Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan Negara dengan jumlah populasi terbesar ke-4 di

dunia, yaitu sebanyak 237.641.326 jiwa (sensus 2010) setelah Cina, India, dan

Amerika Serikat. Bukan hanya memiliki berjuta penduduk, Indonesia juga

memiliki beribu pulau, suku, etnis, adat, budaya, dan bahasa. Keberagaman

ini dapat berpotensi memunculkan berbagai konflik-konfik sosial.

Seperti halnya di Indonesia, akhir-akhir ini Indonesia tengah

mengahadapi berbagai persoalan seperti krisis identitas, konflik horizontal

multicultural, disintegrasi bangsa, instabilitas politis, kekerasan, dan

kriminalitas sebagai gejala krisis multidimensional1. Hal ini dapat terjadi

karena terjadi kemrosotan moral yang dapat dilihat dari maraknya aksi

kenakalan remaja, penyalahgunaan narkoba, seks bebas, tawuran, dan lain

sebagainya.

Bukan hanya itu, masalah yang tak kalah penting yaitu mulai

lunturnya nilai-nilai kebangsaan dan nilai-nilai budaya bangsa. Kegiatan-

kegiatan sosial seperti gotong royong, musyawarah, dan toleransi antar warga

Negara semakin lama semakin memudar. Hal ini merupakan salah satu

dampak dari derasnya arus globalisasi.

Gejala disintegrasi bagsa juga terlihat dari banyaknya konflik


1
Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta Ari Setiarsih, “PENGUATAN IDENTITAS
NASIONAL MELALUI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL BERBASIS KEARIFAN LOKAL,” 2016,
http://repository.upy.ac.id/1242/.
multikultural berbau SARA seperti konflik etnis tionghoa dan pribumi,

konflik agama, konflik Sampit dan sebagainya. Hal-hal semacam ini dapat

mengakibatkan pergesaran pola pikir dan gaya hidup yang menjadi seperti

kebarat-baratan. Pergeseran ini dapat dilihat dengan adanya prilaku

individualiistik, hedonis, konsumtif, apatis, sekuler, dan bebas. Fenomena-

fenomena diatas dapat berpotensi menimbulkan disintegrasi bangsa serta

menggerus makna identitas nasional yang sebenarnya. Maka dari itu,

Indonesia membutuhkan suatu upaya yang dapat untuk memperkuat makna

identitas nasional.

Kota Gresik merupakan salah satu kota yang menjadi bagian dari

provinsi Jawa Timur. Kota Gresik terkenal sebagai kota Industri dan berada

di pesisir pantai. Dari letak geografis inilah munculah salah satu tradisi yang

masih dilestarikan oleh warga Gresik yaitu Pasar bandeng. Menurut

sejarahnya, terdapat berbagai macam versi yang dapat menjelaskan asal mula

terjadinya tradisi ini.

Budaya merupakan salah factor yang dapat membentuk identitas

nasional sebuah Negara, begitupula di Indonesia. Tradisi pasar bandeng

merupakan salah satu factor kuat yang dapat membentuk identitas nasional

bangsa Indonesia. Lewat tradisi ini

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang telah dipaparkan penulis, maka akan

didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:


a. Apa yang dimaksud dengan identitas nasional?

b. Faktor apa saja yang membentuk identitas nasional suatu bangsa ?

c. Bagaimana suatu budaya dapat memengaruhi identitas nasional ?

d. Bagaimana tradisi pasar bandeng dapat memperkuat identitas

nasional?

