Anda di halaman 1dari 21

1.

KONSEP INTEGRASI NASIONAL AN DISINTEGRASI NASIONAL


Pengertian Integrasi Nasional
Istilah integrasi nasional berasal dari dua kata yaitu integrasi dan nasional. Istilah integrasi
mempunyai arti pembauran/penyatuan sehingga menjadi kesatuan yang utuh / bulat. Istilah
nasional mempunyai pengertian kebangsaan, bersifat bangsa sendiri, meliputi suatu bangsa seperti
cita-cita nasional, tarian nasional, perusahaan nasional.
Nazaruddin berpendapat istilah integrasi nasional merujuk kepada seluruh unsur dalam rangka
melaksanakan kehidupan bangsa, meliputi sosial, budaya ekonomi, maka pada intinya integrasi
nasional lebih menekankan persatuan persepsi dan prilaku diantara kelompok-kelompok dalam
masyarakat.
Dengan demikian Integrasi nasional dapat diartikan penyatuan bagian-bagian yang berbeda dari
suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh, atau memadukan masyarakat-
masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi suatu bangsa.
Faktor-Faktor Pendorong dan Penghambat Integrasi Nasional
Faktor-faktor pendorong integrasi nasional sebagai berikut:
1. Faktor sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan seperjuangan.
2. Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam Sumpah
Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
3. Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia, sebagaimana dibuktikan perjuangan merebut,
menegakkan, dan mengisi kemerdekaan.
4. Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara, sebagaimana dibuktikan oleh banyak
pahlawan bangsa yang gugur di medan perjuangan.
5. Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila dan
UUD 1945, bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, bahasa kesatuan bahasa
Indonesia.
6. Adanya simbol kenegaraan dalam bentuk Garuda Pancasila, dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Faktor-faktor penghambat integrasi nasional sebagai berikut:
1. Masyarakat Indonesia yang heterogen (beraneka ragam) dalam faktor-faktor kesukubangsaan dengan
masing-masing kebudayaan daerahnya, bahasa daerah, agama yang dianut, ras dan sebagainya.
2. Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan kepulauan yang dikelilingi oleh lautan luas.
3. Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang merongrong keutuhan,
4. Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan
menimbulkan berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di masalah SARA (Suku, Agama, Ras, dan
Antar-golongan), gerakan separatisme dan kedaerahan, demonstrasi dan unjuk rasa.
5. Adanya paham “etnosentrisme” di antara beberapa suku bangsa yang menonjolkan kelebihan-
kelebihan budayanya dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain.
6. Lemahnya nilai-nilai budaya bangsa akibat kuatnya pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa, baik melewati kontak langsung maupun kontak tidak langsung.
7. Kontak langsung, antara lain melalui unsur-unsur pariwisata, sedangkan kontak tidak langsung, antara
lain melalui media cetak (majalah, tabloid), atau media elektronik (televisi, radio, film, internet,
telepon seluler yang mempunyai fitur atau fasilitas lengkap).
Problematika dan solusi dalam integrasi nasional Problematika
Masalah integrasi nasional di Indonesia sangat kompleks dan multidimensional. Disintegrasi bangsa
dapat terjadi karena adanya konflik vertikal dan horizontal sebagai akibat tuntutan demokrasi yang
melampaui batas, konflik antara elite politik, lambatnya pemulihan ekonomi, lemahnya penegakan
hukum dan HAM serta kesiapan pelaksanaan Otonomi Daerah.
Problematika dalam integrasi nasional dapat dilihat dari berbagai aspek sebagai berikut :
Geografi. Letak Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau dan kepulauan memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Daerah yang berpotensi untuk memisahkan diri adalah daerah yang paling jauh dari
ibu kota, atau daerah yang besar pengaruhnya dari negara tetangga atau daerah perbatasan, daerah
yang mempunyai pengaruh global yang besar, seperti daerah wisata, atau daerah yang memiliki
kakayaan alam yang berlimpah.
Demografi. Pengaruh (perlakuan) pemerintah pusat dan pemerataan atau penyebaran penduduk
yang tidak merata merupakan faktor dari terjadinya disintegrasi bangsa, selain masih rendahnya
tingkat pendidikan dan kemampuan SDM.
Kekayaan Alam. Kekayaan alam Indonesia yang sangat beragam dan berlimpah dan penyebarannya
yang tidak merata dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya disintegrasi bangsa, karena hal ini
meliputi hal-hal seperti pengelolaan, pembagian hasil, pembinaan apabila terjadi kerusakan akibat
dari pengelolaan.
Ideologi. Akhir-akhir ini agama sering dijadikan pokok masalah didalam terjadinya konflik di negara
ini, hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap agama yang dianut dan agama lain.
Apabila kondisi ini tidak ditangani dengan bijaksana pada akhirnya dapat menimbulkan terjadinya
kemungkinan disintegrasi bangsa, oleh sebab itu perlu adanya penanganan khusus dari para tokoh
agama mengenai pendalaman masalah agama dan komunikasi antar pimpinan umat beragama
secara berkesinambungan.
Politik. Masalah politik merupakan aspek yang paling mudah untuk menyulut berbagai ketidak
nyamanan atau ketidak tenangan dalam bermasyarakat dan sering mengakibatkan konflik antar
masyarakat yang berbeda faham apabila tidak ditangani dengan bijaksana akan menyebabkan
konflik sosial di dalam masyarakat. Selain itu ketidak sesuaian kebijakan-kebijakan pemerintah pusat
yang diberlakukan pada pemerintah daerah juga sering menimbulkan perbedaan kepentingan yang
akhirnya timbul konflik sosial karena dirasa ada ketidak adilan didalam pengelolaan dan pembagian
hasil atau hal-hal lain seperti perasaan pemerintah daerah yang sudah mampu mandiri dan tidak lagi
membutuhkan bantuan dari pemerintah pusat, konflik antar partai, kabinet koalisi yang
melemahkan ketahanan nasional dan kondisi yang tidak pasti dan tidak adil akibat ketidak pastian
hukum.
Ekonomi. Krisis ekonomi yang berkepanjangan semakin menyebabkan sebagian besar penduduk
hidup dalam taraf kemiskinan. Kesenjangan sosial masyarakat Indonesia yang semakin lebar antara
masyarakat kaya dengan masyarakat miskin dan adanya indikasi untuk mendapatkan kekayaan
dengan tidak wajar yaitu melalui KKN.
Sosial Budaya. Pluralitas kondisi sosial budaya bangsa Indonesia merupakan sumber konflik apabila
tidak ditangani dengan bijaksana. Tata nilai yang berlaku di daerah yang satu tidak selalu sama
dengan daerah yang lain. Konflik tata nilai yang sering terjadi saat ini yakni konflik antara kelompok
yang keras dan lebih modern dengan kelompok yang relatif terbelakang.
Pertahanan Keamanan. Bentuk ancaman terhadap kedaulatan negara yang terjadi saat ini menjadi
bersifat multi dimensional yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri, hal ini seiring
dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, informasi dan komunikasi.
Serta sarana dan prasarana pendukung didalam pengamanan bentuk ancaman yang bersifat multi
dimensional yang bersumber dari permasalahan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya.
Bahaya Disintegrasi Bangsa
Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) yang memiliki keanekaragaman baik dilihat
dari segi ras, agama, bahasa, suku bangsa dan adat istiadat, serta kondisi faktual ini disatu sisi
merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain yang
tetap harus dipelihara. Keanekaragaman tersebut juga mengandung potensi konflik yang jika tidak
dikelola dengan baik dapat mengancam keutuhan, persatuan dan kesatuan bangsa, seperti gerakan
separatisme yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) akibat dari
ketidakpuasan dan perbedaan kepentingan yang dapat mengakibatkan terjadinya
disintegrasibangsa. Potensi disintegrasi bangsa di Indonesia sangatlah besar hal ini dapat dilihat dari
banyaknya permasalahan yang kompleks yang terjadi dan apabila tidak dicari solusi pemecahannya
akan berdampak pada meningkatnya konflik.
Kondisi ini dipengaruhi pula dengan menurunnya rasa nasionalisme yang ada didalam masyarakat
dan dapat berkembang menjadi konflik yang berkepanjangan yang akhirnya mengarah kepada
disintegrasi bangsa, apabila tidak cepat dilakukan tindakan-tindakan yang bijaksana untuk mencegah
dan menanggulanginya sampai pada akar permasalahannya secara tuntas makaakan menjadi
problem yang berkepanjangan.
Nasionalisme yang melambangkan jati diri bangsa Indonesisa yang selama ini demikian kukuh, kini
mulai memperlihatkan keruntuhan. Asas persamaan digerogoti oleh ketidakadilan pengalokasian
kekayaan yang tidak berimbang antara pusat dan daerah selama ini. Menurut Aristoteles, persoalan
asas kesejahteraan yang terlalu diumbar, merupakan salah satu sebab ancaman disintegrasi bangsa,
di samping instabilitas yang diakibatkan oleh para pelaku politik yang tidak lagi bersikapnetral.
Meskipun barangkali filosof politik klasik Aristoteles dianggap usang, namun bila dlihat dalam
konteks masa kini, orientasinya tetap bisa dijadikan sebagai acuan. Paling tidak untuk melihat sebab-
sebab munculnya disintegrasi bangsa. Maka menyikapi berbagai kasus dan tuntutan yang
mengemuka dari berbagai daerah sudah barang tentu diperlukan konsekuensi politik dan legitimasi
bukan janji-janji sebagaimana yang dikhawatirkan oleh banyak kalangan.
Upaya Mencegah Disintegrasi
Indonesia akan disintegrasi atau tidak pasti akan menimbulkan pro dan kontra yang disebabkan dari
sudut pandang mana yang digunakan. Reformasi sudah berjalan kurang lebih 10 tahun, apa yan
telah didapat, bahkan rakyat kecil sudah mulai menilai bahwa kehidupan di masa Orde Baru lebih
baik bila dibandingkan dengan saat ini. Pandapat rakyat tersebut terjadi karena hanya dilihat dari
sudut pandang harga kebutuhan pokok sehari-hari dan itu tidak salah karena hanya satu hal tersebut
yang ada dibenak mereka. Kemudian ada kelompok masyarakat yang selalu menuntut kebebasan,
dan oleh kelompok yang lain dikatakan sudah keblabasan. Kemudian timbul kembali pertanyaan apa
itu reformasi? Yang jelas bangsa Indonesia semua menginginkan kehidupan yang lebih baik melalui
reformasi setelah hidup di era Orde Baru.
Dengan demikian bangsa ini sudah mendekati disintegrasi kalau tidak memiliki pegangan. Ada
beberapa hal yang perlu dilakukan oleh bangsa dan negara ini dalam upaya untuk bangkit kembali,
yaitu :
Pancasila dan UUD1945 harus digemakan lagi sampai ke rakyat yang paling bawah, dalam rangka
pemahaman dan penghayatan.
GBHN yang pernah ada yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam membangun bangsa dan
negara perlu dihidupkan kembali.
Para tokoh dan elit bangsa harus dapat memberi contoh dan menjadi cintoh rakyat, jangan selalu
berkelahi dan saling caci maki hanya untuk kepentingan kelompok atau partai politiknya.
Budaya bangsa yang adi luhung hendaknya diangkat untuk diingat dan dilaksanakan oleh bangsa ini
yaitu budaya saling hormat menghormati.
TNI dan POLRI harus segera dibangun dengan tahapan yang jelas yang ditentukan oleh DPR. Jangan
ada lagi curiga atau mencurigai antar unsur bangsa ini karena keselamatan bangsa dan negara sudah
terancam.
Cara Menanggulangi Disintegrasi Bangsa
Dari hasil analisis diperlukan suatu upaya pembinaan yang efektif dan berhasil, diperlukan pula
tatanan, perangkat dan kebijakan yang tepat guna memperkukuh integrasi nasional antara lain :
Membangun dan menghidupkan terus komitmen, kesadaran dan kehendak untuk bersatu.
Menciptakan kondisi dan membiasakan diri untuk selalu membangun konsensus.
Membangun kelembagaan (pranata) yang berakarkan nilai dan norma (nilai-nilai Pancasila) yang
menyuburkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Merumuskan kebijakan dan regulasi yang konkret, tegas dan tepat dalam aspek kehidupan dan
pembangunan bangsa yang mencerminkan keadilan bagi semua pihak, semua wilayah.
Upaya bersama dan pembinaan integrasi nasional memerlukan kepemimpinan yang arif dan
bijaksana, serta efektif.
2. BENTUK-BENTUK ANCAMAN TERHADAP NKRI
Ancaman dari dalam negeri

