Anda di halaman 1dari 17

BELA NEGARA

PENINGKATAN SEMANGAT BELA NEGARA SELURUH MASYARAKAT INDONESIA


DALAM RANGKA MENANGKAL PENGARUH NEGATIF GLOBALISASI

Perkembangan situasi Global yang sangat pesat telah mempengaruhi Negara


Negara maju untuk menjadi Negara adi daya baik dibidang Militer maupun dibidang
teknologi dengan mengangkat berbagai isu yang dilontarkan untuk menguasai seluruh
Kawasan di belahan dunia secara fisik ataupun Non fsik yang berdampak pada Negara
berkembang termasuk Indonesia. Menyikapi akselerasi global yang sangat cepat
tentunya bangsa Indonesia harus semakin siap, mematangkan kualitas diri (SDM) agar
tidak larut dalam gelombang perubahan global. Berbagai hal positip yang telah dapat
dimanfaatkan dari globalisasi dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional
dan penegakkan kedaulatan NKRI, Apabila bangsa Indonesia tidak siap menerima secara
utuh dan mampu mengikuti perubahan yang sangat cepat tersebut. Akan menimbulkan
permasalahan pertahanan negara, misalnya perbatasan wilayah, masalah disintegrasi
bangsa dan terjadi pemikiran untuk menjadikan negara federasi serta menurunnya
semangat kebhinekaan atau rasa nasionalisme dengan berbagai permasalahan sosial.
Negara Indonesia sebagai negara kepulauan yang tersebar dari Sabang sampai Merauke
dengan jumlah penduduk + 250 juta jiwa serta memiliki keragaman suku, etnis, agama,
bahasa, bangsa dan adat istiadat juga memiliki sumber daya alam yang melimpah serta
memiliki posisi geografis strategi. Kondisi ini selain memberikan keuntungan juga memiliki
kerawanan terhadap perpecahan. Hal ini akan lebih parah jika terpengaruh oleh nilai-nilai
universal yang mengarah pada sifat individualisme. Disisi lain sebagai negara yang
memiliki nilai strategis tentunya menjadi sasaran negara-negara yang memiliki
kepentingan dengan menggunakan isu globalisasi melalui penguasaan dan monopoli
tanpa menggunakan kekuatan, namun memiliki dampak yang dahsyat yang disebut
Pengaruh Globalisasi.
Bangsa Indonesia harus mampu berdiri tegak sebagai bangsa yang berdaulat,
sekaligus mampu merespons dan mengantisipasi perubahan lingkungan dengan
memperhatikan kepentingan nasional. Kita ketahui bahwa Globalisasi merupakan sebuah
fenomena alami, sebuah fragmen dari perkembangan proses peradaban yang harus kita
lalui bersama. Salah satu hal mendasar penyebab terjadinya pergeseran nilai-nilai
dalam masyarakat tersebut adalah “Luntur dan menurunnya Semangat Bela Negara”
bahkan mengakibatkan nilai persatuan dan kesatuan bangsa terancam. Dengan situasi
2
yang melatar belakangi demikian, segenap bangsa Indonesia harus mampu menangkal
serta mengetahui sejauh mana dampak tersebut berpengaruh. Kiranya diperlukan solusi
dan upaya terbaik dalam mengatasi Pengaruh Negatif Globalisasi perlu dituangkan dalam
Upaya Meningkatkan Semangat Bela Negara kepada seluruh masyarakat Indonesia
sebagai salah satu upaya untuk menghindari disintegrasi bangsa.
Mencermati dari Indikasi Pengaruh Negatif Globalisasi yang dapat menggoyah
eksistensi Persatuan dan Kesatuan Bangsa diperlukan suatu penangkalan melalui
peningkatan Semangat Bela Negara, agar kuat dan tegaknya suatu bangsa dalam
menjalani kehidupannya di tengah-tengah bangsa lain di dunia. Kuat dan surutnya kadar
Semangat Bela Negara masyarakat Indonesia sangat ditentukan oleh tingkat pemahaman
dan sikap hidup masyarakat yang atas dasar kesadaran persatuan, nasionalisme dan
patriotisme. Kelak menjadi suatu bangsa yang kuat, perlu adanya kesadaran dan
penghayatan masyarakat Indonesia terhadap Semangat Bela Negara yang berpedoman
terhadap nilai-nilai nasional yang terkandung dalam Semangat Bela Negara dan dapat
dikatagorikan menjadi tiga unsur, yaitu “rasa Bela Negara”, “paham Bela Negara” dan
“semangat Bela Negara”.
Adapun permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah Pertama,
Lemahnya Rasa Bela Negara, Rasa bela negara merupakan suatu perasaan rakyat,
untuk melindungi/menjaga masyarakat dan bangsa terhadap kondisi bangsa Indonesia
dalam perjalanan hidupnya menuju cita-cita bangsa yaitu masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 1. Berdasarkan hal tersebut, maka rasa Bela
Negara tidak hanya menyatakan bahwa seseorang adalah bagian dari pada masyarakat
bangsanya, akan tetapi sekaligus mengandung unsur loyalitas untuk menjaga integritas
dan identitas dari masyarakat bangsa itu. Rasa Bela Negara memancar secara nyata di
dalam perilaku serta jati diri yang menjadi ciri khas dari budaya maupun pandangan hidup
bangsa. Namun jika dikaitkan dengan Indikasi Pengaruh Negatif Globalisasi saat ini,
dimana Pengaruh Negatif Globalisasi dapat dilaksanakan secara nirmiliter dengan tidak
menggunakan senjata konvensional dan mempunyai dampak yang sangat dahsyat dan
dapat berakibat fatal, seperti provokasi dan memunculkan opini negatif negara Indonesia
pada dunia internasional. Oleh karena itu yang menjadi target sasaran adalah seluruh