1.3. Tujuan
Dari pengangkatan masalah ini, penulis mengaharapakan agar dapat :

a. Mengetahui identitas nasional

b. Mengetahui faktor-faktor pembentuk identitas nasional suatu

bangsa

c. Mengetahui apakah suatu budaya dapat memengaruhi identitas

nasional

d. Mengetahui bagaimana tradisi pasar bandeng dapat memperkuat

identitas nasional

1.4. Manfaat
Dari di lakukannya penelitian ini diharapkan mampu memberikan

mafaat terhadap beberapa pihak yaitu:

a. Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil dari proposal ini dapat menjadi landasan dalam

pengembangan media pembelajaran atau penerapan media pembelajaran

secara lebih lanjut. Selain itu juga menjadi sebuah nilai tambah khasanah

pengetahuan.
b. Manfaat Praktis

i Bagi Pendidik

Diharapkan makalah ini mampu menjadi acuan dalam

mengajar pendidikan kewarganegaraan di berbagai instansi

pendidikan.

ii Bagi Masyarakat Umum

Diharapkan makalah ini mampu menambah pengetahuan dan

wawasan tentang pendidikan kewarganegaraan.

iii Bagi Peneliti

Diharapkan makalah ini mampu menambah pengtahuan dan

wawasan tentang pendidikan kewarganegaraan dan tentunya dapat

mengambil pelajarannya.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Identitas Nasional
Identitas nasional berasal dari kata identity yang berarti ciri,

tanda atau jati diri yang melekat pada sesuatu yang membedakan

dengan yang lain dan kata nasional yang berarti kelompok lebih besar

yang diikat oleh kesamaan fisik seperti budaya, agama, dan bahasa dan

kesamaan non fisik seperti keinginan, cita-cita dan tujuan (Widodo,

dkk. 2015: 2-3). Pada hakikatnya identitas nasional merupakan

manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam

berbagai aspek kehidupan dengan suatu ciri khas yang menjadikannya


berbeda dengan bangsa lain (Monteiro, 2015: 27). Dengan demikian,

identitas nasional menunjuk pada jati diri yang bersumber dari nilai-

nilai budaya suatu bangsa sehingga identitas nasional memiliki

hubungan yang erat dengan kebudayaan nasional2.

Identitas nasional juga dapat diartikan sebagai kekhasan yang

dimiliki oleh suatu bangsa yang pembentukkannya selalu berkembang

mengikuti perkembangan zaman. Oleh karena itu, bangsa indonesia

harus bersikap kritis terhadap identitas nasional Negara RI yang akan

selalu di pengaruhi oelh perubahan zaman, dan juga harus selalu

menghayati dan menyadari bahwa jadi diri ini sebagai bagian dari rasa

cinta terhadap negeri ini. Salah satu ciri identitas nasional bagi bangsa

Indonesia adalah kemajemukan atau kebhinekaan atau keberagaman.

Kemajemukan ini tergambar dalam lima unsure, yaitu: sejarah,

kebudayaan, suku bangsa, agama, dan bahasa.

Identitas nasional bangsa Indonesia dapat terbentuk karena kita

merasa bahwa sebagai bangsa Indonesia mempunyai pengalaman

bersama yaitu pengalaman sejarah dalam mengusir penjajah, besarnya

penderitaan yang dialami bangsa Indonesia pada masa itu, baik secara

fisik maupun non fisik, menjadikan identitas nasional sebagai alat

pemersatu juga terbentuk melalui saling adanya kerjasama antara

identitas kelompok yang satu dengan kelompok lainnya. Artinya

2
Ari Setiarsih, “PENGUATAN IDENTITAS NASIONAL MELALUI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL BERBASIS
KEARIFAN LOKAL,” t.t., 12.
kemajemukan telah membentuk identitas berasama sebagai simbol

kekuatan bersama secara nasional.

Kemajemukan yang merupakan identitas nasional bangsa

Indonesia harus diiringi dengan sikap masyarakat multicultural yang

memiliki toleransi yang tinggi tanpa mengubah akar dari identitas

bangsa sendiri, karena sikap masyarakat multicultural, inilah yang

akan memupuk demokrasi dan akhirnya akan merealisasikan konsep

masyarakat madani yang dapat mewujudkan cita-cita nasional, yaitu

mencerdaskan dan mensejahterahkan segenap komponen bangsa

Indonesia. Sikap yang demikian itulah kemudian yang akan

menimbulkan rasa cinta terhadap bangsa sendiri secara kuat yang

kemudian disebut nasionalisme.

