1. Masalah KKN
Seperti yang kita tahu Indonesia merupakan salah satu negara yang tidak bisa bersih dari kolusi, korupsi, dan
nepotisme begitu saja. Beberapa tahun terakhir ini banyak sekali pejabat negara yang menyalahgunakan
kekuasaan mereka dan menggunakan jabatan mereka untuk mendapatkan uang negara untuk kepentingan
mereka sendiri, padahal sudah jelas jika uang itu adalah miliki Warga Negara Indonesia yang harusnya
digunakan untuk kepentingan bersama negara Indonesia. Masalah KKN yang merajalela di berbagai daerah ini
menjadi salah satu masalah ancamana dari dalam negeri, KKN ini sangatlah merugikan negara dan bangsa
karena korupsi dan lain-lainnya itu bisa mengancam pembangunan negara. Penyebab Korupsi dan Cara
Mengatasinya harus kita ketahui juga.
Tidak hanya KKN saja, ancaman terhadap NKRI bisa terjadi juga akibat adanya ketidaksejahteraan di dalam
masyarakatnya. Salah satu ancaman yang mungkin bisa membuat Negara Indonesia terancam adalah
kesenjangan ekonomi masayarakat Indonesia. Hal ini biasanya bisa terjadi karena adanya pemerataan
pendapatan yang tidak adil antar kelompok maupun daerah.
3. Kasus narkoba
Yang menjadi genting pada saat ini adalah kasus narkoba yang merajalela dan sangat sulit untuk diberantas.
Kasus narkoba di Indonesia sendiri sudah sangat merajalela dan mengenai berbagai macam usia dan kalangan,
mulai dari anak remaja hingga orang tua. Mulai dari pelajar hingga orang terkemuka bahkan ada aparat yang
kedapatan menggunakan narkoba. Narkoba sendiri bisa menjadi ancaman untuk NKRI, karena adanya narkoba
ini bisa mengahmbat perkembangan generasi penerus bangsa. Padahal narkoba itu memiliki Bahaya Narkoba
Bagi Generasi Muda.
Seperti yang sudah kita semua ketahui, Pancasila merupakan ideologi Bangsa Indonesia. Pancasila sejak lama
dijadikan sebagai ideologi negara NKRI karena di dalam kelima sila itu, mengandung semua cita-cita Bangsa
Indonesia dan juga sudah cocok dengan karakter kepribadian bangsa kita. Salah satu yang menjadi ancaman
dari dalam negeri adalah adanya upaya penggantian ideologi Pancasila dengan ideologi lainnya yang mungkin
sangat ekstrim dan tidak cocok dengan kepribadian Indonesia. Upaya penggantian ideologi Pancasila yang
ingin dilakukan oleh beberapa pihak ini bisa saja memecah belah bangsa dan menimbulkan berbagai macam
kontroversi. Untuk lebih mengerti lagi mengenai Pancasila maka kita harus tahu tentang Pancasila Sebagai
Ideologi Nasional.
Ancaman untuk NKRI yang kelima adalah percobaan penggulingan pemerintah dan juga makar. Percobaan
penggulingan pemerintah di Indonesia bisa menjadi salah satu ancaman yang berasal dari dalam negeri karena
bisa menimbulkan kerusuhan dan ancaman lainnya. Selain itu segala perbuatan makar yang dilakukan di dalam
dunia politik dan juga lainnya juga bisa mempengaruhi kestablian Indonesia.
6. Isu SARA
Masalah lainnya yang bisa membuat ancaman dari dalam negeri adalah adanya Isu SARA. Di Indonesia sendiri
agama yang ada bermacam-macam dan tidak hanya satu saja, berbagai suku budaya juga ada di Indonesia.
Namun yang sangat disayangkan adalah ada beberapa kelompok masyarakat tertentu yang
mempermasalahkan adanya keanekaragaman di Indonesia dan kurang ada rasa toleransi dari mereka sehingga
terkadang beberapa ras dan juga agama yang menjadi minoritas pun dikucilkan. Isu SARA ini tidak bisa
disepelekan begitu saja karena walaupun sekecil apapun tindakannya bisa memecah keanekaragaman bangsa
Indonesia dan juga bisa membuat kondisi Negara Indonesia menjadi tidak kondusif. Isu SARA yang ada di
tengah masyarakat sampai sekarang ini bisa menjadi salah satu ancaman NKRI yang membahayakan bagi
warga Indonesia.
7. Pemberontakan
Yang ketujuh yang bisa menjadi ancaman dari dalam negeri adalah pemberontakan. Pemberontakan ini bisa
terjadi di berbagai daerah yang ada di dalam Indonesia yang bisa menuntut beberapa hal yang mereka
inginkan. Jika tidak segera diatasi degan baik, pemberontakan ini bisa mengancam Indonesia. Pemberontakan
yang terjadi karena berbagai macam sebab ini bisa menyebabkan negara Indonesia jadi terpecah belah. Oleh
karena itu sebagai warga Indonesia sebaiknya jangan sampai ikut serta dalam pemberontakan.