sendi-sendi kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara baik dari aspek
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan maupun keamanan, seperti yang
terurai di bawah ini : 1) Bidang Idiologi. Pudarnya penghayatan terhadap nilai-nilai
Pancasila yang dapat dilihat dengan semakin maraknya sifat individualistik saat ini dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara yang jelas bertentangan dengan Pancasila sebagai
1
Mabes TNI AD, Setia dan Menepati Janji dan Sumpah Prajurit, 2006, hal 76
3
kepribadian bangsa dipertajam dengan adanya sistim multi partai yang tidak semuanya
menggunakan asas Pancasila tentunya merupakan suatu bukti bahwa bangsa ini sedang
dipengaruhi, sehingga dikhawatirkan dengan pudarnya nilai-nilai Pancasila tersebut pada
gilirannya akan memunculkan krisis identitas Bela Negara pada berbagai kalangan
masyarakat. 2) Bidang Politik. Timbulnya kepentingan partai politik sehingga menggeser
kepentingan negara, berakibat terjadinya benturan antara elit politik, adanya
ketidakpuasan rakyat terhadap kepemimpinan sehingga terjadi demonstrasi bahkan
bentrokan, anarkhis dan berbagai gejolak lainnya. Ini juga membuktikan bahwa bangsa ini
sudah berhasil di adu domba atau sudah terprovokasi. Mudahnya masyarakat untuk
dikotak-kotakan atas dasar identitas tertentu, mengindikasikan lemahnya kesadaran
sebagai suatu bangsa yang memiliki akar sejarah serta tujuan yang sama, sekaligus
mencerminkan juga rendahnya pemahaman dan kesadaran akan nilai-nilai Bela Negara
pada sebagian masyarakat Indonesia. 3) Bidang Ekonomi. Adanya bantuan pihak asing
yang pada akhirnya dijadikan kesempatan untuk melakukan intervensi terhadap tatanan
ekonomi nasional. Gaya hidup yang konsumtif dengan jumlah penduduk begitu besar
serta kurangnya mencintai produk sendiri dan lebih suka dengan produk luar negeri
dimanfaatkan untuk pangsa pasar ditandai dengan barang selundupan yang membanjiri
pasar. Gaya hidup malas, dimanfaatkan untuk memfasilitasi dengan berbagai kebutuhan
yang serba instant dengan berubahnya nilai sosial budaya. Gaya hidup mewah,
dimanfaatkan untuk membuat anak bangsa terlena dalam kemewahan, sehingga
kewaspadaan menurun. Penyebaran virus dengan tujuan bukan hanya untuk
melemahkan bangsa namun membentuk menjadi bangsa yang gelisah. Provokasi kaum
buruh untuk melakukan demo. Membanjirnya komoditi tani dan kebun hasil selundupan
dengan sasaran melemahkan petani agar meninggalkan profesi, hal tersebut sebagai
langkah awal menghantam ekonomi Indonesia yang berbasis agraris. Masyarakat petani
mulai meninggalkan desanya menuju masyarakat industri, secara sepintas boleh
dikatakan sebagai suatu kemajuan, namun akan berkata lain ketika hal ini menjadi
ketimpangan yang menyolok antara masyarakat agraris dengan masyarakat industri. 4)
Bidang Sosial Budaya. Konflik-konflik horizontal yang terjadi di Indonesia akibat
perbedaan identitas suku bangsa, agama, dan wilayah domisili. Konflik tersebut
sebenarnya lebih diakibatkan oleh ketimpangan atau kesenjangan ekonomi, kesempatan
untuk mendapatkan pekerjaan, serta diskriminasi perlakukan dalam mendapatkan
pelayanan. Adanya tindakan anarkis yang dilakukan oleh kelompok agama tertentu
merupakan indikasi bahwa identitas agama sudah mulai mengesampingkan nilai-nilai Bela
Negara dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Pada bidang pendidikan, belum
4
semua anak usia sekolah dapat menikmati kesempatan belajar. Kondisi ini merupakan
suatu ancaman bagi kelestarian nilai-nilai Bela Negara pada generasi penerus bangsa.
Padahal melalui jalur pendidikan nilai-nilai Bela Negara, patriotisme, serta kesadaran bela
negara dapat ditanamkan secara dini. Belum seluruh komponen bangsa memperoleh
pelayanan kesehatan, padahal kesehatan merupakan syarat utama bagi berlangsungnya
berbagai aktivitas masyarakat. Kultur dan struktur kehidupan bangsa Indonesia telah
dipengaruhi negara yang berkepentingan yang sengaja agar bangsa ini dibuat selalu
bergantung pada pihak negara asing, sehingga tidak memiliki kesempatan untuk mandiri,
kreeatif dan maju serta menghancurkan generasi muda dengan narkoba, individualis,
materialis dan lain-lain. 5) Pertahanan dan Keamanan. Masih rendahnya upaya-upaya
pembinaan terhadap wilayah-wilayah terbelakang serta wilayah-wilayah perbatasan.
Adanya konflik diberbagai daerah seperti NAD, Papua, Poso, Maluku yang
berkepanjangan, jika tidak diatasi secara cepat dan benar, dapat mengakibatkan
disintegrasi bangsa yang mengarah pada perpecahan serta sistem pertahanan. Kedua,
Berkurangnya pemahaman terhadap Bela Negara. Merupakan pemahaman rakyat dan
masyarakat terhadap bangsa dan negara Indonesia yang diploklamirkan kemerdekaannya
pada tanggal 17 Agustus 1945. Pemahaman tersebut harus sama pada setiap anak
bangsa meskipun berbeda dalam latar belakang pendidikan, pengalaman serta jabatan.