2.2 Dimensi Identitas Nasional


Ada beragam unsure identitas yang secara normatif mampu

menjelaskan ciri khas suatu bangsa antara lain letak geografis, adat

istiadat, nilai dan bahasa. Sedangkan dimensi identitas nasional antara

lain, yaitu :

a. Budi Pekerti

Gambaran pola perilaku yang terwujud dalam

kehidupan sehari-hari, semisal adat istiadat, budaya,

dan kebiasaan seperti menghormati orang tua, ramah

tamah, gotong royong, dll.


b. Simbol-Simbol

Sesuatu yang menggambarkan tujuan dan fungsi

Negara. Contohnya adalah lambang negara, bendera,

bahasa, dan lagu kebangsaan.

c. Instrumen Properti

Seperangkat alat yang digunakan untuk mencapai

tujuan yang berupa bangunan, peralatan dan teknologi.

Contohnya bangunan candi, masjid, gereja, pakaian

adat, alat bercocok tanam dan lain sebagainya.

d. Tujuan Bersama

Identitas yang bersumber dari tujuan ini bersifat

dinamis dan tdk tetap seperti prestasi dalam bidang

tertentu, tujuan bersama bangsa Indonesia yang

tertuang dalam pembukaan UUD 1945 yakni

kecerdasan, kesejahteraan bersama bangsa Indonesia.

2.3 Faktor Pembentuk Identitas Nasional


Setiap Negara pasti memiliki identitas untuk menunjang

terbentuknya suatu Negara. Identitas merupakan simbol awal, dan

dinamika perkembangan menuju nasionalis kebangsaannya. Dalam

perkembangannya, setiap Negara memiliki identitasnya tersendiri dan

berbeda-beda. Maka dari itu, ada faktor-faktor yang mendukung

terbentukknya identitas nasional, diantaranya:


a. Sejarah

Identitas nasional sangat bergantung pada makna

cultural yang mengikat pada masing-masing anggota secara

individual menjadi entitas nasional yang lebih besar (Stuart

Hall). Bahkan yang disebut Negara sipil seperti Inggris

juga memiliki suku bangsa spesifik atau makna budaya

yang member ide abstrak bangsanya. Warisan budaya

merupakan sumber daya yang sangat berpengaruh.

Indonesia sesungguhnya mempunyai sejarah tertulis

sejak lama sekali yaitu sejak abad ke-4. Pada dasarnya,

penduduk Indonesia dianggap terdiri dari masyarakat

dengan kebudayaan suku bangsa local yang hanya sedikit

berhubungan satu dengan yang lain. Ketika kepulauan

Nusantara menjadi bagian yang integral dalam

perdagangan Asia, dengan rute perdagangan yang

merentang dari Asia Barat Daya dan Asia Selatan ke

Tiongkok, dan ketika pada abad ke-4 dan ke-5 rempah-

rempah dari kepulauan Nusantara seperti merica, cengkeh,

dan pala menjadi komoditas kelas tinggi, dalam ekonomi

kelas dunia waktu itu, telah meningkatkan mobilitas

penduduk antar pulau di kalangan penduduk kepulauan

nusantara. Uniknya, keberadaan mereka yang tinggal di

kepulauan strategis seperti Pulau Jawa, Sulawesi Selatan,


Sumatera Selatan, Malaka, dan Aceh kemudian berubah

menjadi kerajaan-kerajan dagang kecil yang sangat

berwibawa.

b. Kebudayaan

Kebudayaan yang berarti hasil cipta, rasa, dan karsa, di

Indonesia sangat memiliki peran besar dalam pembentukan

identitas nasional indonesia. Ratusan bahkan ribuan produk

budaya yang muncul dan berkembang asli dari Indonesia,

menjadi ciri khas yang tidak dimiliki oleh bangsa dan atau

Negara lain di dunia.

