Anda di halaman 1dari 5

RANCANGAN

POKOK – POKOK PIKIRAN DAN REKOMENDASI


FORUM KOMUNIKASI WARGA TIDUNG (FKWT)
PERIODE 2006 - 2011

I. PENDAHULUAN

A. DASAR PEMIKIRAN

Kecendrungan meningkatnya kekerasan dalam proses pembangunan tatanan


dunia baru yang diidentifikasikan sebagai kekerasan terorisme pada dataran global
dan trans-nasional dimana kekerasan terorisme menempatkan agama sebagai simpul
identifikasi dan pada dataran nasional direspon sebagai kekerasan kelompok-
kelompok yang berbasis etnik. Hal tersebut menghendaki FKWT berhati-hati dan
smart dalam mengambil sikap dan posisi dalam kerangka re-vitalisasi etnisitas,
sehingga tidak kontra-produktif bagi misi FKWT dalam pembangunan, pemberdayaan
dan penguatan etnik Tidung. Perlu adanya sosialisasi secara massif tentang wacana
re-vitalisasi tersebut, sehingga semua komponen bangsa paham dan mengetahui
duduk persoalan atas komitmen FKWT dalam Pembangunan, Pemberdayaan dan
Penguatan etnik sebagai sebuah proses penyadaran atau indoktrinasi dikalangan
masyarakat Tidung bahwa re-vitalisasi budaya Tidung harus difahami sebagai upaya
pemberdayaan dan penguatan etnik Tidung sebagai basis material politik dalam
konstelasi pembangunan daerah, sehingga pemberdayaan dan penguatan etnik lain
diluar etnik Tidung harus dijadikan motivasi untuk lebih smart dalam
memformulasikan starategi pemberdayaan masyarakat Tidung.
Lagi pula budaya masyarakat Tidung merupakan bagian dari etnik yang ada di
tanah air yang mempunyai hak yang sama dengan etnik lain untuk diberdayakan
secara nasional sebagai konsekuensi logis dari eksistensi negara-bangsa Indonesia
(nation state). Terlebih penguatan masyarakat Tidung ( kearifan local) menjadi
alternatif pembangunan pilar negara-bangsa yang kokoh. Lebih jauh re-vitalisasi ini
bertujuan untuk mengangkat etnik Tidung dari keterasingan dalam proses
pembangunan daerah yang dikawatirkan akan berdampak secara sosio-politik yang
mengarah pada “kekerasan” sosial dan struktural, sehingga dapat memicu terjadinya
tindakan asosial sebagaimana daerah-daerah konflik di tanah air, oleh karena itu
harus difahami oleh semua komponen bangsa bahwa eksistensi/keberadaan FKWT
merupakan artikulator atas kearifan lokal sebagai kearifan yang potensial bagi
perkembangan pembangunan yang berkelanjutan.

B. L A N D A S A N

Landasan Pokok - Pokok Pikiran dan Rekomendasi FKWT adalah:


1. Landasan Idiil : Pancasila
2. Landasan Konstitusional : Undang – undang Dasar 1945
3. Landasan Keorganisasian : AD/ART FKWT
4. Landasan Operasional : Keputusan – Keputusan Musyawarah dan Keputusan -
Keputusan Organisasi
C. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Maksud
Pokok – Pokok Pikiran dan Rekomendasi FKWT dirumuskan dengan maksud untuk
memberikan penyegaran dan rekomendasi bagi kepengurusan yang akan datang
sehingga mendapat gambaran objektif tentang kondisi masyarakat Tidung. Lebih
jauh pokok-pokok pikiran dan rekomendasi ini diharapkan menjadi kontribusi
FKWT bagi pembangunan Daerah pada dataran mikro dan pembangunan
Nasional pada dataran makro.

2. Tujuan
Tujuan dirumuskannya Pokok-Pokok Pikiran dan Rekomendasi ini adalah untuk
memberikan arah perjuangan FKWT baik kedalam yaitu perjuangan dalam
melakukan pemberdayaan masyarakat Tidung maupun keluar yaitu perjuangan
dalam memberikan kontribusi bagi pembangunan daerah pada dataran mikro dan
pembangunan Nasional pada dataran makro.