8. Persoalan daerah
Persoalan kedelapan yang bisa memecah belah bangsa Indonesia adalah persoalan daerah. Persoalan ini bisa
saja muncul dari pemikiran untuk memperluas daerah otonomi khusus dengan alasan yang khusus juga. Selain
itu juga bisa akibat persoalan karena ingin melepaskan diri dari Indonesia dan ingin merdeka sendiri. Persoalan
semacam itu bisa membuat ancaman bagi pemerintah dan Indonesia. Tidak hanya itu, persoalan akibat
perbatasan juga bisa menjadi ancaman baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Bidang politik di Indonesia yang dilakukan secara demokratis dengan harapan cita-cita bangsa Indonesia bisa
tercapai dan setiap individunya mencapai kesejahteraan. Ancaman dari bidang politik ini tidak hanya datang
dari luar, bahkan juga bisa datang dari dalam negeri sendiri. Salah satu contoh dari ancaman bidang politik
yang ada di dalam negeri ini adalah misalnya bentrok atau demo besar-besaran yang tidak menerima
kemenangan suatu partai atau pejabat terpilih dalam pemilihan. Hal seperti ini bisa menjadi salah satu
ancaman pada bidang politik karena secara langsung dan tidak langsung bisa mempengaruhi kondisi bangsa
Indonesia seperti misalnya ekonomi dan kesejahteraan.
Contoh ancaman terhadap NKRI yang berasal dari luar negeri yang pertama adalah ancaman sosial budaya.
Ancaman sosial budaya yang datang dari luar negeri adalah misalnya saja ancaman dari propaganda,
peredaran narkoba, film prno, disinformasi yang bisa mengancurkan moral dan bangsa Indonesia. Hal ini
sangatlah berbahaya karena bisa mengancam para generasi muda Indonesia dan menghambat perkembangan
bangsa Indonesia.
2. Ancaman pertahanan
Ancaman kedua yang bisa membahayakan NKRI adalah ancaman dari luar negeri yaitu ancaman dari bidang
pertahanan dan juga keamanan. Ancaman itu antara lain pelanggaran wilayah misalnya dari kapal, selain itu
juga bisa pelanggaran wilayah pesawat militer dari negara lain, kejahatan internasional, dan juga masalah
terorisme yang mengkhawatirkan NKRI. Permasalahan seperti ini tidak bisa dianggap sepele karena bisa
mempengaruhi keamanan NKRI. Ancaman pertahanan seperti itu harus diatasi dengan meningkatkan
pertahanan militer Indonesia dan tentunya juga peran serta masyarakat Indonesia dalam menjaga keutuhan
NKRI. Dasar Hukum Bela Negara harus kita pahami sehingga kita bisa membela Indonesia ditengah ancaman.
Seperti yang semua kita ketahui jika Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan, Indonesia terdiri dari
berbagai macam suku dan budaya yang membuat Indonesia menjadi kaya akan budaya. Karena budaya yang
unik dan mungkin tidak bisa ditemukan di bagian negara lainnya. Karena unik dan khas, tak jarang ada negara
lain yang mengakui kebudayaan Indonesia sebagai kebudayaannya. Seperti yang sudah kita ketahui jika
beberapa kebudayaan seperti batik, reog ponorogo, dan lainnya itu pernah diklaim sebagai miliki negara
tetangga. Oleh karena itu sebagai Warga Negara Indonesia yang baik maka kita harus menjaga kebudayaan
Indonesia dan juga melestarikannya sehingga tidak ada negara lain yang merebut budaya asli Indonesia.
Budaya luar memang boleh kita pelajari, namun kita tetap tidak boleh melupakan kebudayaan negara kita.
Ancaman yang keempat adalah bidang politik, ancaman dari luar negeri juga bisa datang dari bidang politik ya.
Biasanya negara lain akan ikut campur dalam urusan dalam negeri Bangsa Indonesia seperti misalnya urusan
hak asasi manusia, pemilihan umum, dan juga hukum. Sistem politik yang ada di Indonesia ini akan
mengutamakan kepentiangan setiap individu dan berjalan sesuai dengan pancasila yang ada. Bidang politik
dilakukan secara demokrasi dan ancaman pada bidang politik dari negara lain ini bisa saja memecah belah
Indonesia.
Itu dia beberapa contoh ancaman terhadap NKRI baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Ancaman
bisa datang dari dalam negeri dan juga luar negeri, ancaman juga bisa datang dari berbagai aspek kehidupan
dan bisa membahayakan bangsa Indonesia. Oleh karena itu sebagai WNI yang baik maka kita juga harus
memperhatikan hal-hal yang kiranya bisa mengancam keamanan NKRI. Sudah selayaknya sebagai WNI kita
memperhatikan hal-hal semacam itu dan supaya tidak menjadi profokator penyulut masyarakat lainnya yang
bisa menjadi penyebab dari kekacauan yang menyebabkan perpecahan bangsa Indonesia. Baca juga
mengenai Landasan Hukum Demokrasi Pancasila. Jika merasa artikel ini bermanfaat maka share ke sesama,
semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua!
