Anda di halaman 1dari 28

APLIKASI SISTEM INVENTORY POLA DIIJINKAN ADANYA

KEKURANGAN
MAKALAH
Diajukan kepada dosen mata kuliah Analisis Biaya
Siti Muhimatul Khoiroh, S.T.,M.T
Untuk memenuhi tugas
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945
Surabaya

Oleh:
1. Wulan Ayu Permatasari (1411900074)
2. Wahyu Rahman Dani (1411900080)
3. Samsul Arifin Joko (1411900096)
4. Syamsul bahri (1411900121)

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
APRIL 2020

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini yang berisi tentang “Aplikasi Sistem Inventory Pola
Dijinkan Adanya Kekurangan” tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan tugas mata
kuliah Analisis Biaya . Makalah ini telah di susun dengan baik dan semaksimal mungkin.

Meski penulis telah menyusun makalah ini semaksimal mungkin,penulis


menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis akan sanagat mengharagai
masukan, kritik dan saran yang membangun dari setiap para pembaca untuk makalah ini
yang lebih baik lagi.

Demikian yang dapat penulis sampaikan. Harapan penulis selaku pembuat


makalah ini semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan menambah wawasan
bagi para pembaca sehingga makalah yang telah kami buat ini dapat bermanfaat bagi
semua para pembaca.

Surabaya, 07 APRIL 2020

Penyusun

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara umum istilah persediaan (inventory) menunjukkan barang yang dimiliki untuk
dijual atau barang yang akan diolah menjadi produk untuk dijual. Dalam perusahaan
dagang persediaan adalah persediaan barang dagangan ( merchandise inventory ). Dalam
perusahaan manufactur persediaan meliputi persediaan bahan baku ( material inventory ),
persediaan barang dalam proses ( work in process inventory ), dan persediaan produk jadi
( finished goods inventory ).
Sedangkan system inventory memiliki makna pengaturan persediaan dan berkaitan
dengan aktivitas logistic sebuah perusahaan. Dimana kegiatan dari system tersebut
termasuk dalam pengecekan dan penyediaan stok bahan baku atau barang setengah jadi
ataupun barang jadi, demi kelancaran dalam proses produksi atau pemenuhan permintaan
pelanggan.
Persediaan bisa muncul karena bisa direncanakan atau merupakan akibat dari
ketidaktahuan terhadap suatu informasi. Jadi ada perusahaan yang memiliki persediaan
karena sengaja membuat dan menyediakan produk atau bahan baku lebih awal atau lebih
banyak dari waktu dan jumlah yang dibutuhkan pada suatu waktu tertentu dan ada juga
karena merupakan akibat dari permintaanyang terlalu sedikit dibandingkan dengan
perkiraan awal.
Persediaan tanpa disadari akan menimbulkan biaya penyimpanan. Kebanyakan dari
perusahaan pada umumnya mengeluarkan modal besar pada inventory ataupun
persediaan mereka. Maka dari itu pengendalian terhadap persediaan perlu dilakukan demi
mengurangi modal yang tertahan pada persediaan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja klasifikasi sistem inventory?
2. Macam macam pola permintaan
3. Manfaat inventory bagi perusahaan
4. Apa saja fungsi inventory untuk memenuhi kebutuhan perusahaan?
5. Factor apa saja yang mempengaruhi inventory?
6. Apa saja biaya dalam system inventory?
7. Apa saja metodhe yang digunakan?
8. Soal dan jawaban
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kalsifikasi inventory
2. Untuk mengetahui macam macam pola permintaan
3. Mengetahui manfaat inventory bagi perusahaan
4. Untuk mengetahui fungsi inventory untuk memenuhi kebutuhan perusahaan
5. Mengetahui factor factor yang mempenaruhi inventory
6. Untuk mengetahui tentang biaya apa saja yang terdapat pada system inventory
7. Mengetahui metode yang digunakan inventory
8. Mengetahui soal tentang inventory

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 klasifikasi sistem inventory


Menurut Render dan Heizer (2005), berdasarkan proses manufakturnya persediaan dibagi
menjadi empatjenis, yaitu:

1. Persediaan bahan baku (raw material inventory). Adalah persediaan yang


dibeli tetapi tidak diproses. Persediaan ini dapat digunakan untuk mendecouple
(memisahkan) para pemasok dari proses produksi.

2. Persediaan barang setengah jadi (working in process inventory). Adalah


bahan baku atau komponen yang sudah mengalami beberapa perubahan tetapi
belum selesai. Adanya work in process disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan
untuk membuat sebuah produk (disebut siklus waktu). Mengurangi siklus waktu
berarti mengurangi persediaan.

3. Persediaan pemeliharaan, perbaikan dan operasi (maintenance, repair,


operating, MRO). Pemeliharaan, perbaikan, operasi digunakan untuk menjaga
agar permesinan dan proses produksi tetap produktif. MRO tetap ada karena
kebutuhan dan waktu pemeliharaan dan perbaikan beberapa peralatan tidak
diketahui.

4. Persediaan barang jadi (finished goods inventory). Adalah produk yang sudah
selesai dan menunggu pengiriman. Barang jadi bisa saja disimpan karena
permintaan pelanggan dimasa depan tidak diketahui.

2.2 Macam Macam Pola Permintaan


1. Permintaan Negatif
Pasar dengan permintaan negatif, memiliki ciri-ciri bahwa sebagian besar pasar tidak
suka atau tidak menghendaki produk tertentu, dan bahkan pasar bersedia
membayar agar bisa terhindar dari produk tersebut, contoh,:
● Saat ini sudah banyak institusi, atau public area yang melarang para perokok
untuk merokok di tempat tersebut, bahkan mereka menyediakan tempat khusus,
agar aktivitas mereka tidak mengganggu orang lain yang tidak ingin terkena asap
rokok.
● Vaksinasi, banyak orangyang enggan melakukan vaksinasi, dengan berbagai
alasan tentunya.

2. Tidak Ada Permintaan

No demand atau tidak ada permintaan dari pasar atau konsumen yang dituju, apakah
mereka tidak tertarik atau tidak mengacuhkan produk yang ditawarkan.
Misal dalam hal makanan, beberapa orang menghindari
makanan kaleng, atau makanan instan, yang dianggap kurang menyehatkan dibanding
yang alami.
3. Permintaan Laten (Latent Demand)
Merupakan permintaan konsumen akan sesuatu yang masih belum bisa dipenuhi oleh
produk secara maksimal, atau produk yang saat ini ada masih belum bisa
memenuhi permintaan tersebut.
Sebagai contoh adalah permintaan laten dari pasar atau konsumen akan rokok yang tidak
berbahaya.

4. Permintaan Menurun (Falling Demand)


Suatu keadaan dimana permintaan untuk suatu produk atau jasa itu semakin berkurang
dari tingkat sebelumnya, dan diperkirakan akan menurun terus jika tidak
dilakukan usaha-usaha untuk memperbaiki pasar yang dituju, penawaran dan
usaha-usaha pemasaran
Sebagai contoh, dahulu ada satu produk pasta gigi yang cukup terkenal dan banyak
diminati konsumen, tetapi saat ini permintaan terhadap produk tersebut
mengalami penurunan yang drastis.

