Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN UMKM BATIK YULIANTI WARNO

JUWANA

Diajukan untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester, dalam mata kuliah
Pengembangan UKM & Koperasi
Dosen pengampu mata kuliah:
Bpk Khabib Solihin, MM

Disusun oleh :

Joko Asroni

Lu’lu’ Faiqoh

PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

INSTITUT PESANTREN MATHALI’UL FALAH

PATI TAHUN AKADEMIK 2019/2020

1
A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang besar. Hal ini bisa dilihat dari berbagai hal yang ada
di Indonesia. Salah satunya dalam segi kekayaan alam, sumber daya alam yang ada di
Indonesia sudah tidak diragukan kualitas dan kuantitasnya di mata internasional. Dalam
segi lain, sumber daya manusia (SDM) yang ada di Indonesia menempati urutan 5 besar
negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Kesemua ini tentunya menjadi suatu
potensi yang tidak ternilai harganya apabila mampu untuk dikelola secara baik dan optimal.
Sebagai sebuah negara yang mempunyai cita-cita besar untuk menjadi negara yang
maju dalam berbagai aspek kehidupan, sudah tentu Indonesia harus mampu untuk terus
beradaptasi dengan dinamika global yang ada. Selain itu, diperlukan pula dorongan dan
semangat seluruh warga negara dalam rangka memajukan Indonesia agar tetap eksis di masa
depan. Hal ini penting untuk disinggung mengingat bahwa dalam kompetisi global tidak
jarang sebuah negara harus berhenti di tengah jalan hanya karena masalah krisis ekonomi,
terorisme dan masalah lain yang justru berasal dari manusia itu sendiri.
Berawal dari hal tersebut, sudah mejadi kewajiban semua anak bangsa untuk ikut
berkontribusi dalam setiap aspek kehidupan walaupun hanya dengan kontribusi yang tidak
seberapa namun akan berdampak luar biasa. Selain itu, kontribusi positif yang ikut
diberikan kepada negara ini pada saatnya nanti akan memberikan dampak besar baik dalam
jangka waktu yang singkat maupun panjang. Maka sudah seharusnya setiap warga negara
harus mampu untuk memberikan sumbangsihnya terhadap kemajuan masyarakat dan
negara tercinta Indonesia.
Pada saat ini, negara Indonesia masuk dalam kategori negara-negara dalam
kelompok sedang berkembang (developing countries), negara Indonesia kini sedang berada
dalam arus globalisasi ekonomi. Arus ini salah satunya ditandai dengan proses kegiatan
ekonomi dan perdagangan yang menjadikan negara-negara di dunia menjadi satu kekuatan,
pasar yang semakin terintegrasi tanpa rintangan dan batas teritorial negara. Globalisasi
perekonomian menghapuskan hambatan terhadap arus modal, barang, dan jasa. Di satu
sisi, globalisasi perekonomian memang membuka peluang pasar bagi produk dalam negeri
ke pasar internasional secara kompetitif, namun di sisi lain globalisasi ekonomi juga
semakin memperlebar masuknya produk negara maju ke dalam negeri secara masif.
Sebagai kelanjutan dari ini semua yaitu terciptanya suatu keadaan free trade yang
menjadi isu yang hangat dan dipelintir oleh beberapa kalangan menjadi sangat menarik.
Denga demikian, pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten kota didorong menyediakan
“karpet merah” bagi para investor. Masyarakat diyakinkan bahwa para investor adalah
tulang punggung pertumbuhan ekonomi nasional maupun regional. Dalam konteks
deregulasi, yang selalu diusahakan agar peraturan-peraturan pemerintah bisa mendukung
pada para investor. Yang sering terjadi, deregulasi tersebut memperoleh legitimasi dari
penyelenggara negara, dan dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan pengusaha. Mereka biasanya memiliki peta regulasi negara-negara berkembang.
Bersamaan dengan itu, wacana yang mereka keluarkan biasanya seputar anggaran
pemerintah yang semakin berat. Bagi mereka, anggaran pemerintah tidak seharusnya
dibebani untuk biaya pendidikan, kesehatan dan fasilitas publik. Beban tersebut seharusnya
dibebankan kepada swasta. 1

1 Sunyoto Usman, Esai- esai Sosiologi Perubahan Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015) hlm. 48

2
Dalam peraturan ekonomi, sampai saat ini masih terjadi perdebatan tentang
dampak yang timbul dari perdagangan bebas. Kalangan yang pro terhadap perdagangan
bebas menyatakan keyakinan mereka bahwa perdagangan bebas akan membuka pasar
internasioanal dan kesempatan kerja yang lebih luas. Yang tujuan akhirnya yaitu
meningkatnya devisa negara. Selain itu, dari segi sosial budaya, perdagangan bebas akan
meningkatkan etos kerja, sikap disiplin, inklusi dan menghargai inovasi dan kreatifitas
negara lain. Namun, kalangan yang lain melihat bahwa globalisasi ekonomi justru akan
menimbulkan dampak negatif yang serius. Menurut mereka banyak negara berkembang
menjadi kehilangan ruang pengambilan kebijakan (the loss of policy space) terutama kebijakan
strategis yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak. Kondisi semacam ini menurut
mereka disebabkan karena pemerintah di negara-negaara berkembang lambat dan pasti
akan kehilangan legitimasi menentukan kebijakan ekonomi dan politik yang sesuai dengan
kehidupan masyarakatnya. Akibatnya. Banyak sekali negara berkembang termasuk
Indonesia menjadi kehilangan sumber daya ekonomi, dan pada gilirannya kemudian akan
semakin meningkatkan jumlah kelompok miskin, menambah beban mental pada psikologi
ekonomi negara, serta memperlebar jurang kesenjangan sosial. 2
Amanat konstitusi sebagaimana tercantum dalam Pasal 33 UUD 1945 ayat 4
menyatakan bahwa “Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan
ekonomi nasional”. Untuk itu, langkah langkah yang ditempuh untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi masyarakat harus terus mengupayakan terwujudnya prinsip-prinsip
yang diamatkan oleh UUD 1945. Sebagai tindak lanjut dari amanat konstitusi tersebut,
secara teknis upaya pengembangan ekonomi masyarakat yang dilakukan atau didesain oleh
pemerintah daerah juga diharapkan mampu mengangkat derajat kesejahteraan masyarakat
ketingkat kualitas kesejahteraan ekonomi yang lebih baik. Perbaikan tingkat kesejahteraan
masyarakat daerah yang diikuti dengan pencapaian stabilitas ekonomi daerah pada akhirnya
diharapkan akan semakin memperkuat kekuatan dan ketahanan ekonomi nasional. Oleh
karena itu, indikator kekuatan ekonomi dan tingkat kesejahteraan nasional sangat
ditentukan pada sejauh mana pencapaian tingkat kesejahteraan masyarakat daerah.3
Berdasarkan pada hal diatas, dengan tidak mengesampingkan keberadaan kelas
ekonomi menengah dan keatas, secara tidak langsung objek dari penguatan ekonomi negara
yaitu masyarakat kelas bawah. Mereka adalah sasaran penting dalam pembangunan baik
pembangunan infrastruktur maupun pembangunan sumber daya manusia. Hal ini menjadi
niscaya seiring dengan semakin berkembangnya berbagai perusahaan besar yang menguasai
ekonomi nasional. Maka dari itu, pemerintah dituntut untuk mampu merangsang jiwa-jiwa
entrepreneurship masyarakat dan selalu mendukung langkah maju dalam pengembangan
usaha di tingkat ekonomi kelas bawah.
Ditengah gelombang krisis ekonomi keuangan global 2007-2008, Indonesia tampil
menunjukkan kinerja yang cukup meyakinkan. Bahkan, beberapa lembaga pemerintah tidak
ragu menempatkan Indonesia sebagai salah satu tujuan investasi yang sangat menjanjikan.
Bulan Juli 2010, Japan Credit Rating Agency Ltd, misalnya, memperbaiki peringkat Indonesia
hingga mencapai investment grade (level investasi). Maka tidak mengherankan jika banyak
investor membanjiri Indonesia di pasar keuangan domestic sejak akhir 2010 hinga 2011.