B. Ancaman non militer (bentuk ancaman terhadap negara yang bersifat non tradisional)
Pengertian dari ancaman non militer adalah suatu ancaman yang tidak menggunakan kekuatan
senjata, namun jika dibiarkan akan membahayakan kedaulatan dan keutuhan wilayah suatu negara,
selain itu juga dapat membahayakan keselamatan segenap bangsa.
Komponen utama untuk menghadapi ancaman non militer ini adalah lembaga pemerintah di luar
bidang pertahanan sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi, dengan di dukung oleh
unsur-unsur lain dari kekuatan bangsa. Contoh lembaga pemerintah yang menghadapi ancaman non
militer yaitu : Polisi, KPK, DPR, Satpol PP dan lain sebagainya.
Dan berikut ini beberapa contoh ancaman yang berbentuk non militer :
1. Perdagangan dan penyalahgunaan Narkoba (Narkotika dan obat-obatan terlarang)
2. Kegiatan imigrasi gelap/ilegal
3. Penangkapan ikan di laut secara ilegar
4. Banyaknya tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)
5. Berbagai penyelundupan, baik ke dalam maupun ke luar negeri
6. Kemiskinan, kebodohan dan lain sebagainya.
Selain beberapa contoh ancaman militer dan ancaman non militer tersebut, ada beberapa contoh
ancaman dan gangguan terhadap pertahanan NKRI di masa yang akan datang, yaitu :
1. Terorisme internasional yang memiliki jaringan lintas negara
2. Gerakan separatis yang berusaha memisahkan diri dari NKRI
3. Konfik horisontal antar suku, agama, ras, dan antar golongan (sara)
4. Kejahatan lintas negara, misalnya penyelundupan barang, perdagangan manusia, narkoba,
dsb,
5. Tindakan yang merusakan lingkungan hidup, seperti pembakaran hutan, pembuangan
limbah industri ke sungai dan lain sebagainya.
6. Aksi unjuk rasa atau demonstrasi yang anarkhis, arogan, dan radikal atau amuk masa
7. Wabah penyakit menular yang cepat dan meluas
8. Dan lain-lain
3. GERAKAN SEPARATISME
DII/TII JAWA BARAT
Pemberontakan DI/TII secara umum disebabkan karena kekecewaan atas kebijakan Presiden
Soekarno yang dianggap terlalu lunak terhadap pihak Belanda.Seperti yang kita ketahui, setelah
proklamasi kemerdekaan pihak Belanda berusaha untuk datang kembali ke Indonesia. Berbagai
masalah muncul akibat kedatangan Belanda yang kemudian menimbulkan peperangan yang
merugikan, seperti Agresi Militer Belanda 1 dan 2. Kebijakan pemerintah Indonesia untuk mengatasi
permasalahan tersebut melalui perjanjian damai salah satunya perjanjian Renville dianggap sangat
fatal.Pada awalnya milisi DI/TII ikut terlibat langsung dalam revolusi fisik pasca proklamasi
kemerdekaan tahun 1945. Namun pada perkembangan selanjutnya Darul Islam berbelok arah untuk
menentang pemerintahan Republik Indonesia, hal ini disebabkan karena kebijakan Soekarno yang
terlalu lunak.
Proklamasi
Dalam proklamasi Negara Islam Indonesia disebut dengan jelas bahwa Republik Indonesia sudah
selesai riwayatnya. Entah setelah Roem Royen (1949) atau Renville (1948). Dalam kalimat pembuka
maklumat pemerintah NII no II/7 menyebut, “syahdan, maka perjuangan kemerdekaan nasional,
yang dimulai dengan Proklamasi berdirinya Republik Indonesia 17 Agustus 1945, sudahlah
mengakhiri riwayatnya.”
Penandatanganan Renville, yang merugikan Indonesia dan menguntungkan Belanda, karena Jawa
Barat juga harus dikosongkan, membuat kaum Republiken pengikut Sukarno dianggap gagal
memerdekakan Indonesia.
Lebih lanjut, maklumat NII itu menyebut: “setinggi-tinggi bangau terbang, kembali ke kubangan juga.
Maka Republik jatuh pula kepada tingkatan sebelum proklamasi; kembali kepada pokok pangkal
pertama, di tangan musuh, di tangan Belanda penjajah.”
“Alhamdulillah, pada saat kosong (vacuum), saat dimana tiada kekuasaan, dan pemerintahan yang
bertanggungjawab (gezag en regeringsvacuum), maka pada saat yang kritis (membahayakan) dan
psychologisch yang lemah itulah Umat Islam Bangsa Indonesia memberanikan diri menyatakan sikap
dan pendiriannya yang jelas-tegas kepada seluruh dunia: Proklamasi berdirinya Negara Islam
Indonesia, 7 Agustus 1949,” tulis Maklumat itu.
Naskah prokamasi NII dimulai dengan kalimat “Bismillahirrahmanirrahim Asyhadu alla ilaha illallah
wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah” dan selanjutnya adalah “Kami Umat Islam Bangsa
Indonesia Menyatakan berdirinya Negara Islam Indonesia. Maka hukum yang berlaku atas Negara
Islam Indonesia itu ialah: Hukum Islam.”
