Anda di halaman 1dari 14

SEJARAH KEDATANGAN PENJAJAH DAN PERLAWANAN KERAJAAN ISLAM

A. MOTIVASI PENJAJAH

Penjajah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna dua yakni 1 negeri (bangsa)
yang menjajah: dengan kekuatan senjata akhirnya kaum ~ itu berhasil menguasai daerah
itu; 2 orang yang terlalu menguasai (menindas dan sebagainya) orang lain (bawahan dan
sebagainya). Dalam pembahasan ini tentunya sebagai pelaku adalah Bangsa Eropa sedangkan
objek yang ditindas atau dijajah adalah dunia Islam secara khusus adalah Bangsa Indonesia.
Adapun motivasi bermakna n 1 dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau
tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu; 2 Psi usaha yang dapat
menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena
ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.
Pada pembahasan ini akan secara rinci melihat motivasi penjajah terhadap dunia Islam
khususnya di Indonesia.
Kemunduran dunia Islam yang ditandai dengan jatuhnya Khalifah Turki Utsmani
dimanfaatkan Bangsa Eropa bergerak menuju wilayah yang dikuasai umat Islam untuk
menjajah dan menguasainya. Motivasi bangsa Eropa dalam penjajahannya di wilayah Islam
bukan hanya demi mengeruk kekayaan (GOLD) dan menguasai wilayah (GLORY) tetapi
juga ingin menekan pengaruh Islam dan menawarkan pengaruh Kristen (GOSPEL) di
wilayah-wilayah Islam.
Cara mereka datang ke wilayah Islam menggunakan dalih untuk melakukan perdagangan
atau sekedar mencari rempah di wilayah timur. Namun dengan kekayaan yang melimpah
yang dimiliki wilayah Islam membuat mereka termotivasi dengan keuntungan yang besar
yang bisa didapatkan yang akhirnya memunculkan keinginan untuk menguasai wilayah Islam
serta mengendalikan laju ekonomi dan politik yang ada di negara-negara Islam yang mereka
datangi. Hingga budaya menjadi target mereka, dimana budaya Eropa dipaksakan untuk
dipakai dan mengganti kebudayaan yang ada diwilayah Islam.
Dunia Islam yang semakin akut dalam kemunduran di berbagai bidang yang membuatnya
semakin lemah. Sementara dunia Barat semakin pesat dalam teknologi dan ilmu pengetahuan
serta ekonominya sehingga mampu memperkuat armada militernya dan menjadi kekuatan
militer yang sangat tangguh. Dunia Islam pun dengan mudahnya jatuh ke dalam pelukan
kekuasaan Bangsa Barat tanpa penghalang yang berarti.
Setelah mengalami kemajuan dalam ilmu pengetahuan, politik, ekonomi dan berhasil
meningkatkan kemampuan militernya. Kemudian berhasil menaklukan dunia Islam beserta
mengendalikan politik, ekonomi bahkan budayanya. Diantara negara-negara barat itu ada
pula yang memanpaatkan situasi kemenangannya untuk menyebarkan paham Kristen didunia
Islam. Hal ini dilakukan dengan mengirim missionaris keberbagai wilayah jajahan, namun
usaha ini tidak bisa berjalan mulus karena penolakan yang masih kuat dari umat Islam.
Penjajahan bangsa Barat yang dipelopori Portugis tujuan utamanya adalah mencari bahan
baku, rempah dan tempat untuk menanamkan modal asing diwilayah yang berhasil
dikuasainya. Semangat penaklukan oleh Spanyol dan Portugis ini memiliki semboyan Gold,
Glory dan Gospel.

 Gold melambangkan semangat untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya

 Glory berarti mengobarkan semangat untuk merebut kekuasaan hingga mencapai


kejayaan

 Gospel berarti semangat untuk menyebarkan Kristen di semua wilayah jajahannya.