Samuel P. Huntington menyatakan bahwa pada 1940

dan 1950an banyak perhatian dunia diberikan kepada

budaya sebagai bagian yang sangat penting dalam

memahami masyarakat, menganalisis perbedaan dan

menjelaskan ekonomi dan politik. Namun pada 1960 dan

1970an buku tentang kajian budaya dalam masyarakat

akademis menurun tajam. Kemudian pada 1980an minat

dalam budaya sebagai variable penjelas mulai bangkit.

Makin bnayk ilmuan sosial yang berpaling ke factor-faktor

budaya untuk menjelaskan moderenisasi, demokratisasi

politik, strategi militer, perilaku kolompok etnik, serta

persekutuan dan permusuhan di antara Negara-negara.

Semantara Daniel Patrick Moynihan menyatakan ajaran


pokok kelompok konservatif adalah bahwa budaya bukan

politik, yang akan menentukan kesuksesan sebuah

masyarakat. Sedangkan ajaran liberal menjelaskan bahwa

politik dapat mengubah sebuah budaya dan membuatnya

bertahan.

Dalam konteks pemikiran di atas, budaya merupakan

salah satu entitas bangsa atau negara dalam upaya

melakukan perubahan menuju kemajuan bangsa dan atau

negaranya. Di Indonesia sangat banyak ragam budaya local

sebagai kekayaan identitas masing-masing. Namun, dari

sekian banyak produk budaya local tersebut sekaligus

menjadi asset budaya nasional dan itu adalah identitas

nesional Indonesia. Ada tiga aspek kebudayaan yang akan

membentukidentitas nasional yaitu; akal budi, peradapan,

dan pengetahuan.

c. Suku Bangsa dam Primordialisme

Suku bangsa merupakan sekumpulan kerabat yang

cukup luas. Mereka percaya bahwa mereka berasal dari

keturunan yang sama. Mereka juga merasa sebagi satu

golongan. Dalam kehidupan sehari-hari mereka

mempunyai bahasa dan adat istiadat sendiri yang berasal

dari nenek moyang mereka. Ada dua wacana yang

berkembang tentang dari mana asal nenek moyang bangsa


Indonesia. Ada teori yang menyatakan penduduk Indonesia

berasal dari daratan Cina Selatan, Provinsi Yunan yang

dikenal dengan teori nusantara.

Menurut teori pertama Suku bangsa Yunandatang ke

Indonesia secara bergelombang. Ada dua gelombang

terpenting yaitu: Proto Melayu dan Deutro Melayu.

Sedangkan menurut teori nusantara, penduduk Indonesia

tidak berasal dari luar. Teori ini dik=dukung oelh banyak

tokoh. Menurut tokoh yang mendukung teori ini, peradapan

Indonesia sudah mencapai level yang tinggi pada abad ke-

19 SM. Fase ini hanya dapat dicapai setelah perkembangan

budaya yang lama. Hal ini menunjukkan penduduk

Indonesia tidak berasal dari mana-mana, tetapi berasal dan

berkembang di Nusantara.

Meskipun ada teori yang menyatakan bahwa bangsa

Indonesia mempunyai nenek moyang yang sama,

kenyataannya ada beraneka ragam suku bangsa yang

mendiami wilayah Indonesia.

d. Agama

Agama menjadi salh satu pembentuk identitas

Indonesia. Hubungan antar keagamaan di Indonesia

memiliki kontribusi besar bagi terbentukknya identitas ke-

Indonesiaan warga Negara. Interaksi ini memiliki makna


simbolis mutualis.

Dalam sejarah, di Indonesia banyak sekali agama-

agama dan kepercayaan merdeka, yakni sejak pancasila dan

UUD 1945 menjadi dasar Negara, maka fenomena

perkembangan agama dan kepercayaan mulai ditata dan

mendapat perhatian serius pemerintah sehingga lebih

menjamin kebebasan yang berlandaskan pancasila dan

UUD 1945. Hal itu semakin dipertegas dengan lahirnya

UU No. 1/PNPS/1965.

e. Bahasa

Warga Negara Indonesia dikatakan orang Indonesia, jika

dirinya merasa bangga menggunakan bahasa Indonesia

yang baik dan benar dalam keseharian hidupnya, baik di

dalam dan di luar negeri.