5. Permintaan Tidak Teratur (Irregular Demand)


Suatu keadaan dimana pola permintaan pada saat-saat tertentu dipengaruhi oleh fluktuasi
musim atau hal-hal lain
Misal : hotel di daerah wisata akan mengalami masa-masa penuh pada musim liburan dan
masa sepi diluar musim liburan

6. Permintaan Penuh (Full Demand)


Suatu keadaan dimana tingkat dan saat permintaan yang sekarang sama dengan tingkat
dan saat permintaan yang diharapkan
Ada banyak aktivitas yang bisa dikerjakan dalam situasi ini, seperti :
Meningkatkan kualitas produk.
Memberikan benefit tambahan pada produk

7. Permintaan Berlebih (Overful Demand)


Sebuah kondisi dimana permintaan dari pasar lebih besar dari kemampuan perusahaan
untuk men-supply atau melayani pasar.
Demand lebih besar dari supply, pada kondisi ini maka konsumen akan berebut produk
atau dengan kata lain value produk akan lebih tinggi dari harga yang ditetapkan
Bentuk markting yang sering diterapkan perusahaan pada kondisi ini adalah :
Menaikkan harga produk.
Mengurangi aktivitas promosi

8. Permintaan yang Tidak Bermanfaat (Unwholesome Demand)


Suatu jenis produk atau jasa yang permintaannya dinilai kurang baik dari segi
kesejahteraan konsumen, kemakmuran masyarakat atau penyedia.
Misalnya : permintaan akan produk-produk seperti rokok, ganja, obat-obatan tertentu
yang berbahaya.
2.3 Manfaat inventory dalam perusahaan
Manajemen inventory memiliki banyak manfaat. Berikut adalah beberapa manfaat dari
manajemen inventory:
● Untuk mengantisipasi resiko keterlambatan datangnya barang
Menyiapkan persediaan bahan mentah agar perusahaan tidak selalu menggantungkan
persediannya pada supplier dalam hal kuantitas dan pengiriman.
Persediaan barang dalam proses ditujukan agar tiap bagian yang terlibat dapat lebih
leluasa dalam berbuat dalam menyediakan barang

● Untuk mengantisipasi pesanan bahan yang tidak sesuai dengan apa yang
diperlukan perusahaan sehingga harus dikembalikan.
Sebuah perusahaan tidak akan pernah mengetahui bagaimana keadaan bahan yang
akan disuplai. Apabila barang tersebut tidak sesuai dengan yang diperlukan, maka
dibutuhkan pengembalian. Hal yang seperti ini memang jarang terjadi, namun
bukan berarti tidak akan pernah terjadi. Untuk mencegahnya, perusahaan harus
memastikan barang tersebut sesuai dengan apa yang diperlukan. Proses produksi
harus tetap berjalan jika hal tersebut memang benar-benar terjadi. Pada saat itulah
manajemen inventory sangat dibutuhkan.
● Untuk mengantisipasi apabila bahan yang diperlukan tidak tersedia di
pasaran.
Beberapa bahan biasanya hanya tersedia di saat-saat tertentu. Hal tersebut bisa
dikarenakan faktor alam, cuaca, dan lain sebagainya. Bahan yang seperti itu bisa
saja susah untuk didapatkan. Untuk mengantisipasinya, diperlukan penyimpanan
bahan baku yang bersifat musiman agar perusahaan tidak akan kesusahan apabila
bahan tersebut tidak tersedia di pasaran
● Sebagai tahapan untuk menjamin lancarnya proses produksi
Manajemen inventory dapat memiliki peran penting untuk memastikan bahwa
bahan yang diperlukan selalu tersedia. Jika bahan produksi selalu tersedia, maka
proses tersebut tidak akan terhambat
● Untuk memanfaatkan penggunaan mesin secara optimal
Menggunakan mesin secara optimal merupakan hal yang sangat penting. Hal ini
dikarenakan harga mesin tentunya tidaklah murah, dengan penggunaan yang
optimal perusahaan tidak akan mengalami kerugian

● Untuk memenuhi kebutuhan pasar secara optimal.


Ketika sudah mendapat tempat di hati para pelanggannya, sebuah perusahaan harus tetap
menjaga kestabilan suplai kepada pelanggan tersebut. Manajemen inventory dapat
sangat membantu untuk memastikan ketersediaan bahan baku. Dengan begitu,
proses untuk memenuhi kebutuhan pasar akan tetap berjalan
2.4 fungsi inventory pada kebutuhan perusahaan
Pada prinsipnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi
perusahaan/pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi
barang-barang serta menyampaikannya pada para pelanggan atau konsumen.

adapun fungsi-fungsi persediaan oleh suatu perusahaan/pabrik adalah sebagai berikut:


1. Fungsi Decoupling
Adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan
pelanggan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan bahan mentah diadakan agar
perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas
dan waktu pengiriman. Persediaan barang dalam proses diadakan agar departemen-
departemen dan proses-proses individual perusahaan terjaga “kebebasannya”.
Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi permintaan produk yang tidak
pasti dari para pelanggan. Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau diramalkan disebut
fluctuation stock.

2. Fungsi Economic Lot Sizing


Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan atau potongan
pembeliaan, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan sebagainya. Hal
ini disebabkan perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar
dibandingkan biaya- biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa
gudang, investasi, resiko, dan sebagainya).

3. Fungsi Antisipasi

Apabila perusahan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan


diramalkan berdasar pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman.
Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman (seasional
inventories).

1. menghilangkan risiko keterlambatan pengiriman bahan baku ataupun


barang yang diperlukan oleh perusahaan
2. menghilangkan risiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi
3. menghilangkan risiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus
dikembalikan
4. untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga
perusahaan tidak akan kesulitan apabila bahan tersebut tidak tersedia
dipasaran
5. m,emberikan pelayanan kepada pelanggan dengan tersedianya barang
yang diperlukan
6. mendapat keuntungan dari pembelian berdasarkan diskon kuantitas