Adapun Reconquesta merupakan istilah untuk semangat balas dendam dari Bangsa
Spanyol yang dahulu pernah ditaklukan oleh Islam. Spanyol diikuti Portugis semakin gencar
menaklukan wilayah-wilayah yang dikuasasi oleh Islam dan dengan keberhasilannya itu
semakin memudahkan mereka menyebarkan ajaran Kristen di dunia Islam.
Dari hal diatas, maka yang menjadi motivasi penjajah Eropa terhadap wilayah Islam
selain ekonomi dan politik, juga termotivasi oleh keinginan untuk menyebarkan agama
diwilayah yang berhasil mereka kuasai. Sementara itu umat Islam tidak memiliki pilihan lain
selain dengan sibuk memikirkan perlawan atau sekedar untuk bertahan dari tekanan yang
dilakukan oleh kaum penjajah. Selama itulah Islam tidak memiliki hal baru dalam peradaban
bahkan banyak kehilangan dari yang pernah dimiliki pada masa yang lalu.
Berikut ini akan beberapa penaklukan yang dilakukan negara-negara Barat, antara lain:
 Kerajaan Malaka jatuh ke tangan Portugis (1511 M)
 Indonesia jatuh ke tangan Belanda (1602 M)
 Mesir jatuh ketangan Prancis (1798-1802 M)
 Oman dan Qatar jatuh ke tangan Inggris (1802 M)
 Aljazair jatuh ke tangan Perancis (1830-1857)
 Kaukasia jatuh ke tangan Rusia (1834-1857 M)
 Kesultanan Sulu dan Mindanao di Filipina jatuh ke tangan Spanyol (1851)
 Kerajaan Mugal di India dikuasai Rusia (1857 M)
 Bukhara dan Samarkand dikuasai Rusia (1866 M)
 Uzbekistan direbut Rusia (1873-1887 M)
 Tunisia dikuasai Perancis (1881-1883 M
 Mesir dikuasai Inggris (1882 M)
 Eritrea dikuasai Italia (1882 M)
 Senegal dikuasai Perancis (1885-1890 M)
 Nigeria dan Pantai Gading direbut Perancis (1891-1899 M)
 Sudan ditaklukan Inggris (1898 M)
 Baluchistan dikuasai Inggris (1906 M)
 Chad dikuasai Perancis (1900M)
 Kesultanan Tripoli dan Syreneica direbut Italia (1912 M)
 Maroko direbut Perancis dan Spanyol (1912 M)
 Kuwait dikuasai Inggris (1914M)
 Irak dikuasai Inggris (1920M)
 Suriah dan Libanon jatuh ke tangan Perancis (1920 M).
B. AWAL PENJAJAHAN
Masa awal penjajahan secara khusus negara Indonesia dijajah oleh 4 negara yakni :
Portugis, Spanyol, Belanda dan Jepang. Era kolonisasi sangat panjang dan berdampak kepada
kehidupan masyarakat tingkat rendah. Kami bagi periodisasi pada masa awal penjajahan
sebagai berikut

1) Kolonisasi Portugis dan Spanyol

Afonso (kadang juga ditulis Alfonso de Albuquerque) tokoh inilah, yang membuat
kawasan Nusantara waktu itu dikenal oleh orang Eropa dan dimulainya Kolonisasi berabad-
abad oleh Portugis bersama bangsa Eropa lain, terutama Inggris dan Belanda.

Sungai Tejo yang bermuara ke Samudra Atlantik itulah armada Portugis mengarungi
Samudra Atlantik, yang mungkin memakan waktu sebulan hingga tiga bulan,
melewati Tanjung Harapan Afrika, menuju Selat Malaka. Dari sini penjelajahan dilanjutkan
ke Kepulauan Maluku untuk mencari rempah-rempah, komoditas yang setara emas kala itu.

”Pada abad 16 saat petualangan itu dimulai biasanya para pelaut negeri Katolik itu
diberkati oleh pastor dan raja sebelum berlayar melalui Sungai Tagus,” kata Teresa. Biara St
Jeronimus atau Biara Dos Jeronimos dalam bahasa Portugis itu didirikan oleh Raja Manuel
pada tahun 1502 di tempat saat Vasco da Gama memulai petualangan ke timur.Museum
Maritim atau orang Portugis menyebut Museu de Marinha itu didirikan oleh Raja Luis pada
22 Juli 1863 untuk menghormati sejarah maritim Portugis.

Selain patung di taman, lukisan Afonso de Albuquerque juga menjadi koleksi museum
itu. Di bawah lukisan itu tertulis, ”Gubernur India 1509-1515. Peletak dasar Kerajaan
Portugis di India yang berbasis di Ormuz, Goa, dan Malaka. Pionir kebijakan kekuatan laut
sebagai kekuatan sentral kerajaan”. Berbagai barang perdagangan Portugis juga dipamerkan
di museum itu, bahkan gundukan lada atau merica.

Ada sejumlah motivasi mengapa Kerajaan Portugis memulai petualangan ke timur. Ahli
sejarah dan arkeologi Islam Uka Tjandrasasmita dalam buku Indonesia-Portugal: Five
Hundred Years of Historical Relationship (Cepesa, 2002), mengutip sejumlah ahli sejarah,
menyebutkan tidak hanya ada satu motivasi Kerajaan Portugis datang ke Asia. Ekspansi itu
mungkin dapat diringkas dalam tiga kata bahasa Portugis, yakni feitoria, fortaleza,
dan igreja. Arti harfiahnya adalah emas, kejayaan, dan gereja atau perdagangan, dominasi
militer, dan penyebaran agama Katolik.

