Anda di halaman 1dari 8

Pemahaman tentang Dinamika dan Tantangan Pendidikan Pancasila

Inti dari pemahaman mendalam tentang dinamika dan tantangan pendidikan


Pancasila di Indonesia mencakup pemahaman tentang nilai-nilai Pancasila sebagai dasar
negara, upaya penyebaran nilai-nilai tersebut, serta perubahan sosial dan teknologi yang
mempengaruhi pendidikan Pancasila. Hal ini juga mencakup kemampuan pendidikan
Pancasila untuk beradaptasi dengan keragaman budaya dan nilai-nilai global yang ada
di Indonesia. Pancasila adalah ideologi dan dasar negara Indonesia yang terdiri dari lima
sila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Pendidikan Pancasila harus mampu menginternalisasi nilai-nilai ini kepada seluruh
warga negara Indonesia.

Pendidikan Pancasila memiliki peran penting dalam mengajarkan nilai-nilai


Pancasila kepada generasi muda dan warga negara agar mereka memiliki pemahaman
yang baik terhadap ideologi tersebut. Tantangan dalam upaya penyebaran meliputi
kurikulum, metode pembelajaran, dan pemahaman oleh pendidik yang sering kali harus
berurusan dengan perbedaan pandangan dan interpretasi terhadap Pancasila.

Masyarakat Indonesia terus mengalami perubahan sosial, baik dari segi budaya,
ekonomi, politik, dan teknologi. Pendidikan Pancasila harus mampu mengatasi
tantangan dari perubahan ini, mengakomodasi dinamika sosial, serta menjaga relevansi
nilai-nilai Pancasila dalam konteks masyarakat yang berkembang. Teknologi informasi
dan komunikasi memberikan dampak signifikan pada cara pendidikan Pancasila
disampaikan. Perubahan ini memungkinkan adanya akses ke berbagai informasi, tetapi
juga membawa risiko disinformasi dan radikalisme. Pendidikan Pancasila harus bisa
memanfaatkan teknologi untuk penyampaian yang efektif dan sekaligus mengajarkan
literasi digital yang bijak.

Indonesia adalah negara dengan keberagaman budaya dan agama. Pendidikan


Pancasila harus mampu mengakomodasi nilai-nilai lokal serta mengajarkan toleransi,
menghormati perbedaan, dan memperkuat persatuan dalam kerangka globalisasi yang
menghubungkan Indonesia dengan dunia luar. Pendidikan Pancasila harus terus
beradaptasi dengan dinamika dan tantangan tersebut, tetapi tetap memegang teguh
esensi nilai-nilai Pancasila sebagai fondasi bangsa. Para pendidik dan pemangku
kebijakan pendidikan harus memiliki komitmen yang kuat untuk menjaga nilai-nilai
Pancasila, mengintegrasikannya dalam kurikulum, dan mengajarkan generasi muda
tentang arti pentingnya bagi pembangunan bangsa yang adil, beradab, dan
berkelanjutan.

Pendidikan Pancasila di Indonesia saat ini menghadapi beberapa tantangan yang


kompleks dan perlu mendapatkan perhatian serius. Salah satu tantangan utama adalah
menjaga relevansi Pancasila dalam menghadapi dinamika globalisasi dan perubahan
sosial yang cepat. Masyarakat Indonesia kini semakin terhubung dengan informasi dari
berbagai belahan dunia, sehingga perlu upaya ekstra agar nilai-nilai Pancasila tetap
relevan dan berdaya saing di tengah arus globalisasi. Selain itu, salah satu tantangan
yang tak kalah penting adalah menjaga keberagaman dan mengatasi potensi konflik
yang muncul dari perbedaan pandangan. Pancasila sebagai dasar negara yang mengakui
Bhineka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap satu) memerlukan pendekatan yang
inklusif untuk merangkul keberagaman budaya, agama, dan suku di Indonesia. Hal ini
menjadi lebih rumit dengan munculnya isu-isu identitas yang dapat mengganggu
kerukunan social