2 Ibid hlm 49
3 BAPPEDA Kabupaten Bandung. Laporan Penyusunan Grand Desain Pengembangan Ekonomi Masyarakat
tahun 2011

3
Yang menjadi pertanyaan selanjutnya yaitu, jika Indonesia menjadi rumah yang nyaman
bagi para investor untuk berinvestasi, apakah masyarakat Indonesia mendapatkan manfaat
dari situasi ini? Pertanyaan ini kemudian melahirkan sebuah keyakinan bahwa investasi juga
memungkinkan membawa dampak negatif bagi perekonomian apabila tidak dikelola secara
komprehensif dan serius.
Di sisi likuiditas misalnya, kebijakan moneter tidak mampu melakukan transmisi
secara efektif dalam mendorong perekonomian. Salah satu penyebabnya dan menjadi aktor
utama yang sering diutarakan oleh banyak pihak yaitu kartel perbankan. Bank dikuasai oleh
segelintir orang dan kepemilikan deposito di tubuh neraca perbankan hanya terbatas pada
orang-orang kaya saja. Sekitar 1,3 persen dari seluruh penabung menguasai tidak kurang 70
persen dari total dana pihak ketiga. Hal inilah yang menjadi paradoks yang kasatmata di
sektor keuangan yang memiliki implikasi cukup luas di masyarakat. Implikasi ini seperti
pada kebijakan perbankan yang masih saja menerapkan aturan yang memberatkan dan tidak
mendorong industri khususnya industri kecil. Padahal sebagian besar (sekitar 90-an persen)
unit usaha di Indonesia adalah usaha mikro, kecil dan menengah(UMKM).4
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan kegiatan usaha yang mampu
memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada
masyarakat, dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan
masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam mewujudkan
stabilitas nasional. Selain itu, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah salah
satu pilar utama ekonomi nasional yang harus memperoleh kesempatan utama, dukungan,
perlindungan dan pengembangan seluas-luasnya sebagai wujud keberpihakan yang tegas
kepada kelompok usaha ekonomi rakyat, tanpa mengabaikan peranan Usaha Besar dan
Badan Usaha Milik Negara.
Meskipun Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah telah menunjukkan peranannya
dalam perekonomian nasional, namun masih menghadapi berbagai hambatan dan kendala,
baik yang bersifat internal maupun eksternal, dalam hal produksi dan pengolahan,
pemasaran, sumber daya manusia, desain dan teknologi, permodalan, serta iklim usaha.
Untuk meningkatkan kesempatan, kemampuan, dan perlindungan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah, telah ditetapkan berbagai kebijakan tentang pencadangan usaha,
pendanaan, dan pengembangannya namun belum optimal. Hal itu dikarenakan kebijakan
tersebut belum dapat memberikan perlindungan, kepastian berusaha, dan fasilitas yang
memadai untuk pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Sehubungan dengan itu, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah perlu diberdayakan dengan
cara:
a. penumbuhan iklim usaha yang mendukung pengembangan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah; dan

b. pengembangan dan pembinaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan peran serta kelembagaan


Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam perekonomian nasional, maka pemberdayaan

4 A Prasetyantoko dkk, Pembangunan Inklusif: prospek dan tantangan Indonesia (Jakarta: LP3ES, 2012) hlm. 9

4
tersebut perlu dilaksanakan oleh Pemerintah pusat, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan
masyarakat secara menyeluruh, sinergis, dan berkesinambungan.5
Dilihat dari jumlah unit usaha yang ada, sangat terasa proses dan dinamika yang ada
di perekonomian secara umum telah mengeksklusi sebagian besar pelaku bisnis kecil di
Indonesia. Eksistensi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia secara
kuantitas sangat besar, akan tetapi kontribusinya pada perekonomian secara umum masih
sangat kecil. Data menunjukkan bahwa unit UMKM yang ada di Indonesia sekitar 90-an
persen dari total usaha yang ada, dan juga mampu untuk menyerap tenaga kerja sekitar 97,4
persen dari keseluruhan nasional. Namun, kontribusinya terhadap perekonomian
(PDB/Produk Domestik Bruto) hanya berkisar 55 persen saja. Jika dikaitkan dengan
ekspor kontribusinya hanya 20 persen saja. Fakta ini jelas menunjukkan bahwa ada yang
kurang tepat terkait struktur UMKM pada ekonomi Indonesia, sebagian besar unit usaha
adalah UMKM, tetapi perhatian pemerintah untuk sektor ini justru sangat sedikit.
Akibatnya , tingkat produktifitas unit-unit usaha tersebut juga sangat kecil.6
Selanjutnya kita perlu juga utuk menengok kembali tujuan negara Indonesia yang
ingin menyediakan kesejahteraan sosial bagi seluruh warganya. Hal ini terutama bagi
mereka yang selama ini dianggap sebagai masyarakat miskin. Maka dalam rangka
meningkatkan peningkatan pendapatan masyarakat miskin dikaitkan denga agenda
pengembangan ekonomi lokal. Di berbagai daerah tumbuh beragam proyek, gerakan, dan
institusi serta pelaku ekonomi lokal yang mencakup mulai dari proses produksi sampai
distribusi barang di masyarakat. Dalam konteks ini, institusi ekonomi lokal untuk usaha
mikro, kecil dan menengah dapat dikatakan sebagai instistusi ekonomi lokal yang berbasis
pada masyarakat, pasar, dan negara.
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu bagian
terpenting dalam pembangunan, sebagai wujud dari pertumbuhan perekonomian serta
meningkatkan kesejahteraan nasional. UMKM banyak berkontribusi positif yang sangat
signifikan dalam bidang upaya penanggulangan masalah-masalah ekonomi dan sosial di
Indonesia. Masyarakat juga sangat merasakan dampak positifnya dengan adanya UMKM
di lingkungan mereka, yakni seperti terciptanya lapangan pekerjaan bagi mereka, sehingga
mengurangai jumlah pengangguran dan kemiskinan yang selalu menjadi permasalahn
utama yang dialami oleh negara berkembang termasuk Indonesia, serta berperan dalam
proses pemerataan dan peningkatan pendapatan, hingga mendorong pertumbuhan
ekonomi dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional.
Dalam rangka untuk mewujudkan program pengembangan ekonomi daerah maka
perlu mengembangkan Industri kreatif, karena industri kreatif merupakan bagian dari
UMKM.
UMKM diadakan dalam rangka mengembangkan potensi daerah dan kreativitas
masyarakat sehingga dapat menghasilkan produk yang mempunyai keunggulan bersaing
(competitive advantage). Industri kreatif memerlukan strategi keunggulan agar mampu untuk
bersaing di dunia luar. Untuk itu industri kreatif perlu mempersiapkan diri sebaik mungkin
sehingga mampu meningkatkan daya saing. Daya saing merupakan kemampuan untuk
mempertahankan pangsa pasar. Daya saing mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan produktivitas perusahaan dan memperluas akses pasar. Hal ini akan bermuara
kepada peningkatan omzet penjualan dan profitabilitas perusahaan. Indikator-indikator
yang dapat digunakan dalam pengukuran daya saing, diantaranya pertumbuhan nilai atau