2.5 Faktor yang mempengaruhi inventory


Dalam penyelenggaraan persediaan bahan baku untuk pelaksanan proses produksi dari
suatu perusahan, terdapat beberapa faktor yang akan mempengaruhi persediaan bahan
baku, dimana faktor faktor tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain. Adapun
berbagai faktor tersebut menurut Ahyari ( 2003), antara lain :
1) Perkiraan Pemakaian Bahan Baku
Sebelum perusahaan mengadakan pembelian bahan baku, maka selayaknya manajemen
perusahaan mengadakan penyusunan perkiraan pemakaian bahan baku untuk keperluan
proses produksi. Hal ini dapat dilakukan dengan mendasark:an pada perencanaan
produksi dan jadwal produksi yang telah disusun sebelumnya. Jumlah bahan baku yang
akan dibeli perusahaan tersebut dapat diperhitungkan, dengan cara jumlah kebutuhan
baku untuk proses produksi ditambah dengan rencana persediaan akhir dari bahan baku
tersebut, dan kemudian dikurangi dengan persediaan awal dalam perusahaan yang
bersangkutan.
2) Harga Bahan Baku
Harga bahan baku yang akan digunakan dalam preses produksi merupakan salah satu
faktor penentu seberapa besar dana yang harus disediakan oleh perusahaan yang
bersangkutan apabila perusahaan tersebut akan menyelenggarakan persediaan bahan
bakau dalam jumlah unit tertentu. Semakin tinggi harga bahan baku yang digunakan
perusahaan tersebut, maka untuk mencapai sejumlah persediaan tertentu akan
memerlukan dana yang semakin besar pula. Dengan demikian, biaya modal dari
modal yang tertanam dalam bahan baku akan semakin besar pula.
3) Biaya Biaya Persediaan
Dalam hubungannya dengan biaya biaya persediaan ini, dikenal tiga macam biaya
persediaan, yaitu biaya penyimpanan, biaya. pemesanan, dan biaya tetap persediaan.
Biaya penyimpanan merupakan biaya persediaan yang jumlahnya semakin besar
apabila jumlah unit bahan yang disimpan di dalam perusahaan tersebut semakin
tinggi. Biaya pemesanan merupakan biaya persediaan yang jumlahnya semakin besar
apabila frekuensi pemesanan bahan baku yang digunakan dalam perusahaan semakin
besar. Biaya tetap persediaan merupakan biaya persediaan yang jumlahnya tidak
terpengaruh baik oleh jumlah unit yang disimpan dalam perusahaan ataupun frekuensi
pemesanan bahan baku yang dilaksanakan oleh perusahaan tersebut.
4) Kebijaksanaan pembelanjaan
Kebijaksanaan pembelanjaan yang dilaksanakan di dalam perusahaan akan
berpengaruh terhadap penyelenggaraan persediaaan bahan baku dalam perusahaan
tersebut. Seberapa besar dana yang dapat digunakan untuk investasi di dalam
persediaan bahan baku tentunya juga tergantung dari kebijaksanaan perusahaan
apakah dana untuk persediaan bahan baku ini dapat memperoleh prioritas pertama,
kedua atau justru yang terakhir dalam perusahaan yang bersangkutan. Disamping itu
tentunya financial perusahaan secara keseluruhan juga akan mempengaruhi
kemampuan perusahan untuk membiayai seluruh kebutuhan persediaan bahan
bakunya.
5) Pemakaian Bahan
Hubungan antara perkiraan pemakaian bahan baku dengan pemakaian senyatanya di
dalam perusahaan yang bersangkutan untuk keperluan pelaksanaan proses produksi
akan lebih baik apabila diadakan analisis secara teratur, sehingga akan dapat
diketahui pola penyerapan bahan baku tersebut. Dengan analisis ini maka dapat
diketahui apakah model peramalan yang digunakan sebagai dasar perkiraan
pemakaian bahan ini sesuai dengan pemakaian senyatanya atau tidak. Revisi dari
model yang digunakan tentunya akan lebih baik dilaksanakan apabila ternyata model
peramalan penyerapan bahan baku yang digunakan tersebut tidak sesuai dengan
kenyataan yang yang ada.

6) Waktu Tunggu
Waktu tunggu merupakan tenggang waktu yang diperlukan antara saat pemesanan
bahan baku tersebut dilaksanakan dengan datangnya bahan baku yang dipesan
tersebut. Apabila pemesanan bahan baku yang akan digunakan oleh perusahaan
tersebut tidak memperhitungkan waktu tunggu, maka akan terjadi kekurangan bahan
baku ( walaupun sudah dipesan ) karena bahan baku tersebut belum datang ke
perusahaan. Namun demikian, apabila perusahaan tersebut memperhitungkan waktu
tunggu ini lebih dari yang semestinya diperlukan, maka perusahaan yang
bersangkutan tersebut akan mengalami penumpukan bahan baku, dan keadaan ini
akan merugikan perusahaan yang bersangkutan
7) Model Pembelian Bahan Baku
Model pembelian bahan baku yang digunakan perusahaan sangat berpengaruh
terhadap persediaan bahan baku yang dimiliki perusahaan. Model pembelian yang
berbeda akan menghasilkan jumlah pembelian optimal yang beubeda pula. Pemilihan
model pembelian yang akan digunakati oleh suatu perusahan akan disesuaikan
dengan situasi dan kondisi dari persediaan bahan buku untuk masing masing
perusahaan yang bersangkutan. Karakteristik masing masing bahan baku yang
digunakan dalam perusahaan dapat dijadikan dasar untuk mengadakan pemilihan
model pembelian yang sesuai dengan masing-masing bahasa baku dalam perusahaan
tersebut. Sampai saat ini, model pembelian yang sering digunakan dalam perusahaan
adalah model pembalian dengan kuantitas pembelian yang optimal ( EOQ ).
8) Persediaan Pengaman
Persediaan pengaman untuk menanggulangi kehabisan bahan baku dalam perusahaan,
maka diadakan persediaan pengaman (safety stock). Persediaan pengaman digunakan
perusahaan apabila terjadi kekurangan bahan baku, atau keterlambatan datangnya
bahan baku yang dibeli oleh perusahaan. Dengan adanya persediaan pengaman maka
proses produksi dalam perusahaan akan dapat betjalan tanpa adanya gangguan
kehabisan bahan baku, walaupun bahan baku yang dibeli perusahaan tersebut
terlambat dari waktu yang diperhitungkan. Persediaan pengaman ini akan
diselenggarakan dalam suatu jumlah tertentu, dimana jumlah ini merupakan suatu
jumlah tetap di dalam suatu periode yang telah ditentukan sebelumnya.
9) Pembelian Kembali
Dalam melaksanakan pembelian kembali tentunya manajemen yang bersangkutan
akan mempertimbangkan panjangnya waktu tunggu yang diperlukan didalam
pembelian bahan baku tersebut. Dengan demikian maka pembelian kembali yang
dilaksanakan ini akan mendatangkan bahan baku ke dalam gudang dalam waktu yang
tepat, sehingga tidak akan terjadi kekeurangan bahan baku karena keterlambatan
kedatangan bahan baku tersebut, atau sebaliknya yaitu kelebihan bahan baku dalam
gudang karena bahan baku yang dipesan datang terlalu awal

2.6 Biaya dalam system inventory


Secara umum dapat dikatakan bahwa biaya persediaan adalah Semua pengeluaran dan
kerugian yang timbul sebagai akibat adanya persediaan. Berikut adalah biaya yang ada
dalam sistem persediaan :
1. Biaya pemesanan/pembelian
Biaya pemesanan adalah biaya yang berkaitan dengan kegiatan pemesanan barang
(persediaan).
Biaya ini meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan mulai dari pertama kali order
(penempatan pemesanan) hingga barang yang dipesan tersebut tersedia digudang.

Beberapa contoh biaya pemesanan diantaranya adalah :

a. Biaya Komunikasi

Biaya yang muncul karena dibutuhkannya komunikasi selama pemesanan barang


berlangsung. Seperti:

1. Biaya telepon
2. Biaya fax
3. Biaya materai dan surat menyurat (ada biaya kirim surat)
4. dan bahkan ada biaya fee/komisi (bila komunikasi dilakukan oleh pihak ketiga)

b. Biaya Pengiriman

Biaya pengiriman adalah biaya pengangkutan barang dari tempat supplier hingga barang
tersebut sampai kegudang pembeli. Yang termasuk biaya pengiriman antara lain:

1. Biaya transportasi atau ekspedisi


2. Biaya bongkar muat
3. Asuransi pengiriman

Tetapi terkadang diberbagai kasus. Ada supplier menanggung biaya pengiriman.

c. Biaya Pengepakan (Packing)

Pengepakan barang bertujuan supaya barang diterima dengan utuh dan meminimalisir
terjadinya cacat pada barang.