Bangsa Indonesia lahir tidak didasarkan sentimen atau semangat primordialisme agama,
maupun etnis, melainkan didasarkan pada persamaan nasib untuk menjadi suatu bangsa
yang besar, kuat dan terhormat. Setiap warga negara mempunyai kedudukan yang sama
dihadapan hukum dan pemerintah. Warga negara Indonesia bukan saja orang-orang
bangsa Indonesia asli, melainkan termasuk bangsa lain seperti keturunan Tionghoa,
keturunan Belanda dan keturunan Arab yang bertempat tinggal di Indonesia dan mengaku
Indonesia sebagai tanah airnya serta bersikap setia kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang telah disahkan sesuai dengan undang-undang. Paham Bela Negara
adalah perwujudan dari Semangat nusantara yang mengamanatkan kesatuan politik,
ekonomi, sosial budaya dan Hankam. Dihadapkan pada Pengaruh Negatif Globalisasi
yang ditujukan kepada Indonesia sebagai negara kaya dan berpotensi ke depan, paham
Bela Negara bangsa Indonesia telah mengalami degradasi/penurunan yang
mengakibatkan bangsa ini tidak sempat berpikir dan berbuat yang lebih besar, sehingga
kekuatan-kekuatan besar dunia dapat dengan lebih bebas dan leluasa menyedot
kekayaan alam Indonesia, mengambil aset-aset nasional, sambil mengacaukan sistem
kehidupan nasional kita menuju ke arah yang tidak jelas dengan memanfaatkan atau
memperalat elemen-elemen dan oknum-oknum tertentu dalam masyarakat kita, yang tega
5
berkolaborasi dengan mereka demi kenikmatan sesaat bagi dirinya atau kelompoknya,
tanpa memikirkan masa depan bangsa dan negaranya. Akibatnya Indonesia semakin
dalam terseret ke lembah keterpurukan, terlebih dengan adanya sikap dari para pemimpin
yang hanya terlena pada upaya berebutan atau mempertahankan kursi kekuasaan/
kedudukan, dan fasilitas tanpa peduli pada bahaya besar yang sedang mengancam
kelangsungan hidup bangsa dan negara ini dan perilaku generasi muda bangsa yang
cenderung meninggalkan budaya Indonesia dalam prilaku sehari-hari disertai bergesernya
idealisme Bela Negara menjadi idealisme materialistik dan hedonistik serta timbulnya
primordialisme sempit yang dapat merusak persatuan dan kesatuan bangsa. Ketiga,
berkurangnya Semangat terhadap Bela Negara. Merupakan perpaduan dari rasa Bela
Negara dan paham Bela Negara yang terpancar dari kualitas dan ketangguhan bangsa
dalam menghadapi ancaman. Kondisi Semangat Bela Negara atau Nasionalisme suatu
bangsa akan terpancar dari kualitas ketangguhan bangsa tersebut dalam menghadapi
berbagai ancaman. Berawal dari semangat Bela Negara akan mengalir rasa
kesetiakawanan sosial, semangat rela berkorban dan dapat menumbuhkan jiwa
patriotisme. Namun kondisi semangat Bela Negara saat ini telah mengalami penurunan
akibat dari pengaruh globalisasi, hal ini terlihat dengan menurunnya rasa kesetiakawanan
sosial, semangat rela berkorban dan pudarnya jiwa patriotik dari sebagian masyarakat
Indonesia. Disamping itu suasana serba ada dan serba instant saat ini dapat
menyebabkan seseorang untuk tidak berbuat maksimal, sehingga watak “malas”
menyelimuti kehidupan bangsa Indonesia yang dapat berimplikasi terhadap kehidupan
masyarakat. Lalu bangsa mana yang merasa sulit untuk menguasai Indonesia jika watak
malas bangsa ini menjadi suatu ciri bangsa. Selain watak malas yang menjadi penyebab
rentannya terhadap ancaman Pengaruh Negatif Globalisasi, namun cita-cita pendahulu
kita untuk meneruskan perjuangannya dalam mewujudkan negara yang merdeka, bersatu,
berdaulat adil dan makmur kurang mendapat dukungan dari generasi penerusnya, hal ini
dapat dilihat dari cara memperjuangkan dan mengisi kemerdekaan.
Seiring dengan bangsa Indonesia memaknai Semangat Bela Negara sebagai salah
satu Upaya, telah nampak gejala di depan mata Pengaruh Negatif Globalisasi akibat
perkembangan lingkungan strategis disertai tantangan dan peluang yang dihadapi
dengan beberapa faktor dominan yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun faktor
eksternal. Pada Era globalisasi sekarang ini yang ditandai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta pesatnya kemajuan bidang teknologi informasi, sehingga
dunia menjadi transparan dan mengglobal. Arus informasi dapat diakses oleh setiap
individu sesuai dengan kebutuhannya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
6
sudah mengglobal ini dapat dijadikan peluang bagi bangsa kita untuk mentransfer melalui
pendidikan baik di dalam negeri maupun ke luar negeri guna kemajuan bangsa dan
negara kita. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi bangsa Indonesia amat
sangat penting artinya dalam rangka menghadapi persaingan global dengan bangsa-
bangsa lain di dunia. Disamping itu penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi harus
bersemangat membela Negara agar ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut dapat
dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat serta ketahanan bangsa Indonesia. Sebagai
kendala dengan Masuknya nilai-nilai budaya asing terutama budaya barat yang banyak
menawarkan nilai-nilai kebebasan yang mudah diterima dan disenangi oleh kalangan
muda bangsa, sehingga terjadilah dominasi budaya barat terhadap budaya bangsa
sendiri. Disinilah terjadi pertarungan budaya dan bila budaya asing yang dominan, maka
akan berpengaruh terhadap pola pikir dan pandangan hidup anak bangsa yang telah
dipengaruhi oleh budaya barat. Akibatnya nilai-nilai kejuangan sebagai perekat bangsa
mulai menipis, nasionalisme dan patriotisme memudar diikuti dengan mengendurnya
ikatan-ikatan Bela Negara dan Semangat Bela Negara kita. Semakin meluasnya kegiatan
illegal dan kejahatan lintas batas negara seperti penyelundupan sembako, ternak, BBM,
dan imigran gelap. Hal ini akan menjadi kendala dan dapat berimbas negatif di dalam
kehidupan Semangat Bela Negara serta aktualitas nilai-nilai kejuangan pada kehidupan
masyarakat berbangsa dan bernegara. Ketergantungan negara-negara berkembang di
bidang Ilpengtek dari negara-negara maju, sehingga dapat dimanfaatkan oleh negara-
negara maju yang dengan mudah dapat melakukan pengendalian dan penekanan
terhadap suatu bangsa yang sedang berkembang. Dalam rangka memahami
kemungkinan terjadinya penguasaan negara asing terhadap Indonesia, kita terlebih
dahulu perlu memahami dan menguasai konsep dari Pengaruh Negatif Globalisasi yang
berkembang saat ini dihadapkan pada peluang dan kendala perkembangan lingkungan
strategis agar lebih tepat dalam merumuskan tujuan dan sasaran yang akan dicapai
sesuai dengan harapan.
Perjalanan bangsa Indonesia menuju bangsa yang maju, kuat dan bermartabat di
masa yang akan datang, dapat dipengaruhi oleh masyarakatnya sebagai upaya dalam
bertindak dan mengisi pembangunan bangsa. Kondisi masyarakat Indonesia berkembang
sesuai perkembangan lingkungan strategis, disertai tuntutan dan tantangan yang
dihadapi bangsa Indonesia ke depan, namun esensi Semangat Bela Negara Indonesia
tetap tidak berubah karena telah melalui proses sejarah, sosial dan budayanya yang telah
membentuk jati diri bangsa. Kondisi Masyarakat Indonesia ke depan, sangat ditentukan
oleh komponen bangsa dalam memaknai dan menyikapinya sebagai hasil akhir dari
7
adanya pengertian (rasa) Bela Negara dan pemahaman (paham) terhadap Semangat
Bela Negara, sehingga Semangat Bela Negara dapat menumbuhkembangkan persatuan
dan kesatuan Bangsa.