5 UU 20 Tahun 2008 UMKM bagian penjelasan


6 Ibid,.

5
volume output, inovasi produk, pangsa pasar, nilai omzet, kualitas produk, profit, tingkat
pendidikan rata-rata pekerja dan pengusaha, jumlah sertifikat standardisasi yang dimiliki
dan jumlah paten yang dibeli, standardisasi, jenis teknologi yang digunakan, pemasaran,
produksi, produktivitas atau efisiensi, nilai mesin dan peralatan produksi atau nilai asset,
jumlah pengeluaran promosi, dan jaringan kerja atau kerja sama dengan pihak lain
(Megasari,2014).7
Dengan semakin berkembangnya dinamika perekonomian nasional sebagai akibat
dari ekonomi global yang tidak menentu, UMKM diharapkan mampu memberikan
kontribusinya lebih besar lagi kontribusinya dalam hal penambahan devisa negara dan
kemanfaatan umum serta dalam menjaga kestabilan ekonomi nasional. UMKM sebagai unit
usaha yang berada di sektor riil masyarakat bawah dan bergerak dalam perekonomian sehari
hari harus selalu berusaha untuk terus melakukan berbagai inovasi di berbagai sector. Hal
ini dimaksudkan agar mampu untuk menyesuaikan dengan dinamika ekonomi yang
semakin pesat.
Di era digital seperti saat ini, dimana segala sesuatu dapat dikendalikan lewat
teknologi informasi dan komunikasi, maka implikasinya juga berpengaruh terhadap semua
sector kehidupan manusia dan masyarakat. Termasuk pula dalam hal ini UMKM. Para
pelaku UMKM dituntut untuk mampu menggunakan kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi yang ada untuk memajukan dam mengembangkan UMKM yang mereka miliki.
Selain itu, dengan semakin cangggihnya era digital, juga memungkinkan para pelaku
UMKM untuk mendapatkan jaringan yang lebih luas dan ide-ide baru yang lebih kekinian.
Salah satu sub sektor industri kreatif yang cukup berkembang di Indonesia adalah
industri batik. Batik merupakan salah satu kerajinan asli Indonesia yang memiliki corak
khas sebagai cerminan dari kekayaan budaya nasional Indonesia, sehingga Batik Indonesia
telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia (Word Heritage) oleh UNESCO. Hal tersebut
menjadikan industri batik makin berkembang dan lebih di kenal dalam pasar industri kreatif
dunia pada umumnya dan dunia fasion khusunya, hal tersebut juga diimbangi dengan
kepemilikan berbagai jenis-jenis batik di Indonesia.
Salah satu wilayah penghasil kain batik yang sudah banyak dikenal luas di
masyarakat adalah Juwana. Di sini, banyak sekali ditemukan para pengusaha batik baik yang
yang sudah turun temurun maupun yang belum lama merintis usaha batik. Bahkan batik
Juwana telah menjadi salah satu ikon Kabupaten Pati kalangan nasional. Hal ini tidak
mengherankan karena banyaknya usaha batik yang ada dengan kualitas dan kuantitas yang
tidak diragukan lagi.
Berdasarkan pada rilis BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Pati tahun 2018
sebagaimana dalam Pati Dalam Angka tahun 2018, ada 37 usaha mikro, kecil dam
nenengah(UMKM) di kecamatan Juwana pada khususnya yang memproduksi batik. Hal ini
menunjukkan bahwa industi batik yang ada di sekitaran Juwana masih eksis sampai saat ini.
Dan diantara tempat-tempat produksi batik tersebut sebagian besar berada di wilayah desa
Bakaran dan desa Langgenharjo. Maka tidak mengherankan apabila kita melewati daerah
ini di pinggir-pinggir jalan akan mudah ditemui papan nama berbagai industri batik.8
Dari sekian banyak jumlah industri batik yang ada, secara langsung maupun tidak
langsung akan memunculkan persaingan dan kendala lain seperti pemasaran, karyawan, dan

7 Frida R., Inggrita Gusti S N., “STRATEGI PENGEMBANGAN UKM BATIK DI KOTA MEDAN” (paper

presented at National Conference of Applied Sciences, Engineering, Business and Information Technology. Politeknik
Negeri Padang, 15 – 16 Oktober 2016) h. 135
8 BPS Kab. Pati, Pati Dalam Angka tahun 2018