Jangan dianggap biaya packing ini sedikit.

Contohnya. Apabila barang bervolume besar, pecah belah dan jumlahnya banyak, maka
biaya packing ini bahkan bisa mencapai 5 persen harga barang.

Misalnya gerabah atau mebel yang gampang tergores, proses packingnya bisa berlapis
lapis, mulai dari diikat tali, packing karton, plastik wrap, kemudian dimasukkan kedalam
kardus bahkan hingga dipacking kayu keliling.

d. Biaya Pemprosesan Pemesanan 

Ada kalanya perusahaan yang memesan barang khsusunya barang yang membutuhkan
detail dan kualitas tinggi seperti produk furniture jati atau rotan.

Pembeli biasanya mengutus orang untuk mengunjungi workshop tempat supplier


melakukan produksinya.

Orang yang diutus akan mengecek kualitas produk yang dihasilkan sebelum dikirimkan
keperusahaannya.
Biasanya hal ini dilakukan dalam jual beli ekspor impor atau jual beli dimana ada jarak
yang jauh antara supplier dan perusahaan pembeli barang.

Pembeli tidak mau kualitas barangnya berbeda atau berkurang ketika barang sudah
dipacking dan dikirim dengan biaya pengiriman yang mahal.

e. Biaya Pemeriksaan Penerimaan (biaya inspeksi)

Sebelum penerima barang menandatangi surat penerimaan barang, penerima harus


memeriksa dahulu barang tersebut apakah sudah sesuai dengan standar dan kualitas yang
sudah ditentutaan.

Misalnya pembelian telur yang jumlahnya sangat banyak. Pembelian seperti ini
memerlukan orang yang banyak untuk memeriksa telur telur tersebut agar tidak ada telur
tidak layak yang diterima.

Pemeriksaan harus dilakukan dengan hati hati agar tidak ada telur yang pecah yang
menjadi biaya pemeriksaan semakin meningkat.

2. Biaya Penyiapan
Biaya Penyiapan (Set up Cost) adalah Semua pengeluaran yang timbul dalam
mempersiapkan produksi suatu barang. Biaya ini timbul ketika perusahaan tidak
bisa membeli barang sediaan, melainkan memproduksi sendiri dari pabrik yang
meliputi
a. Biaya mesin menganggur.
b. Biaya persiapan tenaga kerja langsung.
c. Biaya penjadwalan.
d. Biaya expedisi

3. Biaya Penyimpanan (holding costs)

Biaya penyimpanan (holding costs), yaitu terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi
secara langsung dengan kuantitas persediaan. 

Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang
dipesan semakin banyak atau rata- rata persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya yang
termassuk sebagai biaya penyimpanan adalah:

a. biaya penumpukan barang di gudang berarti penumpukan modal dimana


perusahaan mempunyai ongkos (expense) yang dapat diukur dengan suku
bunga bank.

b. biaya gudang barang yang disimpan memerlukan tempat penyimpanan


sehingga timbul biaya gudang biaya gudang dan peralatannya disewa maka
biaya kurangnya merupakan biaya sewa sedangkan bila perusahaan
mempunyai gudang sendiri maka biaya gudang merupakan biaya depresiasi

c. Biaya kerusakan dan penyusutan barang yang disimpan dapat mengalami


kerusakan dan penyusutan karena beratnya berkurang ataupun jumlahnya
berkurang karena hilang
d. Biaya kadaluarsa barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai
karena perubahan teknologi dan modal seperti barang-barang elektronik

e. Biaya asuransi barang yang disimpan diasuransikan untuk menjaga hal-hal


yang tidak diinginkan seperti kebakaran biaya asuransi tergantung jenis
barang yang dihasilkan sikantan perjanjian dalam perusahaan asuransi

f. Biaya administrasi biaya ini dikeluarkan untuk mengadministrasikan


persediaan barang yang ada, baik pada saat pemesan, penerima barang
maupun penyimpanannya dan biaya untuk memindahkan barang dari ke dan
di dalam tempat penyimpanan, termasuk upah buruh dan biaya peralatan.

4. Biaya kekurangan persediaan (Shortage cost)


Biaya kekurangan persediaan bila perusahaan kehabisan barang pada saat
permintaan, maka akan terjadi keadaan kekurangan persediaan titik keadaan ini akan
menimbulkan kerugian karena proses produksi akan terganggu dan kehilangan
kesempatan mendapatkan keuntungan .
Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan adalah sebagai berikut:
a. kehilangan penjualan,
b. kehilangan pelanggan, 
c. biaya pemesanan khusus,
d. biaya ekspedisi,
e. selisih harga,
f. terganggunya operasi,
g. tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan sebagainya.

Biaya kekurangan persediaan / material pada kenyataannya cukup sulit diukur khususnya
yang berhubungan dengan pelanggan (external), karena menyangkut kepuasan dan
menurunnya kualitas perusahaan di mata pelanggan.

Dari keempat jenis biaya persediaan tersebut di atas, yang digunakan dalam perhitungan
biaya persediaan (Total Inventory Cost disingkat TIC) adalah Ordering Cost (Co) dan
Holding Cost (Ch). Selanjutnya TIC secara matematis dinyatakan sebagai berikut :
1 R
TIC= QCh+ Co
2 Q

dimana
TIC : Total Inventory Cost
Q/2 : persediaan rata-rata
R/Q : frekuensi pemesanan
Ch = H : biaya penyimpanan per unit barang per satu satuan waktu
Co = Cs = S : biaya pemesanan setiap kali pesan

Biaya simpan per unit barang per satu satuan waktu memiliki hubungan yang positif
terhadap jumlah barang yang dipesan. Artinya, semakin banyak barang yang dipesan
dalam setiap kali pesan, semakin banyak barang yang disimpan, semakin besar pula biaya
simpan yang ditanggung. Sebaliknya biaya pemesanan setiap kali pesan memiliki
hubungan yang negatif terhadap jumlah barang yang dipesan. Artinya, semakin banyak
barang yang dipesan dalam setiap kali pesan, semakin kecil frekuensi pembelian, semakin
rendah pula biaya pemesanan yang harus ditanggung perusahaan. Dengan kata lain
bahwa biaya pesan memiliki hubungan yang positif terhadap frekuensi pemesanan.

