Belum Fix
Belum Fix
KEKURANGAN
MAKALAH
Diajukan kepada dosen mata kuliah Analisis Biaya
Siti Muhimatul Khoiroh, S.T.,M.T
Untuk memenuhi tugas
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945
Surabaya
Oleh:
1. Wulan Ayu Permatasari (1411900074)
2. Wahyu Rahman Dani (1411900080)
3. Samsul Arifin Joko (1411900096)
4. Syamsul bahri (1411900121)
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini yang berisi tentang “Aplikasi Sistem Inventory Pola
Dijinkan Adanya Kekurangan” tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan tugas mata
kuliah Analisis Biaya . Makalah ini telah di susun dengan baik dan semaksimal mungkin.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
4. Persediaan barang jadi (finished goods inventory). Adalah produk yang sudah
selesai dan menunggu pengiriman. Barang jadi bisa saja disimpan karena
permintaan pelanggan dimasa depan tidak diketahui.
No demand atau tidak ada permintaan dari pasar atau konsumen yang dituju, apakah
mereka tidak tertarik atau tidak mengacuhkan produk yang ditawarkan.
Misal dalam hal makanan, beberapa orang menghindari
makanan kaleng, atau makanan instan, yang dianggap kurang menyehatkan dibanding
yang alami.
3. Permintaan Laten (Latent Demand)
Merupakan permintaan konsumen akan sesuatu yang masih belum bisa dipenuhi oleh
produk secara maksimal, atau produk yang saat ini ada masih belum bisa
memenuhi permintaan tersebut.
Sebagai contoh adalah permintaan laten dari pasar atau konsumen akan rokok yang tidak
berbahaya.
● Untuk mengantisipasi pesanan bahan yang tidak sesuai dengan apa yang
diperlukan perusahaan sehingga harus dikembalikan.
Sebuah perusahaan tidak akan pernah mengetahui bagaimana keadaan bahan yang
akan disuplai. Apabila barang tersebut tidak sesuai dengan yang diperlukan, maka
dibutuhkan pengembalian. Hal yang seperti ini memang jarang terjadi, namun
bukan berarti tidak akan pernah terjadi. Untuk mencegahnya, perusahaan harus
memastikan barang tersebut sesuai dengan apa yang diperlukan. Proses produksi
harus tetap berjalan jika hal tersebut memang benar-benar terjadi. Pada saat itulah
manajemen inventory sangat dibutuhkan.
● Untuk mengantisipasi apabila bahan yang diperlukan tidak tersedia di
pasaran.
Beberapa bahan biasanya hanya tersedia di saat-saat tertentu. Hal tersebut bisa
dikarenakan faktor alam, cuaca, dan lain sebagainya. Bahan yang seperti itu bisa
saja susah untuk didapatkan. Untuk mengantisipasinya, diperlukan penyimpanan
bahan baku yang bersifat musiman agar perusahaan tidak akan kesusahan apabila
bahan tersebut tidak tersedia di pasaran
● Sebagai tahapan untuk menjamin lancarnya proses produksi
Manajemen inventory dapat memiliki peran penting untuk memastikan bahwa
bahan yang diperlukan selalu tersedia. Jika bahan produksi selalu tersedia, maka
proses tersebut tidak akan terhambat
● Untuk memanfaatkan penggunaan mesin secara optimal
Menggunakan mesin secara optimal merupakan hal yang sangat penting. Hal ini
dikarenakan harga mesin tentunya tidaklah murah, dengan penggunaan yang
optimal perusahaan tidak akan mengalami kerugian
3. Fungsi Antisipasi
6) Waktu Tunggu
Waktu tunggu merupakan tenggang waktu yang diperlukan antara saat pemesanan
bahan baku tersebut dilaksanakan dengan datangnya bahan baku yang dipesan
tersebut. Apabila pemesanan bahan baku yang akan digunakan oleh perusahaan
tersebut tidak memperhitungkan waktu tunggu, maka akan terjadi kekurangan bahan