1. Masalah KKN

Seperti yang kita tahu Indonesia merupakan salah satu negara yang tidak bisa bersih dari kolusi, korupsi, dan
nepotisme begitu saja. Beberapa tahun terakhir ini banyak sekali pejabat negara yang menyalahgunakan
kekuasaan mereka dan menggunakan jabatan mereka untuk mendapatkan uang negara untuk kepentingan
mereka sendiri, padahal sudah jelas jika uang itu adalah miliki Warga Negara Indonesia yang harusnya
digunakan untuk kepentingan bersama negara Indonesia. Masalah KKN yang merajalela di berbagai daerah ini
menjadi salah satu masalah ancamana dari dalam negeri, KKN ini sangatlah merugikan negara dan bangsa
karena korupsi dan lain-lainnya itu bisa mengancam pembangunan negara. Penyebab Korupsi dan Cara
Mengatasinya harus kita ketahui juga.

2. Kesenjangan ekonomi masyarakat

Tidak hanya KKN saja, ancaman terhadap NKRI bisa terjadi juga akibat adanya ketidaksejahteraan di dalam
masyarakatnya. Salah satu ancaman yang mungkin bisa membuat Negara Indonesia terancam adalah
kesenjangan ekonomi masayarakat Indonesia. Hal ini biasanya bisa terjadi karena adanya pemerataan
pendapatan yang tidak adil antar kelompok maupun daerah.

3. Kasus narkoba

Yang menjadi genting pada saat ini adalah kasus narkoba yang merajalela dan sangat sulit untuk diberantas.
Kasus narkoba di Indonesia sendiri sudah sangat merajalela dan mengenai berbagai macam usia dan kalangan,
mulai dari anak remaja hingga orang tua. Mulai dari pelajar hingga orang terkemuka bahkan ada aparat yang
kedapatan menggunakan narkoba. Narkoba sendiri bisa menjadi ancaman untuk NKRI, karena adanya narkoba
ini bisa mengahmbat perkembangan generasi penerus bangsa. Padahal narkoba itu memiliki Bahaya Narkoba
Bagi Generasi Muda.

4. Upaya penggantian ideologi Pancasila

Seperti yang sudah kita semua ketahui, Pancasila merupakan ideologi Bangsa Indonesia. Pancasila sejak lama
dijadikan sebagai ideologi negara NKRI karena di dalam kelima sila itu, mengandung semua cita-cita Bangsa
Indonesia dan juga sudah cocok dengan karakter kepribadian bangsa kita. Salah satu yang menjadi ancaman
dari dalam negeri adalah adanya upaya penggantian ideologi Pancasila dengan ideologi lainnya yang mungkin
sangat ekstrim dan tidak cocok dengan kepribadian Indonesia. Upaya penggantian ideologi Pancasila yang
ingin dilakukan oleh beberapa pihak ini bisa saja memecah belah bangsa dan menimbulkan berbagai macam
kontroversi. Untuk lebih mengerti lagi mengenai Pancasila maka kita harus tahu tentang Pancasila Sebagai
Ideologi Nasional.

5. Makar atau penggulingan pemerintah

Ancaman untuk NKRI yang kelima adalah percobaan penggulingan pemerintah dan juga makar. Percobaan
penggulingan pemerintah di Indonesia bisa menjadi salah satu ancaman yang berasal dari dalam negeri karena
bisa menimbulkan kerusuhan dan ancaman lainnya. Selain itu segala perbuatan makar yang dilakukan di dalam
dunia politik dan juga lainnya juga bisa mempengaruhi kestablian Indonesia.

6. Isu SARA

Masalah lainnya yang bisa membuat ancaman dari dalam negeri adalah adanya Isu SARA. Di Indonesia sendiri
agama yang ada bermacam-macam dan tidak hanya satu saja, berbagai suku budaya juga ada di Indonesia.
Namun yang sangat disayangkan adalah ada beberapa kelompok masyarakat tertentu yang
mempermasalahkan adanya keanekaragaman di Indonesia dan kurang ada rasa toleransi dari mereka sehingga
terkadang beberapa ras dan juga agama yang menjadi minoritas pun dikucilkan. Isu SARA ini tidak bisa
disepelekan begitu saja karena walaupun sekecil apapun tindakannya bisa memecah keanekaragaman bangsa
Indonesia dan juga bisa membuat kondisi Negara Indonesia menjadi tidak kondusif. Isu SARA yang ada di
tengah masyarakat sampai sekarang ini bisa menjadi salah satu ancaman NKRI yang membahayakan bagi
warga Indonesia.