Sedang untuk menghitung Total Biaya Anual (TAC( sering juga disingkat TC adalah
sebagai berikut:

D Q
TC=D .C + . S+ . H
Q 2

Dimana
D = R = Kebutuhan satu tahun
C = P = Harga perolehan barang
S= Cs = Co = Biaya Pesan per pesanan
H = Ch = Biaya Simpan per unit

2.7 Metode Inventory


⮚ Economic Order Quantity (EOQ)
Bahan mentah merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting. Oleh
karena itu, penyediaan bahan mentah yang tepat, baik dalam arti jumlah maupun waktu,
akan sangat mendukung kelancaran proses produksi. Persediaan bahan yang minim
memungkinkan terjadinya kekurangan bahan. Kekurangan bahan mentah yang tersedia
(stock-out) dapat berakibat terhentinya proses produksi karena kehabisan bahan untuk
diproses. Namun, dilihat dari sisi positif, jumlah persediaan bahan yang rendah dapat
menghemat biaya-biaya yang timbul sehubungan dengan adanya persediaan dan dapat
mengurangi risiko kerusakan bahan akibat terlalu lama disimpan. Di sisi lain, persediaan
bahan mentah yang terlalu besar jumlahnya (over-stock) memang dapat menjamin
kelancaran proses produksi karena bahan senantiasa tersedia dalam jumlah yang cukup,
namun bila dilihat dari segi finansial, persediaan bahan yang terlalu besar akan
meningkatkan biaya persediaan dan risiko kerusakan.
Persoalan dalam pengaturan persediaan bahan mentah adalah bagaimana berusaha
menyediakan bahan mentah yang diperlukan untuk proses produksi sehingga proses
produksi dapat berjalan lancar dengan biaya persediaan yang minimal. Tujuan
pengawasan persediaan bahan mentah adalah untuk menjawab persoalan tersebut baik
dalam artian jumlah, kualitas maupun waktu.
Jumlah bahan mentah yang dibutuhkan di dalam berproduksi selama satu tahun dapat
diperhitungkan dari rencana hasil produksi yang akan dihasilkan dengan kebutuhan bahan
mentah untuk satu satuan barang jadi. Setelah diketahui jumlah kebutuhan bahan mentah,
maka perlu direncanakan juga mengenai cara pembeliannya atau cara penyediaannya.
Dalam hal cara penyediaan/pembelian pada garis besarnya terdapat dua alternatif yaitu:
1) Dibeli sekaligus jumlah seluruh kebutuhan, dan kemudian disimpan di gudang,
sehingga setiap kali ada kebutuhan tinggal mengambil di gudang. Cara ini lebih
menjamin kelancaran proses produksi, dalam artian bahwa bahan mentah untuk
keperluan proses produksi telah tersedia dalam jumlah besar. Namun demikian, di
sisi lain, cara ini membawa konsekuensi bahwa perusahaan harus menanggung
biaya persediaan atau paling tidak biaya penyimpanan yang tinggi.
2) Alternatif yang kedua ialah berusaha memenuhi kebutuhan bahan mentah untuk
keperluan proses produksi dengan membeli dalam jumlah yang relatif kecil dalam
setiap kali pembelian dengan frekuensi pembelian yang lebih sering. Cara ini akan
membawa kemungkinan terlambatnya bahan mentah. Apabila keterlambatan
penyediaan bahan mentah terjadi, maka proses produksi dapat terganggu.
Sedangkan keuntungan dari cara kedua ini ialah bahwa perusahaan tidak perlu
menanggung biaya penyimpanan bahan mentah yang terlalu besar. Dalam hal ini
biaya penyimpanan dibebankan pada leveransir bahan mentah.
Dari dua cara ekstrim tersebut, manajemen berusaha untuk menentukan
kebijaksanaan penyediaan bahan baku yang optimal dalam arti dapat menjamin
kelancaran proses produksi dan biaya yang ditanggung ada pada tingkat minimal. Untuk
keperluan tersebut biasanya digunakan metode yang disebut metode Economic Order
Quantity (EOQ).

Pengertian EOQ adalah volume pembelian yang paling ekonomis untuk dilaksanakan
pada setiap kali pembelian. Secara matemastis dinyatakan sebagai berikut:

2 RC o
EOQ=Q ¿=
√ Ch

dimana
R : kebutuhan bahan mentah satu tahun
Co = Cs = S : Ordering Cost setiap kali pesan
Ch = H : Holding Cost per unit per satu satuan waktu
Contoh Soal
PT. Hashirama memerlukan bahan baku sebanyak 40.000 unit pertahun.biaya pemesanan
untuk mendapatkan bahan baku sebesar Rp. 400,- per pesanan. Sedangkan biaya
penyimpanannya adalah sebesar Rp.0,5 / unit/tahun. Hari kerja pertahun adalah sebanyak
255 hari . lead time atau waktu tunggu untuk pengiriman bahan baku tersebut adalah
selama 10 hari. Hitung :
1. EOQ atau jumlah pemesanan ekonomisnya
2. Biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan barang
tersebut
3. Frekuensi terbaik untuk menempatkan pesanan tersebut dalam 1 tahun
4. Durasi EOQ akan habis dikonsumsi oleh perusahaan

Diketahui :

S = Rp 400 per pesanan


D = Rp 40.000 unit pertahun
H = Rp 0,5 unit/tahun
L = 10 hari
Jawab :
1. Jumlah pesanan EOQ ( Economic Order Quantity)
2 x 400 x 40.000 32.000 .000
EOQ =
√ 0,5
=
√ 0,5
= √ 64.000 .000 = 8000 unit

2. Biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan barang tersebut
HxQ SxD
TC = +
2 2
0,5 x 8000 400 x 40.000
TC = +
2 2
TC = Rp 2000 + Rp 2000
TC = Rp 4000,-
3. Frekuensi terbaik untuk menempatkan pesanan tersebut dalam 1 tahun
D 40000
= = 5 kali
Q 8000
4. Durasi EOQ

255
= 51 hari
5

 Model Persediaan Probabilistik


Metode pengendalian persediaan probabilistik adalah model persediaan dengan
karakteristik permintaan dan kedatangan pesanan yang tidak diketahui secara pasti
sebelumnya, tetapi nilai ekspektasi, variansi dan pola distribusi kemungkinannya dapat
diprediksi dan didekati berdasarkan distribusi probabilitas. Terdapat tiga metode
pengendalian persediaan probabilistik, yaitu Probabilistik sederhana; Metode P,
yang
memiliki aturan bahwa tiap pemesanan bersifat regular pada rentang periode yang
tetap dan kuantitas pemesanan berbeda-beda; Metode Q, memiliki ukuran
(kuantitas)
pemesanan tetap untuk tiap pesanan, dan waktu pemesanannya bervariasi.
Kriteria yang digunakan dalam menentukan metode pengendalian persediaan terbaik
adalah minimasi biaya inventori total selama horizon perencanaan. Berbagai biaya yang
dipertimbangkan dalam pengelolaan persediaan di antaranya :

1. Ongkos pembelian (Ob), yaitu harga beli/produksi per unit. Ob merupakan perkalian
antara jumlah barang yang dibeli (D) dengan harga barang per unitnya (p)
2. Ongkos pemesanan (Op), yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pemesanan tiap
kali
pesan. Ongkos pesan merupakan perkalian antara frekuensi pemesanan (f) dan
ongkos setiap kali pemesanan barang (A).
3. Ongkos Simpan (Os), yaitu biaya yang ditimbulkan akibat penyimpanan produk pada
periode tertentu. Ongkos simpan merupakan hasil perkalian antara jumlah inventori
rata-rata yang ada di gudang (m) dengan ongkos simpan per unit per periode (h).
4. Ongkos kekurangan persediaan (Ok), yaitu konsekuensi tidak terpenuhinya pesanan,
dapat berbentuk kekurangan dapat dipesan-ulang (backorder) atau batal (Lost sales).
Persamaan ongkos inventori total (OT) dapat dilihat pada