Menurut Uka, Albuquerque, Gubernur Portugis Kedua dari Estado da India, Kerajaan
Portugis di Asia, merupakan arsitek utama ekspansi Portugis ke Asia. Dari Goa, ia memimpin
langsung ekspedisi ke Malaka dan tiba di sana awal Juli 1511 membawa 15 kapal besar dan
kecil serta 600 tentara. Ia dan pasukannya mengalahkan Malaka 10 Agustus 1511. Sejak itu
Portugis menguasai perdagangan rempah-rempah dari Asia ke Eropa. Setelah menguasai
Malaka, ekspedisi Portugis yang dipimpin Antonio de Abreu mencapai Maluku, pusat
rempah-rempah.

Periode Kejayaan Portugis di Nusantara

Periode 1511-1526, selama 15 tahun, Nusantara menjadi pelabuhan maritim penting bagi
Kerajaan Portugis, yang secara reguler menjadi rute maritim untuk menuju Pulau Sumatera,
Jawa, Banda, dan Maluku.

Pada tahun 1511 Portugis mengalahkan Kerajaan Malaka.

Pada tahun 1512 Portugis menjalin komunikasi dengan Kerajaan Sunda untuk
menandatangani perjanjian dagang, terutama lada. Perjanjian dagang tersebut kemudian
diwujudkan pada tanggal 21 Agustus 1522 dalam bentuk dokumen kontrak yang dibuat
rangkap dua, satu salinan untuk raja Sunda dan satu lagi untuk raja Portugal. Pada hari yang
sama dibangun sebuah prasasti yang disebut Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal di suatu
tempat yang saat ini menjadi sudut Jalan Cengkeh dan Jalan Kali Besar Timur I, Jakarta
Barat. Dengan perjanjian ini maka Portugis dibolehkan membangun gudang atau benteng
di Sunda Kelapa.

Pada tahun 1512 juga Afonso de Albuquerque mengirim Antonio Albreu dan Franscisco
Serrao untuk memimpin armadanya mencari jalan ke tempat asal rempah-rempah di Maluku.
Sepanjang perjalanan, mereka singgah di Madura, Bali, dan Lombok. Dengan menggunakan
nakhoda-nakhoda Jawa, armada itu tiba di Kepulauan Banda, terus menuju Maluku Utara
hingga tiba di Ternate.

Kehadiran Portugis di perairan dan kepulauan Indonesia itu telah meninggalkan jejak-
jejak sejarah yang sampai hari ini masih dipertahankan oleh komunitas lokal di Nusantara,
khususnya flores, Solor dan Maluku, di Jakarta Kampong Tugu yang terletak di bagian Utara
Jakarta, antara Kali Cakung, pantai Cilincing dan tanah Marunda.

Bangsa Eropa pertama yang menemukan Maluku adalah Portugis, pada tahun 1512. Pada
waktu itu 2 armada Portugis, masing-masing di bawah pimpinan Anthony d'Abreu dan
Fransisco Serau, mendarat di Kepulauan Banda dan Kepulauan Penyu. Setelah mereka
menjalin persahabatan dengan penduduk dan raja-raja setempat - seperti dengan Kerajaan
Ternate di pulau Ternate, Portugis diberi izin untuk mendirikan benteng di Pikaoli, begitupula
Negeri Hitu lama, dan Mamala di Pulau Ambon.Namun hubungan dagang rempah-rempah
ini tidak berlangsung lama, karena Portugis menerapkan sistem monopoli sekaligus
melakukan penyebaran agama Kristen.

Salah seorang misionaris terkenal adalah Fransiskus Xaverius. Tiba di Ambon 14


Februari 1546, kemudian melanjutkan perjalanan ke Ternate, tiba pada tahun 1547, dan tanpa
kenal lelah melakukan kunjungan ke pulau-pulau di Kepulauan Maluku untuk melakukan
penyebaran agama. Persahabatan Portugis dan Ternate berakhir pada tahun 1570. Peperangan
dengan Sultan Babullah selama 5 tahun (1570-1575), membuat Portugis harus angkat kaki
dari Ternate dan terusir ke Tidore dan Ambon.

Perlawanan rakyat Maluku terhadap Portugis, dimanfaatkan Belanda untuk menjejakkan


kakinya di Maluku. Pada tahun 1605, Belanda berhasil memaksa Portugis untuk
menyerahkan pertahanannya di Ambon kepada Steven van der Hagen dan di Tidore kepada
Cornelisz Sebastiansz. Demikian pula benteng Inggris di Kambelo, Pulau Seram,
dihancurkan oleh Belanda. Sejak saat itu Belanda berhasil menguasai sebagian besar wilayah
Maluku.