6
masih banyak lagi. Dan yang menarik jika kita perhatikan lebih dalam lagi yaitu, bahwa
keberadaan industri batik satu dengan yang lain tidak saling tumpah tindih bahkan terkesan
saling meramaikan satu sama lain. Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu pendorong
peneltian ini yang memfokuskan pada salah satu usaha batik yaitu Yuliati warno batik di
Desa Langgenharjo Juwana Pati.
Yulianti Warno merupakan salah satu UMKM yang memproduksi batik Juwana.
UMKM Batik Yulianti Warno hadir dengan menampilkan corak dengan mengangkat motif
tentang keberagaman etnik khas Kabupaten Pati khususya dan keberagaman etnik khas
Jawa Tengah pada umumnya, yang dibalut dengan tampilan yang atraktif dengan motif
ornament dari berbagai macam ikon di daerah tersebut. Demi memenuhi pasar yang terus
mengalami perkembangan, Yuliati warno juga melayani pemesanan batik berdasarkan pada
motif permintaan pasar, selain daripada motif klasik yang memang menjadi ciri khas.
Diantaranya yang pernah diproduksi Yuliati warno yaitu motif ikan cupang, hasil pertanian,
hasil laut, jeruk pamelo, dan lainnya. Adapun motif berupa ikon yang pernah diproduksi
oleh Yuliati warno diantaranya yaitu ikon Tugu Peluru di Gabus, ikon Stasiun Tawang di
Semarang dan yang lainnnya.9
Sebagai salah satu pelaku UMKM batik, Yuliatiwarno bukan saja harus mampu
untuk mampu melakukan manajerial yang baik dalam segi apapun, tetapi juga dituntut agar
mampu memperkenalkan hasil produksinya kepada dunia pasar. Dalam hal ini, strategi
yang diterapkan oleh Yuliati warno harus benar-benar mempunyai dampak yang signifikan
pada pengembangan usaha. Yang menjadi pertanyaan selanjutnya yaitu setelah UMKM
Yuliatiwarno batik ini berdiri tahun 2007, ternyata telah mampu untuk memasuki semua
elemen pangsa pasar fashion baik tingkat local maupun nasional. Selain itu, batik Yuliati
warno juga telah mampu untuk bersanding dengan brand-brand terkenal dalam dunia
fashion. Hal ini tentunya menjadi sebuah pertanyan besar yang kemudian muncul tentang
bagaimana strategi Yuliatiwarno dalam mengembangkan bisnisnya.
Pemberdayaan masyarakat lokal dan motif batik Juwana yang khas dan unik dapat
dijadikan sebagai keunggulan produk untuk dapat merebut pasar yang lebih luas merupakan
peluang yang bisa didapatkan dalam pengembangan industri batik Juwana. Batik Juwana
berpotensi untuk dapat dikembangkan karena dapat melestarikan dan mengangkat budaya
lokal dan menjadi alternatif pilihan batik nasional.
Penelitian ini dilakukan pada UMKM Batik Yulianti warno Juwana. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan UMKM Batik Yulianti warno Juwana dan
menyusun analisis strategi pengembangan UMKM Batik Yulianti warno Juwana. Dengan
mengetahui permasalahan yang ada di UMKM Batik Yulianti warno Juwana akan dapat
mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin untuk mampu bersaing. Dan dengan adanya
strategi pengembangan UMKM Batik Yulianti warno Juwana diharapkan akan dapat
mengembangkan usaha batik sehingga lebih mampu meningkatkan daya saing.

2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serta menganalisis strategi
pengembangan usaha yang diterapkan di UMKM batik Yulianti Warno Juwana.

3. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan
di bidang bisnis terutama batik. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan mampu

9 Wawancara dengan owner Yuliatiwarno batik pada 26 Oktober 2019

7
memberikan informasi dan referensi mengenai penerapan strategi pengembangan bisnis
pada UMKM batik Yulianti Warno Juwana, dan juga dapat dijadikan bahan refrensi untuk
penelitian selanjutnya. Manfaat lain yang diharapkan dapat diambil dari penelitian ini yaitu
bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak terkait yang ingin
mengembangkan dan membuat regulasi bagi para pelaku UMKM terutama industri batik.

4. Pokok Permasalahan
Secara umum berdasarkan pada hasil wawancara dengan pemilik usaha Yuliatiwarno
batik, setidaknya ada tiga masalah utama yang dihadapi oleh Yuliatiwarno batik pada
khususnya dan usaha batik pada umumnya. Ketiga permasalahan tersebut yaitu pasar,
produksi dan karyawan.

1. Pasar. Permasalahan pasar yang dihadapi oleh pengusaha batik umumnya mengenai
pasar. Hal ini mengingat semakin kuatnya arus modernisasi terutama dalam hal
fashion dan brand. Bahkan dengan diberlakukannya era pasar bebas ASEAN
(MEA/masyarakat ekonomi ASEAN) dan membanjirnya produk impor dari China
secara langsung maupun tidak langsung juga berpengaruh kepada pangsa pasar
Yuliatiwarno batik. Kain batik yang selama ini diidentikkan dengan persepsi fashion
klasik akan selalu bersaing dan disandingkan dengan berbagai model dan brand
ternama bahkan dari luar negeri.

2. Produksi. Selama ini para pengusaha batik khususnya Yuliati Warno batik merasakan
permasalahan berupa produksi yang belum maksimal. Proses produksi yang belum
maksimal ini misalnya masih terbatasnya Yuliati warno batik dalam memproduksi
kain batik dalam jangka waktu tertentu. Produksi kain batik selama ini hanya
mengandalkan sklala kecil atau hanya beberapa lembar kain saja dalam seharinya
atau sekali satu proses produksi. Atau selama satu kali masa produksi setidaknya
hanya bisa memproduksi 5 lembar kain saja. Terkait dengan hal produksi juga
menyangkut pada permasalahan proses produksi yang yang juga dituntut untuk
mampu beradaptasi dengan membuat corak batik berdasarkan pada ikon tertentu
bahkan corak permintaan pasar.

3. Karyawan. Permasalahan mengenai karyawan ini terkait dengan minimnya minat


masyarakat terutama usia produktif yang akan menjadi karyawan. Kurang begitu
tertariknya para pencari kerja usia produktif untuk menekuni dan bekerja di sektor
batik ini mengingat semakin banyaknya industri di sektor lain yang tanpa
membutuhkan ketrampilan khusus atau tanpa melalui proses orientasi belajar kerja
yang lama. Selain itu, pandangan bahwa bekerja sebagai karyawan industry rumahan
batik tidak mendapatkan gaji yang sesuai standar juga masih menjadi masalah bagi
industri batik dalam perekrutan karyawan baru. Walaupun pembukaan karyawan
baru dibuka tanpa adanya batasan yang mengikat secara kuat akan tetapi, minat
masyarakat untuk menjadi karyawan industri batik masih saja mejadi permasalahan
tersendiri.10

10 Wawancara dengan owner Yuliatiwarno batik pada 26 Oktober 2019

8
B. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Menentukan jenis penelitian sebelum terjun ke lapangan adalah sangat


signifikan, sebab jenis penelitian merupakan payung yang akan digunakan sebagai dasar
utama pelaksanaan riset. Oleh karenanya penentuan jenis penelitian didasarkan pada
pilihan yang tepat karena akan berimplikasi pada keseluruhan perjalanan riset.11
Penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian lapangan (field research), dengan
menggunakan penelitian kualitatif. Peneliti kualitatif mengandalkan pengamatan dan
wawancara dalam pengumpulan data di lapangan.12
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, yaitu data yang
dikumpulkan berbentuk kata-kata, gambar, bukan angka-angka. Menurut Bogdan dan
Taylor dalam Moleong (2000: 3), penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati. Sementara itu, menurut Moleong (2000: 17), penelitian deskriptif
adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun
rekayasa manusia. Adapun tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat
pencaindraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan strategi
pemasaran dalam mengembangkan UMKM Batik Yulianti Warno Juwana.