OT = Ob + Op + Os + Ok

 Sistem Inventori Probabilistik Sederhana

Dalam perhitungan probabilistik, terlebih dahulu harus dicari nilai dari


ekspektasi kekurangan permintaan yang tidak terpenuhi (N), karena
metode ini digunakan tingkat permintaan yang berfluktuasi dan tidak dapat diprediksi.
Nilai ini merupakan fungsi distribusi normal dari terjadinya kekurangan barang selama
lead time
N = SL [f(zα) –ᴪ(zα)]
Setelah mencari nilai N, selanjutnya dapat dihitung kebijakan inventori untuk
menentukan ongkos total yang paling optimal. Persamaan dalam kebijakan inventori
meliputi ukuran lot pemesanan (qo), cadangan pengaman (ss), dan pada saat pemesanan
ulang (r)

 Ukuran lot pemesanan ekonomis (qo)


2 D( A+CuN )
qo= √
h
 Cadangan pengaman (ss)

SS=Z σ α √ L

 Saat pemesanan ulang (r)


r =dl+ss

Output dari perhitungan persediaan dengan menggunakan metode apapun


adalah untuk mencari ongkos total (OT) yang paling optimal, untuk mencari
ongkos
total paling optimal di metode probabilistic yaitu :
AD qo+ ss CuDN
OT = Dp+ +h +
qo 2 qo

Model P
Metode probabilistik model P adalah sistem pengendalian persediaan yang jarak waktu
antar pemesanan adalah tetap, namun jumlah pemesanan berubah ubah , Persediaan
pengaman dalam sistem ini tidak hanya meredam fluktuasi tetapi seluruh konsumsi
persediaan model
Metode P tidak mempunyai titik pemesanan ulang, tetapi lebih menekankan pada target
persediaan, tidak mempunyai nilai EOQ karena jumlah pemesanan akan bervariasi
tergantung permintaan yang sesuai dengan target persediaan sedangkan kualitas
pesanannya berubah-ubah Metode P relatif tidak memerlukan proses administrasi yang
banyak, karena
periode pemesanan sudah dilakukan secara periodik. Untuk memudahkan
implementasinya, digunakan visual review sistem dengan metode yang disebut
One Bin Sistem :
A . Dibuat Bin yang berisikan jumlah inventori maksimum
B. Setiap kali periode pemesanan sampai tinggal dilihat berapa banyak stock
a. tersisa dan pemesanan dilakukan untuk mengisi Bin penuh

Model P asumsinya waktu pemesanan dilakukan menurut suatu selang waktu (T),
sedangkan jumlah yang dipesan bergantung pada persediaan yang dimiliki
saat itu dan tingkat persediaan maksimum yang diinginkan R.
a. Waktu periodik pemeriksaan bahan baku T
qo
̅T =
D
T = Waktu periodik pemeriksaan bahan baku
qo = Besarnya ukuran pemesanan optimal
D = permintaan rata-rata bahan baku per periode

MODEL Q
Persediaan Q Probabilistik atau yang biasa disebut Q Sistem adalah
pemecahan masalah inventory probabilistic yang jumlah permintaan barangnya
tidak diketahui secara pasti Informasi tentang permintaan
dapat diketahui dari pola permintaan yang diperoleh berdasarkan data masa lalu.
Model persediaan Q ditandai dengan 2 hal mendasar :
1. Besarnya pemesanan selalu tetap untuk setiap kali pemesanan dilakukan
2. saat pemesanan dilakukan apabila jumlah persediaan yang dimiliki telah
mencapai titik pemesanan kembali (reorder point).
Dalam mencari nilai pemesanan Q optimal dan reorder point (r). Fungsi
tujuan dari model (Q,r) adalah meminimumkan biaya total persedian(Tc).
Pencarian Total Cost yang diharapkan dapat melalui notasi berikut
1. Besarnya jumlah barang yang akan dipesan untuk setiap kali pemesanan dilakukan
(q0)?
2. Kapan saat pemesanan dilakukan (r)?
3. Berapa besarnya cadangan pengaman (ss)?
Pertanyaan pertama berkaitan dengan penentuan besarnya ukuran lot pemesanan yang
ekonomis (q0 : economic order quantity) dan pertanyaan kedua berkaitan dengan
penentuan indicator saat pemesanan ulang dilakukan (r : reorder point), sedangkan
pertanyaan ketiga terkait dengan besarnya inventori yang harus disediakan dalam rangka
meredam flukuasi permintaan yang tidak beraturan. Pada prinsipnya model Q ini
merupakan pengembangan lebih lanjut dari model probabilistik sederhana, yaitu dengan
tidak menetapkan terlebih dahulu tingkat pelayanannya. Dalam hal ini tingakt pelayanan
justru akan ditentukan secara bersamaan dengan optimasi ongkos. Begitu pula penentuan
cadangan pengamannya akan ditentukan secara simultan dengan optimasi ongkosnya.
Model Q dikenal pula sebagai sistem dua kotak (two bins system) sebab model ini
bekerja dengan menggunakan prinsip 2 kotak. Kotak pertama berisi stok operasi yang
dibatasi sampai dengan reorder point (r), bila barang pada kotak pertama (first bin) sudah
habis, barang pada kotak kedua (second bin) baru digunakan. Batas maksimum kotak
kedua adalah tingkat reorder point (r) dan batas minimumnya adalah nol
Model Persediaan Dengan Shortage/ Stockout (Kehabisan Bahan)

Pada beberapa situasi tertentu, bukan tidak mungkin terjadi kehabisan persediaan
(shortages/ stockout), artinya kemungkinan terjadinya bahwa permintaan tidak dapat dipenuhi
dengan persediaan atau produksi yang ada. Hal demikian sering merupakan sesuatu yang tidak
dikehendaki sehingga harus diantisipasi dan sejauh mungkin dihindari. Namun demikian, tidak
semua kasus kehabisan persediaan merupakan sesuatu yang tidak diinginkan, ada kalanya situasi
tersebut memang dikehendaki dilihat dari sudut ekonomi.
Dalam praktek sehari-hari, situasi kehabisan persediaan sering ditemukan mana kala nilai
per unit persediaan sangat tinggi, dan karenanya biaya simpan juga tinggi, misalnya persediaan
dealer mobil-mobil baru. Bukan hal yang mengherankan bila sebuah dealer ternyata tidak
memiliki persediaan mobil tertentu yang diinginkan oleh seorang pembeli.
Berkaitan dengan situasi kehabisan bahan, ada suatu model yang dikembangkan untuk
menganalisis situasi tersebut, yang dikenal dengan nama Back-Order. Model Backorder ini
dikembangkan dengan asumsi:
● Ketika pelanggan memesan barang, perusahaan tidak dapat memenuhi karena kehabisan
persediaan.
● Pelanggan tidak membatalkan pesanannya dan bersedia menunggu barang datang.
● Waktu tunggu backorder relatif pendek.
● Perusahaan memberikan jaminan bahwa pelanggan yang telah menunggu menjadi
prioritas utama.