Dan takbir pun jadi penutupnya. Nama tempat ditulis Madinah, dengan tanda tangan Kartosoewirjo
sebagai Imam NII.
Wilayah pemberontakan
Akhir pemberontakan
Pasukan TNI yang berdiri dari kesatuan Divisi Siliwangi melalui operasi militer Pagar Betis dan
Bratayudha berhasil menangkap Kartosuwiryo pada tanggal 4 Juni 1962 dan berhasil menghancurkan
gerakan DI/TII di Jawa Barat.
DI/TII JAWA TENGAH
Latar belakang di tii di jawa tengah disebabkan oleh terjadinya pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah
sesudah masa kesaksian kedaulatan. Pemberontakan terjadi di tempat yang terpisah, tetapi saling
berhubungan. Oleh Kartosuwiryo, Amir Fatah diangkat menjadi komandan pertempuran di Jawa Tengah.
Untuk menanggulangi pemberontakan yang diperbuat oleh Amir Fatah, maka pemerintah Indonesia
menyuruh Divisi Diponegoro membentuk pasukan khusus yang bernama Banteng Raiders.
DI/TII ACEH
Alasan pertama yang menjadi latar dari gerakan DI/TII Aceh adalah kekecewaan para tokoh pimpinan
masyarakat di Aceh atas dileburnya provinsi Aceh ke dalam provinsi Sumatra Utara yang beribu kota
di Medan. Peleburan provinsi itu seakan mengabaikan jasa baik masyarakat Aceh ketika perjuangan
mempertahankan kedaulatan Negara Republik Indonesia dimasa revolusi fisik kemerdekaan Indonesia
(1945-1950).
Kekhawatiran kembalinya kekuasaan para ulee balang yang sejak lama telah menjadi pemimpin formal
pada lingkup adat dan politik di Aceh[1][2]. Keinginan dari masyarakat Aceh untuk menetapkan hukum
syariah dalam kehidupan mereka.[3]
Sejarawan berkebangsaan Belanda, Cornelis Van Dijk, menyebutkan, kekecewaan Daud Beureueh
terhadap Jakarta semakin berat dengan beredarnya rumor tentang sebuah dokumen rahasia dari Jakarta.
Dokumen itu disebut-sebut dikirim oleh Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo yang isinya berupa perintah
pembunuhan terhadap 300 tokoh masyarakat Aceh. Rumor ini disebut sebagai les hitam. Perintah
tersebut dikabarkan diambil oleh Jakarta berdasarkan kecurigaan dan laporan bahwa Aceh sedang
bersiap untuk sebuah pemberontakan guna memisahkan diri dari negara Indonesia.
Wilayah pemberontakan : Aceh
Akhir pemberontakan :
operasi militer dilakukan untuk menumpas pemberontakan DI/TII Aceh akan tetapi mengalami
kegagalan. Atas prakarsa kolonel M. Yasin, diadakan musyawarah kerukunan rakyat aceh yang
berlangsung pada 17-21 Desember 1962. Akhir pemberontakan DI/TII Aceh diselesaikan dengan cara
damai.
Secara konstitusional, ini bisa diartikan sebagai hak individu dari kekuasaan pemerintah. Di dalam
demokrasi liberal, keputusan-keputusan mayoritas diberlakukan pada sebagian besar bidang
kebijakan pemerintah yang tunduk terhadap pembatasan-pembatasan agar keputusan pemerintah
tidak melanggar kemerdekaan dan hak-hak individu seperti yang tercantum dalam konstitusi.
Demokrasi liberal pada pertama kali dikemukakan pada Abad Pencerahan oleh penggagas teori
kontrak sosial. Semasa Perang Dingin, istilah demokrasi liberal bertolak belakang dengan komunisme
Republik Rakyat. Pada zaman sekarang demokrasi konstitusional umumnya dibandingkan dengan
demokrasi langsung ataupun demokrasi partisipasi.
Ciri ciri
Di dalam negara yang menganut paham demokrasi liberal, agama ataupun kepercayaan adalah
urusan masing-masing pribadi di negara tersebut. Demokrasi liberal meyakini bahwa agama ataupun
kepercayaan seseorang yang mengatur hubungannya dengan Tuhan hingga hanya orang tersebutlah
yang berhak mengatur dan mengetahuinya. Berikut adalah keterangan dari ciri-ciri agama dari
urusan masing-masing, sebagai berikut:
Jika pergi ke beberapa negara yang menganut demokrasi liberal pada sistem pemerintahan
maupun dalam kehidupan bermasyarakatnya, jangan sekali-kali menanyakan soal agama
terhadap orang yang tinggal di sana.
Selain bisa dianggap menyinggung, bisa juga dipermasalahkan sebab mencampur urusan
pribadi orang lain.
Jika di Indonesia kehidupan beragama diatur undang-undang, maka di negara yang
menganut paham demokrasi liberal, kehidupan beragama menjadi urusan masing-masing
individu.