Semangat Bela Negara yang kita miliki pada hakekatnya keterpaduan antara Moral
dan Moril dengan kekuatan rasa Cinta untuk membela, menjaga dan melindungi Negara
oleh rakyat Indonesia yang memiliki jati diri serta kemampuan menyikapi perkembangan
lingkungan sesuai falsafah hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Berangkat dari
pemahaman tersebut, maka integritas seluruh masyarakat Indonesia akan menentukan
kadar seluruh komponen bangsa. Semangat Bela Negara Indonesia dirasakan sudah
memudar sebagai akibat adanya Pengaruh Negatif Globalisasi yang telah masuk ke
dalam sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Menyikapi kondisi tersebut,
diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan Semangat Bela Negara yang dilakukan
secara bersama-sama oleh seluruh masyarakat Indonesia, terutama oleh Pemerintah
sebagai pemegang kebijakan publik yang mengatur sarana dan prasarana serta
instrumen negara lainnya yang dapat digunakan untuk meningkatkan Semangat Bela
Negara. Adapun tujuannya adalah Untuk menumbuhkan Semangat Bela Negara secara
optimal yang diselenggarakan melalui pemantapan kembali komitmen bangsa yang
mengacu pada filosofi Sumpah pemuda, bertujuan untuk menggugah kembali nilai-nilai
Bela Negara dalam hati sanubari setiap insan manusia Indonesia, khususnya penerus
bangsa untuk menyadari dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam konsepsi
satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa, yaitu Indonesia. Dengan sasarannya adalah
Terwujudnya Semangat Bela Negara secara optimal melalui peningkatan terhadap rasa,
paham dan semangat Bela Negara agar dapat mengantisipasi Pengaruh Negatif
Globalisasi guna memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.
Untuk menentukan langkah-langkah nyata dari penerapan terhadap komitmen
Semangat Bela Negara tentunya tidak sepenuhnya berpola pada penerapan tempo dulu,
namun harus menyesuaikan dengan perkembangan situasi saat ini dengan tetap
mempertahan esensinya. Dengan upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
Pertama, Meningkatkan Rasa Bela Negara. Upaya yang terkait adalah dengan membina
kembali nilai-nilai Bela Negara di seluruh kalangan masyarakat agar dapat memiliki
pengaruh yang kuat dalam kehidupan sehari-hari yang meliputi : 1) Bidang Ideologi.
Membina ideologi masyarakat yang ada di wilayah agar tetap pada ideologi Pancasila
dengan mengamalkan sila-sila Pancasila yang diterapkan secara aplikatif dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang sarat dengan kemajemukan,
sehingga tidak ada peluang untuk keluar dari ideologi Pancasila yang tidak sesuai dengan
8
nilai-nilai luhur bangsa yang dapat mengakibatkan terjadinya disintegrasi bangsa.
Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam demokratisasi guna mewujudkan kedaulatan
rakyat sesuai jiwa Pancasila dan UUD 1945. dengan cara : Pemerintah
menyelenggarakan pelatihan peningkatan kecerdasan spiritual bagi aparat pemerintahan
agar menempatkan diri sebagai pelayan rakyat, bukan pelayan penguasa. Pemerintah
mengkaji, menyusun dan menyempurnakan sistem pelayanan publik (Standard Operating
Procedure) agar mampu melayani masyarakat secara efisien. Pemerintah
menyelenggarakan pelatihan spiritual untuk memberdayakan lembaga-lembaga
pengawasan lingkungan pemerintahan dan non pemerintah. Pemerintah meningkatkan
akses informasi publik melalui perbaikan infra struktur dan supra struktur pemerintahan. 2)
Bidang Politik. Pembinaan terhadap politik harus dilakukan mulai dari tingkat terendah
yaitu pada keluarga sampai dengan tingkat yang lebih tinggi. Dengan demikian seluruh
masyarakat Indonesia memahami betul tentang makna dan pentingnya berpolitik di dalam
berbangsa dan bernegara, oleh karena itu penyelenggaraan pendidikan politik masyarakat
baik formal maupun non formal yang berbasis spritual harus dilakukan melalui jalur yang
benar agar tidak keliru dalam pemahaman tentang politik yang akibatnya berdampak
kepada kesalahan dalam pengimplementasiannya. 3) Bidang Ekonomi. Pembinaan
ekonomi masyarakat disamping dilakukan oleh pemerintah melalui departemen terkait
maupun dibantu oleh instansi terkait lainnya, juga tidak kalah pentingnya adanya
pembinaan dari aparat non formal khususnya dalam pembinaan ekonomi kerakyatan yang
apabila hal ini dapat dilaksanakan secara terkoordinasi akan dapat meningkatkan
perekonomian bangsa Indonesia yang kegiatannya didasarkan pada pencapaian
kemakmuran bersama dan keadilan ekonomi dengan memegang asas kebersamaan dan
kepentingan bersama. Pemerintah bersama instansi terkait menghilangkan kesenjangan
ekonomi antara satu daerah dengan daerah lainnya. Sehingga perasaan daerah yang
merasa dianaktirikan oleh pemerintah pusat perlahan dapat dihilangkan dan
kesejahteraan dapat mulai ditingkatkan dan pada akhirnya seluruh bangsa akan mudah
untuk diajak bersatu dalam mempertahankan NKRI dari bahaya pengaruh Pengaruh
Negatif Globalisasi. Pemerintah yang berkompeten di bidang ekonomi meningkatkan
kesejahteraan rakyat dengan menciptakan payung hukum yang jelas sebagai rambu-
rambu bagi para pelaku ekonomi. Dengan kesejahteraan masyarakat yang cukup maka
kegiatan-kegiatan dalam upaya meningkatkan semangat Bela Negara dikalangan
masyarakat akan lebih berhasil guna dan berdaya guna. Masyarakat yang masih
memikirkan untuk memenuhi kebutuhan hidup mendasarnya sehari-hari akan sulit
diharapkan memiliki semangat Bela Negara yang tinggi. Upaya meningkatkan
9
kesejahteraan dilakukan secara simultan dan konprehensip oleh semua komponen
bangsa yang mempunyai kewenangan dan kemampuan untuk melakukan peningkatan
kesejahteraan tersebut. Penyadaran kepada para pejabat lembaga pemerintah yang
bertugas membina usaha kecil menengah dan koperasi tentang nilai ekonomi Pancasila
yang berbasis spritual, termasuk penyadaran akan peran sentral mereka dalam
menghadapi ancaman nasional di bidang ekonomi. Penyadaran kepada masyarakat akan
bahaya kapitalisme dan perlunya berpartisipasi dalam sistem perekonomian yang
berbasis koperasi untuk membangun usaha-usaha kecil menengah dan koperasi
percontohan yang dikelola secara profesional dan modern di seluruh wilayah Indonesia.