Pada model persediaan untuk situasi stockout, biaya yang dipertimbangkan tidak hanya biaya
pesan dan biaya simpan saja. Namun masih ditambah biaya yang disebut Backorder Cost atau
Stockout Cost. Biaya yang termasuk kategori Backorder cost atau stockout Cost antar lain biaya
tenaga kerja dan pengantaran khusus yang terkait secara langsung dengan penanganan backorder,
a loss of goodwill dalam bentuk waktu pelanggan menunggu. berikut ini total biaya persediaan
annual sehubungan dengan adanya kehabisan bahan:
Total Annual Inventory Holding Cost (H) =

Total Annual Ordering Cost( S) =


Total Annual Backorder/ Stockout Cost

Dengan demikian Total Biaya Persediaan (TIC) sebesar

Apabila biaya Holding cost, Ordering cost, dan Backorder cost dapat diestimasi, maka dapat
ditentukan besarnya jumlah pemesanan yang optimal (Q* ) dan jumlah backorder yang optimal
(S*) atau Q dan S yang meminimumkan biaya, dengan formula sebagai berikut:

Keterangan:
Ch : biaya simpan per unit per waktu
Co : biaya pesan setiap kali pemesanan
Cb : biaya backorder atau biaya kehabisan persediaan per unit per satu satuan waktu
R : kebutuhan/permintaan selama satu waktu
Q : jumlah pembelian/pesanan setiap kali melakukan pemesanan
S : jumlah kekurangan persediaan untuk satu satuan waktu
Q* : jumlah pembelian/pemesanan optimal dengan mempertimbangkan backorder
untuk setiap kali pemesanan
S* : jumlah backorder atau kekurangan persediaan yang optimal per satu satuan waktu
⮚ EOQ Kasus Diskon

Seperti yang telah diketahui bahwa asumsi yang digunakan pada model EOQ adalah antara
lain jumlah kebutuhan tahunan dan harga beli per unit bahan dianggap tetap. Namun, dalam
kenyataan asumsi-asumsi tersebut sulit untuk dipenuhi. Sering dijumpai bahwa untuk tingkat
pembelian tertentu, suplier menawarkan diskon. Pertanyaannya bagaimana mengevaluasi
tawaran diskon tersebut bila dikaitkan dengan EOQ.

Untuk menganalisis tawaran diskon, dilakukan prosedur evaluasi dengan langkah-langkah


sebagai berikut:
Menghitung EOQ untuk setiap unit biaya yang terkait dengan setiap kategori diskon yang
ditawarkan.
Bila EOQ tidak berada pada kategori diskon maka dilakukan evaluasi terhadap batas bawah
jumlah dari setiap kategori diskon dengan menghitung Total Annual Cost untuk masing-masing
batas bawah kategori diskon. Total Annual Cost diperoleh dari penjumlahan TIC dengan biaya
pembelian tahunan. Biaya pembelian tahunan untuk setiap kategori diskon dihitung dengan cara
mengalikan harga masing-masing kategori diskon dengan jumlah kebutuhan satu tahun. Bila
EOQ ada yang berada di atas jumlah untuk kategori diskon tertentu maka kategori yang ada di
bawahnya tidak perlu dievaluasi.
Jumlah pembelian/pemesanan yang memiliki biaya annual terendah merupakan jumlah
pembelian/pemesanan yang optimum

Contoh soal EOQ dengan diskon


Suatu perusahaan memiliki kebutuhan material sebesar 9000 unit/tahun. Biaya pesan
$100/order . Biaya simpan sebesar 20% dari harga beli material. Pihak supplier menawarkan
suatu penawaran khusus untuk pengadaan material tersebut dalam bentuk harga potongan.
Adapun syaratnya adalah
1000 – 2000 unit = $1.20
Lebih dari 3.000 unit = $2.00
Diunit berapakah sebaiknya perusahaan melakukan pembelian ?
Kuantitas pembelian paling sedikit 3000
Harga beli (c) = $2.00
H = $2.00*0.1 = $0.2

EOQ =
√ 2 x 9000 x 100 = 3000 unit
0.2

TC = ( QD ) S + ( Q2 ) H + D.P
9000 3000
TC = ( ) 100 + (
2 )
0.2 + 9000 . $2.00
3000
TC = 300 + 300 + 18.000
TC = $18.600
Kuantitas pembelian 1000 – 2000 unit
Harga beli (c) = $1.20
H = $1.20*0.1 = $0.12

EOQ =
√ 2 x 9000 x 100 = 3872,9 unit
0.12

TC = ( QD ) S + ( Q2 ) H + D.P
9000 3872,9
TC = ( ) 100 + (
2 )
0.12 + 9000 . $1.20
3872,9
TC = 232,38 + 232,374 + 10.800
TC = $475,554
Jadi yang dipilih adalah kuantitas 3000 unit karena memiliki total biaya yang paling kecil

⮚ Analisis Persediaan Metode ABC

Konsep ABC Inventory Analysis pertama kali dikenalkan oleh H.F. Dickie di General
Electric pada awal tahun 1950-an. Teknik ABC ini merupakan salah satu alat manajemen yang
sangat berharga untuk mengidentifikasi dan mengendalikan item-item persediaan yang penting.
Konsep ABC membagi atau mengelompokkan item-item persediaan menjadi tiga kelompok:

1) Kelompok A
item-item persediaan yang dikelompokkan ke dalam kelompok A ini adalah item-item
persediaan yang bernilai besar namun merupakan bagian kecil dari keseluruhan item persediaan
yang ada. Ciri khusus dari kelompok ini antara lain memiliki nilai berkisar antara 70% - 80%
dari seluruh nilai persediaan yang ada, dan kuantitasnya berkisar antara 15% - 30% dari seluruh
jumlah persediaan.

2) Kelompok C
item-item persediaan yang masuk kategori C adalah item-item persediaan yang memiliki nilai
rendah, namun merupakan bagian terbesar dari seluruh persediaan. Nilai persediaan kelompok
ini berkisar antara 5% - 15% dari seluruh nilai persediaan, dan jumlahnya berkisar 50% dari
seluruh jumlah persediaan.

3) Kelompok B
suatu item persediaan akan dikategorikan dalam kelompok B bila memiliki karakteristik antara A
dan C.
Perlu diketahui bahwa angka-angka prosentase yang diberikan dalam penjelasan bukanlah
harga mati, angka-angka tersebut hanyalah guidelines saja. Sebenarnya, tidak ada aturan yang
spesifik berkaitan dengan batasan antara kelompok A, kelompok B, dan kelompok C.
Jika pengelompokkan persediaan tersebut digambarkan secara grafis dimana sumbu vertikal
menunjukkan prosentase nilai persediaan dan sumbu horisontal menunjukkan prosentase jumlah
persediaan, maka akan terlihat seperti kurva dan disebut kurva ABC.
Dari analisis persediaan ABC, manajemen memperoleh informasi yang dapat digunakan
untuk mengendalikan persediaan. Misalnya, persediaan yang masuk kelompok A
menggambarkan investasi persediaan yang bersifat substansial sehingga persediaan tersebut
memerlukan pengawasan dan pengendalian yang ketat yang meliputi pencatatan yang lebih
akurat dan komplit, pengawasan dan inspeksi tingkat persediaan yang terus menerus,
perhitungan yang tepat, menempati posisi prioritas utama dan diberi perhatian yang maksimum
berkaitan dengan jumlah dan frekuensi pemesanan.