Negara yang menganut paham demokrasi liberal lebih cenderung mengutamakan kepentingan
pribadi terutama pada lingkungan masyarakatnya. Seperti yang diketahui, negara yang menganut
paham demokrasi liberal memilikk masyarakat yang sangat individualis dalam kehidupan sehari-
harinya.
Pengutamaan kepentingan pribadi dalam negara yang menganut paham demokrasi memiliki
makna tertentu.
Makna yang paling mudah bisa dipahami adalah pengutamaan kepentingan pribadi di atas
kepentingan yang lain.
Oleh sebab itu, hak-hak yang bersifat personal lebih diutamakan dalam penegakkan hak
asasi manusia pada negara yang menganut paham demokrasi liberal
Di negara yang menganut paham demokrasi , dalam kehidupan bermasyarakat ada dua kelompok
yang menentukan jalannya kebijakan negara. Dua kelompok masyarakat ini disebut kelompok
mayoritas dan kelompok minoritas. Kedua kelompok ini hidup dengan berdampingan pada negara
yang menganut paham demokrasi liberal .
Walaupun negara menganut paham demokrasi yang menjunjung hak-hak asasi yang berkaitan denga
kebebasan, kebebasan kelompok minoritas dibatasi. Namun pembatasan yang dilakukan bukan
kepada hak yang bersifat personal melainkan hak-hak yang berkaitan dengan kelompok seperti:
Seperti yang sudah dijelaskan dalam poin sebelumnya, kelompok mayoritas adalah kelompok yang
memiliki kekuatan baik di dalam pemerintahan serta di dalam masyarakat.
Dalam menjalankan kehidupan demokrasi negara yang menganut paham demokrasi liberal,
keputusan terbanyak digunakan sebagai penentu ketika menentukan keputusan yang berkaitan
dengan kebijakan.
Setelah dibubarkannya RIS, pada tahun 1950 RI Melaksanakan demokrasi parlementer yang Liberal
dengan mencontoh sistem parlementer dari barat, dan masa ini disebut Masa demokrasi Liberal.
Indonesia terbagi manjadi 10 Provinsi yang memiliki otonomi dan berdasarkan Undang – undang
Dasar Sementara tahun 1950 yang juga bernafaskan liberal. Akibat pelaksanaan konstitusi itu,
pemerintahan RI dijalankan pada suatu dewan menteri (kabinet) yang dipimpin seorang perdana
menteri dan bertanggung jawab kepada parlemen (DPR)
Mekanisme pemerintahan tersebut mempunyai banyak jenis, namun hanya mempunyai dua bentuk
dasar yaitu langsung dan perwakilan. Pengertian demokrasi langsung yaitu ketika pengambilan
keputusan ataupun kebijakan langsung melibatkan rakyat. Ciri-cirinya tiap orang mewakili dirinya
sendiri guna memberikan pendapat atas kebijakan yang akan diambil.
Sedangkan untuk bentuk perwakilan, ciri-cirinya yaitu rakyat harus memilih perwakilannya di
parlemen untuk berpendapat dan menyampaikan keputusan. Dalam sejarah Indonesia, pernah ada
dua jenis, yaitu liberal seperti misalnya pada kabinet Natsir, Wilopo, sampai Djuanda, dan terpimpin
seperti pemerintahan setelah keluarnya dekrit presiden pada 5 Juli 1959.
Seperti sebelumnya, Indonesia pernah mengalami masa di mana pemerintahan berjalan pada sistem
demokrasi liberal. Sistem yang di Indonesia pernah dijalankan seperti masa kabinet Sukiman
tersebut mempunyai arti di mana setiap warga negara mempunyai kebebasan konstitusional dari
kekuasaan pemerintah. Ciri-cirinya yaitu keputusan dan kebijakan pemerintah sepenuhnya dibatasi
pada konstitusi yang berlaku pada sebuah negara. Pada mekanisme pemerintahan ini, keputusan
dan kebijakan haruslah tidak melanggar hak-hak individu dan kemerdekaan seperti yang diatur pada
konstitusi negara.
Dasar hukum
Di indonesia demokrasi ini dilaksanakan setelah keluarnya Maklumat Pemerintah NO.14 Nov. 1945.
Menteri bertanggung jawab kepada parlemen.
Pada masa pemerintahan kabinet Ali Sastroamidjojo I (Agustus 1954 - Agustus 1955), menteri
prekonomian Mr. Iskaq Cokrohadisuryo memperkenalkan sistem ekonomi baru yang dikenal dengan
sistem Ali-Baba. Artinya, bentuk kerjasama ekonomiantara pengusaha pribumi yang diidentikkan
dengan Ali dan penguaha Tionghoa yang diidentikkan dengan Baba.
Sistem ekonomi ini merupakan penggambaran ekonomi pribumi – China. Sistem Ali Baba
digambarkan dalam dua tokoh, yaitu: Ali sebagai pengusaha pribumi dan Baba digambarkan sebagai
pengusaha non pribumi yang diarahkan pada pengusaha China.