Refleksi dan peningkatan pendidikan Pancasila

Refleksi dalam peningkatan pendidikan Pancasila menjadi krusial mengingat


peran Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Penting bagi kita untuk menilai sejauh
mana pendidikan Pancasila telah berhasil dalam membentuk karakter bangsa yang
mencerminkan nilai-nilai kebhinekaan, demokrasi, dan keadilan sosial. Dalam refleksi
ini, perlu dilihat apa yang telah berjalan baik dan apa yang perlu diperbaiki, termasuk
apakah kurikulum telah mengakomodasi dinamika sosial, teknologi, dan budaya serta
apakah pendekatan yang digunakan telah menginspirasi pemahaman mendalam dan
implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Peningkatan pendidikan
Pancasila memerlukan solusi-solusi inovatif. Salah satu solusi adalah mengintegrasikan
pendidikan Pancasila dengan berbagai mata pelajaran, seperti sejarah, sosiologi, bahasa,
dan seni. Ini dapat membantu peserta didik memahami nilai-nilai Pancasila dalam
konteks yang lebih luas dan relevan dengan kehidupan mereka. Selain itu, pemanfaatan
teknologi dalam penyampaian materi dapat memikat generasi muda, seperti
menggunakan platform daring yang interaktif dan menyediakan konten multimedia
yang menarik .

Dalam menghadapi tantangan pendidikan Pancasila, penting juga untuk


memperkuat pelatihan dan peningkatan kompetensi para pendidik. Mereka perlu
memiliki pemahaman mendalam tentang Pancasila serta mampu menerapkannya dalam.
Mengembangkan program pelatihan khusus yang berfokus pada pengajaran nilainilai
Pancasila, pendekatan yang kreatif, dan penanganan situasi kontroversial dapat
meningkatkan kualitas pendidikan Pancasila di semua tingkat pendidikan. Merumuskan
kurikulum pendidikan Pancasila yang lebih relevan dan efektif memerlukan kerjasama
antara pemerintah, lembaga pendidikan, pakar, dan masyarakat. Kurikulum perlu terus
disesuaikan dengan perkembangan masyarakat, teknologi, dan tantangan global. Ini
dapat melibatkan proses evaluasi periodik serta peninjauan ulang konten yang diajarkan.
Selain itu, memasukkan pendidikan karakter yang mengutamakan etika, integritas, dan
kepemimpinan yang baik, dengan nilai-nilai Pancasila sebagai dasarnya, juga perlu
diperkuat dalam kurikulum.

Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Ideologi Negara


1. Argumen Pancasila sebagai Ideologi Negara

Dinamika Pancasila sebagai ideologi negara dalam sejarah bangsa Indonesia

memperlihatkan adanya pasang surut dalam pelaksanaan nilai-nilai Pancasila.

Sebagaimana diketahui bahwa Soekarno adalah termasuk seorang perumus bahkan

penggali dan pemberi nama dasar negara. Dalam perjalanan pemerintahannya,

ideologi Pancasila mengalami pasang surut karena dicampur dengan ideologi

komunisme dalam konsep Nasakom.

Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Soeharto

diletakan pada kedudukan yang sangat kuat melalui TAP MPR No. II/1978 tentang

permasyarakatan P-4. Pada masa Soeharto Pancasila menjadi asas tunggal bagi

semua organisasi politik ( Orpol ) dan organisasi masyarakat ( Ormas ).

Penetapan Pancasila sebagai dasar negara tak hendak menghapuskan

perbedaan, tetapi merangkum semuanya dalam satu semboyan empiris khas

Indonesia yang dinyatakan dalam seloka " Bhinneka Tunggal Ika ". Maka Pancasila

merupakan intelligent choice karena mengatasi keanekaragaman dalam masyarakat

Indonesia dengan tetap toleran terhadap adanya perbedaan.

2. Tantangan Pancasila sebagai Dasar Negara

Pada saat ini bangsa Indonesia sedang menghadapi berbagai tantangan walaupun

sudah satu dasawarsa reformasi berjalan, tantangan tersebut kalau diidentifikasi


sesuai dengan Ketetapan MPR Nomor V/MPR/2000 tentang Pemantapan Persatuan

dan Kesatuan Nasional dan kondisi bangsa Indonesia saat ini adalah sebagai

berikut:

a. Nilai-nilai agama dan nilai-nilai budaya bangsa tidak dijadikan sumber etika

dalam berbangsa dan bernegara oleh sebagian masyarakat. Hal itu kemudian

melahirkan krisis akhlak dan moral yang berupa ketidakadilan, pelanggaran

hukum, dan pelanggaran hak asasi manusia.

b. Konflik sosial budaya telah terjadi karena kemajemukan suku, kebudayaan, dan

agama yang tidak dikelola dengan baik dan adil oleh pemerintah maupun

masyarakat.