7. Pemberontakan

Yang ketujuh yang bisa menjadi ancaman dari dalam negeri adalah pemberontakan. Pemberontakan ini bisa
terjadi di berbagai daerah yang ada di dalam Indonesia yang bisa menuntut beberapa hal yang mereka
inginkan. Jika tidak segera diatasi degan baik, pemberontakan ini bisa mengancam Indonesia. Pemberontakan
yang terjadi karena berbagai macam sebab ini bisa menyebabkan negara Indonesia jadi terpecah belah. Oleh
karena itu sebagai warga Indonesia sebaiknya jangan sampai ikut serta dalam pemberontakan.

8. Persoalan daerah

Persoalan kedelapan yang bisa memecah belah bangsa Indonesia adalah persoalan daerah. Persoalan ini bisa
saja muncul dari pemikiran untuk memperluas daerah otonomi khusus dengan alasan yang khusus juga. Selain
itu juga bisa akibat persoalan karena ingin melepaskan diri dari Indonesia dan ingin merdeka sendiri. Persoalan
semacam itu bisa membuat ancaman bagi pemerintah dan Indonesia. Tidak hanya itu, persoalan akibat
perbatasan juga bisa menjadi ancaman baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

9. Ancaman bidang politik

Bidang politik di Indonesia yang dilakukan secara demokratis dengan harapan cita-cita bangsa Indonesia bisa
tercapai dan setiap individunya mencapai kesejahteraan. Ancaman dari bidang politik ini tidak hanya datang
dari luar, bahkan juga bisa datang dari dalam negeri sendiri. Salah satu contoh dari ancaman bidang politik
yang ada di dalam negeri ini adalah misalnya bentrok atau demo besar-besaran yang tidak menerima
kemenangan suatu partai atau pejabat terpilih dalam pemilihan. Hal seperti ini bisa menjadi salah satu
ancaman pada bidang politik karena secara langsung dan tidak langsung bisa mempengaruhi kondisi bangsa
Indonesia seperti misalnya ekonomi dan kesejahteraan.

Ancaman dari luar negeri


Tidak hanya ancaman dari dalam negeri saja ya. Perlu kita semua ketahui jika ancaman-ancaman bagi NKRI itu
bisa saja berasal dari luar negeri atau negara lainnya. Problema atau ancaman itu biasanya bersakala besar dan
menyangkut dua negara. Oleh karena itu berikut ini adalah beberapa ancaman dari luar negeri :

1. Ancaman sosial budaya

Contoh ancaman terhadap NKRI yang berasal dari luar negeri yang pertama adalah ancaman sosial budaya.
Ancaman sosial budaya yang datang dari luar negeri adalah misalnya saja ancaman dari propaganda,
peredaran narkoba, film prno, disinformasi yang bisa mengancurkan moral dan bangsa Indonesia. Hal ini
sangatlah berbahaya karena bisa mengancam para generasi muda Indonesia dan menghambat perkembangan
bangsa Indonesia.

2. Ancaman pertahanan

Ancaman kedua yang bisa membahayakan NKRI adalah ancaman dari luar negeri yaitu ancaman dari bidang
pertahanan dan juga keamanan. Ancaman itu antara lain pelanggaran wilayah misalnya dari kapal, selain itu
juga bisa pelanggaran wilayah pesawat militer dari negara lain, kejahatan internasional, dan juga masalah
terorisme yang mengkhawatirkan NKRI. Permasalahan seperti ini tidak bisa dianggap sepele karena bisa
mempengaruhi keamanan NKRI. Ancaman pertahanan seperti itu harus diatasi dengan meningkatkan
pertahanan militer Indonesia dan tentunya juga peran serta masyarakat Indonesia dalam menjaga keutuhan
NKRI. Dasar Hukum Bela Negara harus kita pahami sehingga kita bisa membela Indonesia ditengah ancaman.

3. Perebutan kebudayaan Indonesia

Seperti yang semua kita ketahui jika Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan, Indonesia terdiri dari
berbagai macam suku dan budaya yang membuat Indonesia menjadi kaya akan budaya. Karena budaya yang
unik dan mungkin tidak bisa ditemukan di bagian negara lainnya. Karena unik dan khas, tak jarang ada negara
lain yang mengakui kebudayaan Indonesia sebagai kebudayaannya. Seperti yang sudah kita ketahui jika
beberapa kebudayaan seperti batik, reog ponorogo, dan lainnya itu pernah diklaim sebagai miliki negara
tetangga. Oleh karena itu sebagai Warga Negara Indonesia yang baik maka kita harus menjaga kebudayaan
Indonesia dan juga melestarikannya sehingga tidak ada negara lain yang merebut budaya asli Indonesia.
Budaya luar memang boleh kita pelajari, namun kita tetap tidak boleh melupakan kebudayaan negara kita.

4. Ancaman pada bidang politik

Ancaman yang keempat adalah bidang politik, ancaman dari luar negeri juga bisa datang dari bidang politik ya.
Biasanya negara lain akan ikut campur dalam urusan dalam negeri Bangsa Indonesia seperti misalnya urusan
hak asasi manusia, pemilihan umum, dan juga hukum. Sistem politik yang ada di Indonesia ini akan
mengutamakan kepentiangan setiap individu dan berjalan sesuai dengan pancasila yang ada. Bidang politik
dilakukan secara demokrasi dan ancaman pada bidang politik dari negara lain ini bisa saja memecah belah
Indonesia.

Itu dia beberapa contoh ancaman terhadap NKRI baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Ancaman
bisa datang dari dalam negeri dan juga luar negeri, ancaman juga bisa datang dari berbagai aspek kehidupan
dan bisa membahayakan bangsa Indonesia. Oleh karena itu sebagai WNI yang baik maka kita juga harus
memperhatikan hal-hal yang kiranya bisa mengancam keamanan NKRI. Sudah selayaknya sebagai WNI kita
memperhatikan hal-hal semacam itu dan supaya tidak menjadi profokator penyulut masyarakat lainnya yang
bisa menjadi penyebab dari kekacauan yang menyebabkan perpecahan bangsa Indonesia. Baca juga
mengenai Landasan Hukum Demokrasi Pancasila. Jika merasa artikel ini bermanfaat maka share ke sesama,
semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua!

A. Ancaman militer (bentuk ancaman terhadap negara yang bersifat tradisional)


Pengertian dari bentuk ancaman terhadap negara yang berbentuk militer adalah suatu ancaman
yang menggunakan kekuatan bersenjata yang terorganisasi dan dinilai mempunyai kemampuan yang
dapat membahayakan kedaulatan dan keutuhan wilayah suatu negara, serta membahayakan dapat
membahayakan keselamatan warga negara dan segenap bangsa.
Berikut ini beberapa contoh ancaman terhadap negara yang termasuk ancaman militer :
1. Agresi, pengertian dari agresi adalah ancaman militer yang menggunakan kekuatan
bersenjata oleh negara lain terhadap suatu negara yang dapat membahayakan kedaulatan
dan keutuhan wilayah negara tersebut, dan juga membahayakan keselamatan segenap
bangsa tersebut. Agresi dapat dilakukan dengan berbagai bentuk dan cara yang berbeda-
beda, dan berikut ini macam-macamnya :
o Invasi, cara.bentuk dalam melakukan agresi terhadap suatu negara yang pertama
adalah invasi yaitu suatu serangan yang dilakukan oleh kekuatan bersenjata negara
lain terhadap wilayah NKRI
o Bombardemen, cara/bentuk dalam melakukan agresi terhadap suatu negara yang
kedua adalah bombardemen yang mempunyai pengertian suatu penggunaan senjata
lainnya yang dilakukan oleh angkatan bersenjata negara lain terhadap NKRI
o Blokade, cara/bentuk dalam melakukan agresi yang terhakshir adalah blokade, yang
dilakukan di daerah pelabuhan atau pantai atau wilayah udara NKRI yang dilakukan
oleh angkatan bersenjata negara lain, dan lain-lain.
2. Ancaman militer yang ke dua dapat berupa suatu pelanggaran wilayah yang mana
pelanggaran ini tentunya dilakukan oleh negara lain yang menggunakan kapal maupun
pesawat non komersial.
3. Spionase adalah ancaman militer yang dilakukan terhadap suatu negara yang kegiatannya
berupa mata-mata dan dilakukan oleh negara lain yang bertujuan untuk mencari dan
mendapatkan dokumen rahasia militer suatu negara.
4. Sabotase, adalah ancaman militer yang dilakukan oleh suatu negara yang kegiatannya
mempunyai tujuan untuk merusak instalasi militer dan obyek vital nasional. Tentunya
sabotase ini dapat membahayakan keselamatan suatu bangsa.
5. Ancaman militer yang ke lima dapat berupa aksi teror bersenjata yang dilakukan oleh suatu
jaringan terorisme yang luas (internasional) atau ancaman yang dilakukan oleh teroris
internasional yang bekerjasama dengan terorisme lokal (dalam negeri).
6. Ancaman militer terhadap suatu negara dapat juga berbentuk suatu pemberontakan yang
mana pemberontakan tersebut juga menggunakan senjata.
7. Selain pemberontakan, terjadinya perang saudara yang menggunakan senjata juga termasuk
ancaman militer.
Tentara Nasional Indonesia (TNI) merupakan komponen utama yang dipersiapkan untuk
menghadapi ancaman militer, yang dilaksanakan melalui tugas Operasi Militer Perang (OMP) dan
Operasi Militer Selain Perang (OMSP).