Kedudukan Belanda di Maluku semakin kuat dengan berdirinya VOC pada tahun 1602,
dan sejak saat itu Belanda menjadi penguasa tunggal di Maluku. Di bawah kepemimpinan Jan
Pieterszoon Coen, Kepala Operasional VOC, perdagangan cengkih di Maluku sepunuh di
bawah kendali VOC selama hampir 350 tahun. Untuk keperluan ini VOC tidak segan-segan
mengusir pesaingnya; Portugis, Spanyol, dan Inggris. Bahkan puluhan ribu orang Maluku
menjadi korban kebrutalan VOC. Kemudian mereka membangun benteng di Ternate tahun
1511, kemudian tahun 1512 membangun Benteng di Amurang Sulawesi Utara. Portugis kalah
perang dengan Spanyol maka daerah Sulawesi Utara diserahkan dalam kekuasaan Spanyol
(1560 hingga 1660). Kerajaan Portugis kemudian dipersatukan dengan Kerajaan Spanyol.
(Baca buku :Sejarah Kolonial Portugis di Indonesia, oleh David DS Lumoindong). Abad 17
datang armada dagang VOC (Belanda) yang kemudian berhasil mengusir Portugis dari
Ternate, sehingga kemudian Portugis mundur dan menguasai Timor timur (sejak 1515).

Kolonialisme dan Imperialisme mulai merebak di Indonesia sekitar abad ke-15, yaitu
diawali dengan pendaratan bangsa Portugis di Malaka dan bangsa Belanda yang dipimpin
Cornellis de Houtman pada tahun 1596, untuk mencari sumber rempah-rempah dan
berdagang.