Koperasi di lingkungan TNI Polri dan pegawai negeri dapat dijadikan contoh dengan
prinsip utama keterlibatan masyarakat berbasis wilayah dan bukan primordial kelompok
ataupun golongan. Artinya koperasi yang mempunyai label institusi tertentu disuatu
wilayah harus membuka diri terhadap masyarakat di wilayah tersebut tanpa membedakan
keanggotan masyarakat dalam kelompok ataupun institusi tersebut. 4) Bidang sosial
budaya. Pembinaan sosial budaya sangat diperlukan untuk meningkatkan ketahanan
terhadap ancaman dari pengaruh Pengaruh Negatif Globalisasi melalui penyebaran
budaya-budaya yang tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia. Pembinaan tersebut
dapat dilakukan oleh Pemerintah bersama-sama dengan seluruh komponen bangsa
dalam menyaring kembali budaya-budaya yang masuk ke dalam budaya bangsa melalui
pendidikan formal maupun pendidikan informal yang dilakukan secara terpusat maupun di
daerah masing-masing, sehingga budaya lokal tidak terpengaruh nilai-nilai budaya luar
yang cenderung tidak sesuai dengan budaya lokal, yang pada gilirannya akan dapat
menangkal budaya-budaya asing yang masuk melalui sarana komunikasi dan informasi
yang apa bila tidak dapat diatasi akan melemahkan rasa Bela Negara bangsa Indonesia.
Pemerintah berupaya untuk melestarikan nilai-nilai budaya lokal dengan cara, sebagai
berikut: Mengembangkan kebijakan multibudaya yang memberikan kesempatan kepada
setiap kelompok budaya untuk melestarikan budayanya. Keaneka ragaman budaya ini
justru akan memperkokoh kehidupan dalam berbangsa dan bernegara. Pemerintah
daerah dapat mengadakan acara semacam festival antar budaya dan memberikan
kesempatan pada setiap kelompok budaya untuk menampilkan budayanya. Pemerintah
berperan sebagai fasilisator, sehingga dengan terselenggaranya acara tersebut
masyarakat Indonesia dapat saling memahami budaya masing-masing. Melestarikan nilai-
nilai adat dan budaya lokal yang dikembangkan menjadi budaya bangsa dengan jalan
menerapkan tata nilai Pancasila dalam segala aspek kehidupan masyarakat.
Menghapuskan nilai-nilai budaya masa lampau yang bersifat negatif dan cenderung
10
menghambat proses pembaharuan dan pembangunan wilayah. Menggabungkan nilai-nilai
budaya daerah dengan budaya nasional sebagai perisai dan filter dalam menghadapi,
mengalir derasnya nilai-nilai budaya asing yang negatif ke dalam struktur kehidupan
masyarakat, sehingga tercipta masyarakat bersemangat Bela Negara yang mantap. 5)
Bidang Pertahanan dan keamanan. Pemerintah mampu memberikan daya tangkal kepada
lingkungan secara langsung maupun tidak langsung melalui pengembangan deteksi dini
terhadap kemungkinan ancaman nasional, baik ancaman langsung maupun tidak
langsung. Pemerintah mensosialisasikan kepada masyarakat untuk berperan dalam
penyelenggaraan bela negara sesuai dengan kapasitas masing-masing dalam koridor
keutuhan dan kedaulatan NKRI. Bahwa kesadaran warga negara akan hak dan
kewajibannya dalan upaya bela negara tidak dibawa sejak lahir, tapi harus ditanamkan
dan ditumbuh kembangkan melalui sosialisasi dan diaplikasikan melalui ceramah,
seminar, dengar pendapat, pembentukan forum, organisasi, dan studi pemecahan
masalah terhadap ancaman gangguan hambatan dan tantangan. Hakekat proses dari
sosialisai pendidikan bela negara ini sebagai upaya untuk mengubah perilaku masyarakat
agar memiliki nilai-nilai yang disepakati berdasarkan falsafah, ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Pemerintah mensosialisasikan kepada
masyarakat untuk tidak terprovokasi dengan kegiatan di luar norma yang berlaku serta
bertentangan dengan hukum yang ada ataupun keluar dari kepatutan sosial, yang dapat
menganggu keamanan dan stabilitas wilayah masyarakat, sehingga hal ini dapat
meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah terutama di bidang
pertahanan. TNI sebagai komponen utama pertahanan negara wajib melaksanakan
pembinaan di wilayahnya masing-masing agar masyarakat dan potensi di wilayah tersebut
mempunyai daya tangkal terhadap setiap ancaman baik yang datang langsung maupun
tidak langsung yang dapat mengganggu keamanan dan keutuhan NKRI. Kedua,
Meningkatkan Paham Bela Negara. Dalam meningkatkan paham Bela Negara terhadap
seluruh masyarakat Indonesia, dapat dilakukan upaya-upaya yang diantaranya: Melalui
jalur pendidikan dan pembinaan. Pendidikan Semangat Bela Negara diarahkan pada
aspek pemahaman dan pengembangan sikap. Pemahaman diusahakan melalui
pengajaran, sedangkan pengembangan sikap diusahakan melalui pengalaman dan
pengamalan. a) Pendidikan yaitu Pendidikan formal. Pemerintah diharapkan memasukkan
kurikulum pendidikan Semangat Bela Negara ke setiap strata pendidikan. Program
pendidikan yang diberikan adalah pendidikan pendahuluan bela negara (PPBN) yang
dijabarkan ke dalam bentuk mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan dalam program
studi, sehingga diharapkan peserta didik dapat mengerti dan memahami tentang
11
Semangat Bela Negara sejak usia dini sebagai langkah strategis dan antisipasi
menghadapi gencarnya arus informasi dan pengaruh budaya asing yang dapat merusak
nilai-nilai Bela Negara. Pendidikan non formal. Pendidikan dalam lingkungan keluarga.