B. Ancaman non militer (bentuk ancaman terhadap negara yang bersifat non tradisional)
Pengertian dari ancaman non militer adalah suatu ancaman yang tidak menggunakan kekuatan
senjata, namun jika dibiarkan akan membahayakan kedaulatan dan keutuhan wilayah suatu negara,
selain itu juga dapat membahayakan keselamatan segenap bangsa.

Komponen utama untuk menghadapi ancaman non militer ini adalah lembaga pemerintah di luar
bidang pertahanan sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi, dengan di dukung oleh
unsur-unsur lain dari kekuatan bangsa. Contoh lembaga pemerintah yang menghadapi ancaman non
militer yaitu : Polisi, KPK, DPR, Satpol PP dan lain sebagainya.

Dan berikut ini beberapa contoh ancaman yang berbentuk non militer :
1. Perdagangan dan penyalahgunaan Narkoba (Narkotika dan obat-obatan terlarang)
2. Kegiatan imigrasi gelap/ilegal
3. Penangkapan ikan di laut secara ilegar
4. Banyaknya tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)
5. Berbagai penyelundupan, baik ke dalam maupun ke luar negeri
6. Kemiskinan, kebodohan dan lain sebagainya.

Selain beberapa contoh ancaman militer dan ancaman non militer tersebut, ada beberapa contoh
ancaman dan gangguan terhadap pertahanan NKRI di masa yang akan datang, yaitu :
1. Terorisme internasional yang memiliki jaringan lintas negara
2. Gerakan separatis yang berusaha memisahkan diri dari NKRI
3. Konfik horisontal antar suku, agama, ras, dan antar golongan (sara)
4. Kejahatan lintas negara, misalnya penyelundupan barang, perdagangan manusia, narkoba,
dsb,
5. Tindakan yang merusakan lingkungan hidup, seperti pembakaran hutan, pembuangan
limbah industri ke sungai dan lain sebagainya.
6. Aksi unjuk rasa atau demonstrasi yang anarkhis, arogan, dan radikal atau amuk masa
7. Wabah penyakit menular yang cepat dan meluas
8. Dan lain-lain

3. GERAKAN SEPARATISME
DII/TII JAWA BARAT

 Pemimpin : Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo


 Penyebab / Latar Belakang :

Pemberontakan DI/TII secara umum disebabkan karena kekecewaan atas kebijakan Presiden
Soekarno yang dianggap terlalu lunak terhadap pihak Belanda.Seperti yang kita ketahui, setelah
proklamasi kemerdekaan pihak Belanda berusaha untuk datang kembali ke Indonesia. Berbagai
masalah muncul akibat kedatangan Belanda yang kemudian menimbulkan peperangan yang
merugikan, seperti Agresi Militer Belanda 1 dan 2. Kebijakan pemerintah Indonesia untuk mengatasi
permasalahan tersebut melalui perjanjian damai salah satunya perjanjian Renville dianggap sangat
fatal.Pada awalnya milisi DI/TII ikut terlibat langsung dalam revolusi fisik pasca proklamasi
kemerdekaan tahun 1945. Namun pada perkembangan selanjutnya Darul Islam berbelok arah untuk
menentang pemerintahan Republik Indonesia, hal ini disebabkan karena kebijakan Soekarno yang
terlalu lunak.

 Proklamasi

Bertempat di Desa Cisampang, distrik Cisayong, pada 7 Agustus


1949, tepat hari ini 69 tahun lalu, NII diproklamasikan. Oleh
Kartosoewirjo, Cisayong kemudian disebut sebagai Madinah. Tiga
hari setelah proklamasi itu, surat dari Natsir akhirnya sampai juga
ke tangan Kartosoewirjo. Surat Natsir terlambat sampai. NII
sudah berdiri.

“Bagi dia (Kartosoewirjo), yang berat itu menjilat ludah sendiri,”


kata Natsir.

Natsir yang pernah jadi Perdana Menteri Republik Indonesia itu


kenal watak Kartosoewirjo. Jika surat itu sampai beberapa waktu
sebelum proklamasi, sangat sulit untuk mengubah sikap
Kartosoewirjo.
NII jalan terus. Kartosoewirjo bersama pengikutnya harus bergerilya belasan tahun menjaga
keutuhan NII, yang dalam buku sejarah Indonesia dianggap DI/TII saja. Dia tidak kalah keras dengan
pamannya, pembela rakyat yang dicap komunis dan pernah dibuang ke Boven Digoel oleh
pemerintah kolonial. Pamannya yang terbunuh ganasnya malaria di Digoel itu adalah orang yang
teguh melawan Belanda. Sementara sang keponakan teguh dengan NII alias DI/TII yang dipimpinnya.

Dalam proklamasi Negara Islam Indonesia disebut dengan jelas bahwa Republik Indonesia sudah
selesai riwayatnya. Entah setelah Roem Royen (1949) atau Renville (1948). Dalam kalimat pembuka
maklumat pemerintah NII no II/7 menyebut, “syahdan, maka perjuangan kemerdekaan nasional,
yang dimulai dengan Proklamasi berdirinya Republik Indonesia 17 Agustus 1945, sudahlah
mengakhiri riwayatnya.”

Penandatanganan Renville, yang merugikan Indonesia dan menguntungkan Belanda, karena Jawa
Barat juga harus dikosongkan, membuat kaum Republiken pengikut Sukarno dianggap gagal
memerdekakan Indonesia.

Lebih lanjut, maklumat NII itu menyebut: “setinggi-tinggi bangau terbang, kembali ke kubangan juga.
Maka Republik jatuh pula kepada tingkatan sebelum proklamasi; kembali kepada pokok pangkal
pertama, di tangan musuh, di tangan Belanda penjajah.”

“Alhamdulillah, pada saat kosong (vacuum), saat dimana tiada kekuasaan, dan pemerintahan yang
bertanggungjawab (gezag en regeringsvacuum), maka pada saat yang kritis (membahayakan) dan
psychologisch yang lemah itulah Umat Islam Bangsa Indonesia memberanikan diri menyatakan sikap
dan pendiriannya yang jelas-tegas kepada seluruh dunia: Proklamasi berdirinya Negara Islam
Indonesia, 7 Agustus 1949,” tulis Maklumat itu.

Naskah prokamasi NII dimulai dengan kalimat “Bismillahirrahmanirrahim Asyhadu alla ilaha illallah
wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah” dan selanjutnya adalah “Kami Umat Islam Bangsa
Indonesia Menyatakan berdirinya Negara Islam Indonesia. Maka hukum yang berlaku atas Negara
Islam Indonesia itu ialah: Hukum Islam.”

Dan takbir pun jadi penutupnya. Nama tempat ditulis Madinah, dengan tanda tangan Kartosoewirjo
sebagai Imam NII.

 Wilayah pemberontakan

Desa Antralina daerah Malangbobg, Garut, Jawa Barat.

 Akhir pemberontakan

Pasukan TNI yang berdiri dari kesatuan Divisi Siliwangi melalui operasi militer Pagar Betis dan
Bratayudha berhasil menangkap Kartosuwiryo pada tanggal 4 Juni 1962 dan berhasil menghancurkan
gerakan DI/TII di Jawa Barat.
DI/TII JAWA TENGAH

 Pemimpin : Amir Fatah


 Penyebab / Latar Belakang :

Latar belakang di tii di jawa tengah disebabkan oleh terjadinya pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah
sesudah masa kesaksian kedaulatan. Pemberontakan terjadi di tempat yang terpisah, tetapi saling
berhubungan. Oleh Kartosuwiryo, Amir Fatah diangkat menjadi komandan pertempuran di Jawa Tengah.
Untuk menanggulangi pemberontakan yang diperbuat oleh Amir Fatah, maka pemerintah Indonesia
menyuruh Divisi Diponegoro membentuk pasukan khusus yang bernama Banteng Raiders.

