Anda di halaman 1dari 7

BAB 4 WAWASAN KEBANGSAAN

Wawasan kebangsaan pada hakekatnya adalah hasrat yang kuat untuk kebersamaan dalam mengatasi segala perbedaan dan diskriminasi. Wawasan kebangsaan tidak dilandasi oleh asl-usul, kedaerahan, suku, keturunan, status sosial, agama dan keyakinan. Jatidiri Unsoed merupakan jati diri yang tidak bisa lepas dari wawasan tentang bangsa, sehingga Wawasan Kebangsaan sebagai materi Jatidiri sangat berkaitan dengan Manusia dan Kepribadian, Sejarah, Visi dan Misi Unsoed, Nilai Kejuangan Pangsar Soedirman, Pengelolaan Diri, Etika dan Etika Akademik, dan Kesadaran Hukum. 1. Wawasan adalah cara anggapan inderawi. Dalam arti luas wawasan ialah cara pandang yang bersumber pada falsafah hidup suatu bangsa dan merupaka pantulan daripadanya yang berisi dorongan dan rangsangan didalam usaha dalam mencapai aspirasi serta tujusn nasional. Bangsa adalah suatu persatuan karakter atau perangkai yang timbul karena persatuan nasib (OttoBeuer 1881 - 1934). Ia lebih minitik beratkan pebgertian bangsa pada karakter, sikap dan perilaku yang menjadi jati diri yang bersangkutan. Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia, bangsa menurut hukum adalah rakyat atau orang orang yang berada di dalam suatu masyarakat umum yang teroganisir. Kelompok orang orang satu bangsa ini pada umumnya menempati bagian atau wilayah tertentu, berbicara dalam bahasa yang sama (meskipun dalam bahasa bahasa daerah), memiliki sejarah, kebiasaan dan kebudayaan yang sama serta terorganisir dalam suatu pemerintahan yang berdaulat. Wawasan kebangsaan Indonesia menolak segala diskriminasi suku, ras, asal usul, keturunan, warna kulit, kedaerahan, golongan, agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kedudukan maupun status sosial. Kebangsaan Indonesia bukan kebangsaan yang menemukan titik tolaknya dalam kemanusian. Konsep kebangsaan merupakan hal yang sangat mendasar bagi bangsa Indonesia. Dalam kenyataannya konsep kebangsaan itu telah dijadikan dasar negara dan ideologi nasional yang terumus di dalam Pancasila sebagaimana terdapat di UUD 1945, Dalam zaman kebangkitan nasional 1908 terjadi proses bhineka tunggal ika. Berdirinya Budi Utomo telah mendorong terjadinya gerakan-gerakan atau organisasi-organisasi

yang sangat majemuk, baik dipandang dari tujuan maupun dasarnya. Ada yang berdiri atas dasar keturunan, kesukuan, golongan, maupun campuran. Ada gerakan kedaerahan, kepemudaan, kewanitaan ,aupun serikat sekerja. Ada pula organisasi yang bergerak di lapangan pendidikan, kebudayaan, keagamaan, perekonomian dan politik. Dengan Sumpah Pemuda, gerakan Kebangktan Nasional, khususnya kaum pemuda berusaha memadukan kebhinekaan dengan ketunggalikan. Kemajemukan , keanekaragaman seperti seperti suku bangsa daerah agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa tetap ada dan dihormati, tetapi semangat pejuangan untuk mengusir penjajah dan pengakuan bertanah air, berbangsa dan berbahas satu, yakni Indonesia telah bulat. Paham nasionalisme atau paham kebangsaan adalah suatu paham yang menyatakan bahwa loyalitas tertinggi terhadap masalah duniawi (supreme secular loyality) dari setiap warga bangsa ditujukan kepada negara bangsa. Ada beberapa keprihatianan dari kalangan cendekiawan maupun tokoh masyarakat yang patut kita catat berkaitan dengan wawasan kebangsaan ini. Pertam, ada kesan seakan-akan semangat kebangsaan telah mendangkal atau terjadi erosi terutama dikalangan generasi muda. Seringkali disebu bahwa sifat matrealistik telah menggantikan idealisme yang yang merupakan sukmanya kebangsaan. Kedua, ada kekhawatiran ancaman disintegrasi kebangsaan, dengan melihat gejala yang terjadi diberbagai negara, terutama kejadian di Yugoslavia, bekas Uni Soviat,dan negara-negara di Afrika ternyata paham kebangsaan merosot menjadi paham kesukuan. Ketiga, adanya keprihatinan adanya upaya untuk melarutkan pandangan hidup bangsa kedalam pola pikir yang asing untuk bangsa kita. Sejarah nasional kita menunjukkan, bahwa nasionalisme pertama kalinya memang tumbuh dari kesadaran tentang persamaan nasib dibawah kolonialisme yang mustinya disusul dengan nasionalisme gelombang kedua berupa perasaan kebangsaan yang tumbuh untuk mengisi kemerdekaan guna mengejar ketinggalan dari bangsa-bangsa lain. Wawasan kebangsaan harus mampu menjawab tantangan dan peluang yang terbuka dihadapan kita. Untuk menjawab berbagai tantangan yang timbul bangsa Indonesia menggunakan kedekatan atau sudut pandang, yang akhirnya berkembang yang menjadi sudut pandang aatau pola pikir falsafah Pancasila. Sudut pandang tersebut adalah : (a) Monodualistik dan monopluralistik; (b) Keselarasan, keserasian, keseimbangan; (c) Integralistik, kebersamaan; (d) Kekeluargaan.

1.

Wawasan kebangsaan intinya adalah loyalitas warga terhadap negara bangsanya. Loyalitas bagi bangsa Indonesia diantaranya adalah : Mengakui bahwa warga negara Indonesia dengan sadar sebagai pendukung cita-cita dan tujuan yang menjadi jati diri bangsa Indonesia.

2. 3.

Wawasan kebangsaan harus dijaga, dan diperjuangkan terus menerus. Paham integralistik/cara berpikir integralistik (menurur Prof. Mr. Soepomo) akan memperkokoh kebangsaan.

4. 5. 6.

Ideologi Pancasila melandasi wawasan kebangsaan kita. Globalisasi akan berdampak positif apabila ditujukan untuk perdaian dunia Perang modern sulit sekali diidentifikasi sebagai bentuk peperangan yang nyata, sehingga bangsa Indonesia harus berhati-hati agar tidak teradu domba.

Mengembalikan Jati Diri Bangsa


Tadi malam ada email tentang pengumuman kontes SEO Stop Dreaming Start Action dan pemenangnya tak jauh dari perkiraan bahwa para master SEO itulah yang menang..dan terbukti, pun begitu tentang kontes2 yg lainnya seperti Mengembalikan Jati Diri Bangsa yang bertengger di papan atas ya para master seo lagi. Dalam hati lalu bertanya kapan para pemula ini diberi kesempatan untuk menang ??.. hehehe.. Kita tak boleh mengatakan.. kok para master itu ngoyo sekali ya atau kemaruk.. jangan sekali-kali punya pemikiran seperti itu toh kontes ini dilaksanakan secara sehat.. juripun tak bisa diganggu gugat sebab yang jadi juri adalah yang punya SEO yaitu Om google sendiri.. siapa yang berani bantah ??.

Postingan saya sebelumnya yaitu Mengembalikan Jati Diri Bangsa Melalui Wawasan Kebangsaan dan Jati Diri Bangsa, HUT RI dan Pekik Merdeka , semuanya sarat dengan pesan moral, nilai kejuangan dan cinta tanah air Indonesia bagi setiap warga negara yang mangaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia, berbangsa yang satu , bangsa Indonesia dan menjunjung bahasa persatuan , bahasa Indonesia.. inilah teks sumpah pemuda 28 Oktober 1928 hasil karya para pemuda Indonesia jaman dulu. Untuk Mengembalikan Jati Diri Bangsa menurut hemat saya seperti pada postingan sebelumnya tak bisa lepas dari Kebijakan Pembinaan Kesatuan Bangsa , dan untuk ini pemerintah kita telah melakukan berbagai upaya melalui : 1. Peningkatan Pembauran Bangsa dengan kebijakannya antara lain :
Kesetaraan kedudukan diantara WNI yaitu WNI keturunan asing adalah sama di dalam hukum dan pemerintahan serta dia juga adalah bangsa Indonesia yang tidak berbeda dalam hak dan kewajibannya dengan WNI lainnya o Membentuk wadah pembauran masyarakat seperti Badan Komunikasi Penghayatan Kesatuan Bangsa ( Bakom PKB), maupun melalui kegiatan pembauran yang dilaksanakan oleh departemen/Instansi lain atau organisasi/lembaga kemasyarakatan dll. sesuai bidang masing2 o Peningkatan peran dan fungsi RT, RW dalam proses pembauran o Menyelenggarakan proses pembauran secara dini di kalangan generasi muda, terutama dalam kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler Penggunaan Bahasa Indonesia : ini merupakan salah satu faktor pendukung persatuan dan kesatuan bangsa yang telah ditetapkan menjadi bahasa nasional dan sebagai bahasa pemersatu sebagaimana diikrarkan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 Memantapkan kerukunan hidup umat beragama Pemantapan politik dan demokrasi Upaya pengembangan peningkatan wawasan kebangsaan o

2. 3. 4. 5.

Khusus yang point 2 diatas yaitu tentang penggunaan Bahasa Indonesia, ada yang mengeluhkan bahwa dalam upaya mengembalikan Jati Diri Bangsa ini seyogyanya kita juga harus kembali menggunakan bahasa Indonesia yang benar.. penomena dewasa ini dengan berkembangnya bahasa gaul yang dipakai sehari-hari ataupun dalam kita bloging yang kadang2 tidak dimengerti oleh sebagian orang (yg kurang gaul) seperti saya.. ketika anak2 mengatakan nyokap.. bokap, bro, cooy, akikah, ember , katro, ndeso, btw., pembokat, betibo, jayus, tajir, cawyu, capcay dll. Nah gimana nih.. saya sendiri tak tahu apakah itu penomena budaya yang positif atau negatif... semua terserah anda.. yang penting apapun caranya mari kita berupaya untuk Mengembalikan Jati Diri Bangsa seperti yang dikonteskan oleh Berita Jitu.com. yang katanya sangat ramah, rligius, tepo seliro, hormat pada orang tua, gotong royong, cinta damai, cinta tanah air dan lain sebagainya.

Saat ini wawasan kebangsaan pada diri anak bangsa cenderung mengalami kemunduran atau lebih tegas lagi hampir pudar. Ikatan nilai-nilai kebangsaan yang berhasil mempersatukan bangsa ini makin longgar. Karena itu, sepatutnya kita kembali memantapkan nilai-nilai kebangsaan yang mengendur itu. Kita perlu mengonstruksikan landasan yang kuat dan konsepsional guna kembali membangun persatuan dan kesatuan bangsa serta jiwa nasionalisme, yaitu wawasan kebangsaan. Bila dibiarkan, longgarnya wawasan kebangsaan dalam diri anak-anak bangsa bisa mengancam eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sebenarnya wawasan kebangsaan sudah dicetuskan oleh seluruh pemuda Indonesia dalam satu tekad pada tahun 1928 yang dikenal dengan Sumpah Pemuda. Saat ini, menghadapi kondisi negara yang serbakompleks kita harus tetap bersatu untuk bersama-sama bangkit mengatasi semua permasalahan. Membahas soal wawasan kebangsaan, kita harus memulainya dari nilai-nilai yang dibangun para pendahulu dan pendiri bangsa ini. Mereka telah menanamkan nilai-nilai persatuan dengan mencetuskan Sumpah Pemuda, yang kemudian menjadi embrio wawasan kebangsaan, yaitu satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa: Indonesia. Makna wawasan kebangsaan memang belum begitu populer dalam kehidupan masyarakat sehingga sampai saat ini belum ada rumusan baku, mengingat sifatnya yang abstrak dan dinamis. Masyarakat intelektual, termasuk pakar, lebih tertarik dan mementingkan nilai-nilai universal ketimbang nilai-nilai nasional. Akibatnya, rumusan pengertian wawasan kebangsaan sangat beragam dan sulit dipahami oleh masyarakat awam. Sejatinya wawasan kebangsaan perlu dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya oleh kelompok tertentu. Dengan demikian wawasan kebangsaan akan punya makna dan menyentuh langsung kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Semangat Kebangsaan Semua itu, perlu semangat kebangsaan atau nasionalisme, yang merupakan perpaduan atau sinergi rasa kebangsaan dan paham kebangsaan. Kondisi semangat kebangsaan atau nasionalisme bangsa akan terpancar dari kualitas dan ketangguhan suatu bangsa dalam menghadapi berbagai ancaman. Contohnya, beberapa negara dunia ketiga atau negara berkembang yang terkena sanksi embargo Dewan Keamanan PBB, nyatanya sampai sekarang masih bertahan dan mampu hidup, karena mereka memiliki semangat kebangsaan yang mantap. Berbicara semangat kebangsaan, kita tidak bisa lepas dari sejarah bangsa, antara lain peristiwa 10 November 1945 di Surabaya dan 15 Desember 1945 di Ambarawa Kabupaten Semarang. Semangat kebangsaan diwujudkan dalam semboyan merdeka atau mati, yang menjadi motivasi kuat untuk mempertahankan NKRI dengan Pancasila sebagai dasar negara. Prajurit TNI harus membentuk, memelihara, dan memantapkan motivasi itu sehingga rela mati demi NKRI. Kita menyadari bahwa kondisi bangsa yang majemuk dan berlatar bhinneka tunggal

ika memerlukan pengelolaan yang baik sehingga tidak melahirkan ancaman bagi keutuhan dan kesatuan bangsa. Semangat kebangsaan yang mengalir kuat dalam diri prajurit TNI dapat ditularkan kepada masyarakat melalui interaksi yang baik pula. Tiap prajurit diharapkan mampu mentransformasikan semangat kebangsaan kepada masyarakat sebagai perekat kesatuan. Dengan modal semangat kebangsaan yang tinggi, kekhawatiran munculnya ancaman terhadap keutuhan dan kesatuan bangsa dapat dihindari. Dari semangat kebangsaan akan mengalir rasa kesetiakawanan sosial dan semangat rela berkorban yang dapat menumbuhkan patriotisme. Tiga hal itu saling berkaitan dan mempengaruhi, serta harus berjalan secara simultan. Pertama; rasa kesetiakawanan sosial akan mempertebal semangat kebangsaan suatu bangsa. Kesetiakawanan sosial mengandung makna ada rasa satu nasib dan sepenanggungan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hadirnya rasa kepedulian terhadap sesama yang sedang mengalami kesulitan akan mewujudkan rasa kebersamaan sebagai anak bangsa. Kedua; semangat rela berkorban, dalam arti kesediaan berkorban demi kepentingan yang lebih besar, atau demi negara dan bangsa, yang terbukti mengantarkan telah bangsa kita ke gerbang kemerdekaan. Tak terhitung kusuma bangsa yang gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan. Sebagai bangsa yang besar sepatutnya semua pihak menghormati pahlawan pejuang kemerdekaan. Semangat rela berkorban tidak hanya pada saat berjuang menggapai kemerdekaan tetapi sekarang kita juga mendambakan sikap rela berkorban untuk kepentingan bangsa dalam pembangunan. Kita akui, saat ini semangat berkorban di kalangan anak bangsa telah mengalami erosi. Yang ada adalah rela mengorbankan orang banyak demi kepentingan pribadi, kelompok, ataupun golongan. Ketiga; jwa patriotik. Bangsa yang ingin maju dalam mencapai tujuan, selain harus memiliki semangat rela berkorban, juga harus mempunyai jiwa patriotik tinggi. Jiwa patriotik akan melekat pada diri seseorang, manakala ia tahu untuk apa berkorban. Bagi prajurit TNI, khususnya di Kodam IV/ Diponegoro, jiwa patriotik itu hendaknya mendarah daging dalam semua sendi kehidupan. Dalam keadaan apapun prajurit jangan ragu melaksanakan tugas karena semuanya demi kepentingan negara dan bangsa. Terkait dengan tiga hal pokok itu, anggota TNI perlu menghayati esensi dari beberapa atensi sebagai berikut. Pertama; perlu terus menumbuhkan pengertian arti pentingnya wawasan kebangsaan sebagai alat pemersatu bangsa dalam kehidupan sehari-hari di tengah rakyat, yang berbeda latar belakang suku, agama, ras, dan adat istiadatnya. Kedua; menghayati dan memahami secara utuh butir-butir dari wawasan kebangsaan, yaitu rasa kebangsaan, paham kebangsaan, dan semangat kebangsaan, yang merupakan jiwa bangsa Indonesia dan pendorong tercapainya cita-cita bangsa. Ketiga; terus-menerus membina semangat kebangsaan, persatuan, dan kesatuan bangsa di lingkungan kita, dalam upaya mewujudkan kemanunggalan TNI dengan rakyat, yang bisa menjadi kekuatan dahsyat bagi suatu bangsa.

Akhirnya, kita bersepakat untuk masuk pada satu kata kunci, yakni wawasan kebangsaan Indonesia merupakan sebuah alat pemersatu bangsa, sekaligus sumber motivasi dalam upaya mempersatukan bangsa yang mejemuk ini.

Anda mungkin juga menyukai