Penanaman Semangat Bela Negara melalui pendidikan keluarga ini sangat efektif dan
efisien, dimana peran keluarga didalam memberikan pemahaman terhadap Semangat
Bela Negara dapat dilaksanakan melalui nasihat-nasihat orang tua kepada anaknya
terutama dalam bergaul tanpa membeda-bedakan ras, suku, agama dan budaya
seseorang. Pendidikan bela negara. Bela negara diartikan sebagai tekad, sikap dan
prilaku warga negara yang dijiwai oleh rasa kecintaan kepada NKRI yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa
dan negara Indonesia. Dengan demikian pendidikan bela negara bukan hanya tugas TNI
dan POLRI tapi merupakan kewajiban semua komponen bangsa. Pendidikan bela negara
dapat dilakukan dengan jalan menumbuh kembangkan kesadaran bela negara yang
difokuskan kepada masyarakat umum, meliputi organisasi kepemudaan, kemasyarakatan
dan organisasi politik. Upaya pemasyarakatan bela negara di lingkungan pekerjaan
dilaksanakan pada instansi-instansi pemerintah maupun non pemerintah. Kegiatan
pembinaan paham Bela Negara ini lebih ditujukan kepada masyarakat di berbagai
kalangan yang penyelenggaraannya tidak memanfaatkan jalur pendidikan formal dengan
melakukan upaya : Sosialisasi mengenai pentingnya meningkatkan paham Bela Negara
kepada masyarakat dalam mencegah pengaruh dari Pengaruh Negatif Globalisasi.
Pembinaan ini dapat dilakukan melalui kegiatan, sebagai berikut : Seminar atau
Lokakarya, Diskusi atau pertemuan dengan masyarakat. Upaya ini dapat dilakukan oleh
para pejabat birokrasi dengan mengunjungi dan melakukan pertemuan dengan warga
masyarakat. Dalam kesempatan tersebut diberikan pemahaman terhadap masyarakat
tentang ancaman-ancaman dari Pengaruh Negatif Globalisasi yang dapat merusak moral
masyarakat dengan mengetengahkan gejala-gejala maupun permasalahan-permasalahan
yang dihadapi masyarakat. Pengkajian terhadap berbagai isu-isu atau peristiwa aktual.
Upaya ini dapat dilakukan oleh pemerintah dengan bekerjasama dengan pihak lain yang
memiliki kompetensi dalam bidang Semangat Bela Negara. Sebagai salah satu upaya
dalam kegiatan pembinaan, maka pengkajian ini juga sebaiknya melibatkan masyarakat
atau tokoh-tokoh masyarakat, sehingga pembahasan-pembahasan yang dilakukan dapat
disebarluaskan kepada warga masyarakat lainnya. Pemerintah melakukan sosialisasi
tentang ancaman Pengaruh Negatif Globalisasi sebagai ancaman nasional kepada
seluruh masyarakat dengan meningkatkan peran serta pemerintahan daerah diikuti oleh
instansi terkait lainnya (perguruan tinggi, perusahan negera dan swasta) untuk dijadikan
12
nara sumber pada sosialisasi tingkat propinsi dan dilingkunganya masing-masing.
Pemerintah merumuskan dan menyusun materi bela negara untuk dijadikan sebagai satu
mata ajaran pada pendidikan latihan pra-jabatan di lingkungan pegawai pemerintah. Para
pemimpin dan tokoh masyarakat dituntut untuk mampu menjelaskan, merangkul dan
mengajak rakyatnya untuk tidak mudah hanyut dan terlena dari Pengaruh Negatif
Globalisasi yang telah memasuki sendi-sendi kehidupan bangsa kita, sehingga
masyarakat dapat menyikapi dan merespons gelagat perkembangan ancaman Pengaruh
Negatif Globalisasi yang berselimutkan globalisasi tersebut secara tepat, cerdas dan bijak.
Memberikan rasa keadilan dalam memperoleh kesempatan untuk turut berperan dalam
mengelola negara sehingga tidak terkesan ada dominasi peran dari etnis (suku bangsa)
tertentu. Disamping faktor kemampuan, perimbangan secara kuantitas dari berbagai suku
bangsa perlu menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan posisi tertentu dalam
pemerintahan maupun kelembagaan negara, terutama di pusat kekuasaan negara.
Tokoh-tokoh yang ditunjuk pun harus yang secara luas dikenal oleh masyarakatnya dan
memiliki kepedulian terhadap lingkungannya dan terhadap bangsa serta negara secara
keseluruhan. Ketiga, Meningkatkan Semangat Bela Negara. Membangun rasa
kesetiakawanan/ kebersamaan. Rasa kesetiakawanan atau kebersamaan dalam
kehidupan masyarakat saat ini dirasakan semakin tipis bahkan cenderung merupakan
suatu hal yang sangat langka. Untuk meningkatkan semangat Bela Negara yang tinggi
dikalangan masyarakat perlu diciptakan suasana kebersamaan dan rasa kesetiakawanan
sosial yang kuat. Dengan terciptanya rasa kesetiakawanan sosial dan kebersamaan yang
tinggi dikalangan masyarakat akan memudahkan usaha-usaha didalam meningkatkan
semangat Bela Negara. Membangun rasa kesetiakawanan dan kebersamaan dapat
dilakukan dengan berbagai kegiatan apakah bersifat sosial atau keagamaan, olah raga
ataupun budaya. Membangun rasa nasionalisme. Dalam rangka usaha meningkatkan
semangat Bela Negara dikalangan masyarakat perlu ditingkatkan rasa nasionalisme yang
saat ini dirasakan sangat menurun. Rasa nasionalisme anak bangsa yang sangat
menurun saat ini akibat terjadinya krisis multidimensi di segala bidang. Oleh sebab itu
rasa nasionalisme ini perlu di bangun kembali melalui aspek-aspek kesejahteraan
terutama dengan menampilkan kembali tentang sejarah-sejarah perjuangan, tokoh-tokoh
sejarah perjuangan NKRI, disamping itu perlu ditanamkan dalam kehidupan masyarakat
bahwa masalah bela negara adalah milik semua anak-anak bangsa.