baku ( walaupun sudah dipesan ) karena bahan baku tersebut belum datang ke
perusahaan. Namun demikian, apabila perusahaan tersebut memperhitungkan waktu
tunggu ini lebih dari yang semestinya diperlukan, maka perusahaan yang
bersangkutan tersebut akan mengalami penumpukan bahan baku, dan keadaan ini
akan merugikan perusahaan yang bersangkutan
7) Model Pembelian Bahan Baku
Model pembelian bahan baku yang digunakan perusahaan sangat berpengaruh
terhadap persediaan bahan baku yang dimiliki perusahaan. Model pembelian yang
berbeda akan menghasilkan jumlah pembelian optimal yang beubeda pula. Pemilihan
model pembelian yang akan digunakati oleh suatu perusahan akan disesuaikan
dengan situasi dan kondisi dari persediaan bahan buku untuk masing masing
perusahaan yang bersangkutan. Karakteristik masing masing bahan baku yang
digunakan dalam perusahaan dapat dijadikan dasar untuk mengadakan pemilihan
model pembelian yang sesuai dengan masing-masing bahasa baku dalam perusahaan
tersebut. Sampai saat ini, model pembelian yang sering digunakan dalam perusahaan
adalah model pembalian dengan kuantitas pembelian yang optimal ( EOQ ).
8) Persediaan Pengaman
Persediaan pengaman untuk menanggulangi kehabisan bahan baku dalam perusahaan,
maka diadakan persediaan pengaman (safety stock). Persediaan pengaman digunakan
perusahaan apabila terjadi kekurangan bahan baku, atau keterlambatan datangnya
bahan baku yang dibeli oleh perusahaan. Dengan adanya persediaan pengaman maka
proses produksi dalam perusahaan akan dapat betjalan tanpa adanya gangguan
kehabisan bahan baku, walaupun bahan baku yang dibeli perusahaan tersebut
terlambat dari waktu yang diperhitungkan. Persediaan pengaman ini akan
diselenggarakan dalam suatu jumlah tertentu, dimana jumlah ini merupakan suatu
jumlah tetap di dalam suatu periode yang telah ditentukan sebelumnya.
9) Pembelian Kembali
Dalam melaksanakan pembelian kembali tentunya manajemen yang bersangkutan
akan mempertimbangkan panjangnya waktu tunggu yang diperlukan didalam
pembelian bahan baku tersebut. Dengan demikian maka pembelian kembali yang
dilaksanakan ini akan mendatangkan bahan baku ke dalam gudang dalam waktu yang
tepat, sehingga tidak akan terjadi kekeurangan bahan baku karena keterlambatan
kedatangan bahan baku tersebut, atau sebaliknya yaitu kelebihan bahan baku dalam
gudang karena bahan baku yang dipesan datang terlalu awal
a. Biaya Komunikasi
1. Biaya telepon
2. Biaya fax
3. Biaya materai dan surat menyurat (ada biaya kirim surat)
4. dan bahkan ada biaya fee/komisi (bila komunikasi dilakukan oleh pihak ketiga)
b. Biaya Pengiriman
Biaya pengiriman adalah biaya pengangkutan barang dari tempat supplier hingga barang
tersebut sampai kegudang pembeli. Yang termasuk biaya pengiriman antara lain:
Pengepakan barang bertujuan supaya barang diterima dengan utuh dan meminimalisir
terjadinya cacat pada barang.
Contohnya. Apabila barang bervolume besar, pecah belah dan jumlahnya banyak, maka
biaya packing ini bahkan bisa mencapai 5 persen harga barang.
Misalnya gerabah atau mebel yang gampang tergores, proses packingnya bisa berlapis
lapis, mulai dari diikat tali, packing karton, plastik wrap, kemudian dimasukkan kedalam
kardus bahkan hingga dipacking kayu keliling.
Ada kalanya perusahaan yang memesan barang khsusunya barang yang membutuhkan
detail dan kualitas tinggi seperti produk furniture jati atau rotan.
