Anda di halaman 1dari 13

HUKUM LAUT, UNCLOS,

DAN RUANG UDARA


INDONESIA
MARIA VIOLA AYU YOMANDA
22/492821/HK/23133
PROF. DR. ARMAIDY ARMAWI, M.Si
HUKUM LAUT
Hukum Laut dalam arti the Law of the Sea sebagaimana
tercantum dalam UNCLOS 1982 , bahwa laut beserta potensi
yang terkandung didalamnya sebagai milik bersama umat
manusia dimana laut sebagai obyek yang ditaur oleh negara-
nagara termasuk negara tidak berpantai (landlock countries).

Hukum Laut adalah hukum yang mengatur laut sebagai obyek


yang diatur dengan mempertimbangkan seluruh aspek
kehidupan dan kepentingan seluruh negara termasuk negara
yang tidak berbatasan dengan laut secara fisik (Landlock
Countries) guna pemanfaatan laut dengan seluruh potensi yang
terkandung didalamnya bagi umat manusia sebagaimana yang
tercantum dalam UNCLOS 1982, beserta konvensi-konvensi
Internasional yang terkait langsung dengan nya.
TUJUAN
Tujuan hukum laut adalah untuk mengatur
pemanfaatan laut itu sendiri, yakni sebagai jalur lalu
lintas dan sumber kekayaan alam serta sumber
energi. Adanya hukum laut bertujuan untuk menjaga
kepentingan masing-masing pihak dan agar tidak ada
kepentingan yang terganggu.
PERKEMBANGAN
Sebelum 1958, hukum laut didasarkan pada kebiasaan
Hadir Konvensi Jenewa pada tahun 1958

Muncul konvensi bernama UNCLOS yang dibentuk oleh PBB pada


tahun 1982. Konvensi ini sudah ditandatangani oleh berbagai
negara.
Laut Indonesia pertama kali diatur oleh Territoriale Zee en
Maritime Kringen Ordonantie (TZMKO) pada tahun 1939. TZMKO
menentukan bahwa wilayah laut Indonesia sejauh tiga mil dari
garis pantai yang mengelilingi pulau.
Pada 1957, pasca kemerdekaan muncullah deklarasi Djuanda
yang dikeluarkan oleh PM Djoeanda Kartawidjaja, sehingga
Indonesia menganut prinsip negara kepulauan (Archipelago State),
kemudian ditetapkan menjadi UU Nomor 4/PRP/1960 tentang
Perairan Indonesia pada tahun 1960
P
E
RATIFIKASI TIGA KONVENSI JENEWA
R
(UU NO 19 TAHUN 1961)
K UU NOMOR 1 TAHUN 1973 TENTANG
E LANDAS KONTINEN
M UU NOMOR 5 TAHUN 1985 TENTANG
B ZONA EKONOMI EKSKLUSIF
UU NOMOR 31 TAHUN 2004.
A
RATIFIKASI UNCLOS DENGAN UU
N NOMOR 17 TAHUN 1985
G
A
N
UNCLOS
Luas dan mendasarnya pengaturan UNCLOS 1982, telah
membuat UNCLOS dijuluki sebagai Constitution of the
Oceans oleh beberapa ahli hukum internasional dunia.
luas zona maritim yang dapat diklaim Indonesia
bertambah berlipat kali secara damai. Dengan diterimanya
prinsip Negara kepulauan dalam UNCLOS 1982, secara
resmi menurut hukum internasional, wilayah kedaulatan
Indonesia bertambah empat kali lipat tanpa harus
menembakan sebutir pelurupun.
UNCLOS 1982 memang bukan instrument hukum
internasionakl yang sempurna, namun ia bersifat fleksibel
sebagai hasil negosiasi. UNCLOS 1982 adalah hasil quid pro
quo, tawar menawar dalam proses negosiasi.
UNCLOS 1982 memiliki pengaturan yang cukup luas mulai
dari zona maritime yang dapat diklaim oleh suatu Negara,
tentang riset kelautan, polusi, hingga prosedur
penyelesaian sengketa diantara Negara-negara
RUANG UDARA
Hukum Udara merupakan hukum yang mengatur penggunaan
ruang udara, khususnya mengenai penerbangan, penggunaan
pesawat-pesawat terbang dalam peranannya sebagai unsur yang
diperlukan bagi penerbangan. Hukum udara adalah hukum yang
mengatur mengatur tentang udara dimana negara yang memiliki
udara merasa berdaulat atas ruang udara itu.
Otto Riese dan Jean T.
Laccour dalam Suhcman

Suherman (1979)
(1979)

"Hukum udara adalah seluruh norma-norma


"Hukum udara adalah keseluruhan
hukum yang khusus mengenai penerbangan,
ketentuan yang mengatur udara dan
pesawat-pesawat terbang dan ruang udara
penggunaanya untuk penerbangan".
dalam perananya sebagai unsur ruang bagi
penerbangan”.

WILAYAH UDARA
Wilayah udara adalah ruang udara (air space) yang berada di
atas wilayah daratan dan atau perairan suatu negara.
Wilayah suatu negara biasanya terdiri dari tiga dimensi, daratan,
perairan, dan ruang udara.
Tidak semua negara memiliki wilayah tiga dimensi, dan tidak
semua negara memiliki wilayah perairan (laut), namun tidak
satupun negara di dunia ini yang tidak memiliki wilayah daratan
dan ruang udara.
Konsep kepemilikan negara atas ruang udaranya berasal dari
konsep hukum perdata Romawi yang berbunyi:
"Cujus est sohum, ejus usque ad coelum", yang berarti "Barang siapa
memiliki sebidang tanah maka dia memiliki segala yang berada di
atasnya sampai ke langit dan segala yang berada di dalam tanah"
PERJANJIAN INTERNASIONAL
UDARA
Perjanjian Warsawa (1929)
Perjanjian Genewa(1948)
Perjanjian Roma (1952 )
Perjanjain Haque (1955)
Perjanjian Guadalajara (1961)
Perjanjian Montreal (1966)
Prolokol Guatemala (1971)

UU UDARA
INDONESIA HUKUM UDARA INDONESIA HANYA
ADA DUA UNDANG-UNDANG YANG
MENGATUR TENTANG
PERKEMBANGAN YAITU :
1. ORDONANSI PENGANGKUT UDARA
(OPU) STB. 1929 NO. 100
2. UNDANG-UNDANG NO. 83/1958
TENTANG PENERBANGAN, TANGGAL 31
DESEMBER 1958
DAFTAR PUSTAKA
Ananda. A. 1997. Pengantar Hukum Udara Internnsional dan
Indonesia.http://repository.unp.ac.id/987/1/AZWAR%20ANANDA_1054_89.pdf ( diakses pada 31
Oktober 2022)

E. Saefullah Wiradipradja, 2009, "Wilayah Udara Negara Ditinjau dari Segi Hukum Internasional",
Indonesia Journal of International Law Volume 6 No. 4, h. 495-503

Jurnalis Kompas. 2022. Hukum Laut Indonesia. Kompas.


https://nasional.kompas.com/read/2022/08/30/03100001/hukum-laut-di-indonesia(diakses pada
30 Oktober 2022).

Lembaga Bantuan Hukum Pengayoman.2022. UNCLOS dan Indonesia: Refleksi Menjelang 40


Tahun Pembentukan Konvensi PBB Tahun 1982.https://lbhpengayoman.unpar.ac.id/unclos-dan-
indonesia-refleksi-menjelang-40-tahun-pembentukan-konvensi-pbb-tahun-1982/ (diakses pada
30 Oktober 2022)
SEKIAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai