Anda di halaman 1dari 22

Agenda 1

Modul 1
WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI NILAI BELA NEGARA

A. Wawasan Kebangsaan dapat diartikan sebagai konsepsi cara pandang yang


dilandasi akan kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara akan diri dan lingkungannya
di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sejarah singkat Pergerakan Kebangsaan Indonesia.
Menetapkan hari nasional tapi bukan hari libur :
1) 5 Oktober hari Angkatan Perang
2) 10 Nopember hari Pahlawan
3) 22 Desember hari Ibu
4) 20 Mei Kebangkitan nasional
5) 28 Oktober 1928 hari Sumpah Pemuda
Instrumental Indonesia Raya pertama kali diperdengarkan pada kongres pemuda II
kemudian syairnya di liput oleh koran sin po pada tanggal 10 November 1928.
Sebagai persiapan kemerdekaan dibentuklah BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945.
Kemudian pada tanggal 1 Juni 1945 lahirlah pancasila sebagai Dasar Negara RI.
Tanggal 7 Agustus 1945 dibentuk PPKI untuk mempersiapkan kemerdekaan.Kemudian
Tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia merdeka dengan dibacakannya teks proklamasi di Jl.
Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta Pusat.
4 Konsensus Dasar
1). Pancasila
2) UUD 1945
3). NKRI
4). Bhinneka Tunggal Ika
Sarana Pemersatu, Identitas, serta wujud eksistensi warga negara dan bangsa
Indonesia
1). Bendera yaitu Sang Merah Putih
2). Bahasa yaitu Bahasa Indonesia
3). Lambang Negara yaitu Garuda Pancasila
4) Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya
B. BELA NEGARA adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik
secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan
wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai olehkecintaannya kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa
Indonesia dan Negara dariberbagai Ancaman”.
Sejarah Bela Negara
Tanggal 19 Desember 1948 diumumkan melalui radio antara supaya tentara dan rakyat
melaksankan perang gerilya terhadap Belanda karena Belanda melakukan agresi militer
yang dinamakan Aksi Polisional.
Nilai Dasar Bela Negara
1). Cinta Tanah Air
2). Sadar berbangsa dan bernegara
3). Setia pada pancasila sebagai ideologi negara
4). Rela berkorban untuk bangsa dan negara
5). Kemampuan awal bela negara
Nilai dasar Bela Negara kemudian diwariskan kepada para generasi penerus guna
menjaga eksistensi RI. Sebagai aparatur Negara, ASN memiliki kewajiban untuk
mengimplementasikan dalam pengabdian sehari hari. Bela Negara dilaksanakan atas dasar
kesadaran warga Negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri.
NILAI-NILAI DASAR ASN
a) memegang teguh ideologi Pancasila;
b) setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 serta pemerintahan yang sah;
c) mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
d) menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
e) membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
f) menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;
g) memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
h) mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepadapublik;
i) memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan danprogram pemerintah;
j) memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya
guna, berhasil guna, dan santun;
k) mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
l) menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
m) mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerjapegawai;
n) mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
o) meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yangdemokratis sebagai perangkat sistem
karier.
Usaha Bela Negara bertujuan untuk memelihara jiwa nasionalisme Warga Negara
dalam upaya pemenuhan hak dan kewajibannya terhadap Bela Negara yang diwujudkan
dengan Pembinaan Kesadaran Bela Negara demi tercapainya tujuan dan kepentingan nasional.
Modul 2
ANALISIS ISU KONTEMPORER
Tujuan Reformasi Birokrasi pada tahun 2025 untuk mewujudkan birokrasi kelas dunia,
merupakan respon atas masalah rendahnya kapasitas dan kemampuan Pegawai Negeri Sipil
dalammenghadapi perubahan lingkungan strategis yang menyebabkan posisi Indonesia dalam
percaturanglobal belum memuaskan.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, secara signifikan
telah mendorong kesadaran PNS untuk menjalankan profesinya sebagai ASN dengan
berlandaskan pada:
a) nilai dasar;
b) kode etik dan kode perilaku;
c) komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik;
d) kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas
e) profesionalitas jabatan.
A. Undang-undang ASN setiap PNS perlu memahami dengan baik fungsi dan tugasnya
1. Melaksanakan
2. Memberikan
3. Memperat
B. ASN yang profesional
1. Bertanggung jawab
2. Menunjukkan sikap mental positif
3. Mengutamakan keprimaan
4. Menunjukkan kompetensi
5. Memegang teguh kode etik
C. Perubahan Lingkungan Strategis
Empat level lingkungan strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan PNS dalam
melakukan pekerjaannya sesuai bidang tugas masing-masing, yakni: individu, keluarga
(family), Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/Culture), Nasional
(Society), dan Dunia (Global).
D. Modal Insani Dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis
1. Modal intelektual
2. Modal emosional
3. Modal social
4. Modal ketabahan
5. Modal etika / moral
6. Modal Kesehatan (kekuatan) fisik/jasmani
E. Macam-Macam Isu Kontemporer
1. Korupsi
2. Narkoba
3. Terorisme
4. Radikalisme
5. Money Loundring (pencucian uang)
Proxy War ialah istilah yang merujuk pada konflik di antara dua negara, di mana negara
tersebut tidak serta-merta terlibat langsung dalam peperangan karena melibatkan ‘proxy’ atau
kaki tangan.
Sebelum Indonesia merdeka negara kita sudah di jajah oleh negara lain kemudian
Indonesia merdeka dan kemerdekaan belum tentu membuat kita terbebas dari proxy war, karena
di era globalisasi seperti sekarang ini perang tidak lagi menggunakan senjata tetapi melalui
pemikiran contohnya cuci otak yang membelokkan pemahaman tentang ideologi negara.
Untuk menghindari proxy war dengan membangun Kesadaran Anti-Proxy dengan
mengedepankan Kesadaran Bela Negara melalui pengamalan nilai-nilai Pancasila.
Teknik analisis isu
1. Teknik tapisan isu
2. Teknik analisis isu, menggunakan alat batu mind mapping, fishbone diagram.
3. Analisis SWOT

Modul 3
Kesiapsiagaan Bela Negara

Kesiapsiagaan bela negara dalam latsar CPNS


1. Kegiatan Olah Raga dan Kesehatan Fisik;
2. Kesiapsiagaan dan kecerdasan Mental;
3. Kegiatan Baris-berbaris dan Tata Upacara;
4. Keprotokolan;
5. Pemahaman Dasar Fungsi-fungsi Intelijen dan Badan
Pengumpul Keterangan;
6. Kegiatan Ketangkasan dan Permainan dalam Membangun
Tim;
7. Kegiatan Caraka Malam dan Api Semangat Bela Negara
(ASBN);
8. Membuat dan melaksanakan Rencana Aksi
4 hal yang perlu diperhatikan bagi seorang ASN yang profesional yaitu:
a) Berpenampilan yang rapi dan menarik (very good grooming)
b) Postur tubuh yang tepat (correct body posture)
c) Kepercayaan diri yang positif (confidence)
d) Keterampilan komunikasi yang baik (communication skills)
Modal utama yang kita miliki utuk melakukan bela negara dengan menjaga dan
melestarikan kearfian lokal yang mengandung nilai-nilai jati diri bangsa yang luhur dan
terhormat.
Aksi Bela Negara dapat didefinisikan sebagai sinergi setiap warga negara guna
mengatasi segala macam ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan dengan berlandaskan
pada nilai-nilai luhur bangsa untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil, dan makmur.
Penyusunan Rencana Aksi Bela Negara bagi CPNS
Tahap 1 : saat On Campus, dimana masing-masing peserta Latsar CPNS dapat menyusun
rencana Aksi-nya. Kemudian peserta/secara kolektif per kelas menunjuk satu orang sebagai
penanggung jawab kegiatan tersebut.
Tahap 2 : Off Campus, peserta Latsar CPNS dapat menuliskan jenis kegiatan/pekerjaan yang
dilaksanakan di instansinya masing-masing. Kemudian peserta/secara kolektif per kelas
menunjuk satu orang sebagai penanggung jawab kegiatan tersebut.
Kegiatan Kesiapsiagaan Bela Negara
1. Peraturan Baris Berbaris : suatu wujud latihan fisik, diperlukan guna menanamkan
kebiasaan dalam tata cara hidup dalam rangka membina dan kerjasama antar peserta Latsar.
2. Keprotokolan : tata cara untuk menyelenggarakan suatu acara agar berjalan tertib, hikmat,
rapi, lancar dan teratur serta memperhatikan ketentuan dan kebiasaan yang berlaku, baik
secara nasional maupun internasional
3. Kewaspadaan Dini : kondisi kepekaan, kesiagaan dan antisipasi masyarakat dalam
menghadapi potensi dan indikasi timbuinya bencana, baik bencana perang, bencana alam,
maupun bencana karena ulah manusia.
4. Membangun Tim : pembekalan berupa pengetahuan dan internalisasi nilai-nilai
kesiapsiagaan melalui berbagai macam permainan yang berguna untuk membangun tim
yang efektif dalam setiap melaksanakan kegiatan yang memerlukan kerjasama 2 orang atau
lebih
5. Ceraka malam dan api semangat bela negara : bertujuan untuk menanamkan disiplin,
keberanian, semangat serta loyalitas dan kemampuan peserta Latsar CPNS dalam
melaksanakan tugas dengan melewati barbagai bentuk godaan, cobaan serta kemampuan
memegang/penyimpanan rahasia organisasi dan rahasia negara
Agenda 2
Modul 1
Berorientasi Pelayanan
Pelayanan Publik ialah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara
dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.
Asas penyelenggaraan pelayanan publik.
a. kepentingan umum;
b. kepastian hukum;
c. kesamaan hak;
d. keseimbangan hak dan kewajiban;
e. keprofesionalan;
f. partisipatif;
g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;
h. keterbukaan;
i. akuntabilitas;
j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;
k. ketepatan waktu; kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan
Prinsip Pelayanan Publik
1. partisipatif 6. Efektif dan efisien
2. transparan 7. Aksesibel
3. responsif 8. Akuntabel
4. Tidak diskriminatif 9. Berkeadilan
5. Mudah dan murah
Tiga unsur penting dalam pelayanan publik bagi ASN
1) penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi,
2) penerima layanan yaitu masyarakat, stakeholders, atau sektor privat,
3) kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan
Potret birokrasi kita masih belum baik. Birokrasi lebih banyak berkonotasi dengan citra
negatif. Budaya paternalisme telah mengakar kuat dalam birokrasi pelayanan publik di
Indonesia.
Pelayanan publik yang berkualitas harus berorientasi kepada pemenuhan kepuasan
pengguna layanan. Apabila dikaitkan dengan tugas ASN dalam melayani masyarakat,
pelayanan yang berorientasi pada customer satisfaction adalah wujud pelayanan yang terbaik
kepada masyarakat atau dikenal dengan sebutan pelayanan prima. Pelayanan prima didasarkan
pada implementasi standar pelayanan yang dimiliki oleh penyelenggara. Keberhasilan
pelayanan publik akan bermuara pada kepercayaan masyarakat sebagai subjek pelayanan
publik. Apabila setiap lembaga pemerintah dapat memberikan layanan prima kepada
masyarakat maka akan menimbulkan kepuasan bagi pihak yang dilayani.
Tugas ASN dalam menyelenggarakan pelayanan publik
1. adil dan tidak diskriminatif;
2. cermat;
3. santun dan ramah
4. tegas, andal, dan tidak memberikan putusan yang berlarut-laru
5. profesional;
6. tidak mempersulit;
7. patuh pada perintah atasan yang sah dan wajar;
8. menjunjung tinggi nilai-nilai akuntabilitas dan integritas institusi penyelenggaraan
9. tidak membocorkan informasi atau dokumen yang wajib dirahasiakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
10. terbuka dan mengambil langkah yang tepat untuk menghindari benturan kepentingan;
11. tidak menyalahgunakan sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan publik
12. tidak memberikan informasi yang salah atau menyesatkan dalam menanggapi permintaan
informasi serta proaktif dalam memenuhi kepentingan masyarakat;
13. tidak menyalahgunakan informasi, jabatan, dan/atau kewenangan yang dimiliki;
14. sesuai dengan kepantasan;
15. tidak menyimpang dari prosedur.
Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi pengelolaan
ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government), Pemerintah telah
meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai Dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer Branding
(Bangga Melayani Bangsa).
Core Values ASN BerAKHLAK merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan,
Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif. Core Values tersebut seharusnya
dapat dipahami dan dimaknai sepenuhnya oleh seluruh ASN serta dapat diimplementasikan
dalam pelaksanaan tugas dan kehidupan sehari-hari.
Oleh karena tugas pelayanan publik yang sangat erat kaitannya dengan pegawai ASN,
sangatlah penting untuk memastikan bahwa ASN mengedepankan nilai Berorientasi Pelayanan
dalam pelaksanaan tugasnya, yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berkomitmen
memberikan pelayanan prima demi kepuasan masyarakat.
Tugas ASN
1. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
2. Ramah, cekatan, solutif dan bisa diandalkan.
3. Melakukan perbaikan tiada henti.
Pemberian layanan bermutu tidak boleh berhenti ketika kebutuhan masyarakat sudah
dapat terpenuhi, melainkan harus terus ditingkatkan dan diperbaiki agar mutu layanan yang
diberikan dapat melebihi harapan pengguna layanan.
Tantangan Aktualisasi Nilai Berorientasi Pelayanan
Penyelenggaraan pelayanan publik menghadapi berbagai hambatan dan tantangan. Dalam
rangka mencapai visi reformasi birokrasi serta memenangkan persaingan di era digital yang
dinamis, diperlukan akselerasi dan upaya luar biasa (keluar dari rutinitas dan business as usual)
agar tercipta breakthrough atau terobosan, yaitu perubahan tradisi, pola, dan cara dalam
pemberian pelayanan publik.

Modul 2
AKUNTABEL
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi
yang memberikan amanat. Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan,
lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik.
Aspek - Aspek akuntabilitas
1. akuntabilitas adalah sebuah hubungan,
2. akuntabilitas berorientasi pada hasil,
3. akuntabilitas membutuhkan adanya laporan,
4. akuntabilitas memerlukan konsekuensi,
5. akuntabilitas memperbaiki kinerja.
Pentingnya akuntabilitas, dalam kondisi tersebut, PNS perlu merubah citranya menjadi
pelayan masyarakat dengan mengenalkan nilai-nilai akuntabilitas untuk membentuk sikap, dan
prilaku bertanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan.
Tiga fungsi akuntabilitas
1. Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi);
2. untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional);
3. untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Dua macam akuntabilitas publik
1. akuntabilitas vertikal (vertical accountability) : pertanggungjawaban atas pengelolaan dana
kepada otoritas yang lebih tinggi.
2. Akuntabilitas horizontal : pertanggungjawaban kepada masyarakat luas
Tingkatan Akuntabilitas
1. akuntabilitas personal
2. akuntabilitas individu
3. akuntabilitas kelompok
4. akuntabilitas organisasi
5. akuntabilitas stakeholder
Akuntabilitas dan Integritas banyak dinyatakan oleh banyak ahli administrasi negara
sebagai dua aspek yang sangat mendasar harus dimiliki dari seorang pelayan publik. Namun,
integritas memiliki keutamaan sebagai dasar seorang pelayan publik untuk dapat berpikir secara
akuntabel. Kejujuran adalah nilai paling dasar dalam membangun kepercayaan publik terhadap
amanah yang diembankan kepada setiap pegawai atau pejabat negara.
Hal yang diperhatikan dalam membangun lingkungan kerja yang akuntabel
1) kepemimpinan, 6). Kepercayaan
2) transparansi, 7) Keseimbangan
3) integritas, 8) Kejelasan
4) tanggung jawab (responsibilitas), 9) Konsistensi
5) keadilan,
Dimensi mekanisme akuntabilitas
1. Akuntabilitas kejujuran dan hukum
2. Akuntabilitas proses
3. Akuntabilitas program,
4. Akuntabilitas kebijakan.
Pengelolaan konflik kepentingan dan kebijakan gratifikasi dapat membantu
pembangunan budaya akuntabel dan integritas di lingkungan kerja. Akuntabilias dan integritas
dapat menjadi faktor yang kuat dalam membangun pola pikir dan budaya antikorupsi.
Ketersediaan informasi publik telah memberikan pengaruh yang besar pada berbagai
sektor dan urusan publik di Indonesia. Salah satu tema penting yang berkaitan dengan isu ini
adalah perwujudan transparansi tata kelola keterbukaan informasi publik, dengan
diterbitkannya UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (selanjutnya
disingkat: KIP).
Aparat pemerintah dituntut untuk mampu menyelenggarakan pelayanan yang baik untuk
publik. Hal ini berkaitan dengan tuntutan untuk memenuhi etika birokrasi yang berfungsi
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Etika pelayanan publik adalah suatu panduan atau
pegangan yang harus dipatuhi oleh para pelayan publik atau birokrat untuk menyelenggarakan
pelayanan yang baik untuk publik. Buruknya sikap aparat sangat berkaitan dengan etika.
2 jenis umum konflik kepentingan
1. keuangan (Penggunaan sumber daya lembaga termasuk dana, peralatan atau sumber daya
aparatur untuk keuntungan pribadi)
2. non-keuangan (Penggunaan posisi atau wewenang untuk membantu diri sendiri dan /atau
orang lain).
Langkah-langkah yang diperlukan dalam penanganan Konflik Kepentingan:
1. Penyusunan Kerangka Kebijakan,
2. Identifikasi Situasi Konflik Kepentingan,
3. Penyusunan Strategi Penangan Konflik Kepentingan,
4. Penyiapan Serangkaian Tindakan Untuk Menangani Konflik Kepentingan
Akuntabilitas dan Integritas Personal seorang ASN akan memberikan dampak sistemik
bila bisa dipegang teguh oleh semua unsur. Melalui Kepemimpinan, Transparansi, Integritas,
Tanggung Jawab, Keadilan, Kepercayaan, Keseimbangan, Kejelasan, dan Konsistensi, dapat
membangun lingkungan kerja ASN yang akuntabel

Modul 3
KOMPETEN
Implikasi VUCA menuntut diantaranya penyesuaian proses bisnis, karakter dan tuntutan
keahlian baru. Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap waktu, sesuai
kecenderungan kemampuan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam meningkatkan
kinerja organisasi lebih lambat, dibandikan dengan tawaran perubahan teknologi itu sendiri.
Perilaku ASN untuk masing-masing aspek BerAkhlak sebagai berikut:
1. Berorientasi Pelayanan:
a) Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
b) Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan;
c) Melakukan perbaikan tiada henti.
2. Akuntabel:
a) Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan
berintegritas tinggi;
b) Menggunakan kelayakan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif,
dan efesien.
3. Kompeten:
a) Meningkatkan kompetensi diri untuk mengjawab tantangan yang selalu berubah;
b) Membantu orang lain belajar; c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
4. Harmonis:
a) Menghargai setiap orang apappun latar belakangnya;
b) Suka mendorong orang lain;
c) Membangun lingkungan kerja yang kondusif
5. Loyal:
a) Memegang teguh ideology Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta
pemerintahan yang sah;
b) Menjaga nama baik sesame ASN, pimpinan, insgansi, dan negara; c. Menjaga rahasia
jabatan dan negara.
6. Adaptif:
a) Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;
b) Terus berinovasi dan mengembangakkan kreativitas;
c) Bertindak proaktif.
7. Kolaboratif:
a) Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi;
b) Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkanersama nilai tambah;
c) Menggaerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk tujuan bersama.
Prinsip pengelolaan ASN yaitu berbasis merit, yakni seluruh aspek pengelolaan ASN harus
memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja, termasuk tidak boleh ada perlakuan
yang diskriminatif,.
Pembangunan Apartur sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2020-2024, diharapkan menghasilkan karakter birokrasi yang berkelas dunia (world
class bureaucracy), yang dicirikan dengan beberapa hal, yaitu pelayanan publik yang semakin
berkualitas dan tata kelola yang semakin efektif dan efisien
8 (delapan) karakateristik yang dianggap relevan bagi ASN dalam menghadapi tuntutan
pekerjaan.
1. Integritas 5. IT dan bahasa asing
2. nasionalisme, 6. hospitality
3. profesionalisme, 7. networking
4. wawasan global 8. entrepreneurship
Aspek penting kompetensi
1. aspek pengetahuan,
2. keterampilan,
3. sikap yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi
ASN, meliputi :
1) Kompetensi Teknis
2) Kompetensi Manajerial
3) Kompetensi Sosial Kultural
Perilaku Kompeten
1. Berkinerja dan berakhlak
2. Meningkatkan kompetensi diri
3. Membantu orang lain belajar

Modul 4
HARMONIS
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau. Denfan
nama Nusantara. Dengan populasi mencapai 270.203.917 jiwa pada tahun 2020, Indonesia
menjadi negara berpenduduk terbesar keempat di dunia. Indonesia juga dikenal karena
kekayaan sumber daya alam, hayati, suku bangsa dan budaya nya. Kekayaan sumber daya alam
berupa mineral dan tambang, kekayaan hutan tropis dan kekayaan dari lautan diseluruh
Indonesia.
A. Nasionalisme Kebangsaan
1. Perspektif modernis melihat bahwa bangsa merupakan hasil dari modernisasi dan
rasionalisasi seperti di contohkan dalam Negara Birokratis, ekonomi industry, dan
konsep sekuler tentang otonomi manusia.
2. Aliran Primordialis dengan tokohnya Clifford Geertz (1963) melihat bahwa bangsa
merupakan sebuah pemberian historis, yang terus hadir dalam sejarah manusia dan
memperlihatkan kekuatan inheren pada masa lalu dan generasi masa kini.
3. Perspektif perenialis dengan tokohnya Adrian Hastings (1997) melihat bahwa bangsa
bisa ditemukan di pelbagai zaman sebelum periode modern. Dengan demikian, dalam
perspektif primordialis dan perspektif modernis, bangsa modern bukanlah sesuatu
yang baru, karena dia muncul sebagai kelanjutan dari periode sebelumnya.
4. Aliran etnosimbolis, seperti ditunjukkan dalam karya John Amstrong (1982) dan
Anthony Smith (1986)‘ aliran ini mencoba menggabung ketiga pendekatan tersebut
diatas. Aliran etnosimbolis melihat bahwa kelahiran bangsa pasca abad ke-18,
merupakan sebuah spesies baru dari kelompok etnis yang pembentukannya harus
dimengerti dalam jangka panjang.
B. Potensi dan Tantangan dalam Keanekaragaman
1. Konflik antarsuku
2. Konflik antaragama
3. Konflik antarras
4. Konflik antargolongan.
C. Dampak Konflik
1. Suasana Bekerja dan Lingkungan Tidak Nyaman
2. Pekerjaan terbengkalai
3. Kinerja Buruk
4. Layanan Kepada Masyarakat Tidak optimal
D. Pentingnya Suasana Harmonis
Suasana harmoni dalam lingkungan bekerja akan membuatkan kita secara individu
tenang, menciptakan kondisi yang memungkinkan untuk saling kolaborasi dan bekerja sama,
meningkatkan produktifitas bekerja dan kualitas layanan kepada pelanggan.
Dasar-dasar penegakan nilai Etika ASN :
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi;
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang sejauh
tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan;
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan
efisien;
8. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
9. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya
E. Etika ASN sebagai Individu, dalam Organisasi, dan Masyarakat
1. Perubahan Mindset
a) Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan;
b) Kedua, merubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’;
c) Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah, yang harus
dipertanggung jawabkan bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat
2. Sikap perilaku ini bisa ditunjukkan dengan:
a) Toleransi , Empati, Keterbukaan terhadap perbedaan
Upaya Mewujudkan Suasana Harmonis
Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Pasal 11 tentang ASN, tugas pegawai ASN
a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas
c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Peran ASN Harmonis
1. Posisi PNS sebagai aparatur Negara, dia harus bersikap netral dan adil. Netral dalam artian
tidak memihak kepada salah satu kelompok atau golongan yang ada. Adil, berarti PNS
dalam melaksanakna tugasnya tidak boleh berlaku diskriminatif dan harus obyektif, jujur,
transparan.
2. PNS juga harus bisa mengayomi kepentingan kelompok kelompok minoritas, dengan tidak
membuat kebijakan, peraturan yang mendiskriminasi keberadaan kelompok tersebut.
3. PNS juga harus memiliki sikap toleran atas perbedaan
4. Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban PNS juga harus memiliki suka menolong baik
kepada pengguna layanan, juga membantu kolega PNS lainnya yang membutuhkan
pertolongan
5. PNS menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya.

Modul 5
LOYAL
Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi
pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government),
pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai dasar) ASN BerAKHLAK dan
Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa). Nilai “Loyal” dianggap penting dan
dimasukkan menjadi salah satu core values yang harus dimiliki dan diimplementasikan dengan
baik oleh setiap ASN dikarenakan oleh faktor penyebab internal dan eksternal.
Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling
tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
Ciri/karakteristik untuk mengukur loyalitas pegawainya :
a. Taat pada Peraturan.
b. Bekerja dengan Integritas
c. Tanggung Jawab pada Organisasi
d. Kemauan untuk Bekerja Sama.
e. Rasa Memiliki yang Tinggi
f. Hubungan Antar Pribadi
g. Kesukaan Terhadap Pekerjaan
h. Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
i. Menjadi teladan bagi Pegawai lain
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang
dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan
negara, dengan panduan perilaku:
a. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah.
b. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
c. Menjaga rahasia jabatan dan negara Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk
mengaktualisasikan panduan perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah komitmen,
dedikasi, kontribusi, nasionalisme dan pengabdian, yang dapat disingkat menjadi
“KoDeKoNasAb”.
Untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal) pegawai terhadap
organisasi,hendaknya beberapa hal berikut dilakukan:
a. Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki
b. Meningkatkan Kesejahteraan
c. Memenuhi Kebutuhan Rohani
d. Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir
e. Melakukan Evaluasi secara Berkala
Setiap ASN harus senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah,
dan martabat pegawai negeri sipil, serta mengutamakan kepentingan negara daripada
kepentingan sendiri, seseorang atau golongan sebagai wujud loyalitasnya terhadap
bangsa dan negara.
Agar para ASN mampu menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas
kepentingan lainnya dibutuhkan langkah-langkah konkrit, diantaranya melalui
pemantapan Wawasan Kebangsaan. Selain memantapkan Wawasan Kebangsaan, sikap
loyal seorang ASN dapat dibangun dengan cara terus meningkatkan nasionalismenya
kepada bangsa dan negara.

Modul 6
ADAPTIF
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan hidup
dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul.
Kreativitas adalah sebuah kemampuan, sikap maupun proses dapat dipandang dalam
konteks tersendiri yang terpisah dari inovasi.
Kreativitas yang terbangun akan mendorong pada kemampuan pegawai yang adaptif terhadap
perubahan. Tanpa kreativitas, maka kemampuan beradaptasi dari pegawai akan sangat terbatas.
Tiga unsur dasar Fondasi organisasi adaptif
1. lanskap (landscape),
2. pembelajaran (learning),
3. kepemimpinan (leadership).
9 elemen budaya adaptif menurut Management Advisory Service UK yang perlu menjadi
fondasi ketika sebuah organisasi akan mempraktekkannya:
1. Purpose
2. Cultural values
3. Vision
4. Corporate values
5. Corporate strategy
6. Structure
7. Problem solving
8. Partnership working
9. Rules
Penerapan budaya adaptif akan mendorong pada pembentukan budaya organisasi
berkinerja tinggi,
Ciri-ciri penerapan budaya adaptif dalam lembaga pemerintahan
1. Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan
2. Mendorong jiwa kewirausahaan
3. Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah
4. Memperhatikan kepentingan-kepentingan yang diperlukan antara instansi mitra,
masyarakat dan sebagainya.
5. Terkait dengan kinerja instansi
Ciri – ciri orang yang memiliki karakter adaptif
1. Eksperimen orang yang beradaptasi 7. Tidak menyalahkan orang
2. Melihat peluang dimana orang lain melihat kegagalan 8. Tidak mencari popularitas
3. Memiliki sumber daya 9. Memiliki rasa ingin tahu
4. Selalu berpikir kedepan 10. Beradaptasi
5. Tidak mudah mengeluh 11. Memperhatikan sistem
6. Memahami apa yang sedang dikerjakan 12. Membuka pikiran
Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan – baik
individu maupun organisasi – dalam situasi apa pun. Salah satu tantangan membangun atau
mewujudkan individua dan organisasi adaptif tersebut adalah situasi VUCA (Volatility,
Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Hadapi Volatility dengan Vision, hadapi
uncertainty dengan understanding, hadapi complexity dengan clarity, dan hadapi ambiguity
dengan agility.
Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon
perubahan lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat dan fleksibel. Budaya
organisasi merupakan faktor yang sangat penting di dalam organisasi sehingga efektivitas
organisasi dapat ditingkatkan dengan menciptakan budaya yang tepat dan dapat mendukung
tercapainya tujuan organisasi. Bila budaya organisasi telah disepakati sebagai sebuah strategi
perusahaan maka budaya organisasi dapat dijadikan alat untuk meningkatkan kinerja.
, Liisa Välikangas (2010) memperkenalkan istilah yang berbeda untuk pemerintah
yang adaptif yakni dengan sebutan pemerintah yang tangguh (resilient organization).
Pembangunan organisasi yang tangguh menyangkut lima dimensi :
1. kecerdasan organisasi
2. sumber daya
3. desain
4. adaptasi
5. budaya (atau sisu, kata Finlandia yang menunjukkan keuletan).

