Anda di halaman 1dari 4

1. 1.

Menurut saya, saya sepakat bahwa Pancasila saat ini memang berada dalam posisi
lemah. Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat Indonesia, dinilai
telah melenceng jauh bahkan sudah tidak sesuai dengan filosofi kenegaraan yang
dibangun para stakeholder bangsa. Pancasila justru terpinggirkan oleh pragmatisme yang
kian subur di masyarakat Indonesia.

Menurut saya, Indonesia memang sedang mengalami krisis keteladanan, yang


sesungguhnya sangat dibutuhkan dalam menghadapi serangan globalisme. Pancasila
tidak lagi mendapat tempat yang layak, baik dalam dunia pendidikan hingga ke lini-lini
sosial. Akibatnya, aneka paham masuk tanpa kendali, yang kemudian memberangus rasa
nasionalisme.

Untuk mengembalikan roh Pancasila ke dalam negara dan bangsa memang dibutuhkan
upaya massif dari semua kalangan, termasuk dari para politisi. Para politisi, terutama
yang duduk di parlemen, harus bisa menghasilkan peraturan perundang-undangan yang
tidak bertentangan dengan nilai dan semangat yang terkandung di dalam Pancasila.
Pancasila adalah identitas keindonesiaan. Agama di Indonesia bisa tetap berjalan berdasar
Pancasila dan keduanya tidak boleh saling bertentangan. Karena itu, nilai Pancasila pun
harus bisa tertuang dalam pengamalan keagamaan.

Tidak dipungkiri bahwa pragmatisme sebagai dampak dari derasnya pengaruh asing telah
mendegradasi nilai-nilai yang seharusnya melekat erat antara agama dan Pancasila. Hal
itu membuat basis-basis keagamaan dijadikan dalil untuk memperoleh keuntungan
pragmatis.

Kesadaran akan pentingnya Pancasila di kalangan masyarakat sebagai dasar negara


semakin dirasakan oleh bangsa Indonesia. Pasalnya, Pancasila memiliki nilai-nilai
universal yang melingkupi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia dan nilai-nilai universal
agama-agama yang ada. Meski demikian, saat ini sempat terjadi penurunan terhadap
pengamalam dan pemahaman Pancasila sebagai dasar negara karena dipicu oleh beberapa
hal. Pertama, pada masa Orde Baru Pancasila secara politik digunakan sebagai alat untuk
melakukan doktrinisasi dan stigmatisasi oleh kelompok-kelompok tertentu.

Lalu, ada tantangan yang berhubungan dengan globalisme berhubungan dengan paham-
paham serta ideologi politik yang mulai bertentangan dengan Pancasila. Paham-paham
itu berakar pada agama atau ideologi tertentu.Kemudian saat ini ada kesadaran baru
terkait praktik penyelenggaraan negara yang mulai bertentangan dengan
Pancasila, misalnya soal kesenjangan sosial yang semakin lebar.

2. Menurut saya penyebab lemahnya eksistensi nilai-nilai Pancasila di Imdonesia adalah:


a. Pancasila belum mengakar hingga ke tingkat terdalam pikiran masyarakat Indonesia.
Pengembangan serta sosialisasi Pancasila hanya berhenti pada hapalan dan formalisme.
Artinya, masyarakat tidak didorong untuk bertindak berdasarkan sikap Pancasila.
“Kelemahan ini terjadi dimulai penyelenggara negara sendiri. Pancasila ditatarkan ke
rakyat, tapi tidak ke elite dan para pengambil keputusan.

b. Gotong royong bukanlah inti dari Pancasila. Apakah sekolah kita mengajarkan gotong
royong atau tidak? Apakah ada tradisi saling menghargai antarpengikut agama yang
berbeda di sekolah? Praktik seperti ini tidak dijalankan. Partai politik (parpol) juga jauh
dari semangat gotong royong. Di internal parpol saling jegal menjegal demi kepentingan
pragmatis. Bahkan setelah Era Reformasi muncul kealergian dalam menyebut Pancasila.

c. Pancasila dihilangkan dari kurikulum sekolah. Pasokan nilai-nilai norma kepada siswa
dan siswi dimonopoli agama yang partikular. “Ada kekosongan nilai publik. Sementara,
kebebasan dipacu dengan majunya globalisasi. Dulu, ada penyaring meski ada ajaran
agama dari Timur Tengah dan Romawi, tetapi selalu ada penyaring kultural di sini
sebelum diajarkan. Sekarang, semua bisa langsung terekspose melalui Teknologi,”
tuturnya.

d. Bangsa Indonesia masih berkutat pada perbedaan SARA. Seharusnya seluruh elemen
masyarakat harus memulai upaya membumikan nilai-nilai luhur Pancasila kepada
komunitas para pemuda sebagai pandangan hidup dalam menghadapi pergeseran sosial
dan budaya. Dalam hal ini, para pemuda membutuhkan kesuritauladanan dari para senior
(tokoh dan pemimpin).