2. Metodologi Penelitian
Seorang peneliti yang akan melakukan kegiatan penelitian, sebelumnya ia
dituntut untuk mengetahui dan memahami metodologi serta sistematika penelitian, hal
tersebut menjadi tuntutan akademik jika peneliti tersebut hendak mengungkapkan
kebenaran melalui suatu kegiatan ilmiah.
Kualitas data sangat ditentukan oleh kualitas alat atau metode
pengumpulannya. Untuk memperoleh data yang valid. Maka untuk memperoleh data
dan informasi yang tepat dan akurat dalam penelitian lapangan (field research) yang
termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif ini, metode pengumpulan data yang
dilakukan meliputi:

 Wawancara
Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap
muka antara pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai, dengan
atau tanpa menggunakan pedoman (Guide) wawancara, di mana pewawancara
dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan
demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam
kehidupan informan.13
Selain itu, wawancara juga menjadi metode dalam penggalian data
kualitatif yang sangat dianjurkan oleh para ahli. Hal ini mengingat bahwa

11 Saifulla, Buku Pedoman Metodologi Penelitian (Hand Out, Fakultas Syari’ah UIN Malang, t.t), t.h.
12 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004) hlm. 208
13Ibid., hlm 111

9
melalui wawancara, informasi yang didapatkan akan sangat berkaitan erat
dengan kedaan psikologi dan emisional social yang ada.
Untuk mengumpulkan data atau informasi yang di perlukan dalam
penelitian mengenai UMKM yuliati warno batik, maka peneliti mewawancarai
tiga informan, yaitu:
1. Yulianti Warno sebagai owner batik Juwana Yulianti Warno
2. Siti zulaichah sebagai pegawai bagian pemasaran online
3. Ibu wati sebagai pegawai pengrajin batik

 Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.14 Observasi
yang berarti suatu metode pengumpulan data dengan jalan pengamatan dan
pencatatan secara langsung dengan sistematika terhadap fenomena-fenomena yang
diselidiki (Arikunto, 1987:128). Observasi dalam penelitian ini adalah observasi
secara langsung. Dan dalam observasi ini peneliti lebih banyak menggunakan indra
pendengaran guna mendengarkan penjelasan dari informan, kemudian mencatat
informasi sebagai hasil penelitian.
Oleh karena itu peneliti harus terjun langsung di UMKM batik Yulianti
Warno Juwana guna untuk mengumpulkan data tentang bagaimana strategi
pengembangan yang dilakukan oleh UMKM Batik Yulianti Warno sehingga usaha
yang mereka jalankan saat ini masih berkembang.

 Dokumentasi
Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data
karena dalam banyak hal dokumen sebagai alat untuk menguji, menafsirkan dan
meramalkan sesuatu data. Beberapa hal yang menjadikan dokumen dapat
dijadikan sumber data diantaranya:
a) Karena merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong
keingintahuan;
b) Berguna untuk bukti dalam sebuah pengujian;
c) Sifatnya alamiah, sesuai dengan konteks, lahir dan berada dalam
konteks;
d) Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk memperluas
tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.

Diantara beberapa hal yang dapat dijadikan sumber penelitian melalui


dokumentasi yaitu buku harian, surat pribadi, biografi dan auto biografi, serta
dokumen resmi.15
Mencari data mengenai beberapa hal, baik berupa catatan dan data
informan mengenai prestasi-prestasi penghargaan yang pernah di raih oleh
UMKM Batik Yulianti Warno serta dokumentasi lain yang mendukung
informasi.

14 Burhan Bungin. PENELITIAN KUALITATIF Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya.

(Jakarta: Prenada Media Group, 2015). Cet II hlm., 118


15 Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian: suatu pendekatan praktik.( Jakarta. Rineka cipta.2006) hlm. 208

10
Melalui metode dokumentasi, peneliti juga menggunakan untuk
menggali data berupa dokumen terkait penjualan produk mebel dan foto-foto
untuk memperkuat kredibilitas penelitian Metode ini digunakan sebagai salah
satu pelengkap dalam memperoleh data.

3. Teknik Analisis Data


Analisis data dalam penelitian kualitatif ini menggunakan metode deskriptif, yaitu
data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal itu
disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif.16
Sehubungan dengan hal tersebut, maka peneliti mengumpulkan data dan
informasi yang diperoleh dari UMKM Batik Yulianti Warno Juwana. Kemudian data yang
telah dikumpulkan dianalisis oleh peneliti dan yang terakhir data tersebut
diinterpretasikan.

C. KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka menjadi sebuah acuan dalam sebuah penelitian karena disini kajian pustaka
mempunyai peranan sebagai dasar acuan penelitian dan menjadi pembeda terhadap penelitian yang
pernah dilakukan. Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain:
1. Skripsi yang disusun oleh Nurul Erfinah. Yang berjudul “ANALISIS STRATEGI
PENGEMBANGAN USAHA PADA MIKRO KECIL dan MENENGAH (UMKM)
BATIK MALANGAN DI KOTA MALANG”, Universitas Negeri Malang pada
Tahun 2016. Penelitian ini menjelaskan tentang prioritas strategi pengembangan yang
tepat pada UMKM Batik Malangan di Kota Malang. Dan kemudian kesimpulan yang
dapat di ambil dalam penelitian ini adalah dapat diketahui tentang prioritas strategi
pengembangan yang tepat pada UMKM Batik Malangan yaitu: 1. Menghasilkan produk
yang sesuai dengan pesanan konsuman. 2. Meningkatkan promosi melalui pameran-
pameran ditawarkan ke orang-orang baik secara langsung maupun online.