 Tujuan DI/TII di Jawa Tengah

Berikut tujuan DI/TII di Jawa Tengah:

1. Memperluas wilayah kekuasaan DI/TII di Indonesia


2. Memperbanyak pasukan pemberontak
 Wilayah pemberontakan : Brebes,Tegal, Kebumen, dan Pekalongan
 Upaya Penumpasan DI/TII di Jawa Tengah
Di Kudus & Magelang terjadi pemberontakan Batalion 426. Mereka menyebutkan diri mereka bergabung
dengan DI/TII. Dampak dari pemberontakan tersebut, gerakan DI/TII di Jawa Tengah menjadi persoalan
yang serius. Untuk menumpas pemberontakan tersebut, Divisi Diponegoro melancarkan operasi militer
yang bernama Operasi Merdeka Timur yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto dan berhasil
menumpas DI/TII di Jawa Tengah.

DI/TII ACEH

 Pemimpin : Daud Bereuh


 Penyeab/Latar Belakang :

Alasan pertama yang menjadi latar dari gerakan DI/TII Aceh adalah kekecewaan para tokoh pimpinan
masyarakat di Aceh atas dileburnya provinsi Aceh ke dalam provinsi Sumatra Utara yang beribu kota
di Medan. Peleburan provinsi itu seakan mengabaikan jasa baik masyarakat Aceh ketika perjuangan
mempertahankan kedaulatan Negara Republik Indonesia dimasa revolusi fisik kemerdekaan Indonesia
(1945-1950).
Kekhawatiran kembalinya kekuasaan para ulee balang yang sejak lama telah menjadi pemimpin formal
pada lingkup adat dan politik di Aceh[1][2]. Keinginan dari masyarakat Aceh untuk menetapkan hukum
syariah dalam kehidupan mereka.[3]
Sejarawan berkebangsaan Belanda, Cornelis Van Dijk, menyebutkan, kekecewaan Daud Beureueh
terhadap Jakarta semakin berat dengan beredarnya rumor tentang sebuah dokumen rahasia dari Jakarta.
Dokumen itu disebut-sebut dikirim oleh Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo yang isinya berupa perintah
pembunuhan terhadap 300 tokoh masyarakat Aceh. Rumor ini disebut sebagai les hitam. Perintah
tersebut dikabarkan diambil oleh Jakarta berdasarkan kecurigaan dan laporan bahwa Aceh sedang
bersiap untuk sebuah pemberontakan guna memisahkan diri dari negara Indonesia.
 Wilayah pemberontakan : Aceh
 Akhir pemberontakan :
operasi militer dilakukan untuk menumpas pemberontakan DI/TII Aceh akan tetapi mengalami
kegagalan. Atas prakarsa kolonel M. Yasin, diadakan musyawarah kerukunan rakyat aceh yang
berlangsung pada 17-21 Desember 1962. Akhir pemberontakan DI/TII Aceh diselesaikan dengan cara
damai.

4. demokrasi Liberal / parlementer


 Pengertian

Secara konstitusional, ini bisa diartikan sebagai hak individu dari kekuasaan pemerintah. Di dalam
demokrasi liberal, keputusan-keputusan mayoritas diberlakukan pada sebagian besar bidang
kebijakan pemerintah yang tunduk terhadap pembatasan-pembatasan agar keputusan pemerintah
tidak melanggar kemerdekaan dan hak-hak individu seperti yang tercantum dalam konstitusi.

Demokrasi liberal pada pertama kali dikemukakan pada Abad Pencerahan oleh penggagas teori
kontrak sosial. Semasa Perang Dingin, istilah demokrasi liberal bertolak belakang dengan komunisme
Republik Rakyat. Pada zaman sekarang demokrasi konstitusional umumnya dibandingkan dengan
demokrasi langsung ataupun demokrasi partisipasi.

 Ciri ciri

1. Agama Adalah Urusan Masing-Masing

Di dalam negara yang menganut paham demokrasi liberal, agama ataupun kepercayaan adalah
urusan masing-masing pribadi di negara tersebut. Demokrasi liberal meyakini bahwa agama ataupun
kepercayaan seseorang yang mengatur hubungannya dengan Tuhan hingga hanya orang tersebutlah
yang berhak mengatur dan mengetahuinya. Berikut adalah keterangan dari ciri-ciri agama dari
urusan masing-masing, sebagai berikut:

 Jika pergi ke beberapa negara yang menganut demokrasi liberal pada sistem pemerintahan
maupun dalam kehidupan bermasyarakatnya, jangan sekali-kali menanyakan soal agama
terhadap orang yang tinggal di sana.
 Selain bisa dianggap menyinggung, bisa juga dipermasalahkan sebab mencampur urusan
pribadi orang lain.
 Jika di Indonesia kehidupan beragama diatur undang-undang, maka di negara yang
menganut paham demokrasi liberal, kehidupan beragama menjadi urusan masing-masing
individu.

2. Mengutamakan Kepentingan Pribadi

Negara yang menganut paham demokrasi liberal lebih cenderung mengutamakan kepentingan
pribadi terutama pada lingkungan masyarakatnya. Seperti yang diketahui, negara yang menganut
paham demokrasi liberal memilikk masyarakat yang sangat individualis dalam kehidupan sehari-
harinya.

 Pengutamaan kepentingan pribadi dalam negara yang menganut paham demokrasi memiliki
makna tertentu.
 Makna yang paling mudah bisa dipahami adalah pengutamaan kepentingan pribadi di atas
kepentingan yang lain.
 Oleh sebab itu, hak-hak yang bersifat personal lebih diutamakan dalam penegakkan hak
asasi manusia pada negara yang menganut paham demokrasi liberal

3. Mengutamakan Hak Asasi Yang Berkaitan Dengan Kebebasan


Negara yang menganut sistem demokrasi liberal mengutamakan hak asasi manusia yang berkaitan
dengan kebebasan individul. Perlu diketahui, liberal adalah suatu ideologi atau filsasat yang
mendasarkan suatu pemahaman yang menjunjung tinggi kebebasan.

4. Memiliki Dua Kelompok Masyarakat

Di negara yang menganut paham demokrasi , dalam kehidupan bermasyarakat ada dua kelompok
yang menentukan jalannya kebijakan negara. Dua kelompok masyarakat ini disebut kelompok
mayoritas dan kelompok minoritas. Kedua kelompok ini hidup dengan berdampingan pada negara
yang menganut paham demokrasi liberal .

5. Pembatasan Kebebasan Minoritas

Walaupun negara menganut paham demokrasi yang menjunjung hak-hak asasi yang berkaitan denga
kebebasan, kebebasan kelompok minoritas dibatasi. Namun pembatasan yang dilakukan bukan
kepada hak yang bersifat personal melainkan hak-hak yang berkaitan dengan kelompok seperti:

 Eksistensi kelompok minoritas


 Pengajuan bantuan hukum pada kelompok minoritas

6. Adanya Kekuatan Mayoritas

Seperti yang sudah dijelaskan dalam poin sebelumnya, kelompok mayoritas adalah kelompok yang
memiliki kekuatan baik di dalam pemerintahan serta di dalam masyarakat.

7. Keputusan di Ambil Berdasarkan Suara Terbanyak

Dalam menjalankan kehidupan demokrasi negara yang menganut paham demokrasi liberal,
keputusan terbanyak digunakan sebagai penentu ketika menentukan keputusan yang berkaitan
dengan kebijakan.

 Latar Belakang Demokrasi Liberal

Setelah dibubarkannya RIS, pada tahun 1950 RI Melaksanakan demokrasi parlementer yang Liberal
dengan mencontoh sistem parlementer dari barat, dan masa ini disebut Masa demokrasi Liberal.

Indonesia terbagi manjadi 10 Provinsi yang memiliki otonomi dan berdasarkan Undang – undang
Dasar Sementara tahun 1950 yang juga bernafaskan liberal. Akibat pelaksanaan konstitusi itu,
pemerintahan RI dijalankan pada suatu dewan menteri (kabinet) yang dipimpin seorang perdana
menteri dan bertanggung jawab kepada parlemen (DPR)

 Pengertian Demokrasi Liberal di Indonesia

Mekanisme pemerintahan tersebut mempunyai banyak jenis, namun hanya mempunyai dua bentuk
dasar yaitu langsung dan perwakilan. Pengertian demokrasi langsung yaitu ketika pengambilan
keputusan ataupun kebijakan langsung melibatkan rakyat. Ciri-cirinya tiap orang mewakili dirinya
sendiri guna memberikan pendapat atas kebijakan yang akan diambil.