2. Tantangan dalam perwujudan Ketahanan Nasional di bidang ekonomi adalah adanya


kondisi kelangkaan (scarcity), yaitu suatu kondisi dimana kebutuhan masyarakat tidak
terbatas namun sumber daya yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan tersebut terbatas.
Pada awalnya, konsep ekonomi yang berkembang adalah bagaimana memenuhi
kebutuhan tersebut dengan menyerahkannya kepada mekanisme pasar. Hal ini tentunya
berimplikasi pada terbatasnya intervensi tangan pemerintah.

Ancaman Ketahanan Nasional di bidang ekonomi adalah berkaitan erat dengan


globalisasi perekonomian. Adanya globalisasi ini menyebabkan penghapusan terhadap
batasan dan hambatan terkait arus modal, barang dan jasa. Di satu sisi globalisasi
membuka peluang bagi produk dalam negeri untuk bersaing di pasar global. Namun
sebaliknya, produk global juga dapat masuk ke dalam negeri dan menjadi ancaman bagi
perekonomian Indonesia.

Hambatan Ketahanan Nasional di bidang ekonomi yaitu, 1)mencegah pendalaman inflasi


yang disebabkan oleh tekanan harga pangan dan energi, 2)membengkaknya alokasi
subsidi pada APBN dan kendala tidak optimalnya penyerapan anggaran yang berakibat
menurunkan daya stimulasi terhadap pertumbuhan ekonomi, 3)korupsi dan kolusi di
jajaran pemerintahan, termasuk kejahatan berkolusi di bidang perpajakan, 4)praktik
politik uang yang terus berkembang dalam dunia politik dari tingkat pusat hingga daerah.

Gangguan Ketahanan Nasional di bidang ekonomi yaitu, 1)investasi yang masih terjadi
dari pusat hingga daerah yang terkait birokrasi perizinan dan kepastian hukum dalam
perusahaan bagi pebisnis, 2)pelanggaran di bidang pertambangan dan kehutanan yang
masih banyak merusak lingkungan, 3)perlindungan dan bantuan terhadap TKI yang
dinilai masih lemah, 4)kesiagaan dan kesiapan petugas dan birokrasi dalam menghadapi
bencana alam yang kini sering terjadi di tanah air.

3. 1. Faktor penyebab rendahnya tingkat partisipasi publik dalam politik adalah :

a. Memilih untuk Golput karena dalam dirinya sudah tertanam golput ideologis,
maksudnya dalam benak mereka sudah tertanam pikiran bahwa ketika mereka
memutuskan untuk mengikuti kegiatan demokrasi dalam benak mereka tertanam
bahwa ketika mereka memilih atau tidak memilih sama saja, artinya dengan mereka
memilih pun tidak akan mengubah nasib mereka, sehingga mereka lebih memilih
untuk bekerja memenuhi nafkah. Dengan kata lain, pemilihan umum (Pilkada, Pemilu
Legislatif dan Pemilu Presiden) tidak lagi dipandang rakyat pemilih sebagai sesuatu
yang prioritas atau sangat diperlukan dalam membangun kehidupannya sehari-hari.

b. Sikap apatisme seseorang, yang dimaksud sikap apatisme ini adalah sikap malas
berpartisipasi dengan alasan yang berbeda dari masing-masing orang, contohnya
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kandidat yang mengikuti pemilihan
umum. Ataupun figur pemimpin yang diajukan dalam suatu pesta demokrasi kurang
berkenan di hati pemilih.

2. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah rendahnya partisipasi publik
dalam politik adalah :

a. Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya berpartisipasi dalam PEMILU


harus terus diusahakan agar angka Golput dapat diminimalisasikan, sehingga tidak ada
lagi angka Golput yang tinggi. Pengetahuan tentang pentingnya menggunakan hak pilih
harus terus ditanamkan melalui berbagai pendekatan dan sosialisasi.
b. Sosialisasi dan kampanye dilaksanakan dengan sebaikbaiknya dan efisien sehingga
masyarakat paham tentang pelaksanaan PEMILU dan mengerti pentingnya memilih.
Selain itu, sosialisasi juga sebagai ajang untuk memperkenalkan kandidat dalam
pemilihan seharusnya digunakan dengan sebaik-baiknya sehingga masyarakat
mengetahui dan mengenal siapa yang akan menjadi calon pemimpin mereka dan mereka
memiliki keinginan untuk memilih atau ikut berpartisipasi dalam pemilihan tersebut.
Dengan demikian masyarakat lebih mengenal calon pemimpin serta masyarakat memiliki
pilihan untuk memilih.

4. 1. Faktor penyebab kurangnya kesadaran masyarakat dalam usaha Bela Negara yaitu :

a.

Anda mungkin juga menyukai