2. Jurnal yang disusun oleh Alfi Amalia, dkk. Yang berjudul “ANALISIS STRATEGI
PENGEMBANGAN USAHA PADA UKM BATIK SEMARANGAN DI KOTA
SEMARANG” Universitas Diponegoro pada tahun 2012. Yang menjelaskan tentang
berbagai alternatif strategi yang sesuai untuk UKM Batik Semarangan berdasarkan
analisis faktor-faktor internal dan eksternal atau menggunakan analisis SWOT yang
telah dilakukan. UKM Batik Semarangan dapat memanfaatkan kekuatan yang dimiliki
untuk mendapatkan peluang yang ada dengan menggunakan beberapa startegi. Dan
juga dapat menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang ada
dengan penerapan beberapa strategi. Selain itu dalam memanfaatkan peluang yang ada
dengan meminimalkan kelemahan yang ada dengan menggunakan strategi melakukan
kerjasama dengan pedagang batik, promosi dengan cara membuat iklan di internet dan
pada saat diadakannya Semarang Great Sale yang mengundang banyak pengunjung
sehingga menjadi kesempatan untuk melakukan promosi dan meningkatkn penjualan,
melakukan penawaran produk kelompok atau organisasi kerja maupun lembaga-
lembaga yang ada. Strategi yang dapat digunakan UKM Batik Semarangan dalam
meminimalkan kelemahan yang ada dan untuk menghindar ancaman yang datang, yaitu
dengan meningkatkan promosi dengan cara memanfaatkan media promosi sesuai

16 Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitain Kualitatif, hal. 11

11
dengan dana yang ada, dan juga dapat dilakukan penambahan saluran distribusi seperti
agen, reseller ataupun sales.

3. Jurnal yang disusun oleh Frida Ramadini, dan Inggrita Gusti S N., yang berjudul
“STRATEGI PENGEMBANGAN UKM BATIK DI KOTA MEDAN” Universitas
Sumatra Utara pada tahun 2016. Penelitian ini menjelaskan tentang perkembangan
usaha batik di kota Medan yang masih relatif stagnan meskipun produk ini membawa
karakteristik lokal dengan beragam motif etnis khas Sumatera Utara sebagai keunikan
produknya. Dengan menggunakan diagram Fishbone dan Force Field Analysis (FFA)
untuk mengetahui hambatan yang dihadapi oleh usaha batik di kota Medan, ditemukan
bahwa masalah-masalah dalam pengembangan usaha batik di kota Medan muncul di
sisi: pengrajin batik, wirausaha, bahan baku dan peralatan, penetrasi pasar, dukungan
pemerintah dan konsumen. Maka agar pengembangan usaha batik di kota Medan dapat
berjalan dengan optimal diperlukan sinergitas antara 3 (elemen) yaitu pemerintah
(government), pelaku UKM (businessman) dan akademisi (academician) sehingga usaha
batik di kota Medan dapat berkembang menjadi produk lokal unggulan daerah.

4. Skripsi yang disusun oleh Felisia Meliana Ratri P.Silitonga, yang berjudul “STRATEGI
PENGEMBANGAN UMKM BATIK TULIS”, Universitas Sanata Dharma pada
tahun 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pengembangan dan
alternatif strategi yang digunakan oleh UMKM batik tulis yang berada di Desa Gulurejo
dan Desa Ngenatrejo Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo. Dan kemudian
kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini, bahwa strategi pengembangan
yang digunakan pada industri UMKM batik tulis yang berada di Desa Gulurejo dan
Desa Ngentakrejo ialah fokus strategi (kombinasi strategi cost leadership dan strategi
diferensiasi). UMKM batik tulis yang berada di kedua desa tersebut berada dalam posisi
pertumbuhan, adapun alternatif strategi yang dapat di gunakan untuk mengembangkan
UMKM batik tulis yang berda di Desa Gulurejo dan Desa Ngentakrejo Kecamatan
Lendah Kabupaten Kulon Progo Yaitu: 1. Memanfaatkan teknologi untuk melakukan
promosi di media sosial; 2. Memanfaatkan teknologi baru dalam membatik; 3.
Menghasilkan produk batik yang berkualitas dengan harga yang terjangkau dipasaran
sehingga menambah pelanggan dan meningkatkan upah kepada karyawan; 4. Memiliki
kemasan produk batik yang menarik; 5. Mengikutsertakan SDM (karyawan) yang
dimiliki ke dalam pelatihan untuk meningktkan kemampuan membatik; 6.
Menghasilkan produk batik tulis yang beraneka ragam motif; 7. Menciptakan inovasi
batik; 8. Menghasilkan batik tulis dengan ciri dan motif yang unik; 9. Menyediakan stok
bahan baku; 9. Mengikuti pelatihan antar sesama pelaku UMKM yang di adakan
pemerintah; 10. Pelaku usaha memberikan pelatihan kepada karyawan untuk
mengahsilkan batik yang unik.

D. PEMBAHASAN

1. Deskripsi Objek Penelitian UMKM batik Yulianti Warno Juwana


Industri Yuliati warno batik adalah salah satu industri batik yang ada di Desa Langgenharjo
Kec. Juwana Kab. Pati. Usaha ini didirikan oleh Yuliati warno pada tahun 2007. Selain sudah
mendirikan galeri batik sendiri di jalan Juwana-Tayu tepatnya di Desa Langgenharjo Juwana,
Yuliatiwarno batik juga membuka tempat produksinya yang berjarak sekitar 100 meter dari
galeri untuk menjadi temapat wisata edukasi batik bagi semua kalangan. Dengan segala upaya

12
dan manajemen yang diterapkan Industri batik Yuliati warno saat ini memilki omset sekitar 2
milyar pertahunnya. Dan saat ini sudah memiliki stand di tempat pameran maupun tempat
keramaian lainnya. Bahkan Yuliati warno batik telah mengikuti dan memenangkan beberapa
kategori dalam berbagai event. Diantaranya yaitu: telah menjuarai dengan kategori busana terbaik
1 tingkat Jawa Tengah pada tahun 2013, kategori batik wanita terbaik tingkat Jawa Tengah pada
tahun 2013, batik Yulianti Warno juga sebagai produk unggulan Desa Langgenharjo Juwana
Pati melalui program one village one product (OVOP), serta pernah mengikuti pameran internasioal
NANING.
Sebagai industri batik yang berangkat dari nol, Yuliati warno batik mencoba untuk selalu
memenuhi permintan pasar, baik dari segi corak atau desain dan juga kualitasnya. Dalam
memproduksi batik, Yuliati warno membuat dua macam jenis batik yaitu motif klasik dan motif
kontemporer. Adapun metode yang digunakan dalam membuat batik yaitu dengan metode
batik tulis dan batik cap. Sedangkan dalam pemasarannya, produk Yuliati warno menggunakan
berbagai macam cara baik secara online maupun offline.