Sedangkan untuk bentuk perwakilan, ciri-cirinya yaitu rakyat harus memilih perwakilannya di
parlemen untuk berpendapat dan menyampaikan keputusan. Dalam sejarah Indonesia, pernah ada
dua jenis, yaitu liberal seperti misalnya pada kabinet Natsir, Wilopo, sampai Djuanda, dan terpimpin
seperti pemerintahan setelah keluarnya dekrit presiden pada 5 Juli 1959.
Seperti sebelumnya, Indonesia pernah mengalami masa di mana pemerintahan berjalan pada sistem
demokrasi liberal. Sistem yang di Indonesia pernah dijalankan seperti masa kabinet Sukiman
tersebut mempunyai arti di mana setiap warga negara mempunyai kebebasan konstitusional dari
kekuasaan pemerintah. Ciri-cirinya yaitu keputusan dan kebijakan pemerintah sepenuhnya dibatasi
pada konstitusi yang berlaku pada sebuah negara. Pada mekanisme pemerintahan ini, keputusan
dan kebijakan haruslah tidak melanggar hak-hak individu dan kemerdekaan seperti yang diatur pada
konstitusi negara.

 Dasar hukum

Di indonesia demokrasi ini dilaksanakan setelah keluarnya Maklumat Pemerintah NO.14 Nov. 1945.
Menteri bertanggung jawab kepada parlemen.

5. sistem ekonomi / kebijakan ekonomi


 Ali – Baba

Pada masa pemerintahan kabinet Ali Sastroamidjojo I (Agustus 1954 - Agustus 1955), menteri
prekonomian Mr. Iskaq Cokrohadisuryo memperkenalkan sistem ekonomi baru yang dikenal dengan
sistem Ali-Baba. Artinya, bentuk kerjasama ekonomiantara pengusaha pribumi yang diidentikkan
dengan Ali dan penguaha Tionghoa yang diidentikkan dengan Baba.

Sistem ekonomi ini merupakan penggambaran ekonomi pribumi – China. Sistem Ali Baba
digambarkan dalam dua tokoh, yaitu: Ali sebagai pengusaha pribumi dan Baba digambarkan sebagai
pengusaha non pribumi yang diarahkan pada pengusaha China.

Dengan pelaksanaan kebijakan Ali-Baba, pengusaha pribumi diwajibkan untuk memberikan latihan-
latihan dan tanggung jawab kepada tenaga-tenaga bangsa Indonesia agar dapat menduduki jabatan-
jabatan staf. Pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional.
Pemerintah memberikan perlindungan agar mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing
yang ada. Program ini tidak dapat berjalan dengan baik sebab:
Pengusaha pribumi kurang pengalaman sehingga hanya dijadikan alat untuk mendapatkan bantuan
kredit dari pemerintah. Sedangkan pengusaha non pribumi lebih berpengalaman dalam memperoleh
bantuan kredit.
Tujuan Dan Hambatan
1.
2. Untuk memajukan pengusaha pribumi.
3. Agar para pengusaha pribumi bekerjasama memajukan ekonomi nasional.
4. Pertumbuhan dan perkembangan pengusaha swasta nasional pribumi dalam rangka merombak
ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional.
5. Memajukan ekonomi Indonesia perlu adanya kerjasama antara pengusaha pribumi dan non
pribumi.
Sistem ekonomi ini kemudian didukung dengan :

1. Pemerintah yang menyediakan lisensi kredit dan lisensi bagi usaha swasta nasional
2. Pemerintah memberikan perlindungan agar pengusaha nasional mampu bersaing dengan
pengusaha asing
Sistem ekonomi ini lebih menekankan pada kebijakan indonesianisasi yang mendorog tumbuh
berkembangnya pengusaha-pengusaha swasta nasional pribumi. Pelaksanaan sistem ekonomi Ali-
Baba tidak berjalan sebagaimana mestinya. Para pengusaha pribumi akhirnya hanya dijadikan
sebagai alat bagi para pengusaha Tionghoa untuk mendapatkan kredit dari pemerintah.

Memasuki zaman pemerintahan Demokrasi Terpimpin, berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah.
Namun, kondisi kehidupan rakyat tetap menderita. Kondisi buruk ini diperparah dengan tidak
berjalannya distribusi bahan makanan dari pusat produksi kedaerah konsumsi akibat
pemberontakan diberbagai daerah. Sementara itu, jumlah uang yang beredar semakin banyak
karena pemerintah terus mencetak uang tanpa kendali. Uang tersebut digunakan uang mebiayai
proyek-proyek mercusuar, seperti Games of the New Emerging forces (Ganefo) dan Conference of
the New Emerging Forces (Conefo). Akibatnya, Inflasi semakin tinggi dan mencapai hingga 300%.
Untuk mengatasi masalah itu, pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan dengan pemotongan nilai
mata uang. Misalnya, uang Rp.500,00 dihargai Rp.50,00 dan uang Rp.1000,00 dihargai Rp.100,00.
Tindakan pemerintah tersebut ternyata tidak menambah perbaikan kehidupan ekonomi rakyat.

Sistem Ali-Baba pada awalnya bertujuan untuk memberikan peluang kepada para pengusaha agar
bisa memajukan perekonomian indonesia waktu itu dengan cara pemberian dana segar pada
pengusaha tersebut. sistem ini mengalami kegagalan karena:
1. Kredit yang digunakan ternyata tidak digunakan secara benar oleh para pengusaha pribumi
(indonesia) dalam rangka mencari keuntungan tetapi malah dipindahkan kepada pengusaha
tionghoa secara sepihak.
2. Kredit yang diberikan pada awalnya dimaksudkan untujk mendorong kegiatan produksi tapi
malah diselewengkan untuk kegiatan konsumsi
3. Kegagalan pengusaha pribumi dalam memanfaatkan kredit secara maksimal sehingga kurang
berdampak positif terhadap perekonomian indonesia waktu itu.
Alasan kegagalan Kabinet Ali
1. Jatuh disebabkan adanya persoalan dalam TNI-AD, yakni soal pimpinan TNI-AD menolak
pimpinan baru yang diangkat oleh Menteri Pertahanan tanpa menghiraukan norma-norma yang
berlaku dalam lingkungan TNI-AD.
2. Persaingan ideologi juga tampak dalam tubuh konstituante.Pada saat itu negara dalam keadaan
kacau disebabkan oleh pergolakan di daerah.
3. Persaingan antara kelompok agama dan nasionalis yang berlangsung sampai awal tahun 1960-
an mengakibatkan keadaan politik nasional tidak stabil.Hal tersebut sangat mengganggu
jalannya pemerintahan baik di tingkat pusat maupun daerah.
4. Ingin menyatukan pengusaha pribmi & tionghoa,tapi gagal karena pengusaha pribumi lebih
konsumftif dibandingkan dengan pengusaha tionghoa yang menghasilkan.Menjadi ladang
korupsi dan kolusi
5. Orang-orang pribumi yang terlatih dan berpengalaman terlalu sedikit
6. Kaum pribumi tidak memiliki modal kuat dan nyaris tidak mungkin untuk bersaing

 Gunting Syafrudin
Kebijakan gunting Syafruddin adalah kebijakan mengurangi besarnya tanggungan utang luar negeri
dan menyeimbangkan jumlah uang beredar dengan barang yang beredar sehingga mengurangi
tingginya angka inflasi.

Pembahasan:
Kebijakan gunting Syafruddin ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada masa Kabinet Hatta II,
yakni Syafruddin Prawiranegara melalui Surat Keputusan Keuangan Republik Indonesia
Serikat Nomor PU I pada tanggal 19 Maret tahun 1950. Kebijakan ini dikeluarkan
tanpa merugikan rakyat kelas bawah karena uang pecahan 5 gulden keatas biasanya
hanya dimiliki oleh orang – orang dari kelas menengah ke atas.
Kebijakan gunting Syafruddin dilakukan dengan memotong uang pecahan 5 gulden keatas
menjadi dua bagian. Guntingan kiri tetap dipegang masyarakat pemilik uangnya
dimana nilainya hanya tinggal setengah dari nilai uang sebelumnya dan masih
berguna untuk digunakan sebagai alat pembayaran yang sah. Sementara guntigan sebelah kanan
diberikan kepada negara untuk ditukarkan sebagai obligasi dengan nilai uang setengah
dari nilai awal dan akan dibayarkan kembali kepada pemiliknya dengan bungan
tiga persen pertahun setelah tiga puluh tahun kemudian.