Orang yang diutus akan mengecek kualitas produk yang dihasilkan sebelum dikirimkan
keperusahaannya.
Biasanya hal ini dilakukan dalam jual beli ekspor impor atau jual beli dimana ada jarak
yang jauh antara supplier dan perusahaan pembeli barang.
Pembeli tidak mau kualitas barangnya berbeda atau berkurang ketika barang sudah
dipacking dan dikirim dengan biaya pengiriman yang mahal.
Misalnya pembelian telur yang jumlahnya sangat banyak. Pembelian seperti ini
memerlukan orang yang banyak untuk memeriksa telur telur tersebut agar tidak ada telur
tidak layak yang diterima.
Pemeriksaan harus dilakukan dengan hati hati agar tidak ada telur yang pecah yang
menjadi biaya pemeriksaan semakin meningkat.
2. Biaya Penyiapan
Biaya Penyiapan (Set up Cost) adalah Semua pengeluaran yang timbul dalam
mempersiapkan produksi suatu barang. Biaya ini timbul ketika perusahaan tidak
bisa membeli barang sediaan, melainkan memproduksi sendiri dari pabrik yang
meliputi
a. Biaya mesin menganggur.
b. Biaya persiapan tenaga kerja langsung.
c. Biaya penjadwalan.
d. Biaya expedisi
Biaya penyimpanan (holding costs), yaitu terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi
secara langsung dengan kuantitas persediaan.
Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang
dipesan semakin banyak atau rata- rata persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya yang
termassuk sebagai biaya penyimpanan adalah:
Biaya kekurangan persediaan / material pada kenyataannya cukup sulit diukur khususnya
yang berhubungan dengan pelanggan (external), karena menyangkut kepuasan dan
menurunnya kualitas perusahaan di mata pelanggan.
Dari keempat jenis biaya persediaan tersebut di atas, yang digunakan dalam perhitungan
biaya persediaan (Total Inventory Cost disingkat TIC) adalah Ordering Cost (Co) dan
Holding Cost (Ch). Selanjutnya TIC secara matematis dinyatakan sebagai berikut :
1 R
TIC= QCh+ Co
2 Q
dimana
TIC : Total Inventory Cost
Q/2 : persediaan rata-rata
R/Q : frekuensi pemesanan
Ch = H : biaya penyimpanan per unit barang per satu satuan waktu
Co = Cs = S : biaya pemesanan setiap kali pesan
Biaya simpan per unit barang per satu satuan waktu memiliki hubungan yang positif
terhadap jumlah barang yang dipesan. Artinya, semakin banyak barang yang dipesan
dalam setiap kali pesan, semakin banyak barang yang disimpan, semakin besar pula biaya
simpan yang ditanggung. Sebaliknya biaya pemesanan setiap kali pesan memiliki
hubungan yang negatif terhadap jumlah barang yang dipesan. Artinya, semakin banyak
barang yang dipesan dalam setiap kali pesan, semakin kecil frekuensi pembelian, semakin
rendah pula biaya pemesanan yang harus ditanggung perusahaan. Dengan kata lain
bahwa biaya pesan memiliki hubungan yang positif terhadap frekuensi pemesanan.
