Menurut saya, saya sepakat bahwa Pancasila saat ini memang berada dalam posisi
lemah. Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat Indonesia, dinilai
telah melenceng jauh bahkan sudah tidak sesuai dengan filosofi kenegaraan yang
dibangun para stakeholder bangsa. Pancasila justru terpinggirkan oleh pragmatisme yang
kian subur di masyarakat Indonesia.
Untuk mengembalikan roh Pancasila ke dalam negara dan bangsa memang dibutuhkan
upaya massif dari semua kalangan, termasuk dari para politisi. Para politisi, terutama
yang duduk di parlemen, harus bisa menghasilkan peraturan perundang-undangan yang
tidak bertentangan dengan nilai dan semangat yang terkandung di dalam Pancasila.
Pancasila adalah identitas keindonesiaan. Agama di Indonesia bisa tetap berjalan berdasar
Pancasila dan keduanya tidak boleh saling bertentangan. Karena itu, nilai Pancasila pun
harus bisa tertuang dalam pengamalan keagamaan.
Tidak dipungkiri bahwa pragmatisme sebagai dampak dari derasnya pengaruh asing telah
mendegradasi nilai-nilai yang seharusnya melekat erat antara agama dan Pancasila. Hal
itu membuat basis-basis keagamaan dijadikan dalil untuk memperoleh keuntungan
pragmatis.
Lalu, ada tantangan yang berhubungan dengan globalisme berhubungan dengan paham-
paham serta ideologi politik yang mulai bertentangan dengan Pancasila. Paham-paham
itu berakar pada agama atau ideologi tertentu.Kemudian saat ini ada kesadaran baru
terkait praktik penyelenggaraan negara yang mulai bertentangan dengan
Pancasila, misalnya soal kesenjangan sosial yang semakin lebar.
b. Gotong royong bukanlah inti dari Pancasila. Apakah sekolah kita mengajarkan gotong
royong atau tidak? Apakah ada tradisi saling menghargai antarpengikut agama yang
berbeda di sekolah? Praktik seperti ini tidak dijalankan. Partai politik (parpol) juga jauh
dari semangat gotong royong. Di internal parpol saling jegal menjegal demi kepentingan
pragmatis. Bahkan setelah Era Reformasi muncul kealergian dalam menyebut Pancasila.
c. Pancasila dihilangkan dari kurikulum sekolah. Pasokan nilai-nilai norma kepada siswa
dan siswi dimonopoli agama yang partikular. “Ada kekosongan nilai publik. Sementara,
kebebasan dipacu dengan majunya globalisasi. Dulu, ada penyaring meski ada ajaran
agama dari Timur Tengah dan Romawi, tetapi selalu ada penyaring kultural di sini
sebelum diajarkan. Sekarang, semua bisa langsung terekspose melalui Teknologi,”
tuturnya.
d. Bangsa Indonesia masih berkutat pada perbedaan SARA. Seharusnya seluruh elemen
masyarakat harus memulai upaya membumikan nilai-nilai luhur Pancasila kepada
komunitas para pemuda sebagai pandangan hidup dalam menghadapi pergeseran sosial
dan budaya. Dalam hal ini, para pemuda membutuhkan kesuritauladanan dari para senior
(tokoh dan pemimpin).
Gangguan Ketahanan Nasional di bidang ekonomi yaitu, 1)investasi yang masih terjadi
dari pusat hingga daerah yang terkait birokrasi perizinan dan kepastian hukum dalam
perusahaan bagi pebisnis, 2)pelanggaran di bidang pertambangan dan kehutanan yang
masih banyak merusak lingkungan, 3)perlindungan dan bantuan terhadap TKI yang
dinilai masih lemah, 4)kesiagaan dan kesiapan petugas dan birokrasi dalam menghadapi
bencana alam yang kini sering terjadi di tanah air.
a. Memilih untuk Golput karena dalam dirinya sudah tertanam golput ideologis,
maksudnya dalam benak mereka sudah tertanam pikiran bahwa ketika mereka
memutuskan untuk mengikuti kegiatan demokrasi dalam benak mereka tertanam
bahwa ketika mereka memilih atau tidak memilih sama saja, artinya dengan mereka
memilih pun tidak akan mengubah nasib mereka, sehingga mereka lebih memilih
untuk bekerja memenuhi nafkah. Dengan kata lain, pemilihan umum (Pilkada, Pemilu
Legislatif dan Pemilu Presiden) tidak lagi dipandang rakyat pemilih sebagai sesuatu
yang prioritas atau sangat diperlukan dalam membangun kehidupannya sehari-hari.
b. Sikap apatisme seseorang, yang dimaksud sikap apatisme ini adalah sikap malas
berpartisipasi dengan alasan yang berbeda dari masing-masing orang, contohnya
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kandidat yang mengikuti pemilihan
umum. Ataupun figur pemimpin yang diajukan dalam suatu pesta demokrasi kurang
berkenan di hati pemilih.
2. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah rendahnya partisipasi publik
dalam politik adalah :
4. 1. Faktor penyebab kurangnya kesadaran masyarakat dalam usaha Bela Negara yaitu :
a.