2. Analisis Strategi Pengembangan UMKM batik Yulianti Warno Juwana

Sebagaimana industri batik pada umumnya, Yuliatiwarno batik juga terus melakukan
langkah-langkah startegis dalam rangka mengembangkan usahanya. Hal ini tidak terlepas dari
adanya keinginan dari produsen batik untuk terus memperlebar sayap bisnis batik di masa yang
akan datang. Selain itu, dengan semakin berkembangnya usaha ini secara langsung maupun
tidak langsung akan ikut melestarikan warisan budaya asli Indonesia.
Dari beberapa kendala dan permasalahan yang telah dijelaskan di atas, Yuliati warno batik
berusaha untuk menerapkan strategi-strategi dalam menjawabnya. Adapun langkah strategis
yang dilakukan oleh Yuliati warno batik diantaranya yaitu:
 Pertama, untuk menjawab tantangan kemajuan teknologi dan semakin meluasnya
jaringan bisnis melalui online Yuliati warno juga memasarkan batiknya dengan promosi
secara online melalui berbagai media social dan website. Diantara media online yang
digunakan yaitu melalui facebook dan Instagram. Dengan pemasaran dan promosi ini
diharapkan masyarakat akan lebih mudah mengakses segala informasi dan membeli batik
melalui online. Selain itu dengan pemasaran secara online juga akan mampu untuk
menjangkau semua segmen dalam pasar yang didominasi oleh para pengguna media
sosial. Melalui pemasaran secara online, Yuliati warno juga mampu untuk bersaing
dengan model dan brand dari luar negeri.
 Kedua. Membuka galeri dan mengikuti berbagai macam pameran yang berhubungan
dengan batik maupun industri kreatif. Galeri ini diantaranya di tempat produksi di Jalan
raya Juwana Tayu Desa Langgenharjo, Plaza Pragolo Pati, dan tempat pameran lainnya.
Dengan mengikuti event-event pameran dan fashion show akan mendongkrak brand
Yuliati warno di mata khalayak luas. Melalui event-event semacam ini juga yuliati warno
batik akan mendapatkan jaringan pemasaran baru dan sharing berbagai hal tentang batik
dari banyak pengusaha batik di Indonesia.
 Ketiga. Membuka kelas edukasi batik bagi masyarakat luas. Hal ini dilakukan untuk
mengenalkan batik pada masyarakat terutama dari generasi anak sekolah. Di tempat
produksi Yuliati warno batik sering didatangi mulai dari anak TK sampai perguruan
tinggi untuk belajar hal ihwal tentang batik dan semakin mencintai batik sebagai budaya
khas Indonesia. Selain itu Yuliati warno batik juga mejadi tempat pelatihan batik bagi

13
instruktur batik dari berbagai wilayah di Jawa Tengah. Dengan kegiatan semacam ini
semakin banyak masyarakat yang akan mengenal batik khususnya Yuliatiwarno batik.
 Keempat. Menerapkan strategi influencer brand. Hal ini dilakukan untuk memperkenalkan
Yuliati warno batik dikalangan artis dan pegawai kantor. Dengan bekerjasama dengan
pihak-pihak tersebut akan menambah nilai tawar Yuliatiwarno batik di kalangan kelas
atas dan menengah. Ketika para pimpinan kantor dan artis memakai batik dari yuliati
warno diharapkan akan diikuti oleh para fans artis (untuk kalangan artis) dan akan
menjadi seragam kantor (untuk kalangan kantor).
 Kelima. Melayani pemesanan batik berdasarkan motif permintaan pasar dan ikon
tertentu. Demi memenuhi pasar yang terus mengalami perkembangan, Yuliati warno
juga melayani pemesanan batik berdasarkan pada motif permintaan pasar selain daripada
motif klasik yang memang menjadi ciri khas. Diantaranya yang pernah diproduksi Yuliati
warno yaitu motif ikan cupang, hasil pertanian, hasil laut, jeruk pamelo, dan lainnya.
Adapun motif berupa ikon yang pernah diproduksi oleh Yuliati warno diantaranya yaitu
ikon Tugu Peluru di Gabus, ikon Stasiun Tawang di Semarang dan yang lainnnya.
Dengan inovasi ini masyarakat akan semakin tertarik dan bangga untuk mengenakan
batik dalam berbagai kegiatan.
 Keenam. Dalam rangka menjawab permasalahan terkait dengan produksi, yuliati warno
batik selain memproduksi kain batik dengan metode batik tulis juga menggunakan
metode batik cap. Hal ini untuk menjawab permintaan pemesanan yang terkadang
sangat banyak. Selain itu disamping penggunaan metode cap, juga melayani desain kain
batik dengan menggunakan aplikasi Komputer. Hal ini semata-mata dilakukan untuk
mengikuti dinamika fashion yang tidak dapat dibendung.
 Ketujuh. Terkait dengan permasalahan tentang karyawan, Yuliati warno selalu berupaya
untuk mengatasinya. Terkait dengan anggapan bahwa gaji bekerja di industri batik tidak
mendapatkan gaji sesuai standar, hal ini dibantah oleh pihak Yuliati warno batik. Bahkan
selain memberikan gaji sesuai dengan UMR bagi karyawannya, Yuliati warno juga
memberikan bonus tambahan untuk karyawannya. Selain itu, dalam rangka merekrut
karyawan baru yang belum mengenal proses membatik, Yuliati warno siap untuk
membimbing mulai dari nol sampai benar-benar menjadi karyawan yang handal.
 Kedelapan. Dalam hal terkait dengan persaingan antara pengusaha batik yang satu dengan
pengusaha batik yang lainnya, Yuliatiwarno batik mengungkapkan bahwa walaupun
seandainya diantara para pengusaha batik membuat satu motif yang sama , tetap akan
muncul perbedaan yang menjadi cirikhas antara pengusaha yang satu dengan pengusaha
lainnya. Hal ini menandakan bahwa titik akhir dari persaingan antara pengusaha batik
yaitu adanya cirikhas masing-masing pengusaha batik yang tidak bias ditiru oleh
pengusaha lainnya.

3. Tantangan Kedepan dan Strategi Yang Akan Di Lakukan


Yang menjadi tantangan kedepan menurut pelaku usaha UMKM batik bakaran
Yulianti Warno yakni terletak pesaingan harga pasar dengan pengusaha batik lainnya, serta
semakin berkurangnya minat masyarakat (SDM) yang usia produktif untuk membatik.
dengan minimnya minat masyarakat terutama usia produktif yang akan menjadi karyawan
menjadi keterbatasan dalam memproduksi batik. Hal ini karena generasi karyawan lama
juga membutuhkan regenerasi.