Menumbuhkembangkan sifat rela berkorban. Dalam usaha meningkatkan semangat Bela
Negara dikalangan masyarakat maka perlu dibangun kembali sifat-sifat rela berkorban
(baik aspek materiil dan personel) dengan kata lain harus menghilangkan sifat egoisme
13
atau mementingkan diri sendiri. Saat ini sifat dan jiwa rela berkorban dalam kehidupan
masyarakat Indonesia semakin sulit ditemui artinya sifat-sifat gotong royong, kerjasama
dan senasib sepenanggungan sudah semakin luntur. Oleh sebab itu masalah rela
berkorban baik materiil dan personil untuk membela negara harus dibangun dan
dimasyarakatkan kembali yang pada gilirannya akan mendukung upaya meningkatkan
semangat Bela Negara bangsa Indonesia. Menumbuhkan jiwa patriotisme. Bagi
bangsa yang ingin maju dalam mencapai tujuannya, disamping memiliki semangat rela
berkorban, juga harus didukung dengan jiwa patriotik yang tinggi. Jiwa patriotik akan
melekat pada diri seseorang, manakala orang tersebut tahu untuk apa mereka berkorban,
upaya ini dapat dilakukan dengan pembentukan kepemimpinan yang mempunyai
kemampuan membangun, memelihara dan meningkatkan hasil-hasil pembangunan serta
memilki komitmen yang tinggi untuk melanjutkan pembangunan nasional yang
berorientasi dan mengutamakan kepentingan rakyat dan kemauan untuk menyerap
aspirasi masyarakat. Dengan adanya pemimpin yang peduli terhadap rakyatnya
diharapkan jiwa patriotisme masyarakat dapat tertanam kembali.
Upaya lain yang dapat dilakukan didalam meningkatkan Semangat Bela
Negara masyarakat Indonesia guna mengantisipasi Pengaruh Negatif Globalisasi
dalam rangka memelihara persatuan dan kesatuan bangsa. Menata nilai-nilai
fundamental spritual komponen bangsa melalui pengakuan terhadap kebhinekaan bangsa
Indonesia. Melakukan kajian, program, dan Pinak sebagai wujud kebijakan politik untuk
menyusun sistem sosial di bidang budaya, pendidikan, dan hukum sebagai pedoman
bertindak komponen bangsa dalam mencapai tujuan upaya mengantisipasi Pengaruh
Negatif Globalisasi. Membangun jaringan kerja untuk melakukan transformasi nilai-nilai
spiritual dengan tujuan untuk : Memperkokoh modal sosial (kekuatan sosial di
masyarakat) yang efisien dan produktif. Membangun sistem politik yang berkedaulatan
rakyat dan bekerja di atas prinsip-prinsip trias politica dan kebijakan hubungan luar negeri
yang bebas aktif demi kepentingan nasional. Membangun sistem hukum yang menjamin
supremasi hukum, kepastian hukum yang berkeadilan, sistem pemerintahan yang
profesional dan bekerja diatas prinsip-prinsip manajemen yang demokratik, dan
pratisipatoris. (Melibatkan seluruh komponen bangsa). Membangun sistem pendidikan
yang menghasilkan manusia Indonesia yang cerdas dan beradab melalui tercapainya
fungsi integratif, persatuan dan kesatuan, pemahaman dan pengembangan. Membangun
sistem pertahanan dan keamanan nasional yang didukung dengan pengembangan
budaya bela negara di kalangan masyarakat dan profesionalisme TNI dan Polri, yang
masing-masing sebagai kekuatan dasar dan sistem ketahanan dan keamanan negara.
14
Mengurangi potensi disintegrasi sosial melalui penyelenggaraan pendidikan multikultural
terhadap keberagaman budaya dengan menggalakan praktek-praktek politik yang tidak
diskriminatif serta dialog antar agama dan antar budaya. Menyusun ulang peran, kode
etik, mekanisme pengendalian, dan peraturan lembaga pemerintahan dan swasta dalam
pencegahan peluang korupsi dan penanganan efektif tindak korup. Menjadikan lembaga
pendidikan sebagai pusat pengembangan sistem budaya nasional dan daerah, serta
menggalakan program dan kegiatan efektif untuk menumbuhkan kepemimpinan di
lingkungan komponen bangsa. Mewujudkan mekanisme penumbuhan kader-kader partai
politik yang berkarakter, bersih, cerdas dan kuat yang mampu menumbuhkan
kepercayaan masyarakat, menciptakan modal sosial dan menjadi sarana pencegahan
korupsi. Mempercepat otonomi pendidikan berlandaskan nilai spiritual yang disertai
tanggung jawab pengendalian mutu, dengan berupaya meningkatkan kelompok
ekstrakulikuler semua jenjang pendidikan dan penghargaan berdasarkan kinerja
(performance based reward system). Menciptakan model-model pendidikan inovatif dalam
mengaktualisasikan nilai Pancasial dan spritual yang berspektif multikultural yang disertai
dengan sosialisasi kebutuhan jati diri serta aset bangsa dan negara. Memperkokoh
landasan bagi tumbuhnya komponen bangsa yang cerdas dan arif berSemangat ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan budaya pembelajaran sepanjang hayat melalui
peningkatan jaringan kerja nasional dan global secara sinergis. Memperluas pendidikan
masyarakat agar setiap warga bangsa menjadi arif dan rasional dengan menanamkan
optimisme komponen bangsa dalam menyongsong masa depan. Meningkatkan
kredibilitas penegak hukum dengan melakukan uji kelayakan dalam proses rekruitmen.
Melakukan pemeriksaan kinerja aparat penegak hukum untuk meningkatkan komitmen
aparat penegak hukum agar memiliki spritualitas yang tinggi. Menegakkan supremasi
hukum yang tidak diskriminatif dan peradilan yang independen, transparan bagi setiap
orang yang mencari keadilan. Mengevaluasi kurikulum pendidikan hukum yang dapat
meningkatkan integritas spritual para penegak hukum. Mencantumkan hak-hak
perlindungan hukum ekonomi rakyat dan pembangunan dalam undang-undang.
Merumuskan dan menyusun peraturan pemerintah (PP) tentang wajib militer harus
terwujud. Pemerintah melakukan pemanggilan kepada warga negara yang dinilai
memenuhi persyaratan untuk mengikuti pelatihan dasar kemiliteran secara wajib terbatas
di lingkungan pemerintahan. Penataan ulang (organisasi) dan rektrurisasi Balacad
sebagai Komponen Cadangan. Memberdayakan industri strategis yang sudah ada serta
memberikan kemudahan berdirinya industri-industri Hankam. Meningkatkan ketahanan
mental dan spritual masyarakat Indonesia yang selama ini telah mulai berhasil menjadi
15
nilai dan terbukti ampuh untuk menjatuhkan budaya matrealisme yang dijadikan senjata
lawan dalam Pengaruh Negatif Globalisasi.