Sedang untuk menghitung Total Biaya Anual (TAC( sering juga disingkat TC adalah
sebagai berikut:
D Q
TC=D .C + . S+ . H
Q 2
Dimana
D = R = Kebutuhan satu tahun
C = P = Harga perolehan barang
S= Cs = Co = Biaya Pesan per pesanan
H = Ch = Biaya Simpan per unit
Pengertian EOQ adalah volume pembelian yang paling ekonomis untuk dilaksanakan
pada setiap kali pembelian. Secara matemastis dinyatakan sebagai berikut:
2 RC o
EOQ=Q ¿=
√ Ch
dimana
R : kebutuhan bahan mentah satu tahun
Co = Cs = S : Ordering Cost setiap kali pesan
Ch = H : Holding Cost per unit per satu satuan waktu
Contoh Soal
PT. Hashirama memerlukan bahan baku sebanyak 40.000 unit pertahun.biaya pemesanan
untuk mendapatkan bahan baku sebesar Rp. 400,- per pesanan. Sedangkan biaya
penyimpanannya adalah sebesar Rp.0,5 / unit/tahun. Hari kerja pertahun adalah sebanyak
255 hari . lead time atau waktu tunggu untuk pengiriman bahan baku tersebut adalah
selama 10 hari. Hitung :
1. EOQ atau jumlah pemesanan ekonomisnya
2. Biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan barang
tersebut
3. Frekuensi terbaik untuk menempatkan pesanan tersebut dalam 1 tahun
4. Durasi EOQ akan habis dikonsumsi oleh perusahaan
Diketahui :
2. Biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan barang tersebut
HxQ SxD
TC = +
2 2
0,5 x 8000 400 x 40.000
TC = +
2 2
TC = Rp 2000 + Rp 2000
TC = Rp 4000,-
3. Frekuensi terbaik untuk menempatkan pesanan tersebut dalam 1 tahun
D 40000
= = 5 kali
Q 8000
4. Durasi EOQ
255
= 51 hari
5
1. Ongkos pembelian (Ob), yaitu harga beli/produksi per unit. Ob merupakan perkalian
antara jumlah barang yang dibeli (D) dengan harga barang per unitnya (p)
2. Ongkos pemesanan (Op), yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pemesanan tiap
kali
pesan. Ongkos pesan merupakan perkalian antara frekuensi pemesanan (f) dan
ongkos setiap kali pemesanan barang (A).
3. Ongkos Simpan (Os), yaitu biaya yang ditimbulkan akibat penyimpanan produk pada
periode tertentu. Ongkos simpan merupakan hasil perkalian antara jumlah inventori
rata-rata yang ada di gudang (m) dengan ongkos simpan per unit per periode (h).
4. Ongkos kekurangan persediaan (Ok), yaitu konsekuensi tidak terpenuhinya pesanan,
dapat berbentuk kekurangan dapat dipesan-ulang (backorder) atau batal (Lost sales).
Persamaan ongkos inventori total (OT) dapat dilihat pada
OT = Ob + Op + Os + Ok
SS=Z σ α √ L
Model P
Metode probabilistik model P adalah sistem pengendalian persediaan yang jarak waktu
antar pemesanan adalah tetap, namun jumlah pemesanan berubah ubah , Persediaan
pengaman dalam sistem ini tidak hanya meredam fluktuasi tetapi seluruh konsumsi
persediaan model
Metode P tidak mempunyai titik pemesanan ulang, tetapi lebih menekankan pada target
persediaan, tidak mempunyai nilai EOQ karena jumlah pemesanan akan bervariasi
tergantung permintaan yang sesuai dengan target persediaan sedangkan kualitas
pesanannya berubah-ubah Metode P relatif tidak memerlukan proses administrasi yang
banyak, karena
periode pemesanan sudah dilakukan secara periodik. Untuk memudahkan
implementasinya, digunakan visual review sistem dengan metode yang disebut
One Bin Sistem :
A . Dibuat Bin yang berisikan jumlah inventori maksimum
B. Setiap kali periode pemesanan sampai tinggal dilihat berapa banyak stock
a. tersisa dan pemesanan dilakukan untuk mengisi Bin penuh
Model P asumsinya waktu pemesanan dilakukan menurut suatu selang waktu (T),
sedangkan jumlah yang dipesan bergantung pada persediaan yang dimiliki
saat itu dan tingkat persediaan maksimum yang diinginkan R.
a. Waktu periodik pemeriksaan bahan baku T
qo
̅T =
D
T = Waktu periodik pemeriksaan bahan baku
qo = Besarnya ukuran pemesanan optimal
D = permintaan rata-rata bahan baku per periode
MODEL Q
Persediaan Q Probabilistik atau yang biasa disebut Q Sistem adalah
pemecahan masalah inventory probabilistic yang jumlah permintaan barangnya
tidak diketahui secara pasti Informasi tentang permintaan
dapat diketahui dari pola permintaan yang diperoleh berdasarkan data masa lalu.