14
Seiring dengan dinamika ekonomi nasional yang ada saat ini, persaingan harga tidak
dapat dihindarkan. Kebijakan ekonomi yang kurang memihak kepada para pelaku usaha
mikro kecil dan menengah serta semakin banyaknya produsen batik baru yang
menggunakan metode cap mesin juga akan menjadi permasalahan tersendiri. Pemerintah
melalui stakeholder terkait hanya terfokus untuk mengenalkan batik pada dunia global tanpa
memerhatikan untuk membantu memperbaiki manajemen dan peningkatan kualitas
produksi. Jika para stakeholder dan pihak terkait memberikan perhatian lebih besar lagi
kepada para pengusaha batik, tentunya akan membawa dampak positif lebih banyak lagi
pada pelaku dan masyarakat luas. Diantaranya seperti mengurangi pengangguran yang ada
di masyarakat, semakin cepatnya laju ekonomi masyarakat bawah, dan lain sebagainya.
Selain itu, keberadaan batik kualitas rendahan yang diproduksi oleh produsen
berbasis mesin cap juga menjadi tantangan tersendiri. Keberadaan mereka secara tidak
langsung akan bersaing ketat dengan batik yang asli. Bagaimana tidak, dengan harga yang
lebih murah dari harga rata-rata batik menyebabkan masyarakat akan lebih tertrik untuk
memebeli dengan harga yang lebih murah walaupun dengan kualitas yang kurang baik.
Apalagi jika hal ini tidak diiringi dengan promosi yang gencar melalui berbagai media, maka
keberadaan batik khas yang asli akan semakin kehilangan pasar.
Adapun strategi yang akan di lakukan oleh pengusaha UMKM batik bakaran
Yulianti Warno Juwana dalam menghadapi tantangan tersebut dengan peningkatan kualitas
dan kuantitas produk dan keberagaman motif produk dengan perpaduan warna yang
menarik, yang sesuai dengan generasi saat ini tanpa meninggalkan aksen tradisionalnya.
Selain itu, hal penting yang penting juga yang akan selalu diupayakan oleh yuliatiwarno batik
yaitu memanfaatkan media internet untuk memasarkan ke jaringan yang lebih luas lagi,
mencari inspirasi motif-motif batik yang kekinian dan corak batik sesuai dengan
perkembangan trend tanpa meninggalkan unsur budaya agar dapat lebih menarik minat
membeli oleh masyarakat luas baik luar maupun dalam negeri. Dan hal paling utama yang
selau diupayakan oleh Yuliatiwarno batik yaitu kualitas baik kualitas produksi maupun
kualitas pelayanan. Memproduksi batik dengan bahan warna alami dan elegan yang banyak
diminati para pecinta dan kolektor batik. Serta dalam hal pengembangan dapat dilakukan
dengan perbaikan dalam manajemen produksi dan manajemen pemasaran yang baik dan
kerja sama dengan berbagai lembaga terkait secara lebih intensif.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

 Kesimpulan
Yuliati warno batik adalah salah satu usaha mikro, kecil dan menengah yang berada
di juwana pati jawa tengah. Usaha ini memproduksi batik baik dengan metode batik tulis
maupun batik cap. Selain itu, dalam memproduksi kain batik Yulitiwarno selin menampilan
motif klasik yang menjadi warisan budaya juga menampilkan motif kontemporer yang
menjadi media bagi perkembangan pasar. Sebagai UMKM yang produktif yuliati warno
tentunya menghadapi kendala dan permasalahan yang muncul yaitu terkait pasar, produksi,
dan karyawan.
Adapun dalam mengembangkan usahanya, Yuliati warno menggunakan banyak sekali
strategi, diantaranya yaitu:
1. Menggunakan media online dalam pemasaran
2. Membuka kelas membatik untuk segala segmen usia.
3. Bekerja sama dengan tokoh public

15
4. Mengikuti berbagai event
5. Menerima pemesanan motif batik berdasarkan permintaan
6. Memproduksi motif batik dengan corak ikon tertentu
7. Memberikan upaah karyawan yang sesuai dengan standar
8. Melatih calon karyawan dengan pelatihan yang dimulai dari hal mendasar samapai
menjadi karyawan yang handal.

 Saran

Bagi UMKM Yuliati warno batik:


1. Agar terus melakukan inovasi baik dari segi kualitas maupun kuantitas kain batik.
2. Agar semakin gencar untuk melakukan promosi terutama promosi secara online
mengingat akan semakin mudah menjangkau semua kalangan.
3. Agar lebih giat lagi dalam bekerjasama dengan berbagai pihak dan melalui banyak
platform agar semakin lebih dikenal masyarakat luas.
4. Agar menjadikan batik bukan hanya sebagai kain saja akan tetapi juga menjadi bagian
dari peralatan sehari hari yang mudah digunakan masyarakat luas.
Bagi pemerintah:
1. Agar membuat regulasi yang mengatur secara lebih jelas dan tepat sasaran mengenai
batik dalam rangka untuk menjadikan batik lebih berkembang lagi.
2. Agar selalu melakukan pendampingan baik secara individu maupun kolektif kepada
para pengusaha batik.
3. Agar bekerja sama dengan pihak pihak strategis baik di dalam maupun luar negeri untuk
mempromosikan batik.
Bagi masyarakat:
1. Agar bangga dalam mengenakan batik sebgai bagian dari pakaian asli Indonesia
sekaligus melestarikan budaya leluhur.
2. Mengajak anggota keluarga masing-masing dan masyarakat yang dimulai dari diri
sendiri untuk ikut memjukan batik melalui berbagai media.

F. DAFTAR PUSTAKA

16
 A Prasetyantoko dkk, Pembangunan Inklusif: prospek dan tantangan Indonesia (Jakarta: LP3ES,
2012)
 BAPPEDA Kabupaten Bandung. Laporan Penyusunan Grand Desain Pengembangan
Ekonomi Masyarakat tahun 2011
 BPS Kab. Pati, Pati Dalam Angka tahun 2018
 Burhan Bungin. PENELITIAN KUALITATIF Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Prenada Media Group, 2015. Cet II
 Frida R., Inggrita Gusti S N., “STRATEGI PENGEMBANGAN UKM BATIK DI KOTA
MEDAN” (paper presented at National Conference of Applied Sciences, Engineering,
Business and Information Technology. Politeknik Negeri Padang, 15 – 16 Oktober 2016)
 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004)
 Saifulla, Pedoman Metodologi Penelitian (Hand Out, Fakultas Syari’ah UIN Malang, t.t)
 Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian: suatu pendekatan praktik.( Jakarta. Rineka cipta.2006)
 Sunyoto Usman, Esai- esai Sosiologi Perubahan Sosial,(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2015)
 UU 20 Tahun 2008 tentang UMKM, bagian penjelasan
 Wawancara dengan owner Yuliatiwarno batik pada 26 Oktober 2019

Lampiran

Foto bersama ownner Yuliatiwarno Proses pembuatan batik

17
Hasil produksi Yuliatiwarno batik Galeri Yuliatiwarno di Jln Juwana-Tayu

18

Anda mungkin juga menyukai