Sebaliknya, untuk persediaan yang masuk kategori C, relatif kurang membutuhkan


perhatian atau pengendalian yang seketat kelompok A maupun B. Jumlah yang besar sering
memberikan keuntungan dalam hal pengurangan biaya pengangkutan, dan tingkat prsediaan
dapat diawasi secara periodik tanpa membutuhkan catatan-catatan formal. Sementara, persediaan
kategori B yang merupakan persediaan dengan nilai dan jumlah yang berada di tengah-tengah
antara A dan C, memerlukan pengendalian dan pengawasan yang lebih dari C, namun tidak
seketat pengendalian dan pengawasan untuk persediaan kategori A.
Contoh Soal Metode ABC 1
PT. Jalan Terus memproduksi 2 barang yaitu sepatu dan sandal. Berikut data keuangan yang
terhimpun untuk masing-masing produk:

Jenis Barang
Keterangan
Sepatu Sandal
Volume Produksi (Unit) 1,000 2,000
Harga Jual (Rupiah) Rp. 20,000 Rp. 10,000
Biaya Utama (Rupiah) Rp. 10,000 Rp. 5,000
Jam Kerja Langsung 500 Jam 1,000 Jam

Data dari hasil identifikasi manajemen menunjukan aktivitas dan biaya yang dianggarkan
adalah sebagai berikut:

Aktivitas Anggaran Aktivitas


Rekayasa Rp. 100,000 Jam
Set up Rp. 500,000 Jam
Mesin Rp. 2,000,000 Jam
Packaging Rp. 200,000 Jumlah

Data dari aktivitas sesungguhnya adalah sebagai berikut:

Konsumsi
Aktivitas Jumlah
Sepatu Sandal
Rekayasa Rp. 35,000 Rp. 15,000 Rp. 50,000
Set up Rp. 50,000 Rp. 50,000 Rp. 100,000
Mesin Rp. 250,000 Rp. 150,000 Rp. 400,000
Packaging Rp. 50,000 Rp. 50,000 Rp. 100,000

Maka perhitungan sistem ABC adalah

Aktivitas Jumlah anggaran Jumlah aktivitas Tarif aktivitas


Rekayasa Rp. 100,000 Rp. 50,000 Rp. 2
Set up Rp. 500,000 Rp. 100,000 Rp. 5
Mesin Rp. 2,000,000 Rp. 400,000 Rp. 50
Packaging Rp. 200,000 Rp. 100,000 Rp. 2

Setelah itu bebankan biaya overhead kepada masing-masing produk perusahaan.


Produk sepatu

Aktivitas Tarif Jumlah Total Biaya OH Biaya OH / Unit


Rekayasa Rp. 2 Rp. 35,000 Rp. 70,000 Rp. 2
Set up Rp. 5 Rp. 50,000 Rp. 250,000 Rp. 5
Mesin Rp. 50 Rp. 250,000 Rp. 12,500,000 Rp. 50
Packaging Rp. 2 Rp. 50,000 Rp. 100,000 Rp. 2

Total Rp. 12,920,000 Rp. 59

Produk sandal

Aktivitas Tarif Jumlah Total Biaya OH Biaya OH / Unit


Rekayasa Rp. 2 Rp. 15,000 Rp. 30,000 Rp. 2
Set up Rp. 5 Rp. 50,000 Rp. 250,000 Rp. 5
Mesin Rp. 50 Rp. 150,000 Rp. 7,500,000 Rp. 50
Packaging Rp. 2 Rp. 50,000 Rp. 100,000 Rp. 2

Total Rp. 7,880,000 Rp. 59

Jadi, biaya per unit dengan perhitungan metode akuntansi ABC adalah

Keterangan Sepatu Sandal


Biaya Utama* Rp. 10,000,000 Rp. 10,000,000
Biaya OH** Rp. 59,000 Rp. 118,000
Jumlah Rp. 10,059,000 Rp. 10,118,000
Unit produksi (unit) 1,000 2,000
Harga per unit*** Rp. 10,059 Rp. 5,059

Rumus : Biaya utama = Biaya utama x Volume produksi


Biaya OH =  Total biaya OH x Volume produksi
Harga per unit = (Jumlah biaya utama + Biaya OH) : Unit produksi

SOAL
PT. Senju pada tahun yang akan dating membutuhkan bahan baku sebnyak 60.000 unit. Harga
bahan baku per unit Rp. 3000. Biaya pesan untuk setiap kali melakukan pemesanan sebesar Rp.
20.000, sedangkan biaya penyimpanan sebesar 25% dari nilai rata rata persediaan dengan
persediaan pengaman sebanyak 400 unit. Diminta :
A. Berapa jumlah pesanan yang paling ekonomis (EOQ) ?
B. berapa kali pemesanan yang harus dilakukan dalam setahun ?
C. tentukan penggunaan bahan per minggu ( 1 tahun = 50 minggu)
D. apabila waktu yang dibutuhkan dari saat memesan sampai bahan baku tiba di perusahaan
adalah 2 minggu, kapan perusahaan harus melakukan pemesanan kembali ? ( ROP)
Jawab
2 x 20.000 x 60.000 2.400 ..000.000
A. EOQ =
√ 25 % x 3000
=
√ 750
= √ 3.200 .000 = 1.788 unit

B. Pemesanan yang dilakukan dalam setahun


60.000
= 33 kali
1.788
C. Penggunaan perminggu, 60.000/50 = 1.200
D. Reorder point (ROP) = waktu pengiriman + safety stock
( 2 minggu x 1.200) + 400
2400 + 400 = 2800 unit

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan mengenai aplikasi sistem inventory pola diijinkan adanya kekurangan,
maka dapat di smpulkan sebagai berikut :

1 Sistem Inventory barang yang masih berjalan secara manual menjadi


terkomputerisasi sehingga dapat meminimalisir kekurangan stok bahan produksi dan
penumpukan barang yang tidak terjual yang barang di dalam gudang dengan
menggunakan batas minimal persediaan barang, sehingga persediaan dan kualitas
barang di dalam gudang dapat terjaga dengan baik.
2 Menciptakan klasifikasi Sistem Inventory Barang yang mampu membantu
perusahaan dalam menjaga persediaan barang dengan memperhatikan kualitas bahan
sehingga barang yang dijual merupakan barang yang layak pakai dan ketersediaan
barang dapat terjaga sehingga mampu membantu perusahaan dalam mengurangi
tingkat kerugian.
3 Dengan adanya inventory dapat mempermudah atau memperlancar jalannya operasi
perusahaan yang harus dilakukan secara berturut-turut.
4 Terdapat tiga metode pengendalian persediaan probabilistik, yaitu Probabilistik
sederhana; Metode P, yang memiliki aturan bahwa tiap pemesanan bersifat
regular pada rentang periode yang tetap dan kuantitas pemesanan berbeda-beda;
Metode Q, memiliki ukuran (kuantitas) pemesanan tetap untuk tiap pesanan,
dan waktu pemesanannya bervariasi.

Anda mungkin juga menyukai