C. PERLAWANAN KERAJAAH ISLAM


1. Perlawanan Terhadap Portugis
1. a. Perlawanan Demak
Demak melawan Portugis di selat malaka pada tahubn 1512 dan 1513 di bawah pimpinan
Adipati Unus atau pangeran Sabrang Lor, karena portugis dianggap telah melakukan
monopoli perdagangan. Penyerangan yang dilakukan oleh adipati Unus gagal, lalu
dilanjutkan pada tahun 1551 dan 1574 oleh Ratu Kalinyamat. Perlawanan ini juga mengalami
kegagalan, sehingga portugis tetap melaksanakan monopoli perdagangan di Selat Malaka,.
2. b. Perlawanan kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh menganggap bahwa keberadaan portugis yang memonopoli perdagangan di
selat Malaka, telah menyebabkan perdagangan yang dilakukan oleh Kerajaan Aceh di
kawasan itu mengalami kemrosotan. Oleh karena itu, Kerajaan Aceh berusaha untuk
mengusir portugis dengan mengadakan penyerangan ke Selat Malaka dibawah pimpinan
Alaydin Riwayat Sych pada Tahun 1537, 1539 dan 1547. Penyerangan tersebut mengalami
kegagalan, sehingga potugis tetap mengadakan monopoli perdagangan di Selat Malaka.
3. c. Perlawanan Fatahillah
Usaha yang dilakukan oleh portugis untuk memperluas monopoli perdagangan ialah
dengan menguasai Sunda Kelapa yang merupakan pelabuhan tebesar di Jawa. Langkah awal
yang ditempuh portugis yaitu berusaha menjalin kerjasama dengan kerajaan Pajajaran. Usaha
yang dilakukan portugis diketahui oleh Kerajaan Demak, sehingga kerajaan demak pada
pemerintahan Sultan Trenggono mengirim pasukan dibawah pimpinan Fatahillah untuk
menyerang portugis di Sunda Kelapa. Serangan tersebut mengalami keberhasilan sehingga
portugis terusir dari Sunda Kelapa. Fatahillah akhirnya mengubah nama sunda kelapa
menjadi Jayakarta. Kemenagan pada tanggal 22 juni 1527 ini sekaligus di peringati sebagai
hari berdirinya Jakarta. Akibat kekalahan yang dialami itu maka portugis gagal menguasai
pulau Jawa.
4. d. Perlawanan Rakyat Ternate di bawah pimpinan Baabullah
Rakyat Ternate pada awalnya berhubungan baik dengan portugis. Hubungan
persahabatan -persahabatan itu terjalin ketika portugis mengalami masalah dengan Tidore
yang menjalin hubungan dagang dengan Spanyol. Sikap yang ditunjukan rakyat Ternate
terhadap portugis berubah setelah diketahui bahwa maksud portugis yang sebenarnya ialah
memononpoli perdagangan Ternate.
Pada tahun 1512 portugis tiba di Maluku dan mendirikan benteng Sao Paulo dengan
alasan untuk melinduni Ternate dari serangan Tidore. Tindakan yang dilakukan Portugis,
akhirnya justru sangat merugikan Ternate. Tindakan yang sangat merugikan itu antara lain :
mengadakan monopoli perdagangan, campur tangan terhadap masalah kerajaan dan
menumpas rakyat yang dianggap melawan kekuasaannya.
Rakyat Ternate pada tahun 1570 berusaha mengadakan perlawanan dibawah pimpinan
Sultan Hairun . perlawanan ini dipatahkan oleh portugis dengan cara membunuh sultan
Hairun sebagai pimpinan perang di dalam benteng Sao Pao melalui suatu tipu daya yang
sangat licik. Perlawanan rakyat ternate diteruskan oleh anaknya yaitu Sultan Baabullah.
Akhirnya perlawanan rakyat ternate ini berhasil mengusir portugis dari bumi Ternate pada
Tahun 1577.
2. Perlawanan terhadap penjajahan Belanda
a. Perlawanan Sultan Agung
Usaha yang dilakukan oleh Kerajaan Mataram untuk menyatukan seluruh Pulau Jawa
mengalami hambatan karena munculnya VOC di Batavia. Bahkan VOC juga berusaha untuk
menguasai seluruh Pulau Jawa guna memonopoli perdagangan. Oleh karena itu, Sultan
Agung berusaha untuk mengusir VOC dari Batavia, serangan yang dilakukan Kerajaan
Mataram berlangsung pada tanggal 26 Agustus 1628 di bawah pimpinan Bahurekso.
Serangan ini mengalami kegagalan karena taktik membendung sungai ciliwung gagal
dilaksanakan. Serangan berikutnya dilakukan pada tanggal 17 Juli 1629 dengan cara
mengepung Kota Batavia. Usaha ini pun gagal karena VOC telah mengetahui rencana
serangan tersebut.
Penyebab kegagalan serangan yang dilakukan Sultan Agung antara lain:
 Jarak antara Mataram dan Batavia yang sangat jauh,yang ditempuh oleh prajurit
Mataram hanya dengan jalan kaki;
 Kekurangan bahan makanan;
 Persenjataan yang kurang memadai;
 Munculnya wabah penyakit malaria;
b. Perlawanan Sultan Hasanudin
Latar belakang terjadinya perlawanan oleh Sultan Hasanudin terhadap dominasi para
