta
keamanan, tak jarang para khalifah dan saudagar itu kerap berhenti dan beristirahat di satu
kota atau tempat yang memiliki persediaan sumber air. Oleh karena itu, jarang sekali para
khalifah itu menempuh perjalanan yang sangat jauh. Di berbagai kota yang sudah disinggahi,
terdapat banyak pedagang perantara (middleman) yang siap menjual barang-barang ke kota
lainnya (perdagangan berantai).
Komoditas yang diperdagangkan antara lain, kain sutra, emas, batu giok (jade), teh,
dan rempah-rempah. Kota-kota yang dilewati jalur sutra ini berubah menjadi kota
perdagangan yang ramai dan menjadi pusat ilmu pengetahuan, budaya, dan seni.
2. Lahirnya Kolonialisme & Imperialisme Barat
a. Faktor Utama
Sumber: www.google.com
• Gold = adanya prospek/keinginan ekonomi di Dunia Timur untuk berdagang
secara langsung dengan Dunia Timur.
Berawal dari berkembangnya paham Merkantilisme di Eropa yang menyatakan
bahwa kesejahteraan suatu negara ditentukan oleh banyaknya aset/modal yang
dimiliki serta besarnya volume perdagangan global suatu negara. Aset atau
modal ekonomi negara yang dimaksud berupa jumlah mineral berharga berupa
emas, perak, dan komoditas langka yang dimiliki oleh negara, selain logam
mulia, rempah-rempah seperti cengkeh & pala.
Pesona Pala atau “emas hitam”
HISTORIA
Hampir semua bagian pala (Myristica fragrans) dapat menghasilkan uang. Daging buah dapat dibu-
at manisan atau sirup. Fuli (kulit biji pala berwarna merah menyala) dipakai sebagai bumbu masak atau diekstrak sarinya
menjadi bahan baku kosmetik dan parfum. Harga fuli sekarang lebih tinggi dibandingkan harga biji pala. Harga 1kg fuli
yang dihasilkan dari 6 kg biji pala Rp. 120.000. Bagian biji adalah yang paling banyak dimanfaatkan. Biji pala dihaluskan
menjadi beragam bumbu masak, parfum, kosmetik, minyak astiri yang harganya mencapai Rp 1 juta per kg, hingga bahan
pengawet. Kegunaan pala yang beraneka ragam itu membuat pala menjadi incaran pedagang Eropa sejak abad ke-15. Dalam
buku Mutiara dari Timur (1996) yang ditulis Burhan Bungin disebutkan, rempah-rempah, termasuk pala dari pulau yang
dijuluki “Surga dari Timur” itu, merupakan primadona ekonomi di negara-negara Atlantik Utara.
Rempah-rempah Maluku dikenal sejak zaman Romawi, dibawa pedagang Cina yang melayari Kepulauan Maluku
hingga daratan Cina. Rempah-rempah juga dibawa pedagang India melintasi Asia Tengah-Asia Barat hingga Beirut,
Lebanon. Dari sana, rempah-rempah disebar saudagar-saudagar Arab di seputar Mediterania. Pusat perdagangan bagi Eropa
adalah Venesia dan Genoa, Italia. Berbagai catatan perjalanan petualang Eropa menyebutkan, nilai segenggam biji pala
setara dengan nilai segenggam emas. Itulah alasannya, pula seringkali disebut dengan “emas hitam”.
Pesona pala Banda mulai meredup seiring keberhasilan penanaman pala di negara-negara lain seperti Sri Lanka,
Zanzibar (Tanzania), India, dan Madagaskar. Di Nusantara sendiri, pala ditanam juga di Jawa dan Sumatera. (Hapsari, R.,&
Adil, M., 2012, hlm. 25).
b. Faktor Pendukung
- Adanya berbagai penemuan baru dalam berbagai bidang teknologi maritim,
seperti kompas, navigasi, kartograf, karavel, dll.
- Munculnya teori Copernicus (Heliosentris) oleh Nicholas Copernicus yang
didukung oleh Galileo-Galilei tentang bumi bulat.
- Adanya kisah perjalanan Marcopolo (1254-1324) seorang pedagang dari Venesia,
Italia ke wilayah Cina yang dituangkan dalam buku berjudul Book of Various
Experience.
c. Faktor Pemicu
Jatuhnya kota pelabuhan dan perdagangan Konstantinopel ke tangan kesultanan Turki
Utsmani (Dinasti Ottoman) di bawah kepemimpinan Sultan Mehmed II pada tahun
1453.