PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang, maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Mengapa pada bangsa ini sangat mudah terjadi konflik SARA yang merupakan
akar dari disintegrasi bangsa?
2. Bagaimanakah solusi dini untuk mencegah disintegrasi bangsa ini?
BAB II
PEMBAHASAN
c) Kekayaan Alam
Kekayaan alam Indonesia yang melimpah baik hayati maupun non hayati
akan tetap menjadi daya tarik tersendiri bagi negara Industri, walaupun belum secara
keseluruhan dapat digali dan di kembangkan secara optimal namun potensi ini perlu
didayagunakan dan dipelihara sebaik-baiknya untuk kepentingan pemberdayaan
masyarakat dalam peran sertanya secara berkeadilan guna mendukung kepentingan
perekonomian nasional.
d) Ideologi
Pancasila merupakan alat pemersatu bangsa Indonesia dalam penghayatan
dan pengamalannya masih belum sepenuhnya sesuai dengan nilai-nilai dasar
Pancasila, bahkan saat ini sering diperdebatkan. Ideologi pancasila cenderung
tergugah dengan adanya kelompok-kelompok tertentu yang mengedepankan faham
liberal atau kebebasan tanpa batas, demikian pula faham keagamaan yang bersifat
ekstrim baik kiri maupun kanan.
e) Politik
Berbagai masalah politik yang masih harus dipecahkan bersama oleh bangsa
Indonesia saat ini seperti diberlakukannya Otonomi daerah, sistem multi partai,
pemisahan TNI dengan Polri serta penghapusan dwi fungsi BRI, sampai saat ini
masih menjadi permasalahan yang belum dapat diselesaikan secara tuntas karena
berbagai masalah pokok inilah yang paling rawan dengan konflik sosial
berkepanjangan yang akhirnya dapat menyebabkan timbulnya disintegrasi bangsa.
f) Ekonomi
Sistem perekonomian Indonesia yang masih mencari bentuk, yang dapat
pemberdayakan sebagian besar potensi sumber daya nasional, serta bentuk-bentuk
kemitraan dan kesejajaran yang diiringi dengan pemberantasan terhadap KKN. Hal
ini dihadapkan dengan krisis moneter yang berkepanjangan, rendahnya tingkat
pendapatan masyarakat dan meningkatnya tingkat pengangguran serta terbatasnya
lahan mata pencaharian yang layak.
g) Sosial Budaya
Kemajemukan bangsa Indonesia memiliki tingkat kepekaan yang tinggi dan
dapat menimbulkan konflik etnis kultural. Arus globalisasi yang mengandung
berbagai nilai dan budaya dapat melahirkan sikap pro dan kontra warga masyarakat
yang terjadi adalah konflik tata nilai. Konflik tata nilai akan membesar bila masing-
masing mempertahankan tata nilainya sendiri tanpa memperhatikan yang lain.
3. Persatuan Indonesia
Makna sila ini adalah:
a. Menjaga Persatuan dan Kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b. Rela berkorban demi bangsa dan negara.
c. Cinta akan Tanah Air.
d. Berbangga sebagai bagian dari Indonesia.
e. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka
Tunggal Ika.
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Makna sila ini adalah :
a. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
b. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
c. Mengutamakan budaya rembug atau musyawarah dalam mengambil keputusan
bersama.
d. Berrembug atau bermusyawarah sampai mencapai konsensus atau kata mufakat
diliputi dengan semangat kekeluargaan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil analisis tersebut diatas dapatlah diambil kesimpulan sebagai
berikut :
a. Disintegrasi bangsa, separatisme merupakan permasalahan kompleks, akibat
akumulasi permasalahan politik, ekonomi dan keamanan yang saling tumpang tindih
sehingga perlu penanganan khusus dengan pendekatan yang arif serta mengutamakan
aspek hukum, keadilan, sosial budaya.
b. Pemberlakuan Otonomi Daerah merupakan implikasi positif bagi masa depan daerah
di Indonesia namun juga berpotensi untuk menciptakan mengentalnya heterogental
dibidang SARA.
c. Pertarungan elit politik yang diimplementasikan kepada penggalangan massa yang
dapat menciptakan konflik horizintal maupun vertical harus dapat diantisipasi.
d. Kepemimpinan dari elit politik nasional hingga kepemimpinan daerah sangat
menentukan meredamnya konflik pada skala dini. Namun pada skala kejadian
diperlukan profesionalisme aparat kemanan secara terpadu.
e. Efek global, regional dengan faham demokrasi yang bergulir saat ini perlu
diantisipasi dengan penghayatan wawasan kebangsaan melalui edukasi dan
sosialisasi.
B. Saran
Untuk mendukung terciptanya keberhasil mencegah terjadinya disintegrasi:
a. Penyelesaian konflik yang bernuansa separatisme bersenjata harus diselesaikan
dengan pendekatan militer terbatas dan professional guna menghindari korban
dikalangan masyarakat dengan memperhatikan aspek ekonomi dan sosial budaya
serta keadilan yang bersandar pada penegakan hukum.
b. Penyelesaian konflik yang bernuansa SARA diatasi melalui pendekatan hukum dan
HAM.
c. Penyelesaian konflik akibat peranan otonomi daerah yang menguatkan faktor
perbedaan, disarankan kepemimpinan daerah harus mampu meredam dan
memberlakukan reward and punishment dari strata pimpinan diatasnya.
d. Guna mengantisipasi segala kegiatan separatisme ataupun kegiatan yang berdampak
disintegrasi bangsa perlu dibangun dan ditingkatkan institusi inteligen yang handal.
DAFTAR PUSTAKA
Amirul Isnaini, Mayor Jenderal TNI, Mencegah Keinginan Beberapa Daerah Untuk
Memisahkan Diri Tegak Utuhnya NKRI, Jakarta, Lemhannas 2001.
Budi Utomo, Pembangunan Wilayah Perbatasan Indonesia dalam Perspektif Keamanan
Manusia,diakses tanggal 28 September 2008
http://budiutomo79.blogspot.com/2007/09/pembangunan-wilayah-perbatasan.html
HB. Amiruddin Maula, Drs, SH, Msi, Menjaga Kepentingan Nasional Melalui Pelaksanaan
Otonomi Daerah Guna Mencegah Terjadinya Disintegrasi Bangsa, Jakarta,
Lemhannas, 2001.
Ketetapan MPR Nomor : V/MPR/2000 tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional.
Jakarta, 2000.
Iskandar Zulkarnaen, Bung Hatta Pernah Menangis Melihat Kondisi Perbatasan, Save Our
Borneo, Jakarta, 2008, diakses tgl 3 September 2008 dari
http://saveourborneo.org/index.php?option=com_content&task=view&id=178&Itemid=37