D. SISTEMATIKA PENYAJIAN
Pokok-Pokok Pikiran dan Rekomendasi FKWT ini disusun berdasarkan sistematika
sbb:
I. PENDAHULUAN
A. Dasar Pemikiran
B. Landasan
C. Maksud dan Tujuan
D. Sistematika Penyajian
II. POKOK – POKOK PIKIRAN FKWT
III. REKOMENDASI
IV. PENUTUP

II. POKOK – POKOK PIKIRAN FKWT

Dalam upaya membangun bangsa dan Negara untuk mencapai cita-cita masyarakat
yang adil dan berkemakmuran, bangsa Indonesia menghadapi berbagai tantangan
nasional dan internasional. Tantangan pembangunan tersebut sekaligus merupakan
tantangan bagi masyarakat Indonesia tak terkecuali bagi kelompok-kelompok masyarakat
termasuk FKWT didalamnya. Identifikasi permasalahan pembangunan, tantangan dan
antisipasinya diharapkan menjadi acuan antisipatif umum bagi tiap program dan kegiatan
para fungsionaris FKWT disetiap tingkatan.
Berbagai permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia umumnya dan FKWT
khususnya, penyebabnya serta pemecahannya tertuang dalam pokok-pokok pikiran
sebagai berikut;

1. Ketinggalan dan ketergantungan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.


Keadaan ini perlu diperbaiki dengan menyelenggarakan proses alih teknologi dan
pengembangan ilmu dasar.
2. Ketidak merataan penyebaran dan penguasaan sumber informasi sebagai aset
kehidupan/pembangunan. Keadaan ini perlu diperbaiki melalui pengembangan
jeringan informasi yang menjangkau kelompok masyarakat lemah (khususnya
masyarakat Tidung) dan strategis.
3. Menurunnya kualitas ekologi sebagai danfak eksploitasi maupun ketidakperdulian
terhadap lingkungan. Hal ini dapat dicegah melaui orientasi perencanaan
pembangunan yang menekankan pada kesadaran, partisipasi dan pengendalian
lingkungan.
4. Ketergantungan yang semakin meningkat pada birokrasi dalam banyak aspek
kehidupan, disertai kekurangpekaan pada kehidupan yang demokratis. Kenyataan
tersebut perlu diperbaiki melalui peningkatan profesionalisme dan upaya terus-
menerus mengurangi berbagai dampak negatif birokrasi, serta mengembangkan
alam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara melalui prinsip
keterbukaan.
5. Kecendrungan terjadinya liberalisasi dan konglomerasi ekonomi yang dapat
mengganggu pelaksanaan yang seimbang konsep pembangunan bangsa.
Keadaan ini perlu diperbaiki melalui pelaksanaan program-program pemerataan
pembangunan serta program-program perlindungan terhadap masyarakat
ekonomi lemah.
6. Ketergantungan ekonomi pada pihak luar, khususnya beban hutang luar negeri,
sebagai dampak upaya mengejar pertumbuhan. Keadaan ini perlu diperbaiki
dengan meningkatkan swadaya nasional melalui peningkatan efisiensi dan
productivitas pembangunan nasional, serta dengan meningkatkan daya tahan
ekonomi melalui reaktualisasi pelaksanaan pembangunan yang seimbang antara
pertumbuhan, pemerataan dan kestabilan.
7. Kecendrungan terjadinya ketimpangan pembangunan dalam arah regional,
struktural dan antar kelompok social. Berkaitan dengan itu juga terjadi gejala
disparitas intelectual, baik regional maupun antar kelompok social. Keadaan
tersebut dapat dicegah dengan mengupayakan pemerataan pembangunan dan
pendidikan yang mampu menembus batas-batas regional, struktural maupun
kelompok social.
8. Semakin nyatanya tantangan pertumbuhan penduduk yang tidak disertai dengan
perluasan lapangan pekerjaan secara proporcional.
9. Ketidakpastian hukum yang sangat mempengaruhi iklim investasi di tanah air
yang berakibat langsung pada perluasan lapangan kerja. Hal ini perlu diperbaiki
dengan upaya penegakan hukum ( supremasi hukum) dan menempatkan hukum
sebagai komando bagi penyelesaian berbagai persoalan di tanah air.
10. Menggejalanya tindak kekerasan struktural yang diidentifikasi sebagai tindak
kejahatan teroris dimana agama dituding sebagai simpul kekerasan dan pada
dataran nasional kelompok-kelompok masyarakat (LSM, ORMAS, NGO) yang
berbasis etnik dilihat sebagai simpul kekerasan. Persoalan ini perlu dijelaskan
bahwa keberadaan organisasi berbasis etnik semata-mata bertujuan untuk
pemberdayaan etnik yang rentan terhadap keterbelakangan ditengah-tengah arus
globalisasi.
11. Rendahnya etos kerja masyarakat dan kurangnya orientasi kedepan. Keadaan ini
perlu diperbaiki dengfan upaya pengembangan motivasi, rasionalitas dan
wawasan antisipatif dan preventif.

III. R E K O M E N D A S I

Berangkat dari berbagai persoalan yang tertuang dalam pokok – pokok pikiran diatas
maka perlu direkomendasikan beberapa hal penting untuk dapat diperjuangkan secara
organizacional dalam hal ini FKWT.
A. POLITIK
Partisipasi politik masyarakat harus terus digalakan melalui pendekatan program
yang berorientasi pada ekonomi produktif sehingga dapat meningkatkan tarap
hidup masyarakat secara keseluruhan. Orientasi pada kekuasaan yang nyata-nyata
hanya menguntungkan segelintir orang harus di re-orientasikan pada keuntungan
yang jauh lebih luas bagi masyarakat.