pedagang Belanda(dibawah VOC) di Makasar antara lain:
1) Belanda menganggap Makasar sebagai pelabuhan gelap;
2) Belanda mengadakan blokade terhadap Makasar;
3) Hitu dan kambelo meminta bantuan Makasar;
4) Aru Palaka dimanfaatkan oleh Belanda;
5) Sultan Hasanudin menolak monpoli perdagangan oleh belanda;
Usaha-usaha yang dilakukan Sultan Hasanudin dalam usahanya melawan
monopoli VOC antara lain:
1) Makasar menjalin kerjasama dengan Maluku yang memiliki musuh sama yaitu
VOC;
2) Makasar secara sembunyi-sembunyi mengirimkan pasukanya ke Maluku;
3) Makasar berusaha menjual rempah-rempah kepada pedagang selain Belanda;
Tindakan yang dilakukan oleh Sultan Hasanudin mengakibatkan meletusnya perang
Makasar. VOC mendapat bantuan dari Aru Palaka, raja Bone yang merupakan musuh Sultan
Hasanudin. Setelah Hasanudin tidak mampu mengalahkan VOC dan Aru Palaka, maka pada
tahun 1667 Sultan Hasanudin dipaksa untuk menandatangani Perjanjian Bongaya, yang
isinya:
1) VOC memperoleh monopoli perdagangan di Makasar;
2) VOC boleh mendirikan benteng di Makasar;
3) Hasanudin harus melepas daerah jajahanya;
4) Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone;
c. Perlawan Sultan Ageng Tirtayasa
Kerajaan Banten merupakan sebuah kerajaan yang mengembangkan pelabuhan bebas,
sehingga perdagangan di Banten berkembang pesat. Kondisi ini mengakibatkan kondisi VOC
terancam. Oleh karena itu, VOC berusaha menghancurkan banten. Kesempatan untuk
menghancurkan Banten terbuka setelah terjadi perselisihan antara Sultan Ageng Tirtayasa
dengan putera mahkota yaitu Sultan Haji. Karena dekat dengan pedagang Belanda Sultan
Haji kurang disegani oleh rakyat Banten.
Kedudukan Sultan Haji yang lemah memaksanya untuk bergabung dengan VOC guna
menghadapi pihak Sultan Ageng Tirtayasa. Dengan bantuan VOC, akhirnya Sultan Ageng
Tirtayasa dapat dikalahkan. Selanjutnya Sultan Haji dipaksa oleh Belanda
untuk menandatangani perjanjian yang salah satunya isinya menyatakan bahwa VOC
memegang hak monopoli di Banten. Sejak saat itu Kerajaan Banten dibawah kekuasaan
Belanda.
d. Perlawanan Sultan Nuku
Perlawanan Kerajaan Tidore dibawah pimpinan Sultan Nuku dipicu oleh Belanda yang
melaksanakan Pelayaran Hongi yang mensengsarakan rakyat Maluku.
Secara umum, sebab-sebab terjadinya perlawanan rakyat Maluku dibawah pimpinan
Pangeran Nuku antara lain:
1) VOC melakukan monopoli di perdagangan Maluku;
2) Untuk membayar hutang yang menjerat, Sultan Jamaludin menyerahkan pulau Seram
kepada Belanda;
3) Penangkapan Sultan Jamaludin dan Pengangkatan Putra mahkota kaicil Badrus Zaman
4) Pengangkatan Putra Alam sebagai Sultan, yang sebenarnya tidak berhak;
Pada tahun 1797, rakyat Tidore berhasil mengusir Belanda dari Maluku. Setelah Pangeran
Nuku wafat, perjuangan dilanjutkan oleh Sultan Zaenal Abidin.
f. Perlawanan Sultan Badarudin
Beberapa penyebab utama terjadinya perlawanan Sultan Badarudin terhadap Belanda antara
lain :
1) Penyerahan kembali wilayah Indonesia dari Inggris kepada Belanda;
2) Belanda melaksanakan peraturan peraturannya kembali di Sumatera;
3) Sultan Najamudin merasa keberatan menyerahkan daerahnya.
g. Perang Paderi (1821-1838)
Perang Paderi terjadi di Sumatera Barat, dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol. Perang ini pada
awalnya adalah perang saudara antara golongan Paderi (kaum agamis/ulama) dan golongan
adat. Tetapi akhirnya Belanda ikut campur didalamnya. Beberapa penyebab terjadinya Perang
Paderi :
 Berkembangnya ajaran Wahabi yang ingin melaksanakan ajaran islam secara benar;
 Adanya kebiasaan golongan adat yang bertentangan dengan ajaran Islam;
 Hukum adat matrilineal yang tidak sesuai dengan hukum islam yang mengenal
patrilineal;
 Perebutan pengaruh golongan adat dan agama.
 Campur tangan Belanda dalam perebutan pengaruh untuk menguasai wilayah Sumbar;
Adapun penyebab khususnya ialah penyerangan kaum ulama terhadap kaum adat sehingga
akhirnya kaum adat meminta bantuan Belanda.
Secara umum, jalanya perang ini dibagi dalam 3 periode sebagai berikut :
1) Periode 1821-1825
Periode ini merupakan permulaan perang, karena kaum adat meminta bantuan terhadap
Belanda, maka Belanda mengirimlan pasukan dibawah pimpinan Letkol Raaf. Pasukan