Dengan pelaksanaan kebijakan Ali-Baba, pengusaha pribumi diwajibkan untuk memberikan latihan-
latihan dan tanggung jawab kepada tenaga-tenaga bangsa Indonesia agar dapat menduduki jabatan-
jabatan staf. Pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional.
Pemerintah memberikan perlindungan agar mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing
yang ada. Program ini tidak dapat berjalan dengan baik sebab:
Pengusaha pribumi kurang pengalaman sehingga hanya dijadikan alat untuk mendapatkan bantuan
kredit dari pemerintah. Sedangkan pengusaha non pribumi lebih berpengalaman dalam memperoleh
bantuan kredit.
Tujuan Dan Hambatan
1.
2. Untuk memajukan pengusaha pribumi.
3. Agar para pengusaha pribumi bekerjasama memajukan ekonomi nasional.
4. Pertumbuhan dan perkembangan pengusaha swasta nasional pribumi dalam rangka merombak
ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional.
5. Memajukan ekonomi Indonesia perlu adanya kerjasama antara pengusaha pribumi dan non
pribumi.
Sistem ekonomi ini kemudian didukung dengan :
1. Pemerintah yang menyediakan lisensi kredit dan lisensi bagi usaha swasta nasional
2. Pemerintah memberikan perlindungan agar pengusaha nasional mampu bersaing dengan
pengusaha asing
Sistem ekonomi ini lebih menekankan pada kebijakan indonesianisasi yang mendorog tumbuh
berkembangnya pengusaha-pengusaha swasta nasional pribumi. Pelaksanaan sistem ekonomi Ali-
Baba tidak berjalan sebagaimana mestinya. Para pengusaha pribumi akhirnya hanya dijadikan
sebagai alat bagi para pengusaha Tionghoa untuk mendapatkan kredit dari pemerintah.
Memasuki zaman pemerintahan Demokrasi Terpimpin, berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah.
Namun, kondisi kehidupan rakyat tetap menderita. Kondisi buruk ini diperparah dengan tidak
berjalannya distribusi bahan makanan dari pusat produksi kedaerah konsumsi akibat
pemberontakan diberbagai daerah. Sementara itu, jumlah uang yang beredar semakin banyak
karena pemerintah terus mencetak uang tanpa kendali. Uang tersebut digunakan uang mebiayai
proyek-proyek mercusuar, seperti Games of the New Emerging forces (Ganefo) dan Conference of
the New Emerging Forces (Conefo). Akibatnya, Inflasi semakin tinggi dan mencapai hingga 300%.
Untuk mengatasi masalah itu, pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan dengan pemotongan nilai
mata uang. Misalnya, uang Rp.500,00 dihargai Rp.50,00 dan uang Rp.1000,00 dihargai Rp.100,00.
Tindakan pemerintah tersebut ternyata tidak menambah perbaikan kehidupan ekonomi rakyat.
Sistem Ali-Baba pada awalnya bertujuan untuk memberikan peluang kepada para pengusaha agar
bisa memajukan perekonomian indonesia waktu itu dengan cara pemberian dana segar pada
pengusaha tersebut. sistem ini mengalami kegagalan karena:
1. Kredit yang digunakan ternyata tidak digunakan secara benar oleh para pengusaha pribumi
(indonesia) dalam rangka mencari keuntungan tetapi malah dipindahkan kepada pengusaha
tionghoa secara sepihak.
2. Kredit yang diberikan pada awalnya dimaksudkan untujk mendorong kegiatan produksi tapi
malah diselewengkan untuk kegiatan konsumsi
3. Kegagalan pengusaha pribumi dalam memanfaatkan kredit secara maksimal sehingga kurang
berdampak positif terhadap perekonomian indonesia waktu itu.
Alasan kegagalan Kabinet Ali
1. Jatuh disebabkan adanya persoalan dalam TNI-AD, yakni soal pimpinan TNI-AD menolak
pimpinan baru yang diangkat oleh Menteri Pertahanan tanpa menghiraukan norma-norma yang
berlaku dalam lingkungan TNI-AD.
2. Persaingan ideologi juga tampak dalam tubuh konstituante.Pada saat itu negara dalam keadaan
kacau disebabkan oleh pergolakan di daerah.
3. Persaingan antara kelompok agama dan nasionalis yang berlangsung sampai awal tahun 1960-
an mengakibatkan keadaan politik nasional tidak stabil.Hal tersebut sangat mengganggu
jalannya pemerintahan baik di tingkat pusat maupun daerah.
4. Ingin menyatukan pengusaha pribmi & tionghoa,tapi gagal karena pengusaha pribumi lebih
konsumftif dibandingkan dengan pengusaha tionghoa yang menghasilkan.Menjadi ladang
korupsi dan kolusi
5. Orang-orang pribumi yang terlatih dan berpengalaman terlalu sedikit
6. Kaum pribumi tidak memiliki modal kuat dan nyaris tidak mungkin untuk bersaing
Gunting Syafrudin
Kebijakan gunting Syafruddin adalah kebijakan mengurangi besarnya tanggungan utang luar negeri
dan menyeimbangkan jumlah uang beredar dengan barang yang beredar sehingga mengurangi
tingginya angka inflasi.