Dalam sejarah kebangsaan, Indonesia memiliki ratusan

bahasa daerah, dan itu berlangsung hingga saat ini. Setelah

sumpah pemuda 28 Oktober 1928, maka bangsa Indonesia

bersatu tekad untuk menggunakan bahasa Indonesia

sebagai bahasa nasional. Namun realitas yang terjadi saat

ini berbanding terbalik denga pernyataan diatas. Sebagai

buktinya, hasil sensus penduduk 2010, meyimpulkan

bahwa dari total jumlah penduduk 236.728.379 jiwa yang

menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari


hanya 19,94% yang tersebar di daerah DKI Jakarta, Papua

Barat, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, dan Kalimantan

Timur. Sedangkan 79,45% lainnya menggunakan bahasa

daerah dan 0,35% menggunakan bahasa asing untuk

berkomunikasi.

Bahasa Indonesia sebagai salah satu identitas nasional

kini masih belum menjadi kebutuhan berbahasa secara

nasional. Ini merupakan kenyataan yang ironi dan butuh

kebijakan sistemik pemerintah sebagai pengawal

danpelaksana UUD 1945 sekaligus kesadaran kolektif

seluruh warga Negara Indonesia.

f. Ketokohan dalan Masyarakat

Adanya peran sentral seorang tokoh, nasionalis warga

Negara Indonesia semakin meningkat. Jadi, ada korelasi

postif nasionalitas dengan ketokohan seseorang.

Max Weber (1974) menyatakan bahwa ketokohan

kharismatik memiliki peran penting dalam melakukan

perubahan sosial. Dia mengatakan bahwa kharismatik

memiliki kekuatan yang luar biasa dan bersifat mistik.

Dengan model kharisma yang melekat pada pemimpin

tersebut, maka sangat mudah membangun ikatan emosional

masyarakat di Indonesia. Kontruksi ikatan emosional itu


merupakan modal utama membangun solidaritas

kebangsaan Indonesia.

2.4 Tradisi Pasar Bandeng


Pasar Bandeng merupakan tradisi menjelang lebaran di

Kabupaten Gresik, yang dilaksanakan pada malam 27 hingga malam

28 Ramadhan. Berdasarkan catatan sejarah, terdapat banyak versi yang

dapat menjelaskan asal mula terbentuknya tradisi ini. Versi yang

pertama menyatakan bahwa pasar bandeng bermula untuk memenuhi

kebutuhan para santri Sunan Giri di pondok pesantren Giri Kedaton.

Tradisi mudik menjelang lebaran dan pulang ke kampung halaman

untuk berlebaran, umumnya dimanfaatkan para santri turun bukit

menuju ke kota untuk mencari oleh-oleh yang menjadi khas Gresik.

kala itu olahan bandeng menjadi khas Kabupaten Gresik sehingga

banyak santri yang memilih bandeng untuk di bawa pulang sebagai

oleh-oleh3. Versi kedua menyebutkan bahwa tradisi pasar bandeng ini

menyebutkan bahwa tradisi ini ada sejak Syekh Djalaluddin atau

Buyut Senggulu yang juga masih keturunan dari Sunan Giri. Syekh

Djalaluddin ini merupakan seorang pendakwah yang menyebarkan

agama Islam di daerah Trate. Beliau mempunyai tiga orang putri

bernama nyai Werugil, nyai Anger dan Nyai Mas. Salah satu putri

Syekh Djalaluddin yang bernama Nyai Mas menikah dengan salah

3
“Pasar Bandeng,” Situs Bersejarah di Kabupaten Gresik (blog), 15 Juni 2017,
https://situsbersejarahkabupatengresik.wordpress.com/tradisi-tahunan/pasar-bandeng/.
satu putra keturunan kerajaan Islam Palembang bernama Kyai Qomis.