Belanda berhasil menguasai Tanah Datar dan berhasil mendirikan Benteng Fort Van De
Capellen.
Untuk menghindari kerugian yang besar, pihal Belanda dan kaum Paderi melakukan
Perjanjian Padang (1824), tetapi tidak mampu menghentikan perang. Kemudian pada masa
pimpinan Kolonel Stuers, diadakan perjanjian kembali tahun 1825. Isi perjanjian tersebut
ialah :
 Diadakan penghentian tembak menembak diantara kedua belah pihak;
 Tuanku Lintaau diakui kekuasaanya;
 Belanda tidak campur tangan dalam masalah agama di Sumatera Barat.
2) Periode 1826-1830
Karena belum berakhirnya perang ini, Belanda mendirikan Benteng Ford De Kock di Bukit
Tinggi sebagai pertahanan untuk menghadapi golongan Paderi. Pada tahap ini kekuatan
Belanda terpecah karena harus menghadapi Perang Diponegoro yang terjadi di Pulau Jawa
3) Periode 1831-1836
Setelah perang Diponegoro di Pulau Jawa selesai, Belanda Menginginkan perang Paderi juga
selesai. Prajurit-prajurit jawa yang ditangkap, dikirim untuk menumpas perang Paderi
dibawah pimpinan Sentot Ali Basyah. Pada tahun 1834 pasukan Belanda dibawah pimpinan
Cochius dan Michaels berhasil menguasai daerah Bonjol. Setelah bertahan lama, akhirnya
pada tahun 1837, Imam Bonjol tertangkap. Setelah itu, wilayah Minagkabau jatuh ke tangan
Belanda dan Tuanku Imam Bonjol diasingkan ke Batavia lalu ke Cianjur, Ambon dan
Manadohingga wafat di sana tahun 1864.
h. Perang patimura
Sejak munculnya convency of london (1814) , belanda kembali lagi ke maluku
mengadakan monopoli perdagangan. Penolakan rakya Maluku terhadap kedatangan belanda
mengakibatkan menculnya perlawanan rakyat dibawah pimpinan Thomas Matulesi (Kapitan
Pattimura). Sebab-sebab terjadinya perang antara lain:
 Terjadinya penindasan dan perlakuan yang semena-mena oleh VOC terhadap rakyat
Maluku pada masa lalu;
 Pengerahan tenaga rakyat untuk dijadikan serdadu Belanda;
 Penyerahan wajib dan kerja wajib yang dihapuskan oleh Inggris dihidupkan kembali oleh
Belanda;
 Pemerintah Belanda yang dianggap lebih buruk dibandingkan dengan pemerintahan
Inggris
i. Perang Diponegoro (1825-1830)
Perang diponegoro dalam perang melawan Belanda di bantu oleh Sentot Ali Bashah,
Pangeran Mangkubumi, dan Kyai Mojo. Beberapa penyebab umum terjadinya perang antara
lain :
1) Wilayah kerajaan mataram menciut karena berikan kepada Belanda sebagai imbalan
atas bantuannya kepada Mataram.
2) Aktivitas perdagangan Mataram merosot karena pelabuhan-pelabuhan pantai utara
Jawa telah di berikan kepada Belanda.
3) Kekuasaan raja Mataram mengecil dan penghasilan kerajaan juga menurun.
4) Meningkatnya pajak yang dibebankan kepada rakyat.
5) Timbulnya rasa tidak puas dikalangan Bangsawan karena hak mereka banyak yang
berkurang.
6) Campur tangan Belanda dalam negeri kerajaan Mataram.
Adapun yang menjadi sebab khususnya ialah pembuatan jalan yang akan melalui makam
leluhur Pangeran Diponegoro.
Dalam usaha menghadapi Belanda, Pangeran Diponegoro dan pasukannya menggunakan
taktik perang gerilya. Pangeran Diponegoro mendapat dukungan dari rakyat di pulau Jawa,
sehingga perang menjadi perang yang sangat besar. Untuk menghadapi perlawanan para
pengikut Diponegoro, Belanda menggunakan siasat :
1) Membentuk pasukan kontra gerilya.
2) Mengangkat kembali sultan sepuh sebagai sultan Yogyakarta.
3) Memecah belah pengikut Diponegoro.
4) Medirikan benteng benteng guna memperkecil ruang gerak Diponegoro (benteng
stesel)
Siasat benteng stelsel yang digunakan Belanda di bawah pimpinan Marcus de Kock meskipun
tidak mampu mengalahkan Diponegoro, tapi berhasil mempersempit ruang gerak Diponegoro
dan pasukannya. Akibatnya, Diponegoro menerima tawaran Belanda untuk berunding pada
tanggal 28 Maret 1830 di rumah Residen Kedu Magelang. Diponegoro menerima tawaran
berunding tersebut dengan syarat, apabila perundingan gagal maka Diponegoro akan
dibolehkan kembali untuk berperang. Akan tetapi belanda mengingkari janji yang telah
ditetapkan tersebut. Dipoenegoro bukaknnya di ajak berunding, tetapi ketika datang ke
Magelang di tangkap lalu dibuang ke Semarang, Batavia, Manado, dan Makasar hingga
meninggal pada tanggal 8 Januari 1855. Perang Diponegoro berlangsung selama 5 tahun dan
membawa beberapa akibat sebagai berikut :
1) Kekuasaan wilayah Yogyakarta da Surakarta berkurang.