Pembahasan:
Kebijakan gunting Syafruddin ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada masa Kabinet Hatta II,
yakni Syafruddin Prawiranegara melalui Surat Keputusan Keuangan Republik Indonesia
Serikat Nomor PU I pada tanggal 19 Maret tahun 1950. Kebijakan ini dikeluarkan
tanpa merugikan rakyat kelas bawah karena uang pecahan 5 gulden keatas biasanya
hanya dimiliki oleh orang – orang dari kelas menengah ke atas.
Kebijakan gunting Syafruddin dilakukan dengan memotong uang pecahan 5 gulden keatas
menjadi dua bagian. Guntingan kiri tetap dipegang masyarakat pemilik uangnya
dimana nilainya hanya tinggal setengah dari nilai uang sebelumnya dan masih
berguna untuk digunakan sebagai alat pembayaran yang sah. Sementara guntigan sebelah kanan
diberikan kepada negara untuk ditukarkan sebagai obligasi dengan nilai uang setengah
dari nilai awal dan akan dibayarkan kembali kepada pemiliknya dengan bungan
tiga persen pertahun setelah tiga puluh tahun kemudian.
Kebijakan gunting Syafruddin ini kemudian berhasil membuat harga barang menjadi stabil,
menguatkan nilai tukar rupiah serta berhasil meningkatkan pemasukan pemerintah
Republik Indonesia.
Syafruddin Prawiranegara lahir di Serang, Banten pada tanggal 28 Februari tahun 1911 dan
meninggal dunia pada tanggal 15 Februari tahun 1989. Selain sebagai Menteri
Keuangan, Syafruddin Prawiranegara juga pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri
Indonesia, serta sebagai Ketua Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).
Ia menjabat ketua PDRI setelah Soekarno dan Hatta ditangkap Belanda pada Agresi
Militer Belanda ke-II.
Plan Kasimo
Usaha untuk menyelesaikan masalah ekonomi secara konseptual, praktis, dan realistis. Salah satu
gagasan itu muncul dari I.J Kasimo yang pada waktu itu sebagi menteri persediaan makanan rakyat.
Gagasan dari I.J Kasimo dituangkan dalam rencana produksi lima tahun yang dikenal dengan sebutan
Plan Kasimo.
e. Transmigrasi bagi 20 juta penduduk Pulau Jawa dipindahkan ke Sumatera dalam jangka waktu 10-
15 tahun
De Javasche Bank merupakan bank dari Jawa yang pernah mendunia. Meski bank ini didirikan oleh
Pemerintah Belanda, namun hampir semua asetnya adalah harta-harta yang ada dikeruk dari
Indonesia. De Javasche Bank adalah sebutan untuk Bank Indonesia pada masa pendudukan Hindia
Belanda. Negara Belanda yang telah menduduki dan mengusai Indonesia, lama-kelamaan
membutuhkan adanya sebuah lembaga keuangan yang mengatur keuangan mereka. Mereka
berupaya untuk mengatur dan mengolah uang-uang yang dihasilkan di Hindia Belanda dengan baik
agar seluruh proses sirkulasi tidak terhambat.
Sebelum terbentuknya Bank di Hindia Belanda, keuangan masih diatur secara manual sehingga
banyak sekali terjadi kesalahan dan kekurangan. Selain itu, De Javasche Bank sendiri bertugas untuk
mencetak dan mengedarkan uang.
Akhirnya pada abad ke 19, Belanda membangun sebuah perusahaan perbankan yang mengatur
semua aktivitas keuangan. Mereka telah mendirikan banyak cabang di Indonesia, Amsrterdam
hingga New York hingga aset terbesarnya di sana.
Kabinet Wilopo atau biasa disebut juga dengan Zaken Kabinet yang dipimpin
langsung oleh Mr. Wilopo. Kabinet ini merupakan koalisi antara PNI,
Masyumi dan PSI.
Program Kerja
Berikut ini beberapa program kerja yang dimiliki kabinet Wilopo, yaitu :
Kabinet Ali Satroamidjojo I ini dipimpin oleh Mr. Ali Sastroamidjojo. Kabinet
ini juga merupakan koalisi antara PNI dan NU. Sedangkan Masyumi menjadi
oposisi (partai penentang).
Program Kerja
1. Pelaksana pemilu
2. Usaha pembebasan Irian Barat secepatnya
3. Upaya pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif dan melakukan
peninjauan kembali persetujuan KMB
4. Penyelesaian pertikaian politik
Prestasi
Prestasi yang dapat diraih oleh kabinet ini adalah dapat menyelenggarakan
KAA (Konferensi Asia Afrika).
Penyebab Jatuh
1. Pembatalan KMB
2. Upaya perjuangan mengembalikan Irian Barat ke Pangkuan Republik
Indonesia
3. Melaksanakan keputusan KAA ( Konferensi Asia Afrika )
4. Upaya pemulihan keamanan
5. Usaha dalam memperbaiki nasib kaum buruh dan pegawai
Penyebab Jatuhnya
Kabinet Juanda atau biasa disebut dengan Kabinet Karya. Dapat dilihat dari
anggota kabinet yang berasal dari para ahli dalam bidangnya, kabinet ini
disebut juga Zaken Kabinet.
