Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak orang menilai perkembangan poitik, sosial, ekonomi, dan budaya
Indonesia sangat memprihatinkan. Padahal, jika ditelusuri pengalaman setiap warga
negera, kekhawatiran ini menjadi lebih realistis, yakni melemahnya wawasan
kebangsaan, yang menyedihkan adalah ketika kita kehilangan pemahaman tentang
makna hakikat suatu negara dan bangsa, maka akan menimbulkan disorientasi dan
perpecahan.
Pandangan di atas sangat alami dan tidak memiliki komposisi. Krisis yang
dialami Indonesia menjadi sangat multifaset dan saling berhubungan. Krisis
ekonomi yang terus berlanjut telah berdampak pada krisis sosial dan politik, dan
perkembangan krisis sosial politik telah mempersulit upaya pemulihan ekonomi.
Konflik horizontal dan vertikal yang terjadi dalam kehidupan sosial merupakan
salah satu konsekuensi dari semua krisis yang tentunya menjadi ancaman
disintegrasi bangsa. Apalagi jika melihat suku bangsa Indonesia merupakan suku
bangsa yang beragam, seperti ras, budaya daerah, agama dan berbagai keragaman
politik lainnya, serta kondisi geografis negara pulau yang tersebar. Semua itu
termasuk potensi konflik (potensi konflik sosial) yang dapat merusak dan
menghancurkan persatuan dan kesatuan negara. Dewasa ini, dampak krisis multi-
dimensional ini telah memperlihatkan tanda-tanda awal munculnya krisis
kepercayaan diri (self-confident) dan rasa hormat diri (self-esteem) ssebagai bangsa.
Krisis kepercayaan sebagai bangsa dapat berupa keraguan terhadap kemampuan diri
sebagai bangsa untuk mengatasi persoalan-persoalan mendasar yang terus menerus
datang, seolah-olah tidak ada habisnya mendera Indonesia. Aspirasi politik untuk
merdeka di berbagai daerah, misalnya, adalah salah satu manifestasi wujud krisis
kepercayaan diri sebagai satu bangsa, satu “nation”.
Secara umum bangsa itu merupakan kumpulan dari masyarakat yang
membentuk negara. Dalam arti sosiologis bangsa termasuk “kelompok paguyuban”
yang secara kodrat ditakdirkan untuk hidup bersama dan senasib sepengangguran di
dalam suatu negara.
Jika krisis politik dan ekonomi berujung pada krisis kepercayaan, maka
kelangsungan hidup Indonesia sebagai sebuah negara akan terancam. Oleh karena
itu, sejauh ini adalah saat yang tepat untuk mengkaji kembali proses pembentukan
"bangsa dan pembangunan karakter, karena barangkali permasalahan yang kita
hadapi saat ini bersumber dari kesalahan-kesalahan dalam kehidupan dan
penggunaan konsep "kebangsaan" yang asli, yang sudah ada yang menjadi fondasi
keindonesiaan.
Jika kita mencoba mendalami dan menangkap berbagai cara berekspresi di
masyarakat, terutama di kalangan intelektual dan tokoh masyarakat, mungkin
memang ada masalah yang memprihatinkan. Pertama, memberi kesan bahwa
semangat kebangsaan menjadi dangkal atau terkikis, terutama di kalangan generasi
muda sering dikatakan bahwa sifat materialisme telah mengubah idealisme sebagai
jiwa bangsa. Kedua, masyarakat khawatir akan ancaman disintegrasi bangsa, karena
di banyak negara, terutama di Yugoslavia, bekas Uni Soviet, dan negara-negara lain
di Afrika. nasionalisme telah merosot menjadi tribalisme atau agama. Ketiga,
masyarakat khawatir terhadap upaya untuk membubarkan konsep kehidupan di
negara tersebut menjadi pemikiran yang asing di negara tersebut.
Berbagai masalah yang berkaitan dengan kesadaran berbangsa dan
bernegara sebaiknya mendapat perhatian dan tanggung jawab kita semua. Sehingga
amanat pada UUD 1945 untuk menjaga dan memelihara Negara Kesatuan wilayah
Republik Indonesia serta kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan. Hal lain yang
dapat mengganggu kesadaran berbangsa dan bernegara di tingkat pemuda yang
perlu di cermati secara seksama adalah semakin tipisnya kesadaran dan kepekaan
sosial di tingkat pemuda, padahal banyak persoalan-persoalan masyarakat yang
membutuhkan peranan pemuda untuk membantu memediasi masyarakat agar keluar
dari himpitan masalah, baik itu masalah sosial, ekonomi dan politik, karena dengan
terbantunya masyarakat dari semua lapisan keluar dari himpitan persoalan, maka
bangsa ini tentunya menjadi bangsa yang kuat dan tidak dapat di intervensi oleh
negara apa pun, karena masyarakat itu sendiri yang harus disejahterakan dan jangan
sampai mengalami penderitaan. Di situ pemuda telah melakukan langkah konkret
dalam melakukan bela negara.
Kesadaran bela negara adalah di mana kita berupaya untuk mempertahankan
negara kita dari ancaman yang dapat mengganggu kelangsungan hidup
bermasyarakat yang berdasarkan atas cinta tanah air. Kesadaran bela negara juga
dapat menumbuhkan rasa patriotisme dan nasionalisme di dalam diri masyarakat.
Upaya bela negara selain sebagai kewajiban dasar juga merupakan kehormatan bagi
setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, penuh tanggung
jawab dan rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa.
Keikutsertaan kita dalam bela negara merupakan bentuk cinta terhadap tanah air
kita.
Kesadaran bela negara dapat diwujudkan dengan cara ikut dalam
mengamankan lingkungan sekitar seperti menjadi bagian dari Siskamling,
membantu korban bencana sebagaimana kita ketahui bahwa Indonesia sering sekali
mengalami bencana alam, menjaga kebersihan minimal kebersihan tempat tinggal
kita sendiri, mencegah bahaya narkoba yang merupakan musuh besar bagi generasi
penerus bangsa, mencegah perkelahian antar perorangan atau antar kelompok
karena di Indonesia sering sekali terjadi perkelahian yang justru dilakukan oleh para
pemuda, cinta produksi dalam negeri agar Indonesia tidak terus menerus
mengimpor barang dari luar negeri, melestarikan budaya Indonesia dan tampil
sebagai anak bangsa yang berprestasi baik pada tingkat nasional maupun
internasional.
Apabila kita mengajarkan dan melaksanakan apa yang menjadi faktor-faktor
pendukung kesadaran berbangsa dan bernegara sejak dini, yakni dengan
mengembalikan sosialisasi pendidikan kewarganegaraan di sekolah-sekolah, juga
sosialisasi di masyarakat niscaya akan terwujud.. Pada pendidikan kewarganegaraan
ditanamkan prinsip etik multikulturalisme, yaitu kesadaran perbedaan satu dengan
yang lain menuju sikap toleran yaitu menghargai dan menghormati perbedaan yang
ada. Perbedaan yang ada pada etnis dan religi sudah harusnya menjadi bahan
perekat kebangsaan apabila antar warganegara memiliki sikap toleran.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah untuk makalah ini ialah :
1. Apa itu wawasan kebangsaan?
2. Apakah penting wawasan kebangsaan untuk mahasiswa?
3. Apa saja nilai-nilai wawasan kebangsaan?
4. Bagaimana cara membentuk karakter bangsa?
5. Bagaimana cara mengimplementasikan nilai wawasan kebangsaan?
C. Tujuan
Adapun Tujuan pembelajaran wawasan kebangsaan adalah :
1. Menambah pemahaman Nasionalisme/wawasan kebangsaan terhadap
mahasiswa
2. Mengenali nilai-nilai kebangsaan terhadap mahasiswa
3. Membentuk kompetensi karakter bangsa.
BAB II