2) Belanda mendapat beberapa wilayah di Yogyakarta dan Surakarta.
3) Banyak menguras kas Belanda
j. Perang Banjar (1959)
Perlawanan rakyat Banjar terhadap Belanda terjadi pada tahun 1959 di bawah
pimpinan Pangeran Antasari. Pelawanan rakyat Banjar terhadap Belanda diakibatkan adanya
campur tangan Belanda terhadap masalah intern kerajaan Banjar dan penerapan monopoli
perdagangan.
Permasalahan di Kerajaan Banjar diawali ketika terjadi pengangkatan sultan. Belanda
berhasil membatu Pangeran Nata menjadi sultan dengan menyingkirkan Pangeran Amir yang
berhak atas tahta Kerajaan Banjar. Pangeran Nata yang berhutang budi kepada Belanda
akhirnya menyerahkan wilayah Kerajaan Banjar kepada Belanda. Rakyat Banjar yang
mengetahui masalah yang sebenarnya akhirnya mengadakan perlawanan di bawah pimpinan
Pangeran Antasari. Perlawanan terus dilakukan oleh Pangeran Antasari hingga akhir
hayatnya (1962). Setelah itu, perang dilanjutkan oleh putra-putranya guna membebaskan
Kerajaan Banjar dari cengkeraman Belanda.
j. Perang Aceh (1873-1904)
Wilayah Aceh pada awalnya merupakan wilayah yang bebas sesuai dengan Traktat
London yang dibuat pada tahun 1824. Sejak pembukaan Terusan Sues (1869), Selat Malaka
ramai dikunjungi oleh para pedagang asing. Hal ini menyebabkan keresahan Belanda, karena
khawatir Aceh dikuasai oleh bangsa lain. Untuk menguasai wilayah aceh inilah, pada tahun
1871 Belanda mengadakan perjanjian dengan Inggris. Perjanjian tersebut dikenal sebagai
Traktat Sumatera, yang isinya Inggris mengijinkan Belanda menguasai sekuruh pulau
Sumatera termasuk Aceh. Pada tamggal 7 Maret 1873, Belanda mengirimkan surat kepada
Sultan Aceh yang isinya harus tunduk kepada pemerintah Belanda. Aceh menyatakan
penolakannya, Belanda, di bawah pimpinan Jenderal Kohler, menanggapi penolakan tersebut
dengan melakukan penyerangan ke Aceh. Jenderal Kohler terbunuh, lalu digantikan oleh
Jenderal van Swieten yang berhasil menduduki Kutaraja, sehingga mengakibatkan
meletusnya perang Aceh.
Secara umum terjadinya perang Aceh adalah :
1. Belanda ingin menetapkan pelaksanaan Pax Netherlandica.
2. Aceh merupakan tempat yang strategis setelah dibukannya Terusan Suez.
3. Semakin berkembangnya Imperialisme Modern
4. Politik ekspansi Belanda akibat Traktat Sumatera (1871) yang menetapkan bahwa
Inggris tidak akan menghalangi ekspanso Belanda ke Sumatera.
Adapun sebab khusus terjadinya perang ialah : adanya tuntutan Belanda agar Aceh tidak
berhubungan dengan pedagang selain Belanda.
Perang Aceh berkobar menjadi perang yang sangat besar, terutama setelan Panglima Polim
dan Tengku Cik Ditiro mengibarkan semangat Perang Jihad. Rakyat Aceh menggunakan
taktik gerilya mengalahkan belanda. Untuk menghadapi perlawanan rakyat Aceh, Belanda
menggunakan siasat Konsentrasi stelsel. Daerah Aceh dikepung dengan cara meniadakan
tangsi di luar Kutaraja dan mendirikan benteng disekitar kota, antar benteng dihubungkan
oleh kereta. Para serdadu Belanda dilarang melakukan serangan keluar dan laut di blokir.
Tujuannya adalah supaya rakyat Aceh mau diajak berdamai.
Siasat yang digunakan Belanda ternyata tidak mampu mengalahkan rakyat Aceh bahkan
perjuangan semakin panas dan meluas. Untuk menandingi pasukan rakyat Aceh, pada tanggal
30 Oktober 1899 Belanda membentuk pasukan marsose yaitu pasukan khusus anti huru hara.
Selain itu juga didatangkan seorang antropolog dari Belanda yang bernama dr. C. Snouck
Hurgronye. Tujuan kedatangannya adalah untuk meneliti kebudayaan rakyat Aceh. Hasil
penelitiannya dimuat dlam buku De Atjeyers, dengan kesimoulan bahwa golongan yang
sangat berpengaruh di Aceh ialah golongan ulama. Oleh sebab itu, untuk menundukkan
rakyat Aceh maka golongan ulama dahulu yang harus dikalahkan dan bukannya golongan
bangsawan.
Berdasarkan kesimpulan tersebut, Belanda membujuk golongan bangsawan agar bekerja
sebagai pamongpraja dan menggunakan kekuatan militer di bawah pimpinan Van Heutz
untuk mengalahkan golongan ulama. Usaha ini membuahkan hasil. Selanjutnya, pada tahun
1904 Van Heutz mengeluarkan perjanjian Pendekyang berisi :
1. Pengakuan kedaulatan Belanda atsa daerahnya.
2. Janji tidak mengadakn hubungan dengan Negara lain.
3. Patuh kepada pemerintah Belanda.

Anda mungkin juga menyukai