Modul 7
KOLABORATIF
Definisi kolaborasi dan collaborative governance. Dyer and Singh (1998, dalam Celik et
al, 2019) mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah “ value generated from an alliance
between two or more firms aiming to become more competitive by developing shared
routines”.
Sedangkan Gray (1989) mengungkapkan bahwa : Collaboration is a process though which
parties with different expertise, who see different aspects of a problem, can constructively
explore differences and find novel solutions to problems that would have been more difficult
to solve without the other’s perspective (Gray, 1989).
Irawan (2017) mengungkapkan bahwa “ Collaborative governance “sebagai sebuah proses
yang melibatkan norma bersama dan interaksi saling menguntungkan antar aktor governance
.
A governing arrangement where one or more public agencies directly engage non-state
stakeholders in a collective decision-making process that is formal, consensus-oriented, and
deliberative and that aims to make or implement public policy or manage public programs or
assets. Ansen dan gash (2012).
“A governing arrangement where one or more public agencies directly engage non-state
stakeholders in a collective decisionmaking process that is formal, consensus-oriented, and
deliberative and that aims to make or implement public policy or manage public programs or
assets” (Ermaya Suradinata, 1998)
Collaborative Governance mencakup kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan publik
Sebuah pendekatan pengambilan keputusan, tata kelola kolaboratif, serangkaian aktivitas
bersama di mana mitra saling menghasilkan tujuan dan strategi dan berbagi tanggung jawab
dan sumber daya.
Enam Kriteria Penting Untuk Kolaborasi :
a. Forum Yang Diprakarsai Oleh Lembaga Publik Atau Lembaga;
b. Peserta Dalam Forum Termasuk Aktor Nonstate;
c. Peserta Terlibat Langsung Dalam Pengambilan Keputusan
Dan Bukan Hanya '‘Dikonsultasikan’ Oleh Agensi Publik;
d. Forum Secara Resmi Diatur Dan Bertemu Secara Kolektif;
e. Forum Ini Bertujuan Untuk Membuat Keputusan Dengan Konsensus (Bahkan Jika
Konsensus Tidak Tercapai Dalam Praktik); Dan
f. Fokus Kolaborasi Adalah Kebijakan Publik Atau Manajemen
Tahapan Dalam Melakukan Assessment Terhadap Tata Kelola Kolaborasi
a. Mengidentifikasi permasalahan dan peluang;
b. Merencanakan aksi kolaborasi; dan
c. Mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi
Organisasi yang memiliki collaborative culture indikatornya sebagai berikut:
1. Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu terjadi;
2. Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan membutuhkan upaya
yang diperlukan untuk terus menghormati pekerjaan mereka;
3. Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan mengambil
risiko yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan ketika terjadi kesalahan);
4. Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi (universitas) Setiap
kontribusi dan pendapat sangat dihargai;
5. Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik;
6. Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong; dan
7. Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas layanan yang
diberikan.
Aktivitas antar organisasi
1. Kerjasama informal
2. Perjanjian bantuan bersama
3. Memberikan pelatihan
4. Menerima Pelatihan
5. Perencanaan Bersama
6. Menyediakan Peralatan
7. Menerima Peralatan
8. Memberikan Bantuan Teknis
9. Menerima Bantuan Teknis
10. Memberikan Pengelolaan Hibah
11. Menerima Pengelolaan Hibah.
Proses yang harus dilalui dalam menjalankan kolaborasi adalah :
1) Trust building : membangun kepercayaan dengan stakeholder mitra kolaborasi
2) Face tof face Dialogue: melakukan negosiasi dan baik dan bersungguh-sungguh;
3) Komitmen terhadap proses: pengakuan saling ketergantungan; sharing ownership dalam
proses; serta keterbukaan terkait keuntungan bersama;
4) Pemahaman bersama: berkaitan dengan kejelasan misi, definisi bersama terkait
permasalahan, serta mengidentifikasi nilai bersama; dan
5) Menetapkan outcome antara.
Factor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar Lembaga
pemerintah :
1. Kepercayaan,
2. Pembagian kekuasaan,
3. Gaya kepemimpinan,
4. Strategi manajemen
5. Formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien efektif antara entitas public.
Sementara Factor-faktor yang menghambat keberhasilan dalam kolaborasi antar Lembaga
pemerintah yaitu : Ketidakjelasan batasan masalah karena perbedaan pemahaman dalam
kesepakatan kolaborasi dan Dasar hukum kolaborasi juga tidak jelas.
Agenda 3
Modul 1
SMART ASN
Literasi digital berperan penting untuk meningkatkan kemampuan kognitif sumber
daya manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai.
Literasi digital menjadi kemampuan wajib yang harus dimiliki oleh peserta CPNS dan
diharapkan para peserta mampu mengikuti dan beradaptasi dengan perubahan transformasi
digital yang berlangsung sangat cepat.
Transformasi digital di masa pandemi maupun pandemi yang akan datang akan
mengubah secara struktural cara kerja, beraktivitas, berkonsumsi, belajar, bertransaksi yang
sebelumnya luring dengan kontak fisik menjadi lebih banyak ke daring.
5 arahan presiden untuk percepatan transformasi digital:
1. Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
2. Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor-sektor strategis, baik di
pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor kesehatan,
perdagangan, sektor industri, sektor penyiaran.
3. Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan.
4. Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital
5. Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan transformasi
digital dilakukan secepat-cepatnya.
4 modul yang dibuat untuk menunjang percepatan transformasi digital.
1. Cakap Bermedia Digital
2. Budaya Bermedia Digital
3. Etis Bermedia Digital
4. Aman Bermedia Digital
Guna mendukung percepatan transformasi digital, ada 5 langkah yang harus
dijalankan,
1. Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
2. Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor-sektor strategis, baik di
pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor kesehatan,
perdagangan, sektor industri, sektor penyiaran.
3. Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan.
4. Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital.
5. Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan transformasi
digital dilakukan secepat-cepatnya.
Literasi digital lebih dari sekadar masalah fungsional belajar bagaimana menggunakan
komputer dan keyboard, atau cara melakukan pencarian online. Literasi digital juga mengacu
pada mengajukan pertanyaan tentang sumber informasi itu, kepentingan produsennya, dan
cara-cara di mana ia mewakili dunia; dan memahami bagaimana perkembangan teknologi ini
terkait dengan kekuatan sosial, politik dan ekonomi yang lebih luas.
Menurut UNESCO, literasi digital adalah kemampuan untuk mengakses, mengelola,
memahami, mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan menciptakan
informasi secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk pekerjaan, pekerjaan yang
layak, dan kewirausahaan. Ini mencakup kompetensi yang secara beragam disebut sebagai
literasi komputer, literasi TIK, literasi informasi dan literasi media.
Hasil survei Indeks Literasi Digital Kominfo 2020 menunjukkan bahwa rata-rata skor
indeks Literasi Digital masyarakat Indonesia masih ada di kisaran 3,3. Sehingga literasi digital
terkait Indonesia dari kajian, laporan, dan survei harus diperkuat. Penguatan literasi digital ini
sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo. e. Roadmap Literasi Digital 2021-2024 yang
disusun oleh Kominfo, Siberkreasi, dan Deloitte pada tahun 2020 menjadi panduan
fundamental untuk mengatasi persoalan terkait percepatan transformasi digital, dalam konteks
literasi digital.
Kurikulum literasi digital yang terbagi atas empat area kompetensi yaitu:
1. kecakapan digital,
2. budaya digital,
3. etika digital
4. keamanan digital.