Upaya lain yang perlu diperhatikan adalah Belajar dari pengalaman proses
sosialisasi P4 yang dilakukan melalui pendekatan penataran kiranya perlu ditinjau kembali
apakah pendekatan itu efektif bagi upaya sosialisasi Semangat Bela Negara. Berbagai
pendekatan lain secara teknis bisa dilakukan dengan cara yang lebih menggugah dan
partisipatif, antara lain dengan fokus pada diskusi kelompok, berorientasi keluar, cara
menyampaikan pandangan atau melalui cara-cara yang lazim dikenal seperti lokakarya
atau seminar yang sifatnya lebih dua arah. Di samping itu, upaya sosialisasi juga dapat
dilakukan dengan memanfaatkan kekuatan media massa termasuk kreatif ide dari
professional di bidangnya, dan melalui saluran-saluran pendidikan baik formal maupun
informal, serta diseminasi melalui pamflet, liflet, brosur dan sebagainya. Dari segi
substansi, sosialisasi dilaksanakan tidak secara langsung membahas dan mendiskusikan
paham Semangat Bela Negara, tetapi lebih kepada isu-isu yang muncul terkait dengan
proses demokratisasi, pemberdayaan ekonomi rakyat, keselarasan sosial dan sebagainya
yang pada akhirnya bermuara pada kesepahaman mengenai wawasa Bela Negara itu
sendiri. Peran pemuda dalam menggelorakan Semangat Bela Negara bertujuan untuk
mencari solusi terbaik dalam rangka membangun kembali nilai-nilai Bela Negara
dikalangan pemuda yang ditengarai telah luntur hampir pada titik terendah, sehingga
mengakibatkan eksistensi pemuda menjadi sangat lemah. Krisis multidimensi dan
perkembangan lingkungan strategis merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
lunturnya Semangat Bela Negara dikalangan pemuda, indikasi dari kondisi tersebut antara
lain ; lunturnya cinta tanah air, lunturnya semangat bela negara dan semakin pudarnya
nilai-nilai budaya yang merupakan ciri khas bangsa Indonesia yaitu gotong-royong, saling
harga-menghargai dan saling hormat-menghormati serta rasa kebersamaan dan rasa
kesetiakawanan sosial. Upaya membangun kembali Semangat Bela Negara dikalangan
pemuda merupakan tanggung jawab seluruh komponen bangsa termasuk TNI dan aparat
pemerintah serta masyarakat lainnya yang berkompeten di dalamnya, implementasinya
dilakukan melalui suatu metoda pembangunan, pembenahan, pembinaan dan
pencerahan serta suri tauladan dengan obyeknya adalah rasa, paham dan semangat Bela
Negara pemuda.
Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa Pengaruh globalisasi yang telah memasuki sendi-sendi kehidupan manusia di
dunia saat ini tanpa terkecuali termasuk negara Indonesia yang mempunyai kepentingan
politis, ekonomi, sosial budaya maupun militer kelak dapat mengancam persatuan dan
16
kesatuan bangsa. maka salah satu bentuk upaya untuk mempertahankan negara
kesatuan Republik Indonesia dengan cara meningkatkan kesadaran berbangsa dan
bernegara, menanamkan kecintaan terhadap tanah air serta berperan aktif dalam
memajukan bangsa dan negara Apabila masyarakat Indonesia tidak siap untuk
menghadapinya akan menimbulkan permasalahan dibidang pertahanan keamanan.
Kesadaran bela negara yang masih rendah di kalangan masyarakat kita, terutama di
kalangan elite (politik dan ekonomi) serta kaum intelektual/akademisi, dapat dikatakan
bahwa Pendidikan Pendahuluan Bela Negara untuk menanamkam kesadaran bela negara
masih sangat relevan dan masih sangat dibutuhkan di era reformasi saat ini dan di masa
mendatang. Kondisi bangsa Indonesia saat ini baik secara langsung maupun tidak
langsung sudah terjebak dalam Pengaruh Negatif Globalisasi, sehingga kondisi yang
diharapkan adalah dengan meningkatkan kembali rasa Bela Negara, paham Bela Negara
dan semangat Bela Negara yang dapat dijadikan sebagai daya tangkal bangsa untuk
menghadapi ancaman Pengaruh Negatif Globalisasi. Peningkatan Semangat Bela Negara
merupakan solusi terbaik dalam upaya mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi
bangsa Indonesia, terutama dalam menangkal dan menghadapi ancaman Pengaruh
Negatif Globalisasi. Oleh karenanya diperlukan adanya pemahaman tentang Semangat
Bela Negara sebagai cara tindak bangsa Indonesia dan pedoman bagi seluruh
masyarakat indonesia dalam membangun, memelihara persatuan dan kesatuan bangsa,
yang dilakukan dengan berbagai bentuk, sepanjang masa dan dalam segala situasi,
dengan cara Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk menghayati
arti demokrasi dengan menghargai perbedaan pendapat dan tidak memaksakan
kehendak. Menanamkan kecintaan terhadap tanah air, melalui pengabdian yang tulus
kepada masyarakat. Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan
berkarya nyata (bukan retorika). Meningkatkan kesadaran dan kepatuhan terhadap
hukum/undang-undang dan menjunjung tinggi Hak Azasi Manusia Pembekalan mental
spiritual di kalangan masyarakat agar dapat menangkal pengaruh-pengaruh budaya
asing yang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan bangsa Indonesia dengan lebih
bertaqwa kepada Allah swt melalui ibadah sesuai agama/kepercayaan masing-masing.
Agar semangat Bela Negara lebih meningkat bagi seluruh masyarakat bangsa
Indonesia dalam menangkal Pengaruh Negatif Globalisasi yang terjadi saat ini, perlu
disarankan sebagai berikut : Perlu adanya penanganan khusus dengan pendekatan yang
arif dan bijaksana serta mengutamakan aspek hukum, keadilan, sosial budaya dalam
mengatasi permasalahan bangsa sebagai akibat akumulasi permasalahan politik,
ekonomi dan keamanan yang saling tumpang tindih. Perlu dihidupkankan kembali
17
Pendidikan kewiraan di tingkat perguruan tinggi, yang juga merupakan salah satu bentuk
dari Pendidikan Pendahuluan Bela Negara, karena masih relevan dan diperlukan
meskipun materinya tentu saja perlu disesuaikan seiring dengan perubahan situasi politik
yang sedang terjadi dewasa ini. Perlu adanya kebijakan Pemerintah untuk membangun
komitmen bersama tentang Semangat Bela Negara dengan mengeluarkan peraturan
Pemerintah maupun perundang-undangan yang berhubungan dengan peningkatan
Semangat Bela Negara bangsa Indonesia. Perlu adanya sikap dari para Pemimpin
bangsa yang menjadikan Semangat Bela Negara sebagai bagian dari sikap keteladanan
dalam memimpin.

Anda mungkin juga menyukai