ISI
1. Wawasan Kebangsaan

Istilah Wawasan Kebangsaan terdiri dari dua suku kata yaitu “Wawasan”
dan “Kebangsaan”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) dinyatakan
bahwa secara etimologis istilah “wawasan” berarti: (1) hasil mewawas, tinjauan,
pandangan dan dapat juga berarti (2) konsepsi cara pandang. Wawasan Kebangsaan
sangat identik dengan Wawasan Nusantara yaitu cara pandang bangsa Indonesia
dalam mencapai tujuan nasional yang mencakup perwujudan Kepulauan Nusantara
sebagai kesatuan politik, sosial budaya, ekonomi dan pertahanan keamanan (Suhady
dan Sinaga, 2006).

“Kebangsaan” berasal dari kata “bangsa” yang menurut Kamus Besar


Bahasa Indonesia (2002) berarti kelompok masyarakat yang bersamaan asal
keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri. Sedangkan
“kebangsaan” mengandung arti (1) ciri-ciri yang menandai golongan bangsa, (2)
perihal bangsa; mengenai (yang bertalian dengan) bangsa, (3) kesadaran diri sebagai
warga dari suatu negara. Dengan demikian wawasan kebangsaan dapat diartikan
sebagai konsepsi cara pandang yang dilandasi akan kesadaran diri sebagai warga
dari suatu negara akan diri dan lingkungannya di dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.

Kebangsaan dapat dimaknai sebagai suatu konsep yang didasarkan pada


kesadaran diri, yaitu diri sendiri sebagai warga suatu negara dan lingkungan tempat
tinggalnya dalam negara dan kehidupannya. Prof. Muldadi, Gubernur (Lemhanas RI
2005-2011)

Anda mungkin juga menyukai