Kebijakan gunting Syafruddin ini kemudian berhasil membuat harga barang menjadi stabil,
menguatkan nilai tukar rupiah serta berhasil meningkatkan pemasukan pemerintah
Republik Indonesia.
Syafruddin Prawiranegara lahir di Serang, Banten pada tanggal 28 Februari tahun 1911 dan
meninggal dunia pada tanggal 15 Februari tahun 1989. Selain sebagai Menteri
Keuangan, Syafruddin Prawiranegara juga pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri
Indonesia, serta sebagai Ketua Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).
Ia menjabat ketua PDRI setelah Soekarno dan Hatta ditangkap Belanda pada Agresi
Militer Belanda ke-II.

 Plan Kasimo

Usaha untuk menyelesaikan masalah ekonomi secara konseptual, praktis, dan realistis. Salah satu
gagasan itu muncul dari I.J Kasimo yang pada waktu itu sebagi menteri persediaan makanan rakyat.
Gagasan dari I.J Kasimo dituangkan dalam rencana produksi lima tahun yang dikenal dengan sebutan
Plan Kasimo.

isi dari Kasimo Plan :

a. Menanami tanah kosong (tidak terurus) di Sumatera Timur seluas 281.277 HA

b. Melakukan intensifikasi di Jawa dengan memperbanyak penanaman bibit unggul

c. Pencegahan penyembelihan hewan-hewan yang berperan penting bagi produksi pangan.

d. Di setiap desa dibentuk kebun-kebun bibit

e. Transmigrasi bagi 20 juta penduduk Pulau Jawa dipindahkan ke Sumatera dalam jangka waktu 10-
15 tahun

 Nasionalisasi de Javsche Bank

De Javasche Bank merupakan bank dari Jawa yang pernah mendunia. Meski bank ini didirikan oleh
Pemerintah Belanda, namun hampir semua asetnya adalah harta-harta yang ada dikeruk dari
Indonesia. De Javasche Bank adalah sebutan untuk Bank Indonesia pada masa pendudukan Hindia
Belanda. Negara Belanda yang telah menduduki dan mengusai Indonesia, lama-kelamaan
membutuhkan adanya sebuah lembaga keuangan yang mengatur keuangan mereka. Mereka
berupaya untuk mengatur dan mengolah uang-uang yang dihasilkan di Hindia Belanda dengan baik
agar seluruh proses sirkulasi tidak terhambat.

Sebelum terbentuknya Bank di Hindia Belanda, keuangan masih diatur secara manual sehingga
banyak sekali terjadi kesalahan dan kekurangan. Selain itu, De Javasche Bank sendiri bertugas untuk
mencetak dan mengedarkan uang.
Akhirnya pada abad ke 19, Belanda membangun sebuah perusahaan perbankan yang mengatur
semua aktivitas keuangan. Mereka telah mendirikan banyak cabang di Indonesia, Amsrterdam
hingga New York hingga aset terbesarnya di sana.

Sejarah Berdirinya De Javasche Bank


Pada tahun 1828 De Javasche Bank didirikan atas perintah Raja Willem I.
Awal mulanya Bank ini berbentuk Nammloze Vennotschap atau
perseroan terbatas. Dengan seiringnya waktu, hingga akhirnya
mendapatkan nasionalisasi dan berbentuk Bank Sirkulasi atau Octrooi.

Pada tahun 1922, De Javasche Bank telah mengalami berbagai


perkembangan, baik dari segi usaha maupun jaringan kantornya serta
mengalami perubahan pada beberapa hukumnya. Pada oktroi ke-8,
garis besar fungsi dan tugas De Javasche Bank berdasarkan Bankwet
1922, antara lain:

1. Menerbitkan uang kertas.


2. Memperdagangkan emas perak (logam mulia) dan alat-alat pembayaran luar negeri.
3. Menyalurkan kredit kepada perusahaan dan perseorangan.
4. Meminjamkan uang muka kepada perusahaan-perusahaan dengan jaminan surat-surat
berharga atau barang dagangan.
5. Berperan sebagai kasir pemerintah dan memberikan uang muka jangka pendek kepada
Pemerintah Hindia Belanda sampai sejumlah 6 juta gulden tanpa bunga.
6. Melaksanakan kliring antarbank.
Kantor pertama De Javasche Bank terletak di Ibu Kota
Jakarta dan kala itu masih bernama Batavia. Setahun
berikutnya Bank yang didirikan Kerajaan Belanda ini
berkembang dan membuka cabang di Kota besar Jawa
lainnya seperti Semarang, Bandung, Surabaya, Cirebon
dan Yogyakarta.

Hingga akhirnya dari dua kota itu, Belanda terus


mengembangkan bank ini untuk masuk di berbagai daerah
seluruh Indonesia yakni Pulau Sumatra, Pulau Kalimantan,
Pulau Sulawesi.

Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia


Setelah kemerdekaan Indonesia diakui oleh dunia secara de jure, status De Javasche Bank belum
berubah. Perubahan yang terjadi pada konstitusi tidak banyak
berpengaruh pada bidang keuangan, karena pasal-pasal yang terkait
bidang keuangan dan status kepemilikan bank sirkulasi sama sepertu
pasal yang tercantum pada konstitusi RIS.

Demikian juga yang terjadi dengan personalia kepemimpinannya,


hampir seluruhnya dijabat oleh orang Belanda. Hal ini membuat, segala
hal yang dilakukan Pemerintah Indonesia terhadap De Javazche Bank
yang menyangkut perekonomian harus dikonsultasikan terlebih dahulu
dengan Belanda.
Hal tersebut sangat menghambat pemerintah Indonesia dalam menjalankan setiap kebijakan
moneter dan ekonomi yang dikendakinya. Pada tahun 1951, bank yang didirikan oleh Kerajaan
Belanda ini mulai dinasionalisasi. Pemerintah Indonesia juga bersedia membayar semua saham yang
ada hingga 120% dari harga normal.

4. Kabinet dimasa demokrasi Liberal


Kabinet Natsir (6 September 1950 – 21 Maret 1951)

Kabinet Natsir ini merupakan kabinet koalisi yang berisikan Partai


Masyumi dan Perdana Menteri Muhammad Natsir. Tokoh yang terloibat
dalam kabinet ini yaitu Sultan Hamengkubuwono IX, Mr. Asaat, Ir. Djuanda,
dan Prof. Sumitro Joyohadikusumo.
Sistem Kerja

Dalam kabinet ini memiliki beberapa sistem kerja, yaitu :

1. Upaya meningkatkan keamanan dan ketertiban


2. Memperkuat konsolidasi dan penyempurnaan pemerintah
3. Penyempurnaan angkatan perang
4. Mengembangkan dan memperkuat perekonomian rakyat
5. Upaya memperjuangkan penyelesaian Irian Barat
Keberhasilan

Keberhasilan yang dicapai oleh kabinet Natsir adalah peningkatan atau


kesejahteraan perekonomian rakyat. Pada tanggal 21 Maret 1951 kabinet
Natsir mengalami kegagalan yang disebabkan oleh masalah pembentukan
DPRD yang dianggap menguntungkan pembentukan Masyumi dan
merugikan golongan lainnya.