Karena kedekatan antara kedua keluarga sangat erat, setiap tahun

menjelang lebaran keluarga Kyai Qomis yang dari Palembang datang

ke Gresik dengan membawa banyak orang. Karena banyaknya orang

yang datang inilah masyarakat Gresik memanfaatkannya untuk

berjualan Bandeng4. Sedangkan versi ketiga menyebutkan bahwa

tradisi ini dimulai pada zaman kolonial Belanda. Karena penduduk

Gresik memang mayoritas memiliki usaha pertambakan bandeng

akhirnya mereka melakukan penjualan bandeng secara bersama-sama5.

Seiring berjalannya waktu, kebiasaan tersebut menjadi sebuah

tradisi yang mengakar kuat di kalangan masyarakat Gresik karena

alasan-alasan berikut :

a. Dilakukan sebagai wujud rasa syukur atas keberhasilan

mereka dalam menjalankan ibadah puasa. Dan diakhiri

dengan liburan untuk berbelanja kebutuhan hari raya.

b. Menunjukkan kepawaian penduduk gresik khususnya

pesisir dalam bidang pertambakan ikan bandeng mengingat

letak georgafis Kabupaten Gresik berada di daerah pesisir

pantai utara yang sangat panjang yang begitu

menguntungkan, karena letaknya yang cocok  untuk

budidaya tambak. apabila  kita menyusuri jalur pantura dari


4
Oleh gresikadmin, “Pasar Bandeng, Tradisi Turun Temurun Khas Gresik,” Gresik.info (blog), 11
Desember 2018, https://www.gresik.info/pasar-bandeng-tradisi-turun-menurun-khas-gresik.html.
5
gresikadmin.
Gresik hingga Lamongan, sejauh mata memandang tampak

deretan tambak ikan  bandeng dan juga udang

c. Selain itu juga untuk mengingat adat dan melestarikan

budaya agar tidak hilang digerogoti waktu karena tradisi ini

merupakan warisan dari Sunan Giri yang selalu

diselenggarakan warga Gresik6.

2.5 Tadisi Pasar bandeng dapat Memengaruhi Identitas


Nasional
Tradisi pasar bandeng yang ada di Kabupaten Gresik

merupakan salah sattu budaya yang sudah ada dan turun menurun dari

generasi sebelum kita. Budaya dapat menjadi salah satu faktor

pembentuk identitas negara karena kepribadian suatu negara akan

tercermin melalui budayanya.

Arus globalisasi yang semakin waktu semakin deras membuat

bebrapa budaya asli Indonesia tergeser lalu luntur dan berganti dengan

budaya asing. Akibat ada globalisasi pula, nilai-nilai kenasionalisme

pun perlahan-lahan dilupakan dan membuat identitas nasional bangsa

Indonesia sulit dikenali maupun dibedakan dengan bangsa lain. Jika

proses ini terjadi secara terus-menerus, tidak menutup kemungkinan

identitas bangsa Indonesia akan hilang dan hanya menjadi catatan

sejarah bagi generasi mendatang.

Lunturnya budaya asli bangsa Indonesia sebagai identitas


6
Muhammad B. Ilyas, “sejarah dan makna pasar bandeng,” Phena Biru, diakses 13 Desember 2019,
https://phenabiru.wordpress.com/tag/sejarah-dan-makna-pasar-bandeng/.
negara sangat terasa ketika budaya Indonesia terkontaminasi dengan

bubarat, sehingga Negara ini kehilangan arah dalam mengimbangi

kemjuan zaman. Maka dari itu, kita sebagai kaum muda, kaum yang

membawa perubahan tidak boleh sampai terbawa arus globalisasi

terlalu jauh sehingga dapat melupakan budaya asli dari daerah kita.

Dengan terus melestarikan tradisi semcam ini, kita akan terus ikut

menjaga dan memelihara identitas bangsa Indonesia agar tetap

menjadi negara yang berarah tujuan dan terus berkembang.

Anda mungkin juga menyukai