c. Penegakan hukum tidak berjalan dengan baik dan pelaksanaannya telah

diselewengkan sedemikian rupa, sehingga bertentangan dengan prinsip

keadilan, yaitu persamaan hak warga negara di hadapan hukum. Perilaku

ekonomi yang berlangsung dengan praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta

kurangnya keberpihakan kepada kelompok usaha kecil dan menengah, sehingga

telah menyebabkan krisis ekonomi yang berkepanjangan, utang besar yang

harus dipikul oleh negara, pengangguran dan kemiskinan yang semakin

meningkat, serta kesenjangan sosial ekonomi yang semakin melebar.

d. Sistem politik tidak berjalan dengan baik, sehingga belumdapat melahirkan

pemimpin-pemimpin yang amanah, mampu memberikan teladan dan

memperjuangkan kepentingan masyarakat.

e. Peralihan kekuasaan yang sering menimbulkan konflik, pertumpahan darah, dan

dendam antara kelompok masyarakat terjadi sebagai akibat proses demokrasi

yang tidak berjalan dengan baik.


f. Masih berlangsungnya pelaksanaan dalam kehidupan bermasyarakat yang

mengabaikan proses demokrasi menyebabkan rakyat tidak dapat menyalurkan

aspirasi politiknya sehingga terjadi gejolak politik yang bermuara pada gerakan

masyarakat yang menuntut kebebasan, kesetaraan, dan keadilan.

g. Penyalahgunaan kekuasaan sebagai akibat dari lemahnya fungsi pengawasan

oleh internal pemerintah dan lembaga perwakilan rakyat, serta terbatasnya

pengawasan oleh masyarakat dan media massa pada masa lampau, telah

menjadikan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah untuk

menyelenggarakan pemerintahan yang bersih dan bertanggung jawab tidak

terlaksana. Akibatnya, kepercayaan masyarakat kepada penyelenggara negara

menjadi berkurang.

h. Globalisasi dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial, danbudaya dapat

memberikan keuntungan bagi bangsa Indonesia, tetapi jika tidak diwaspadai,

dapat memberi dampak negatif terhadap kehidupan berbangsa.

i. Kurangnya pemahaman, penghayatan, dan kepercayaanakan keutamaan nilai-

nilai yang terkandung pada setiap sila Pancasila dan keterkaitannya satu sama

lain, untuk kemudian diamalkan secara konsisten di segala lapis dan bidang

kehidupan berbangsa dan bernegara.

3. Upaya untuk mengatasitantangan Pancasila sebagai dasar negara

Dari berbagai tantangan yang dihadapi bangsa saat ini perlu ada arah kebijakan

yang merupakan solusi menyelesaikan persoalan-persoalan yang terjadi dalam

kehidupan masyarakat, agar memperkuat kembali persatuan dan kesatuan

bangsa. Arah kebijakan tersebut sesuai dengan Ketetapan MPR Nomor

V/MPR/2000 tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional adalah


sebagai berikut: Menjadikan nilai-nilai agama dan nilai-nilai budaya bangsa

sebagai sumber etika kehidupan berbangsa dan bernegara dalam rangka

memperkuat akhlak dan moral penyelenggara negara dan masyarakat.

a) Menjadikan Pancasila sebagai ideologi negara yangterbuka dengan

membuka wacana dan dialog terbuka di dalam masyakarat sehingga dapat

menjawab tantangan sesuai dengan visi Indonesia masa depan.

b) Meningkatkan kerukunan sosial antar dan antara pemeluk agama, suku, dan

kelompok-kelompok masyarakat lainnya melalui dialog dan kerja sama

dengan prinsip kebersamaan, kesetaraan, toleransi dan saling menghormati.

Intervensi pemerintah dalam kehidupan sosial budaya perlu dikurangi,

sedangkan potensi dan inisiatif masyarakat perlu ditingkatkan. Menegakkan

supremasi hukum dan perundangundangan secara konsisten dan bertanggung

jawab, serta menjamin dan menghormati hak asasi manusia. Langkah ini

harus didahului dengan memproses dan menyelesaikan berbagai kasus

korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta pelanggaran hak asasi manusia

c) Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat, khususnya

melalui pembangunan ekonomi yang bertumpu pada pemberdayaan ekonomi

rakyat dan daerah.


d) Memberdayakan masyarakat melalui perbaikan sistem politik yang

demokratis sehingga dapat melahirkan pemimpin yang berkualitas,

bertanggung jawab, menjadi panutan masyarakat, dan mampu

mempersatukan bangsa dan negara.

e) Mengatur peralihan kekuasaan secara tertib, damai, dan demokratis sesuai

dengan hukum dan perundangundangan

Anda mungkin juga menyukai