Modul 2
MANAJEMEN ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Kedudukan ASN berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014


PNS PPPK
PNS merupakan warga negara Indonesia yang warga Negara Indonesia yang memenuhi
memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan
Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu
pembina kepegawaian untuk menduduki dalam rangka melaksanakan tugas
jabatan pemerintahan dan memiliki nomor pemerintahan sesuai dengan kebutuhan
induk pegawai secara nasional Instansi Pemerintah dan ketentuan perundang-
undangan
Fungsi dan Tugas ASN
Perekat dan Pemersatu
Pelaksana Kebijakan Publik Pelayan Publik
Bangsa
“Melaksanakan kebijakan “Memberikan pelayanan “Mempererat persatuan dan
yang dibuat oleh Pejabat publik yang professional dan kesatuan Negara Kesatuan
Pembina Kepegawaian sesuai berkualitas” Republik Indonesia”
dengan ketentuan peraturan
perundangundangan”
Kewajiban ASN meliputi :
a. setia dan taat pada Pancasila, UUD’45, NKRI
b. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
c. melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang
d. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan
e. Melaksanakan Tugas Kedinasan dengan Penuh Pengabdian, Kejujuran, Kesadaran, dan
Tanggung Jawab
f. Menunjukkan Integritas dan Keteladanan Dalam Sikap, Perilaku, Ucapan Dan Tindakan
Kepada Setiap Orang, Baik di Dalam Maupun di Luar Kedinasan
g. Menyimpan Rahasia Jabatan Dan Hanya Dapat Mengemukakan Rahasia Jabatan Sesuai
Dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan
h. Bersedia Ditempatkan Di Seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Kode Etik dan Kode Perilaku ASN
a. melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas tinggi
b. melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin
c. melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan
d. melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau sejauh tidak bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan.
e. tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau
untuk orang lain.
f. Memberika informas secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasanMemberika informas secara benar
dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait
kepentingan kedinasan
g. menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya
Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi dan memberikan ruang bagi tranparansi, akuntabilitas, obyektivitas dan
juga keadilan. Beberapa langkah nyata dapat dilakukan untuk menerpakan sistem ini baik dari
sisi perencanaan kebutuhan yang berupa transparansi dan jangkauan penginformasian kepasa
masyarakat maupun jaminan obyektifitasnya dalam pelaksanaan seleksi. Sehingga instansi
pemerintah mendapatkan pegawai yang tepat dan berintegritas untuk mencapai visi dan
misinya.
Pasca recruitment, dalam organisasi berbagai sistem pengelolaan pegawai harus
mencerminkan prinsip merit yang sesungguhnya dimana semua prosesnya didasarkan pada
prinsip-prinsip yang obyektif dan adil bagi pegawai. Jaminan sistem merit pada semua aspek
pengelolaan pegawai akan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran dan
kinerja.
Manajemen PNS meliputi : penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat
dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian
dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan
perlindungan.
Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja;
penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan; disiplin;
pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan.
Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia.
Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan:
1. menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN
2. mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa.
Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam Manajemen
ASN diperlukan Sistem Informasi ASN.
Pegawai diberikan penghargaan dan pengakuan atas kinerjanya yang tinggi, disisi lain
bad performers mengetahui dimana kelemahan dan juga diberikan bantuan dari organisasi
untuk meningkatkan kinerja.

Anda mungkin juga menyukai