Kabinet Wilopo ( 3 April 1952 – 3 Juni 1953 )

Kabinet Wilopo atau biasa disebut juga dengan Zaken Kabinet yang dipimpin
langsung oleh Mr. Wilopo. Kabinet ini merupakan koalisi antara PNI,
Masyumi dan PSI.
Program Kerja

Berikut ini beberapa program kerja yang dimiliki kabinet Wilopo, yaitu :

1. Melaksanakan pemilihan umum


2. Meningkatkan kemakmuran rakyat
3. Upaya menciptakan keamanan dalam negeri
4. Upaya memperjuangkan Irian Barat
5. Melaksanakan politik luar negeri bebas aktif
Kegagalan

Adapun beberapa kegagalan yang dialami kabinet Wilopo, yaitu :

1. Peristiwa pada tanggal 17 Oktober 1952 yang disebabkan oleh


masalah ekonomi, reorganisasi atau profesionalisasi tentara, dan
adanya campur tangan parlemen atas permasalahan militer
2. Adanya kondisi krisis ekonomi sehingga menyebabkan jatuhnya harga
barang ekspor Indonesia
3. Peristiwa Tanjung Morawa, yaitu peristiwa dimana rakyat protes
kepada pemerintah yang telah mengerjakan lahan perkebunan
kepada para investor asing dengan alasan untuk meningkatkanhasil
devisa negara

Kabinet Ali Sastroamidjojo I ( 31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955 )

Kabinet Ali Satroamidjojo I ini dipimpin oleh Mr. Ali Sastroamidjojo. Kabinet
ini juga merupakan koalisi antara PNI dan NU. Sedangkan Masyumi menjadi
oposisi (partai penentang).
Program Kerja

Dalam kabinet ini juga mempunyai beberapa program kabinet, yaitu :

1. Pelaksana pemilu
2. Usaha pembebasan Irian Barat secepatnya
3. Upaya pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif dan melakukan
peninjauan kembali persetujuan KMB
4. Penyelesaian pertikaian politik
Prestasi

Prestasi yang dapat diraih oleh kabinet ini adalah dapat menyelenggarakan
KAA (Konferensi Asia Afrika).
Penyebab Jatuh

Penyebab jatuhnya kabinet Ali I adalah adanya masalah pergantian KSAD


(Kepala Staf Angkatan Darat) yaitu Jenderal Nasution mengundurkan diri
dari KSAD.

Kabinet Ali Sastroamidjojo II ( 12 Maret 1956 – 14 Maret 1957 )

Kabinet Ali II merupakan koalisi antara PNI, Masyumi dan NU.


Program Kerja

Kabinet ini memiliki program kerja sebagai berikut :

1. Pembatalan KMB
2. Upaya perjuangan mengembalikan Irian Barat ke Pangkuan Republik
Indonesia
3. Melaksanakan keputusan KAA ( Konferensi Asia Afrika )
4. Upaya pemulihan keamanan
5. Usaha dalam memperbaiki nasib kaum buruh dan pegawai
Penyebab Jatuhnya

Beberapa penyebab jatuhnya Kabinet Ali II yaitu :

1. Adanya pemberontakan antara PRRI-Permesta


2. Terjadi perpecahan dalam kabinet antara PNI dan Masyumi
3. Adanya konflik dalam badan konstituante

Kabinet Juanda ( 9 April 1957 – 5 Juli 1959 )

Kabinet Juanda atau biasa disebut dengan Kabinet Karya. Dapat dilihat dari
anggota kabinet yang berasal dari para ahli dalam bidangnya, kabinet ini
disebut juga Zaken Kabinet.
Program Kerja

Berikut ini beberapa program kerja kabinet Juanda, yaitu :

1. Membentuk Dewan Nasional


2. Upaya normalisasi keadaan negara
3. Pembatalan KMB
4. Perjuangan Irian Barat
5. Upaya mempercepat pembangunan
Prestasi

Hasil atau prestasi yang telah didapat oleh Kabinet Juanda, yaitu :

1. Dapat mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui


deklarasi Juanda.
2. Terbentuknya Dewan Nasional sebagai badan yang bertujuan untuk
menampung dan menyalurkan pertumbuhan kekuatan masyarakat
dan diketuai oleh presiden.
3. Diadakannya Musyawarah Nasional Pembangunan yang bertujuan
untuk mengatasi masalah krisis dalam negeri.
Kegagalan

Sedangkan kegagalan Kabinet Juanda ini disebabkan oleh adanya Peristiwa


Cikini yaitu peristiwa percobaan pembunuhan atas diri Presiden Soekarno.

Dekret Presiden 5 Juli 1959


Dekret Presiden 5 Juli 1959 adalah dekret yang dikeluarkan oleh Presiden Indonesia yang
pertama, Soekarno pada 5 Juli 1959. Isi dekret ini adalah pembubaran Badan Konstituante hasil Pemilu
1955 dan penggantian undang-undang dasar dari UUD Sementara 1950 ke UUD '45.

Latar belakang
Dekret Presiden 1959 dilatarbelakangi oleh kegagalan Badan Konstituante untuk menetapkan UUD baru
sebagai pengganti UUDS 1950. Anggota Konstituante mulai bersidang pada 10 November 1956, tetapi
pada kenyataannya hingga tahun 1958 belum berhasil merumuskan UUD yang diharapkan. Sementara, di
kalangan masyarakat pendapat-pendapat untuk kembali kepada UUD '45 semakin kuat. Dalam
menanggapi hal itu, Presiden Ir. Soekarno lantas menyampaikan amanat di depan
sidang Konstituante pada 22 April 1959 yang isinya menganjurkan untuk kembali ke UUD '45.
Pada 30 Mei 1959 Konstituante melaksanakan pemungutan suara. Hasilnya 269 suara menyetujui UUD
1945 dan 199 suara tidak setuju. Meskipun yang menyatakan setuju lebih banyak, pemungutan suara ini
harus diulang karena jumlah suara tidak memenuhi kuorum. Kuorum adalah jumlah minimum anggota
yang harus hadir di rapat, majelis, dan sebagainya (biasanya lebih dari separuh jumlah anggota) agar
dapat mengesahkan suatu putusan. Pemungutan suara kembali dilakukan pada tanggal 1 dan 2 Juni 1959.
Dari pemungutan suara ini Konstituante juga gagal mencapai kuorum. Untuk meredam kemacetan, pada
tanggal 3 Juni 1959 Konstituante mengadakan reses (masa perhentian sidang parlemen; masa istirahat
dari kegiatan bersidang) yang kemudian ternyata untuk selama-lamanya. Untuk mencegah terjadinya hal-
hal yang tidak diinginkan, maka Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Letnan Jenderal A.H. Nasution atas
nama Pemerintah/Penguasa Perang Pusat (Peperpu), mengeluarkan peraturan No.Prt/Peperpu/040/1959
yang berisi larangan melakukan kegiatan-kegiatan politik. Pada tanggal 16 Juni 1959, Ketua Umum
PNI Suwirjo mengirimkan surat kepada Presiden agar mendekritkan berlakunya kembali UUD 1945 dan
membubarkan Konstituante.
Pemilihan umum legislatif Indonesia 1955
Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian

Poster kampanye pada Pemilu 1955

Pemilihan Umum Indonesia 1955 adalah pemilihan umum pertama di Indonesia yang diadakan pada
tahun 1955. Pemilu ini sering dikatakan sebagai pemilu Indonesia paling demokratis. Pemilu
tahun 1955 ini dilaksanakan saat keamanan negara masih kurang kondusif; beberapa daerah dirundung
kekacauan oleh DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) khususnya pimpinan Kartosoewirjo. Dalam
keadaan seperti ini, anggota angkatan bersenjata dan polisi juga memilih. Mereka yang bertugas di
daerah rawan digilir datang ke tempat pemilihan. Pemilu akhirnya pun berlangsung aman. Pemilu ini
bertujuan memilih anggota-anggota DPR dan Konstituante.
Jumlah kursi DPR yang diperebutkan berjumlah 260, sedangkan kursi Konstituante berjumlah 520 (dua
kali lipat kursi DPR) ditambah 14 wakil golongan minoritas yang diangkat pemerintah. Pemilu ini
dipersiapkan di bawah pemerintahan Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo. Namun, Ali Sastroamidjojo
mengundurkan diri dan pada saat pemungutan suara, dan kepala pemerintahan telah dipegang oleh
Perdana Menteri Burhanuddin Harahap.

Tahapan
Pemilu 1955 dibagi menjadi dua tahap, yaitu:

 Tahap pertama adalah pemilu untuk memilih anggota DPR. Tahap ini diselenggarakan pada
tanggal 29 September 1955, diikuti oleh 29 partai politik dan individu.
 Tahap kedua adalah pemilu untuk memilih anggota konstituante. Tahap ini diselenggarakan pada
tanggal 15 Desember 1955.

Dekret Presiden[
Pemilu 1955 tidak dilanjutkan sesuai jadwal pada lima tahun berikutnya, 1960. Hal ini dikarenakan pada 5
Juli 1959, dikeluarkan Dekret Presiden yang membubarkan Konstituante dan pernyataan kembali ke UUD
1945. Kemudian pada 4 Juni 1960, Soekarno membubarkan DPR hasil Pemilu 1955, setelah sebelumnya
dewan legislatif itu menolak RAPBN yang diajukan pemerintah. Presiden Soekarno secara sepihak melalui
Dekret 5 Juli 1959 membentuk DPR-Gotong Royong (DPR-GR) dan MPR Sementara (MPRS) yang semua
anggotanya diangkat presiden.

Anda mungkin juga menyukai