Model persediaan Q ditandai dengan 2 hal mendasar :
1. Besarnya pemesanan selalu tetap untuk setiap kali pemesanan dilakukan
2. saat pemesanan dilakukan apabila jumlah persediaan yang dimiliki telah
mencapai titik pemesanan kembali (reorder point).
Dalam mencari nilai pemesanan Q optimal dan reorder point (r). Fungsi
tujuan dari model (Q,r) adalah meminimumkan biaya total persedian(Tc).
Pencarian Total Cost yang diharapkan dapat melalui notasi berikut
1. Besarnya jumlah barang yang akan dipesan untuk setiap kali pemesanan dilakukan
(q0)?
2. Kapan saat pemesanan dilakukan (r)?
3. Berapa besarnya cadangan pengaman (ss)?
Pertanyaan pertama berkaitan dengan penentuan besarnya ukuran lot pemesanan yang
ekonomis (q0 : economic order quantity) dan pertanyaan kedua berkaitan dengan
penentuan indicator saat pemesanan ulang dilakukan (r : reorder point), sedangkan
pertanyaan ketiga terkait dengan besarnya inventori yang harus disediakan dalam rangka
meredam flukuasi permintaan yang tidak beraturan. Pada prinsipnya model Q ini
merupakan pengembangan lebih lanjut dari model probabilistik sederhana, yaitu dengan
tidak menetapkan terlebih dahulu tingkat pelayanannya. Dalam hal ini tingakt pelayanan
justru akan ditentukan secara bersamaan dengan optimasi ongkos. Begitu pula penentuan
cadangan pengamannya akan ditentukan secara simultan dengan optimasi ongkosnya.
Model Q dikenal pula sebagai sistem dua kotak (two bins system) sebab model ini
bekerja dengan menggunakan prinsip 2 kotak. Kotak pertama berisi stok operasi yang
dibatasi sampai dengan reorder point (r), bila barang pada kotak pertama (first bin) sudah
habis, barang pada kotak kedua (second bin) baru digunakan. Batas maksimum kotak
kedua adalah tingkat reorder point (r) dan batas minimumnya adalah nol
Model Persediaan Dengan Shortage/ Stockout (Kehabisan Bahan)
Pada beberapa situasi tertentu, bukan tidak mungkin terjadi kehabisan persediaan
(shortages/ stockout), artinya kemungkinan terjadinya bahwa permintaan tidak dapat dipenuhi
dengan persediaan atau produksi yang ada. Hal demikian sering merupakan sesuatu yang tidak
dikehendaki sehingga harus diantisipasi dan sejauh mungkin dihindari. Namun demikian, tidak
semua kasus kehabisan persediaan merupakan sesuatu yang tidak diinginkan, ada kalanya situasi
tersebut memang dikehendaki dilihat dari sudut ekonomi.
Dalam praktek sehari-hari, situasi kehabisan persediaan sering ditemukan mana kala nilai
per unit persediaan sangat tinggi, dan karenanya biaya simpan juga tinggi, misalnya persediaan
dealer mobil-mobil baru. Bukan hal yang mengherankan bila sebuah dealer ternyata tidak
memiliki persediaan mobil tertentu yang diinginkan oleh seorang pembeli.
Berkaitan dengan situasi kehabisan bahan, ada suatu model yang dikembangkan untuk
menganalisis situasi tersebut, yang dikenal dengan nama Back-Order. Model Backorder ini
dikembangkan dengan asumsi:
● Ketika pelanggan memesan barang, perusahaan tidak dapat memenuhi karena kehabisan
persediaan.
● Pelanggan tidak membatalkan pesanannya dan bersedia menunggu barang datang.