Program Kerja
Hasil atau prestasi yang telah didapat oleh Kabinet Juanda, yaitu :
Latar belakang
Dekret Presiden 1959 dilatarbelakangi oleh kegagalan Badan Konstituante untuk menetapkan UUD baru
sebagai pengganti UUDS 1950. Anggota Konstituante mulai bersidang pada 10 November 1956, tetapi
pada kenyataannya hingga tahun 1958 belum berhasil merumuskan UUD yang diharapkan. Sementara, di
kalangan masyarakat pendapat-pendapat untuk kembali kepada UUD '45 semakin kuat. Dalam
menanggapi hal itu, Presiden Ir. Soekarno lantas menyampaikan amanat di depan
sidang Konstituante pada 22 April 1959 yang isinya menganjurkan untuk kembali ke UUD '45.
Pada 30 Mei 1959 Konstituante melaksanakan pemungutan suara. Hasilnya 269 suara menyetujui UUD
1945 dan 199 suara tidak setuju. Meskipun yang menyatakan setuju lebih banyak, pemungutan suara ini
harus diulang karena jumlah suara tidak memenuhi kuorum. Kuorum adalah jumlah minimum anggota
yang harus hadir di rapat, majelis, dan sebagainya (biasanya lebih dari separuh jumlah anggota) agar
dapat mengesahkan suatu putusan. Pemungutan suara kembali dilakukan pada tanggal 1 dan 2 Juni 1959.
Dari pemungutan suara ini Konstituante juga gagal mencapai kuorum. Untuk meredam kemacetan, pada
tanggal 3 Juni 1959 Konstituante mengadakan reses (masa perhentian sidang parlemen; masa istirahat
dari kegiatan bersidang) yang kemudian ternyata untuk selama-lamanya. Untuk mencegah terjadinya hal-
hal yang tidak diinginkan, maka Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Letnan Jenderal A.H. Nasution atas
nama Pemerintah/Penguasa Perang Pusat (Peperpu), mengeluarkan peraturan No.Prt/Peperpu/040/1959
yang berisi larangan melakukan kegiatan-kegiatan politik. Pada tanggal 16 Juni 1959, Ketua Umum
PNI Suwirjo mengirimkan surat kepada Presiden agar mendekritkan berlakunya kembali UUD 1945 dan
membubarkan Konstituante.
Pemilihan umum legislatif Indonesia 1955
Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian
Pemilihan Umum Indonesia 1955 adalah pemilihan umum pertama di Indonesia yang diadakan pada
tahun 1955. Pemilu ini sering dikatakan sebagai pemilu Indonesia paling demokratis. Pemilu
tahun 1955 ini dilaksanakan saat keamanan negara masih kurang kondusif; beberapa daerah dirundung
kekacauan oleh DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) khususnya pimpinan Kartosoewirjo. Dalam
keadaan seperti ini, anggota angkatan bersenjata dan polisi juga memilih. Mereka yang bertugas di
daerah rawan digilir datang ke tempat pemilihan. Pemilu akhirnya pun berlangsung aman. Pemilu ini
bertujuan memilih anggota-anggota DPR dan Konstituante.
Jumlah kursi DPR yang diperebutkan berjumlah 260, sedangkan kursi Konstituante berjumlah 520 (dua
kali lipat kursi DPR) ditambah 14 wakil golongan minoritas yang diangkat pemerintah. Pemilu ini
dipersiapkan di bawah pemerintahan Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo. Namun, Ali Sastroamidjojo
mengundurkan diri dan pada saat pemungutan suara, dan kepala pemerintahan telah dipegang oleh
Perdana Menteri Burhanuddin Harahap.
Tahapan
Pemilu 1955 dibagi menjadi dua tahap, yaitu:
Tahap pertama adalah pemilu untuk memilih anggota DPR. Tahap ini diselenggarakan pada
tanggal 29 September 1955, diikuti oleh 29 partai politik dan individu.
Tahap kedua adalah pemilu untuk memilih anggota konstituante. Tahap ini diselenggarakan pada
tanggal 15 Desember 1955.
Dekret Presiden[
Pemilu 1955 tidak dilanjutkan sesuai jadwal pada lima tahun berikutnya, 1960. Hal ini dikarenakan pada 5
Juli 1959, dikeluarkan Dekret Presiden yang membubarkan Konstituante dan pernyataan kembali ke UUD
1945. Kemudian pada 4 Juni 1960, Soekarno membubarkan DPR hasil Pemilu 1955, setelah sebelumnya
dewan legislatif itu menolak RAPBN yang diajukan pemerintah. Presiden Soekarno secara sepihak melalui
Dekret 5 Juli 1959 membentuk DPR-Gotong Royong (DPR-GR) dan MPR Sementara (MPRS) yang semua
anggotanya diangkat presiden.