B. EKONOMI
Ketimpangan pembangunan antara Pusat – Daerah ( regional), Kota – Desa
(spasial) dan sektor Perikanan/Pertanian/Perkebunan – Industri dan Jasa ( sektoral)
yang berakibat langsung terhadap perluasan lapangan kerja dan berpotensi pada
meningkatnya tingkat pengangguran perlu mendapatkan prioritas penanggulangan.
FKWT sebagai salah satu instrumen demokrasi harus juga memperjuangkan
disparitas tersebut sesuai dengan kompetensi dan kemampuan yang dimiliki.

C. SENI DAN BUDAYA


Benturan peradaban akibat globalisasi yang ditandai dengan pesatnya
perkembangan transportasi dan komunikasi membawa dampak akulturasi budaya
yang apabila tidak dibangun sistem imun yang mapan dapat mengancam identitas
budaya bangsa ditengah-tengah hegemoni budaya barat. FKWT diharapkan mampu
memberikan warna bagi budaya bangsa dalam persaingan dunia yang menggelobal
dengan tingkat persaingan dan kompleksitas yang ketat.

D. HUKUM DAN HAM


Supremasi hukum harus ditegakkan demi menjamin kepastian investasi di tanah
air, begitu juga dengan penegakan Hak Asasi Manusia terus diperjuangkan dalam
ikut serta membangun tatanan dunia baru yang lebih memanusiakan manusia.
FKWT juga harus membangun frame work yang lebih menempatkan hukum
sebagai panglima dari pada kekuasaan. Hak Asasi Manusia harus diperjuangkan
dengan tetap menjaga keseimbangan antara hak asasi manusia satu dengan hak
asasi manusia yang lain sedemikian hingga diskriminasi terelakkan.

E. SDM DAN IPTEK


Ketertinggalan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain dalam penguasaan
Ilmu Pengetahuan dan alih teknologi perlu mendapat perhatian yang serius dari
seluruh komponen bangsa. FKWT sebagai sebuah wadah pemersatu sekaligus
wadah pemberdayaan masyarakat (khususnya Tidung) harus lebih menekankan
program kerjanya pada peningkatan koalitas SDM dan penguasaan Ilmu
Pengetahuan serta Alih Teknologi.

F. SDA DAN LINGKUNGAN HIDUP


Eksploitasi Sumber Daya Alam harus memperhatikan keseimbangan alam, sehingga
eksploitasi berbanding lurus dengan keberlangsungan lingkungan hidup, bukan
justru sebaliknya, berbanding terbalik dengan apa yang alam tarima, sehingga
lingkungan hidup sangat rentan terhadap kerusakan. FKWT juga harus ikut serta
memperhatikan Eksploitasi Sumber Daya Alam oleh para Profit centres dan
pemerintah dalam rangka keberlanjutan lingkungan hidup yang baik
G. HUKUM ADAT DAN HAK ULAYAT

Hukum Adat merupakan refrensi dan kekayaan khasanah bagi proses ratifikasi
hukum nasional. Hukum adat merupakan hukum yang sudah ada sejak lama dan
tumbuh kembang ditengah-tengah masyarakat Indonesia, oleh karena itu negara
harus melindungi dan menjamin bagi tumbuh kembangnya hukum adat dan hak
ulayat. FKWT mempunyai tanggungjawab moral untuk melakukan artikulasi atas
hukum adat dan hak ulayat masyarakat (khususnya Tidung) untuk dikodifikasi dan
diratifikasi sebagai khasanah kekayaan hukum positif nasional.

III. P E N U T U P

Pokok-pokok pikiran ini merupakan hasil eksplorasi dan kontemplasi yang mendalam
atas kondisi riil bangsa Indonesi pada umumnya dan masyarakat Tidung khususnya
dalam pergumulan perjalanan bangsa yang kemudian sebagai dasar atas rekomendasi
bagi kepengurusan FKWT yang akan datang untuk dapat lebih berperan secara aktif
dan kontinyu bagi pemberdayaan masyarakat Tidung khususnya, bangsa Indonesi
umumnya.

Ditetapkan di : Tarakan
Pada Tanggal : ………Agustus 2006

PIMPINAN SIDANG
MUSYAWARAH PAGUNTAKA II
FORUM KOMUNIKASI WARGA TIDUNG

PIMPINAN SIDANG WAKIL PIMPINAN SIDANG SEKRETARIS SIDANG

( ……………………………. ) ( ……………………………….. ) ( …………………………….. )

Anda mungkin juga menyukai