● Waktu tunggu backorder relatif pendek.
● Perusahaan memberikan jaminan bahwa pelanggan yang telah menunggu menjadi
prioritas utama.
Pada model persediaan untuk situasi stockout, biaya yang dipertimbangkan tidak hanya biaya
pesan dan biaya simpan saja. Namun masih ditambah biaya yang disebut Backorder Cost atau
Stockout Cost. Biaya yang termasuk kategori Backorder cost atau stockout Cost antar lain biaya
tenaga kerja dan pengantaran khusus yang terkait secara langsung dengan penanganan backorder,
a loss of goodwill dalam bentuk waktu pelanggan menunggu. berikut ini total biaya persediaan
annual sehubungan dengan adanya kehabisan bahan:
Total Annual Inventory Holding Cost (H) =
Apabila biaya Holding cost, Ordering cost, dan Backorder cost dapat diestimasi, maka dapat
ditentukan besarnya jumlah pemesanan yang optimal (Q* ) dan jumlah backorder yang optimal
(S*) atau Q dan S yang meminimumkan biaya, dengan formula sebagai berikut:
Keterangan:
Ch : biaya simpan per unit per waktu
Co : biaya pesan setiap kali pemesanan
Cb : biaya backorder atau biaya kehabisan persediaan per unit per satu satuan waktu
R : kebutuhan/permintaan selama satu waktu
Q : jumlah pembelian/pesanan setiap kali melakukan pemesanan
S : jumlah kekurangan persediaan untuk satu satuan waktu
Q* : jumlah pembelian/pemesanan optimal dengan mempertimbangkan backorder
untuk setiap kali pemesanan
S* : jumlah backorder atau kekurangan persediaan yang optimal per satu satuan waktu
⮚ EOQ Kasus Diskon
Seperti yang telah diketahui bahwa asumsi yang digunakan pada model EOQ adalah antara
lain jumlah kebutuhan tahunan dan harga beli per unit bahan dianggap tetap. Namun, dalam
kenyataan asumsi-asumsi tersebut sulit untuk dipenuhi. Sering dijumpai bahwa untuk tingkat
pembelian tertentu, suplier menawarkan diskon. Pertanyaannya bagaimana mengevaluasi
tawaran diskon tersebut bila dikaitkan dengan EOQ.
EOQ =
√ 2 x 9000 x 100 = 3000 unit
0.2
TC = ( QD ) S + ( Q2 ) H + D.P
9000 3000
TC = ( ) 100 + (
2 )
0.2 + 9000 . $2.00
3000
TC = 300 + 300 + 18.000
TC = $18.600
Kuantitas pembelian 1000 – 2000 unit
Harga beli (c) = $1.20
H = $1.20*0.1 = $0.12
EOQ =
√ 2 x 9000 x 100 = 3872,9 unit
0.12
TC = ( QD ) S + ( Q2 ) H + D.P
9000 3872,9
TC = ( ) 100 + (
2 )
0.12 + 9000 . $1.20
3872,9
TC = 232,38 + 232,374 + 10.800
TC = $475,554
Jadi yang dipilih adalah kuantitas 3000 unit karena memiliki total biaya yang paling kecil
Konsep ABC Inventory Analysis pertama kali dikenalkan oleh H.F. Dickie di General
Electric pada awal tahun 1950-an. Teknik ABC ini merupakan salah satu alat manajemen yang
sangat berharga untuk mengidentifikasi dan mengendalikan item-item persediaan yang penting.
Konsep ABC membagi atau mengelompokkan item-item persediaan menjadi tiga kelompok:
1) Kelompok A
item-item persediaan yang dikelompokkan ke dalam kelompok A ini adalah item-item
persediaan yang bernilai besar namun merupakan bagian kecil dari keseluruhan item persediaan
yang ada. Ciri khusus dari kelompok ini antara lain memiliki nilai berkisar antara 70% - 80%
dari seluruh nilai persediaan yang ada, dan kuantitasnya berkisar antara 15% - 30% dari seluruh
jumlah persediaan.
2) Kelompok C
item-item persediaan yang masuk kategori C adalah item-item persediaan yang memiliki nilai
rendah, namun merupakan bagian terbesar dari seluruh persediaan. Nilai persediaan kelompok
ini berkisar antara 5% - 15% dari seluruh nilai persediaan, dan jumlahnya berkisar 50% dari
seluruh jumlah persediaan.
3) Kelompok B
suatu item persediaan akan dikategorikan dalam kelompok B bila memiliki karakteristik antara A
dan C.
Perlu diketahui bahwa angka-angka prosentase yang diberikan dalam penjelasan bukanlah
harga mati, angka-angka tersebut hanyalah guidelines saja. Sebenarnya, tidak ada aturan yang
spesifik berkaitan dengan batasan antara kelompok A, kelompok B, dan kelompok C.
Jika pengelompokkan persediaan tersebut digambarkan secara grafis dimana sumbu vertikal
menunjukkan prosentase nilai persediaan dan sumbu horisontal menunjukkan prosentase jumlah
persediaan, maka akan terlihat seperti kurva dan disebut kurva ABC.
Dari analisis persediaan ABC, manajemen memperoleh informasi yang dapat digunakan
untuk mengendalikan persediaan. Misalnya, persediaan yang masuk kelompok A
menggambarkan investasi persediaan yang bersifat substansial sehingga persediaan tersebut
memerlukan pengawasan dan pengendalian yang ketat yang meliputi pencatatan yang lebih
akurat dan komplit, pengawasan dan inspeksi tingkat persediaan yang terus menerus,
perhitungan yang tepat, menempati posisi prioritas utama dan diberi perhatian yang maksimum
berkaitan dengan jumlah dan frekuensi pemesanan.
Jenis Barang
Keterangan
Sepatu Sandal
Volume Produksi (Unit) 1,000 2,000
Harga Jual (Rupiah) Rp. 20,000 Rp. 10,000
Biaya Utama (Rupiah) Rp. 10,000 Rp. 5,000
Jam Kerja Langsung 500 Jam 1,000 Jam
Data dari hasil identifikasi manajemen menunjukan aktivitas dan biaya yang dianggarkan
adalah sebagai berikut:
Konsumsi
Aktivitas Jumlah
Sepatu Sandal
Rekayasa Rp. 35,000 Rp. 15,000 Rp. 50,000
Set up Rp. 50,000 Rp. 50,000 Rp. 100,000
Mesin Rp. 250,000 Rp. 150,000 Rp. 400,000
Packaging Rp. 50,000 Rp. 50,000 Rp. 100,000
Produk sandal
Jadi, biaya per unit dengan perhitungan metode akuntansi ABC adalah
SOAL
PT. Senju pada tahun yang akan dating membutuhkan bahan baku sebnyak 60.000 unit. Harga
bahan baku per unit Rp. 3000. Biaya pesan untuk setiap kali melakukan pemesanan sebesar Rp.
20.000, sedangkan biaya penyimpanan sebesar 25% dari nilai rata rata persediaan dengan
persediaan pengaman sebanyak 400 unit. Diminta :
A. Berapa jumlah pesanan yang paling ekonomis (EOQ) ?
B. berapa kali pemesanan yang harus dilakukan dalam setahun ?
C. tentukan penggunaan bahan per minggu ( 1 tahun = 50 minggu)
D. apabila waktu yang dibutuhkan dari saat memesan sampai bahan baku tiba di perusahaan
adalah 2 minggu, kapan perusahaan harus melakukan pemesanan kembali ? ( ROP)
Jawab
2 x 20.000 x 60.000 2.400 ..000.000
A. EOQ =
√ 25 % x 3000
=
√ 750
= √ 3.200 .000 = 1.788 unit
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan mengenai aplikasi sistem inventory pola diijinkan adanya kekurangan,
maka dapat di smpulkan sebagai berikut :